Anda di halaman 1dari 18

ESTROGEN DAN PROGESTERON

Hormon

Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami. Hormon mengatur aktivitas seperti
metabolisme, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan. Pengaruh hormon dapat terjadi
dalam beberapa detik, hari, minggu, bulan, dan bahkan beberapa tahun. Kelenjar endokrin disebut
juga kelenjar buntu karena hormon yang dihasilkan tidak dialirkankan melalui suatu saluran tetapi
langsung masuk kedalam pembuluh darah.

Kelenjar Endokrin meliputi : Hipofisis (pituitary), Kelenjar Tiroid (kelenjar gondok), Kelenjar
Paratiroid (kelenjar anak ginjal), Kelenjar Timus, Kelenjar Anak Ginjal (Adrenal), Kelenjar Pankreas
(Langerhans), dan Kelenjar Kelamin.

Hormon dari kelenjar endokrin mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh hingga mencapai
organ – organ tertentu. Meskipun semua hormone mengadakan kontak dengan semua jaringan
dalam tubuh, namun hanya sel / jaringan yang mengandung reseptor yang spesifik terhadap
hormon tertentu yang terpengaruh hormon tersebut. Begitu dikeluakan, hormon akan dialirkan
oleh darah menuju berbagai jaringan sel dan menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Contoh efek hormon pada tubuh manusia:

 Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan bentuk
tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh feminin pada
wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria).
 Perubahan Psikologis : Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas, mood/suasana hati.
 Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ
seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis).

Hormon mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah sangat
kecil
2. Diangkut oleh darah menuju ke sel/jaringan target

3. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat dalam sel target

1
4. Mempunyai pengaruh mengaktifkan enzim khusus

5. Mempunyai pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga mempengaruhi
beberapa sel target yang berlainan.

Di balik fungsinya yang mengagumkan, hormon kadang jadi biang keladi berbagai masalah.
Misalnya siklus haid yang tidak teratur atau jerawat yang tumbuh membabi buta di wajah.
Hormon pula yang kadang membuat kita senang atau malah sedih tanpa sebab. Semua orang
pasti pernah mengalami hal ini, terutama saat pubertas.Yang pasti, setiap hormon memiliki fungsi
yang sangat spesifik pada masing-masing sel sasarannya. Tak heran, satu macam hormon bisa
memiliki aksi yang berbeda-beda sesuai sel yang menerimanya saat dialirkan oleh darah.

Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi kandungannya yang berbeda-beda sebagai
berikut:
 Hormon yang mengandung asam amino (epinefrin, norepinefrin, tiroksin dan triodtironin).
 Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron, estrogen, aldosteron, dan
kortisol).
 Hormon yang mengandung protein (insulin, prolaktin, vasopresin, oksitosin,
hormon pertumbuhan (growth hormone), FSH, LH, TSH).

Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis. Di antaranya adalah hormon wanita yaitu
estrogen dan progesteron yang dibuat dalam bentuk pil. Pil ini merupakan bentuk utama
kontrasepsi yang digunakan wanita seluruh dunia untuk memudahkan mereka menentukan saat
yang tepat : kapan harus mempunyai anak dan jarak usia tiap anak.

Sistem Hormon Wanita

Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium, sedangkan hormon pria dibentuk di testis. Baik
pria maupun wanita, pada dasarnya memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya kadarnya
yang berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan estrogen. Hormon seksual
pria antara lain androstenidion dan testosteron (androgen). Pada wanita, hormon seksual
kewanitaannya lebih banyak ketimbang pria. Begitu pula sebaliknya.

2
Sistem hormone wanita, terdiri dari 3 hierarki hormone sebagai berikut :

1. Hormone yang dikeluarkan hipotalamus, hormone pelepas-gonadtropin (GnRH)

2. Hormone seks hipofisis anterior, hormone perangsang folikel (FSH) dan hormone lutein (LH),
keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan GnRH dari hipotalamus.

3. Hormone-hormon ovarium, estrogen dan progesterone, yang disekresi oleh ovarium sebagai
respons terhadap kedua hormone seks wanita dari kelenjar hipofisis anterior.

Fungsi Hormon-Hormon Ovarium-Estradiol dan Progesteron

Kedua jenis hormone kelamin ovarium adalah estrogen dan progestin. Sejauh ini yang paling
dikenal adalah hormone estradiol dan yang paling penting dari progestin adalah progesterone.
Estrogen terutama meningkatkan proliferasi dan pertumbuhan sel-sel khusus di dalam tubuh yang
berperan dalam perkembangan dan sebagian besar karakteristik kelamin sekunder wanita.
Progestin berfungsi terutama untuk menerima kehamilan dan persiapan payudara untuk laktasi.

