Anda di halaman 1dari 5

METODE POLIMERISASI

1. POLIMERISASI CURAH/MASSA
Polimerisasi curah merupakan metoda polimerisasi yang paling sederhana di mana
campuran reaksi hanya berisi monomer dan suatu monomer inisiator terlarut.
 teknik yang bertujuan untuk pembuatan polimer kondensasi, reaksinya bersifat
eksotermis dengan viskositas campuran yang rendah sehingga panas dapat
berpindah melalui pengeluaran gelembung.
 Polimerisasi curah dapat dilakukan pada fase cair ataupun uap
 Proses sederhana, untuk kapasitas kecil.
 Hasil kental cenderung padat, sehingga perpindahan panas buruk.
Contoh:
Vinylidine chloride, sebagian besar polimerisasi massa dilakukan secara homogen.
Namun, jika polimer yang dihasilkan tidak larut dalam monomernya dan mengendap
saat reaksi berlangsung, proses tersebut terkadang disebut sebagai polimerisasi massa
heterogen (heterogeneous bulk ) atau polimerisasi pengendapan.
PVC, diproduski secara komersial dengan polimerisasi massa heterogen, yang
memungkinkan pengontrolan ukuran partikel dan porositas untuk absorpsi plasticizer.
Keuntungan Polimerisasi Curah
1. Karena hanya melibatkan monomer, inisiator, dan mungkin bahan pemindah rantai
(chain transfer agent), dengan polimerisasi ini dapat dihasilkan polimer yang semurni
mungkin. Hal ini penting dalam aplikasi dibidang listrik dan optik.
2. Berbagai benda langsung dapat dicetak sebaik mungkin. Proses ini merupakan satu-
satunya cara mendapatkan benda – benda cetakan seperti itu tanpa berbagai perlakuan
terhadap bahan yang lebih besar.
3. Polimerisasi curah menghasilkan hasil (yield) per volume reaktor paling besar.
4. Recovery polimer mudah.
5. Menyediakan pilihan /variasi penuangan campuran polimer menjadi bentuk
akhir produk.
Kekurangan Polimerisasi Curah
1. Seringkali sulit dikendalikan sehingga untuk mengendalikannya proses harus
dilaksanakan perlahan, yang secara ekonomis jelas tidak menguntungkan.
2. Sulit mendapatkan sekaligus laju dan panjang rata – rata rantai yang tinggi karena
efek – efek penghambat dari konsentrasi inisiator.
3. Sulit untuk menghilangkan sisa monomer yang tidak bereaksi. Hal ini akan sangat
penting, misalnya jika polimer yang dihasilkan akan digunakan dalam proses – proses
yang melibatkan persentuhannya dengan makanan.
4. Terutama digunakan polimerisasi kondensasi bukan untuk adisi, karena kurang baik
untuk reaksi adisi.
5. BM kecil tidak terlalu eksoterm.
6. Visikositas campuran cukup rendah, pencampuran rendah, juga perpindahan panas,
eliminasi gelembung.
7. Pembentukan gel harus dicegah.
8. Stoikiometri reaksi harus diatur.
9. Kesukaran terjadi gas sehingga produk kurang homogen.

