Anda di halaman 1dari 3

Cerita Sarjana yang Jadi Buruh Pabrik

Apple, Pasang Sekrup yang Sama 12 Jam


Sehari
Fatimah Kartini Bohang
Kompas.com - 25/04/2017, 10:29 WIB

Buruh di pabrik Apple di Shanghai, China.(Tech Insider)

KOMPAS.com - Dejian Zeng menghabiskan waktu 12 jam sehari untuk merakit iPhone di
pabrik komponen Apple Pegatron, Shanghai, China. Sarjana lulusan NTU Singapura tersebut
sengaja bekerja sebagai buruh pabrik selama enam minggu.

Ini adalah bagian dari proyek musim panasnya. Sembari bekerja, ia menganalisa kehidupan para
buruh di sana, dan menceritakannya ke masyarakat luas.

"Yang saya lakukan hanya memasang sekrup yang menahan speaker di punggung iPhone,"
begitu Zeng mendeskripsikan pekerjaannya secara detail," sebagaimana dilaporkan
BusinessInsider dan dihimpun KompasTekno, Selasa (25/4/2017).

Pekerjaan yang terbilang sederhana itu dilakukan berulang-ulang selama 12 jam sehari. Ia
memulai hari sejak pukul 07.30 di dalam pabrik dan pulang ke asrama buruh pada pukul 19.30
malam.

"Sangat membosankan karena hanya mengulang pekerjaan yang sama terus-menerus," ia


menuturkan.

Gaji yang ia peroleh selama sebulan sekitar 3.100 yuan atau 450 dollar AS (sekitar Rp 5,9
jutaan). Gaji itu sudah termasuk lembur. Para karyawan pun cuma diberikan waktu libur sekali
seminggu pada hari Minggu.

Tekanan tinggi

Salah satu hal yang membuat Zeng sangat terkejut adalah perlakuan para manajer atau atasan ke
buruh. Menurutnya, seringkali buruh diperlakukan tak manusiawi.

Dejian Zeng, lulusan NTU yang bekerja 6 minggu sebagai buruh pabrik iPhone.
Dejian Zeng, lulusan NTU yang bekerja 6 minggu sebagai buruh pabrik
iPhone.(BusinessInsider)

"Berteriak ke buruh adalah rutinitas di pabrik," ujarnya.


Pegatron paham bahwa bekerja sebagai buruh mereka membutuhkan mental yang kuat. Jika tak
tahan, bisa saja buruh bunuh diri. Untuk mencegahnya, Pegatron merancang bangunannya agar
buruh tak bisa melompat ke bawah.

"Ada semacam penghalang di jendela dan ruang terbuka ditutupi kawat sehingga buruh tak bisa
melompat untuk bunuh diri," kata dia.

Menurut Zeng, ada sekitar 70.000 buruh usia 18 hingga 30 tahun yang bekerja di Pegatron ketika
ia di sana. Mereka tinggal di asrama buruh yang terpencar di beberapa titik, ada yang di dalam
area pabrik dan ada juga yang di luar.

Dalam satu kamar, ada delapan buruh yang tidur bersama. Mereka diberikan kasur bertingkat
untuk dua orang, ada yang di atas dan ada yang di bawah.

"Dalam satu lantai, kami cuma punya satu kamar mandi (bathroom) dan kamar buang air
(restroom) yang dipakai bersama oleh 200 orang, sebab satu lantai berisi sekitar 20 kamar," Zeng
menjelaskan.

Baca: Film soal Buruh Bikin Apple Tersinggung

Sumber kesenangan buruh

Ada dua hal yang umumnya dilakukan buruh usai kerja, yakni diam di dalam kamar untuk
menonton video di ponsel mereka atau pergi ke kafe internet yang berada di kawasan pabrik
untuk bermain game.

Untuk makan, mereka diberi beberapa pilihan tempat di sekitar pabrik. Yang menjadi tempat
favorit terletak di dalam gedung workshop Pegatron.

Baca: Cerita Kota Kecil di China dengan Julukan iPhone City

Tempat makan itu menyediakan delapan pilihan paket, dan salah satunya adalah mie tanpa
daging. Cuma ada beberapa sayuran pada mie tersebut dan itulah yang sering dimakan para
buruh dengan harga 5 yuan (Rp 9.500) per porsi.

Zeng mendeskripsikan kehidupan sosial para buruh sangat menyenangkan. Mereka adalah
kumpulan orang yang ramah dan mudah bergaul.

"Setiap orang punya latar belakang kehidupan yang menarik. Mereka punya karakteristik yang
sangat unik," menurut Zeng.

Tiap hari Minggu mereka keluar dari kawasan pabrik, sebab ada pasar yang sangat besar di dekat
situ. Ada banyak tempat makan, dan mereka akan bersenang-senang.

"Mereka kadang beli ayam panggang untuk merayakan akhir pekan dan membeli bir untuk
dinikmati bersama-sama," ujarnya.
Bukan cuma di akhir pekan, para buruh yang gampang bersyukur itu juga terlihat bahagia di
akhir waktu kerja mereka. Ada satu momen yang membuat mereka bangga dan aura kesenangan
mereka terpancar.

"Ketika manager menghitung hasil kerja para buruh dan menyebut tinggal 500 perangkat atau
tinggal 200 perangkat lagi yang harus dibuat," Zeng mejelaskan.

"Kau akan lihat para buruh tersenyum dan mengobrol satu sama lain. Itu adalah momen di mana
mereka merasa berguna di akhir hari," ia memungkasi.

Cerita Zeng bisa disimak di video YouTube di tautan berikut ini.

Anda mungkin juga menyukai