1. Estrogen

Estrogen merupakan bentukan dari androstenidion (hormon seksual pria yang utama) yang
dihasilkan ovarium. Selain androstenidion, ovarium juga mengeluarkan testosteron dan
dehidroepiandrosteron, tapi dalam jumlah yang sedikit.

3
Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid kelamin, karena mempunyai struktur
kimia berintikan steroid yang secara fisiologik sebagian besar diproduksi oleh kelenjar endokrin
sistem produksi wanita. Pria juga memproduksi estrogen tetapi dalam jumlah jauh lebih sedikit,
fungsi utamanya berhubungan erat dengan fungsi alat kelamin primer dan sekunder wanita.

Hormon ini menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder


pada wanita, seperti payudara, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam
pengaturan siklus haid. Pada saat menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat
menimbulkan beberapa efek, di antaranya hot flash, berkeringat pada waktu tidur, dan
kecemasan yang berlebihan.

Terdapat tiga hormon estrogen utama, yaitu yang disebut estradiol, estrone, dan estriol.

1. Estradiol adalah estrogen terkuat, diproduksi oleh ovarium dan bertanggungjawab


terhadap tumbuh kembangnya payudara.
2. Estrone, estrogen yang lebih lemah, diproduksi oleh ovarium dan jaringan lemak.

3. Estriol, estrogen terlemah dari ketiga estrogen utama, dibuat di dalam tubuh dari estrogen-
estrogen lain.

Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki aktivitas bersifat mirip estrogen. Zat
buatan yang bersifat seperti estrogen disebut xenoestrogen, sedangkan bahan alami dari
tumbuhan yang memiliki aktivitas seperti estrogen disebut fitoestrogen.

Beberapa indikasi dari estrogen, antara lain:

1. Kontrasepsi. Estrogen sintetik paling banyak digunakan untuk kontrasepsi oral dalam kombinasi
dengan progestin.
2. Menopause. Pada usia sekitar 45 tahun umumnya fungsi ovarium menurun. Terapi pengganti
estrogen dapat mengatasi keluhan akibat gangguan vasomotor, antara lain hot flushes, vaginitis
atropikans dan mencegah osteoporosis.

3. Vaginitis Senilis atau Atropikans. Radang pada vagina ini sering berhubungan dengan adanya
infeksi kronik pada jaringan yang mengalami atrofi. Dalam hal ini, estrogen lebih berperan untuk
mencegah daripada mengobati.

4
4. Osteoporosis. Keadaan ini terjadi karena bertambahnya resorpsi tulang disertai berkurangnya
pembentukan tulang. Pemberian estrogen dapat mencegah osteoporosis berkelanjuitan atau
dapat pula diberikan estriol.

5. Karsinoma Prostat. Karena estrogen menghambat sekresi androgen secara tidak langsung maka
hormon ini digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma prostat.

Fungsi primer dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan
organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi.

Efek estrogen pada Uterus dan Organ Kelamin Luar Wanita

Selama masa kanak-kanak, estrogen disekresi hanya dalam jumlah kecil, tetapi pada saat pubertas,
jumlah yang disekresi pada wanita di bawah pengaruh hormone-hormon gonadtropin hipofisis
meningkat sampai 20 kali lipat atau lebih. Pada saat ini, organ-organ kelamin wanita akan berubah
dari yang dimiliki seorang anak menjadi yang dimiliki seorang wanita dewasa. Ovarium, tuba
faloopii, uterus, dan vagina. Semuanya bertambah besar. Selain itu, genitalia eksterna membesar,
dengan deposisi lemak pada mons pubis dan labia mayora disertai pembesaran labia minora.

Selain itu, estrogen juga mengubah epitel vagina dari tipe kurboid menjadi bertingkat, yang
dianggap lebih tahan terhadap trauma dan infeksi daripada epitel sel kuboid pra pubertas. Infeksi
vagina pada anak sering dapat disembuhkan dengan pemberian estrogen hany karena estrogen
yang dapat meningkatkan ketahanan epitel vagina.

Selama beberapa tahun pertama sesudah pubertas, ukuran uterus meningkat menjadi dua sampai
tiga kali lipat, tetapi yang lebih penting daripada bertambahnya ukuran uterus adalah perubahan
yang berlangsung pada endometrium uterus di bawah pengaruh estrogen. Estrogen menyebabkan
terjadinya proliferasi yang nyata stroma endometrium dan sangat meningkatkan perkembangan
kelenjar endometrium, yang nantinya akan membantu memberi nutrisi pada ovum yang
berimplantasi.