2. POLIMERISASI EMULSI
Polimerisasi emulsi yang merupakan proses polimerisasi radikal bebas heterogen,
melibatkan emulsifikasi dari monomer yang relatif hidrofobik dalam air dengan
pengemulsi minyak dalam air, diikuti dengan reaksi inisiasi baik dengan inisiator
larut air (misalnya natrium persulfat (NaPS)) atau inisiator larut minyak (misalnya
2,2´-azobisisobutironitril (AIBN)).
Jenis polimerisasi ini dapat menghasilkan polimer dengan berat molekul tinggi dalam
laju yang tinggi.
Contoh polimerisasi emulsi adalah pembuatan karet SBR
Keuntungan polimerisasi emulsi :
1. Pengendalian mudah yaitu viskositas massa reaksi jauh lebih kecil daripada
larutan dengan konsentrasi yang sebanding, air menambah kapasitas panas,
dan massa reaksi dapat direfluks.
2. Dengan menggunakan konsentrasi sabun yang tinggi dan konsentrasi
monomer yang rendah, akan diperoleh laju polimerisasi dan panjang ratarata
rantai yang tinggi.
Kelemahan polimerisasi emulsi :
1. Sulit untuk memperoleh polimer yang murni. Permukaan partikel-partikel
kecil yang sangat luas memberikan ruang yang sangat besar bagi zat-zat
pengotor yang teradsorpsi meliputi penarikan air oleh sisa sabun, yang dalam
jumlah kecil pun dapat menimbulkan masalah.
2. Air dalam massa reaksi menurunkan yield per volum reaktor.
3. Pemurnian hasil polimer sulit.
3. POLIMERISASI SUSPENSI
Polimerisasi suspensi merupakan suatu proses polimerisasi dimana monomer
atau campuran monomer didispersikan secara mekanik dalam suatu cairan
nonkompatibel, biasanya air dan polimerisasi tetesan-tetesan kecil monomer
yang terjadi dengan menggunakan inisiator yang bisa larut dalam monomer.
 Polimerisasi berlangsung dalam sistem aqueous dengan monomer sebagai
fase terdispersi, menghasilkan polimer yang berada pada fase solid
terdispersi.
 Inisiator terlarut dalam fase monomer.
 Dispersi monomer menjadi tetesan dipertahankan dengan kombinasi
pengadukan dan penggunaan stabilisator yang larut dalam air
(misalnya metil selulosa, gelatin, sodium poliakrilat).
 Metode polimerisasi ini digunakan secara komersil untuk menghasilkan
polimer vinil yang keras dan glassy, seperti polistirena, polimetil metakrilat,
polivinil klorida, dan poliakrilonitril.
Contoh polimerisasi suspensi adalah pembuatan PMMA.
Keuntungan polimerisasi suspensi
1. Penggunaan air sebagai media pertukaran panas lebih ekonomis darpada solven
organik.
2. Dengan nilai CP yang besar, pengambilan panas reaksi lebih efektif dan kontrol
terhadap temperatur menjadi lebih mudah.
3. Pemisahan dan penanganan polimer lebih mudah daripada polimerisasi emulsi dan
larutan.
4. Produk lebih mudah dimurnikan.
Kelemahan polimerisasi suspensi :
1. Prosedurnya rumit dan perlu kehati-hatian dalam menjalankan proses
polimerisasi.
2. Yield per volum reaktor rendah.
3. Polimer yang dihasilkan sedikit kurang murni dibandingkan dengan hasil
polimerisasi curah, karena sisa-sisa bahan pensuspensi yang teradsorpsi di
permukaan partikel.
4.Polimerisasi tidak dapat dilaksanakan secara kontinu.
4. POLIMERISASI LARUTAN
Teknis Polimerisasi :
Polimerisasi monomer vinil berlangsung di dalam larutan untuk memudahkan
perpindahan panas (misalnya dengan merefluks pelarut) dan kontrol.
Bagaimanapun, perlu dipilih pelarut yang benar sehingga tidak terjadi chain
transfer dan polimer yang dihasilkan digunakan dalam larutan.
Contoh polimerisasi larutan: konversi polivinil asetat menjadi polivinil alkohol,
ester akrilik.
Keunggulan polimerisasi larutan:
1. Pengendalian dan pemindahan panas lebih mudah.
2. Perancangan sistem reaktor akan lebih mudah, karena reaksi-reaksi yang
3.terjadi mengikuti hubungan-hubungan kinetika yang telah dikenal.
Kelemahan polimerisasi larutan :
1. Kemungkinan terjadinya pengalihan rantai kepada pelarut, yang menyebabkan
pembentukan polimer dengan massa molekul lebih rendah.
2. Penggunaan pelarut akan menurunkan laju reaksi dan panjang rata-rata rantai,
karena laju dan sekaligus panjang rata-rata rantai polimer sebanding dengan [M].
3. Pelarut yang mahal, mudah terbakar, bahkan mungkin juga beracun, diperlukan
dalam jumlah besar.
4. Pemisahan polimer dan recovery pelarut memerlukan teknologi ekstra.
5. Pemisahan sisa pelarut dan monomer sulit dilakukan.
6. Penggunaan pelarut inert dalam massa reaksi mengurangi yield per volum reaktor

5. POLIMERISASI ANTARMUKA
Polimerisasi antarmuka meliputi reaksi polikondensasi antara dua reaktan pada
antarmuka yang merupakan dua cairan yang tidak saling larut untuk membentuk
film polimer yang menyalut (mengenkapsulasi) fasa terdispersi.
 Pada umumnya kedua reaktan bekerja dimana salah satu terlarut dalam
fasa air dan yang lainnya larut pada fasa organik.
 Ketika fasa air dan fasa organik diemulsikan untuk membentuk misalnya
sebuah emulsi minyak dalam air (O/W), reaktan kemudian berdifusi
bersama dan secara cepat terpolimerisasi pada antarmuka antara dua fasa
untuk membentuk lapisan tipis.
Contoh :

Anda mungkin juga menyukai