Efek Estrogen pada Tuba Fallopii

Estrogen berpengaruh pada mukosa yang membatasi tuba fallopii, sama seperti efek estrogen
terhadap endometrium uterus. Estrogen menyebabkan jaringan kelenjar lapisan tersebut

5
berproliferasi, dan yang penting, estrogen menyebabkan jumlah sel-sel epitel bersilia yang
membatasi tuba fallopii bertambah banyak. Aktivitas silia juga meningkat. Silia tersebut selalu
bergerak kea rah uterus, yang membantu mendorong ovum yan telah dibuahi ke arah uterus.

Efek Estrogen pada Payudara

Payudara primordial baik pada wanita maupun pria pada dasarnya sama. Nyatanya, dan di bawah
pengaruh hormone-hormon yang tepat. Payudara pria, selama 2 dekade kehidupan yang
pertama,dapat cukup berkembang untuk memproduksi susu dengan cara yang sama seperti
payudara wanita.

Estrogen menyebabkan :

 Perkembangan jaringan stroma payudara


 Pertumbuhan sistem duktus yang luas

 Deposit lemak pada payudara

Lobulus dan alveoli payudara sedikit berkembang di bawah pengaruh estrogen sendiri, tetapi
sebenarnya progesterone dan prolaktin lah yang mengakibatkan terjadinya pertumbuhan yang
nyata dan berfungsinya struktur-struktur tersebut.

Estrogen memulai pertumbuhan payudara dan alat-alat pembentuk air susu payudara. Estrogen
juga berperan pada pertumbuhan karakteristik dan penampilan luar payudara wanita dewasa.
Akan tetapi, estrogen tidak menyelesaikan tugasnya yaitu mengubah payudara menjadi organ yang
memproduksi susu.

Efek estrogen pada tulang rangka

Estrogen menghambat aktivitas osteoklastik di dalam tulang sehingga merangsang pertumbuhan


tulang. Pada saat pubertas, ketika wanita masuk ke masa reproduksi, laju pertumbuhan tinggi
badannya menjadi cepat selama beberapa tahun. Akan tetapi, estrogen juga mempunyai efek
poten lainnya terhadap pertumbuhan tulang rangka. Estrogen juga menyebabkan terjadinya
penggabungan awal epifisis dengan batang tulang panjang. Efek estrogen ini lebih kuat
dibandingkan dengan efek serupa dari testosterone pada pria. Sebagai akibatnya, pertumbuhan
wanita biasanya terhenti beberapa tahun lebih cepat daripada pertumbuhan pria. Wanita “kasim”
6
(eunuch), yang sama sekali tidak memproduksi estrogen biasanya tumbuh beberapa inci lebih
tinggi daripada wanita dewasa yang normal, karena epifisisnya tidak menyatu pada waktu yang
normal.

Osteoporosis Tulang karena Kekurangan Estrogen pada Usia Tua

Sesudah menopause, hampir tidak ada estrogen yang disekresi oleh ovarium. Kekurangan estrogen
ini akan menyebabkan :

 Meningkatnya aktivitas osteoklastik pada tulang


 Berkurangnya matriks tulang

 Berkurangnya deposit kalsium dan fosfat tulang.

Pada bebrapa wanita, efek ini sangat hebat, sehingga menyebabkan osteoporosis. Karena
osteoporosis dapat sangat melemahkan tulang dan menyebabkan fraktur tulang, khususnya fraktur
tulang vertebrata, maka banyak wanita pasca menopause mendapat perawatan profilaksis dengan
penggantian estrogen untuk mencegah efek osteoporosis.

Efek estrogen pada Deposisi Protein

Estrogen menyebabkan sedikit peningkatan total protein tubuh, yang terbukti dari adanya
keseimbangan nitrogen yang sedikit positif apabila diberikan estrogen. Keadaan ini terutama
dihasilkan dari efek pemacu pertumbuhan dari estrogen pada organ-organ kelamin, tulang, dan
beberapa jaringan tubuh yang lain. Peningkatan deposisi protein oleh testosterone lebih bersifat
umum dan jauh lebih kuat daripada yang disebabkan oleh estrogen.

Efek estrogen pada Metabolisme dan Penyimpanan Lemak

Estrogen sedikit meningkatkan laju kecepatan metabolism seluruh tubuh, tetapi hanya kira-kira
sepertiga dari efek peningkatan yang disebabkan oleh hormone kelamin pria, yaitu testosterone.
Estrogen juga menyebabkan peningkatan junlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan. Sebagai
akibatnya, persentase lemak tubuh pada tubuh wanita dianggap lebih besar dibandingkan pada
tubuh pria, yang mengandung lebih banyak protein. Selain simpanan lemak pada payudara dan
jaringan subkutan, estrogen juga menyebabkan simpanan lemak pada bokong dan paha, yang
merupakan karakteristik sosok feminine.
7
Efek Estrogen pada Distribusi Rambut

Estrogen tidak terlalu memepengaruhi persebaran rambut. Akan tetapi, rambut akan tumbuh di
daerah pubis dan aksila sesudah pubertas. Peningkatan jumlah androgen yang dibentuk oleh
kelenjar adrenal setelah pubertas adalah hormone yang terutama berperan pada pertumbuhan
tersebut.

Efek Estrogen pada Kulit

Estrogen menyebabkan kulit berkembang membentuk tekkstur yang halus dan lembut, tetapi
meskipun demikian, kulit wanita lebih tebal daripada kulit seorang anak atau kulit wanita yang
dikastrasi. Estrogen juga menyebabkan kulit menjadi lebih vascular, efek ini sering kali berkaitan
dengan meningkatnya kehangatan kulit, juga menyebabkan lebih banyak pendarahan pada
permukaan yang terluka dibandingkan pendarahan pada permukaan yang terluka dibandingkan
perdarahan yang terjadi pada pria.

Efek Estrogen pada Jantung dan Hat

Estrogen membantu pengaturan produksi kolesterol oleh hati, sehingga menurunkan


pembentukan plak pada pembuluh darah arteri koroni.

Efek Estrogen pada Otak

Estrogen membantu mempertahankan suhu tubuh. Estrogen mungkin menunda penurunan


memori. Estrogen membantu pengaturan sebagian otak yang menyiapkan tubuh untuk
perkembangan seksual dan reproduksi.

Efek Estrogen pada Ovarium

Estrogen menstimulasi pematangan dari ovarium. Estrogen juga menstimulasi awal siklus
menstruasi pada wanita, sebagai indikasi bahwa sistem reproduksi seorang gadis sudah
matang/dewasa.

8
2. Progesteron

Sejauh ini yang paling penting dari progestin adalah progesterone. Akan tetapi, sejumlah kecil
progestin lain, yaitu 17-α-hidroksi progesterone, disekresi bersama dengan progesterone dan
mempunyai efek yang pada dasarnya sama. Namun, untuk praktisnya, biasanya progesterone
dianggap sebagai satu-satunya progresin yang penting.

Progesteron adalah hormon wanita lain dalam tubuh dengan efek progestogenik. Progesterone
bertanggung jawab pada perubahan endometrium pada paruh kedua siklus menstruasi.
Progesterone menyiapkan lapisan uterus (endometrium) untuk penempatan telur yang telah
dibuahi dan perkembangannya, dan mempertahankan uterus selama kehamilan. Progesteron
dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH.

9
Terdapat beberapa senyawa sintetik yang berefek progestogenik dan beberapa diantaranya juga
berefek androgenik atau estrogenik yang disebut golongan progestin.

Secara kimia, progesteron dibagi menjadi 2 kelompok:

1. Derivat progesteron: hidroksiprogesteron, medroksiprogesteron, megestrol, dan didrogesteron.


2. Derivat testosteron: noretisteron, tibolon, norgestrel, linestrenol, desogestrel, gestoden dan
alilestrenol. Semua zat ini memiliki efek androgen kecuali Alilestrenol. Linestrenol, Noretisteron
dan Tibolon berefek estrogen. Norgestrel, Desogestrel dan Gestoden memiliki efek antiestrogen
yang kuat, begitu juga dengan Noretisteron, Linestrenol, Megestrol dan Medroksiprogesteron
tetapi lebih lemah.

Progesteron memiliki khasiat sebagai berikut:

1. Kontrasepsi. Beberapa derivat progestin sering dikombinasikan dengan derivat estrogen


untuk kontrasepsi oral.
2. Disfungsi perdarahan rahim. Perdarahan rahim akibat gangguan keseimbangan estrogen
dan progesteron tanpa ada kelainan organik antara lain perdarahan rahim fungsional.
Untuk menghentikan perdarahan yang berlebihan dan pengaturan siklus hadi dapat
diberikan progestin oral dosis besar.

3. Nyeri haid. Pemberian kombinasi estrogen dengan progestin diindikasikan untuk nyeri haid
yang tidak dapat diatasi dengan estrogen saja.

4. Endometriosis. Penyebab nyeri hebat pada endometriosis belum jelas diketahui tapi dapat
diberikan noretindron.

Pada wanita normal yang tidak hamil, progesterone disekresi dalam jumlah cukup banyak hanya
selama separuh akhir dari setiap siklus ovarium, ketika hormone ini disekresi oleh korpus
luteum. Sejumlah besar progesterone juga disekresi oleh plasenta selama kehamilan, khususnya
sesudah kehamilan bulan ke empat.

Efek Progesteron pada Uterus

Sejauh ini fungsi progesterone yang paling penting adalah untuk meningkatkan perubahan
sekretorik pada endometrium uterus selama separuh terakhir sikulus seksual bulanan wanita,

10
sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang sudah dibuahi. Selain dari efek
terhadap endometrium, progesterone juga mengurangi frekuensi dan intensitas kontraksi uterus,
sehingga membantu mencegah terlepasnya ovum yang sudah berimplantasi.

Efek Progesteron pada Tuba Fallopii

Progesterone juga meningkatkan sekresi pada mukosa yang membatasi tuba fallopii. Sekresi ini
dibutuhkan untuk nutrisi ovum yangtelah dibuahi, dan sedang memebelah, sewaktu ovum
bergerak dalam tuba fallopii sebelum berimplantasi.

Efek Progesteron pada Payudara

Progesterone meningkatkan perkembangan lobules dan alveoli payudara, mengakibatkan sel-sel


alveolar berproliferasi, membesar, dan menjadi bersifat sekretorik. Akan tetapi, progesterone tidak
menyebabkan alveoli menyekresi air susu. Air susu disekresi hanya sesudah payudara yang siap
dirangsang lebih lanjut oleh prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior.

Progesterone juga mengakibatkan payudara membengkak. Sebagian dari pembengkakan ini terjadi
karena perkembangan sekretorik dari lobules dan alveoli, tetapi sebagian lagi kelihatannya
dihasilkan oleh peningkatan cairan di dalam jaringan subkutan.

Siklus Bulanan Endometrium dan Menstruasi

Produksi berulang dari estrogen dan progesterone oleh ovarium mempunyai kaitan dengan siklus
endometrium pada lapisan uterus yang bekerja melalui tahapan berikut ini :

 Proliferasi endometrium uterus


 Perubahan sekretoris pada endometrium

 Deskuaminasi endometrium yang dikenal sebagai menstruasi

 Regenerasi

Fase Proliferasi
Dinamakan juga fase folikuler, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa) ketika ovarium
beraktivitas membentuk dan mematangkan folikel-folikelnya serta uterus beraktivitas

11
menumbuhkan lapisan endometriumnya yang mulai pulih dan dibentuk pada fase regenerasi atau
pascahaid.

Pada siklus haid klasik, fase proliferasi berlangsung setelah perdarahan haid berakhir, dimulai pada
hari ke-5 sampai 14 (terjadinya proses evolusi). Fase proliferasi ini berguna untuk menumbuhkan
lapisan endometrium uteri agar siap menerima sel ovum yang telah dibuahi oleh sel sperma,
sebagai persiapan terhadap terjadinya proses kehamilan.

Pada fase ini terjasi pematangan folikel-folikel di dalam ovarium akibat pengaruh aktivitas hormone
FSH yang merangsang folikel-folikel tersebut untuk menyintesis hormone estrogen dalam jumlah
yang banyak. Peningkatan pembentukan dan pengaruh dari aktivitas hormone FSH pada fase ini
juga mengakibatkan terbentuknya banyak reseptor hormone LH dilapisan sel-sel granulose dan
cairan folikel-folikel dalam ovarium. Pembentukan hormone estrogen yang terus meningkat
tersebut—sampai kira-kira pada hari ke-13 siklus haid (menjelang terjadinya proses ovulasi)—akan
mengakibatkan terjadinya pengeluaran hormone LH yang banyak sebagai manifestasi umpan balik
positif dari hormone estrogen (positive feed back mechanism) terhadap adenohipofisis.

Pada saat mendekati masa terjadinya proses ovulasi, terjadi peningkatan kadar hormone LH di
dalam serum dan cairan folikel-folikel ovarium yang akan memacu ovarium untuk mematangkan
folikel-folikel yang dihasilkan di dalamnya sehingga sebagian besar folikel di ovarium diharapkan
mengalami pematangan (folikel de Graaf). Disamping itu, akan terjadi perubahan penting lainnya,
yaitu peningkatan konsentrasi hormone estrogen secara perlahan-lahan, kemudian melonjak tinggi
secara tiba-tiba pada hari ke-14 siklus haid klasik (pada akhir fase proliferasi), biasanya terjadi
sekitar 16-20 jam sebelum pecahnya folikel de Graaf, diikuti peningkatan dan pengeluaran
hormone LH dari adenohipofisis, perangsangan peningkatan kadar hormone progesterone, dan
peningkatan suhu basal badan sekitar 0,5°C. Adanya peningkatan pengeluaran kadar hormone LH
yang mencapai puncaknya (LH-Surge), estrogen dan progesterone menjelang terjadinya proses
tersebut di ovarium pada hari ke-14 siklus haid.

Di sisi lain, aktivitas hormone estrogen yang terbentuk pada fase proliferasi tersebut dapat
mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim dalam lapisan endometrium uteri serta merangsang
pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida pada lapisan tersebut. Zat-zat ini akan

12
turut serta dalam pembentukan dan pembangunan lapisan endometrium uteri, khususnya
pembentukan stroma di bagian yang lebih dalam dari lapisan endometrium uteri. Pada saat yang
bersamaan terjadi pembentukan system vaskularisasi ke dalam lapisan fungsional endometrium
uteri.

Selama fase prolferasi dan terjadinya proses ovulasi—di bawah pengaruh hormone estrogen—
terjadi pengeluaran getah atau lendir dari dinding serviks uteri dan vagina yang lebih encer dan
bening. Pada saat ovulasi getah tersebut mengalami penurunan konsentrasi protein (terutama
albumin), sedangkan air dan musin (pelumas) bertambah berangsur-angsur sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan viskositas dari getah yang dikeluarkan dari serviks uteri dan
vaginanya tersebut. Peristiwa ini diikuti dengan terjadinya proses-proses lainnya di dalam vagina,
seperti peningkatan produksi asam laktat dan menurunkan nilai pH (derajat keasaman), yang akan
memperkecil resiko terjadinya infeksi di dalam vagina. Banyaknya getah yang dikeluarkan dari
daerah serviks uteri dan vagina tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya kelainan yang disebut
keputihan karena pada flora normal di dalam vagina juga terdapat microorganisme yang bersifat
pathogen potensial. Sebaliknya, sesudah terjadinya proses ovulasi (pada awal fase luteal)—di
bawah pengaruh hormone progesterone—getah atau lendir yang dikeluarkan dari serviks uteri dan
vagina menjadi lebih kental dan keruh.
Setelah terjadinya proses ovulasi, getah tersebut mengalami perubahan kembali dengan
peningkatan konsentrasi protein, sedangkan air dan musinnya berkurang berangsur-angsur
sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan viskositas dan pengentalan dari getah yang
dikeluarkan dari serviks uteri dan vaginanya. Dengan kata lain, pada fase ini merupakan masa
kesuburan wanita.

Fase Luteal
Dinamakan juga fase sekresi atau fase prahaid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa)
ketika ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel matangnya (folikel de
Graaf) yang sudah mengeluarkan sel ovumnya pada saat terjadinya ovulasi dan menghasilkan
hormone progesterone yang akan digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium uteri untuk
bersiap-siap menerima hasil konsepsi (jika terjadi kehamilan) atau melakukan proses deskuamasi
dan penghambatan masuknya sel sperma (jika tidak terjadi kehamilan). Pada hari ke-14 (setelah
terjadinya proses ovulasi) sampai hari ke-28, berlangsung fase luteal. Pada fase ini mempunyai ciri

13
khas tertentu, yaitu terbentuknya korpus luteum ovarium serta perubahan bentuk (menjadi
memanjang dan berkelok-kelok) dan fungsi dari kelenjar-kelenjar di lapisan endometrium uteri
akibat pengaruh dari peningkatan hormone LH yang diikuti oleh pengeluaran hormone
progesterone. Adanya pengaruh aktivitas hormone progesterone dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sekretorik, terutama pada lapisan endometrium uteri. Pengaruh aktivitas hormone
progesterone selama fase luteal dapat meningkatkan konsentrasi getah serviks uteri menjadi lebih
kental dan membentuk jala-jala tebal di uterus sehingga akan menghambat proses masuknya sel
sperma ke dalam uterus. Bersamaan dengan hal ini, hormone progesterone akan mempersempit
daerah porsio dan serviks uteri sehingga pengaruh aktivitas hormone progesterone yang lebih
lama, akan menyebabkan degenerasi dari lapisan endometrium uteri dan tidak memungkinkan
terjadinya proses nidasi dari hasil konsepsi ke dinding uterusnya.

Peningkatan produksi hormone progesterone yang telah dimulai sejak akhir fase folikuler akan
terus berlanjut sampai akhir fase luteal. Hal ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas hormone
estrogen dalam menyintesis reseptor-reseptornya (reseptor hormone LH dan progesterone) di
ovarium dan terjadinya perubahan sintesis hormon-hormon seks steroid (hormone estrogen
menjadi hormone progesterone) di dalam sel-sel granulose ovarium. Perubahan ini secara normal
mencapai puncaknya pada hari ke-22 siklus haid klasik karena pada masa ini pengaruh hormone
progesterone terhadap lapisan endometrium uteri paling jelas terlihat. Jika proses nidasi tersebut
tidak terjadi, hormone estrogen dan progesterone akan menghambat sintesis dan aktivitas
hormone FSH dan LH di adenohipofisis sehingga membuat korpus luteum menjadi tidak dapat
tumbuh dan berkembang kembali, bahkan mengalami penyusutan dan selanjutnya menghilang. Di
sisi lain, pada masa menjelang terjadinya perdarahan haid, pengaruh aktivitas hormone
progesterone tersebut juga akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh-pembuluh
darah yang diikuti dengan dengan terjadinya ischemia dan nekrosis pada sel-sel dan jaringan
endometrium uterinya sehingga memungkinkan terjadinya proses deskuamasi lapisan
endometrium uteri yang disertai dengan terjadinya perdarahan dari daerah tersebut yang
dikeluarkan melalui vagina. Akhirnya, bermanifestasi sebagai perdarahan haid.

Pada saat setelah terjadinya proses ovulasi di ovarium, sel-sel granulosa ovarium akan berubah
menjadi sel-sel luteal ovarium, yang berperan dalam peningkatan pengeluaran hormon
progesteron selama fase luteal siklus haid. Faktanya menunjukan bahwa salah satu peran dari

14
hormon progesteron adalah sebagai pendukung utama terjadinya proses kehamilan. Apabila
proses kehamilan tersebut tidak terjadi, peningkatan hormon progesteron yang terjadi tersebut
akan mengikuti terjadinya penurunan hormon LH dan secara langsung hormon progesteron
(bersama dengan hormon estrogen) akan melakukan penghambatan terhadap pengeluaran
hormon FSH, LH, dan LHRH, yang derajat hambatannya bergantung pada konsentrasi dan lamanya
pengaruh hormon progesteron tersebut. Kemudian melalui mekanisme ini secara otomatis
hormon-hormon progesteron dan estrogen juga akan menurunkan pengeluaran hormon LH, FSH,
dan LHRH tersebut sehingga proses sintesis dan sekresinya dari ketiga hormon hipofisis tersebut,
yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan folikel-folikel dan proses ovulasi di ovarium selama
fase luteal, akan berkurang atau berhenti, dan akan menghambat juga perkembangan dari korpus
luteum. Pada saat bersamaan, setelah terjadinya proses ovulasi, kadar hormon estrogen
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya puncak peningkatan kadar hormon LH
dan aktivitasnya yang terbentuk ketika proses ovulasi terjadi dan berakibat terjadi proliferasi dari
sel-sel granulosa ovarium, yang secara langsung akan menghambat dan menurunkan proses
sintesis hormon estrogen dan FSH serta meningkatkan pembentukan hormon progesteron di
ovarium.

Di akhir fase luteal, terjadi penurunan reseptor-reseptor dan aktivitas hormon LH di ovarium
secara berangsur-angsur, yang diikuti penurunan proses sintesis hormon-hormon FSH dan estrogen
yang telah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, pada masa akhir fase luteal akan terjadi
pembentukan kembali hormon FSH dan estrogen dengan aktivitas-aktivitasnya di ovarium dan
uterus.

Beberapa proses lainnya yang terjadi pada awal sampai pertengahan fase luteal adalah terhentinya
proses sintesis enzim-enzim dan zat mukopolisakarida yang telah berjalan sebelumnya sejak masa
awal fase proliferasi. Akibatnya, terjadi peningkatan permeabilitas (kebocoran) dari pembuluh-
pembuluh darah di lapisan endometrium uteri yang sudah berkembang sejak awal fase proliferasi
dan banyak zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya mengalir menembus langsung stroma
dari lapisannya tersebut.

Proses tersebut dijadikan sebagai persiapan lapisan endometrium uteri untuk melakukan proses
nidasi terhadap hasil konsepsi yang terbentuk jika terjadi proses kehamilan. Jika tidak terjadi

15
proses kehamilan, enzim-enzim dan zat mukopolisakarida tersebut akan dilepaskan dari lapisan
endometrium uteri sehingga proses nekrosis dari sel-sel dan jaringan pembuluh-pembuluh darah
pada lapisan tersebut. Hal itu menimbulkan gangguan dalam proses terjadinya metabolisme sel
dan jaringannya sehingga terjadi proses regresi atau deskuamasi pada lapisan tersebut dan disertai
perdarahan.

Pada saat yang bersamaan, peningkatan pengeluaran dan pengaruh hormon progesteron (bersama
dengan hormon estrogen) pada akhir fase luteal akan menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh-pembuluh darah di lapisan endometrium uteri, yang kemudian dapat menimbulkan
terjadinya proses ischemia di lapisan tersebut sehingga akan menghentikan proses metabolisme
pada sel dan jaringannya. Akibatnya, terjadi regresi atau deskuamasi pada lapisan tersebut disertai
perdarahan. Perdarahan yang terjadi ini merupakan manifestasi dari terjadinya perdarahan haid.

Fase Menstruasi
Dinamakan juga fase deskuamasi atau fase haid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa)
terjadinya proses deskuamasi pada lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari
dalam uterus dan dikeluarkan melalui vagina.

Pada akhir fase luteal terjadi peningkatan hormon estrogen yang dapat kembali menyebabkan
perubahan sekretorik pada dinding uterus dan vagina, berupa peningkatan produksi dan
penurunan konsentrasi getah yang dikeluarkan dari serviks uteri dan vagina serta peningkatan
konsentrasi glikogen dalam serviks uteri dan vagina. Hal ini memungkinkan kembali terjadinya
proses peningkatan pengeluaran getah yang lebih banyak dari serviks uteri dan vaginanya serta
keputihan.

Pada saat akhir fase luteal, peningkatan kadar dan aktivitas hormon estrogen yang terbentuk
kembali masih belum banyak sehingga terjadinya proses-proses perangsangan produksi asam
laktat oleh bakteri-bakteri flora normal dan penurunan nilai derajat keasaman, yang diharapkan
dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi di dalam vagina menjadi tidak optimal, dan ditambah
penumpukan getah yang sebagian besar masih dalam keadaan mengental. Oleh karena itu, pada
saat menjelang proses perdarahan haid tersebut, daerah vagina menjadi sangat beresiko terhadap
terjadinya penularan penyakit (infeksi) melalui hubungan persetubuhan (koitus).

16
Terjadinya pengeluaran getah dari serviks uteri dan vagina tersebut sering bercampur dengan
pengeluaran beberapa tetesan darah yang sudah mulai keluar menjelang terjadinya proses
perdarahan haid dari dalam uterus dan menyebabkan terlihatnya cairan berwarna kuning dan
keruh, yang keluar dari vaginanya. Sel-sel darah merah yang telah rusak dan terkandung dari cairan
yang keluar tersebut akan menyebabkan sifat bakteri-bakteri flora normal yang ada di dalam
vagina menjadi bersifat infeksius (patogen potensial) dan memudahkannya untuk berkembang biak
dengan pesat di dalam vagina. Bakteri-bakteri infeksius yang terkandung dalam getah tersebut,
kemudian dikeluarkan bersamaan dengan pengeluaran jaringan dari lapisan endometrium uteri
yang mengalami proses regresi atau deskuamasi dalam bentuk perdarahan haid atau dalam bentuk
keputihan yang keluar mendahului menjelang terjadinya haid.

Pada saat bersamaan, lapisan endometrium uteri mengalami iskhemia dan nekrosis, akibat
terjadinya gangguan metabolisme sel atau jaringannya, yang disebabkan terhambatnya sirkulasi
dari pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi lapisan tersebut akibat dari pengaruh
hormonal, ditambah dengan penonjolan aktivasi kinerja dari prostaglandin F2α(PGF2α) yang
timbul akibat terjadinya gangguan keseimbangan antara prostaglandin E2(PGE2) dan F2α (PGF2α)
dengan prostasiklin (PGI2), yang disintesis oleh sel-sel endometrium uteri (yang telah mengalami
luteinisasi sebelumnya akibat pengaruh dari homogen progesteroon). Semua hal itu akan
menjadikan lapisan edometrium uteri mengalami nekrosis berat dan sangat memungkinkan untuk
mengalami proses deskuamasi.

Pada fase menstruasi ini juga terjadi penyusutan dan lenyapnya korpus luteum ovarium (tempat
menetapnya reseptor-reseptor serta terjadinya proses pembentukan dan pengeluaran hormon
progesteron dan LH selama fase luteal).

Fase Regenerasi
Dinamakan juga fase pascahaid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa) terjadinya proses
awal pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium uteri setelah mengalami proses
deskuamasi sebelumnya. Bersamaan dengan proses regresi atau deskuamasi dan perdarahan haid
pada fase menstruasi tersebut, lapisan endometrium uteri juga melepaskan hormon prostaglandin
E2 dan F2, yang akan mengakibatkan berkontraksinya lapisan mimometrium uteri sehingga banyak

17
pembuluh darah yang terkandung di dalamnya mengalami vasokontriksi, akhirnya akan membatasi
terjadinya proses perdarahan haid yang sedang berlangsung.

Di sisi lain, proses penghentian perdarahan haid ini juga didukung oleh pengaktifan kembali
pembentukan dan pengeluaran hormon FSH dan estrogen sehingga memungkinkan kembali
terjadinya pemacuan proses proliferasi lapisan endometrium uteri dan memperkuat kontraksi otot-
otot uterusnya. Hal ini secara umum disebabkan oleh penurunan efek hambatan terhadap aktivitas
adenohipofisis dan hipotalamus yang dihasilkan dari hormon progesteron dan LH (yang telah
terjadi pada fase luteal), saat terjadinya perdarahan haid pada fase menstruasi sehingga terjadi
pengaktifan kembali dari hormon-hormon LHRH, FSH, dan estrogen. Kemudian bersamaan dengan
terjadinya proses penghentian perdarahan haid ini, dimulailah kembali fase regenerasi dari siklus
haid tersebut

18

Anda mungkin juga menyukai