BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Definisi Pajak
Pajak pada dasarnya mempunyai dua fungsi1, yaitu, pertama mengisi kas
negara ( budgetair ) yang merupakan fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat
bagi kas negara untuk kegiatan pemerintahan, baik pembiayaan rutin maupun
sebagai sumber pemasukkan bagi kas negara, pajak juga berfungsi sebagai upaya
pemerintah untuk turut mengatur, bila perlu mengubah susunan pendapatan dan
kekayaan swasta.
tentang pajak yang diberikan oleh sarjana manca negara dan memberikan
1
R. Mansury, Kebijakan Fiskal, (Jakarta: Yayasan Pengembangan dan Pengetahuan Perpajakan,
1999), hal. 3.
2
Rochmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1944, Cetakan ke IX,
(Bandung: Eresco, 1979), hal. 23.
18
bahwa “ Taxes and Charges are withdraw from the private sector without
3
Boediono, Perpajakan Indonesia, (Jakarta: Diadit Media, 2000), hal. 9.
4
R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Eresco, 1989), hal. 2.
5
Ray M. Sommerfeld, Hershel M. Anderson, and Harace R. Brock, An Introduction to Taxation, (New
York: Harcourt Brace Jovanivic, Inc, 1983), hal. 1.
6
Richard A. Musgrave and Peggy B. Musgrave, Public Finance in Theory and Practice, (Singapore:
Raw Hill Book Company, 1989), hal. 75.
19
Dari definisi di atas unsur-unsur pokok yang dapat diambil adalah sebagai
berikut :
Negara berhak untuk memungut iuran pajak kepada wajib pajak yang dalam hal
ini adalah rakyat. Beberapa pendapat di atas menyatakan bahwa pajak dipungut
dari sektor privat ke sektor publik. Di Indonesia hal ini tidak berlaku karena
Pajak bukan merupakan hukuman atau denda, sebab pajak bukan merupakan
Pengenaan pajak harus didasarkan pada kriteria yang telah ditentukan terlebih
dikenakan pajak, apa objek pajaknya, dan bagaimana cara membayar pajaknya.
Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk membayar pajak. Terhadap wajib pajak
Fiskus juga mempunyai wewenang untuk menyita harta wajib pajak yang tidak
Wajib Pajak tidak akan mendapatkan jasa timbal balik atau kontraprestasi secara
B. Azas-azas Perpajakan
Setiap kali menentukan suatu pajak yang akan dipungut, diperlukan penentuan
tujuan utama pemungutan pajak tersebut. Dalam mencapai tujuan utama tersebut
Adam Smith, bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada empat azas yaitu:
Secara garis besar, keempat azas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keadilan ( Equality )
7
R. Mansury, Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Indonesia, Jilid I, (Jakarta: PT Bina Rena
Pariwara, 1994), hal. 4.
21
Mansury menyatakan bahwa ada dua macam azas keadilan yaitu Benefit
Principle dan Ability-to-Pay Principle. Oleh karena kedua azas tersebut untuk
mencapai azas keadilan, maka dua hal ini disebut pendekatan, yaitu
Benefit Approach adalah bahwa dalam suatu sistem perpajakan yang adil,
maka setiap wajib pajak harus membayar sejalan dengan manfaat yang
dinikmatinya dari kegiatan pemerintah. Pendekatan ini dapat disebut juga the
pajak reklame, namun tidak dapat diterapkan untuk jasa pertahanan dan jasa
ditentukan untuk orang seseorang atau sulit ditentukan untuk wajib pajak
tertentu mana.
8
R. Mansury, Pajak Penghasilan Lanjutan, Cetakan Pertama, (Jakarta: Ind-Hill Co, 1996), hal. 8.
22
2. Kepastian ( Certainty )
Pajak dimana setiap individu terikat untuk membayar pajak harus pasti dan
dibayar, harus jelas dan sederhana bagi pembayar pajak. Apabila ketentuan-
ketentuan diatas tidak dipenuhi maka wajib pajak akan membayar lebih atau
Setiap pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, harus dikenakan pada
4. Ekonomi ( Economy )
Setiap pajak harus disusun atau dibuat baik pada saat diperoleh oleh negara
maupun pada saat diperoleh oleh negara maupun pada saat dikeluarkan dari
Beberapa azas penting lainnya yang disarankan oleh beberapa ahli, disamping
azas-azas yang dikemukakan oleh Adam Smith di atas, antara lain dikemukakan oleh:
dihasilkan tidak memadai9. Karena pertimbangan di atas, azas ini lebih dekat
memilih santa-santai10. Oleh karena itu, pemindahan sumber daya dari sektor
kesepakatan politis11.
Yang dimaksud dengan kecukupan disini adalah sumber dari pajak yang akan
merupakan suatu kualitas jenis pajak yang penerimaannya sejalan dengan perubahan
Keadilan
9
Ibid, hal. 13.
10
Ibid, hal. 13-14.
11
K. J. Davey, Pembiayaan Pemerintahan Daerah : Praktek-Praktek Internasional dan Relevansinya
Bagi Dunia Ketiga, (Jakarta: UI Press, 1988), hal. 39-47.
24
Azas keadilan ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Adam Smith. Pengertian
azas keadilan disini adalah beban pengeluaran pemerintah haruslah dipikul bersama
oleh semua golongan dalam masyarakat, sedangkan azas keadilan yang dikemukakan
Kemampuan Administratif
menentukan saat kapan pemajakan dilakukan, yaitu pada saat memiliki suatu barang
Kesepakatan Politis
pajak, menetapkan struktur tarif, menentukan siapa yang harus dikenakan pajak dan
pelanggar.
yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional yang
25
desentralisasi terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah
kewenangan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, antara lain pembiayaan bagi
politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, pengelolaan moneter dan
Sumber pendapatan daerah yang diatur dalam pasal 157 Undang-undang No.
b. Dana Perimbangan.
c. Lain-lain Pendapatan.
Undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah khususnya dari hasil Pajak Daerah, telah
Permukaan
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
g. Pajak Parkir
maka kesemua jenis Pajak Daerah tersebut yang terdiri dari sebelas jenis Pajak
Daerah menjadi satu kesatuan dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Propinsi DKI
Jakarta.
bahwa:
28
Soelarno dalam bukunya “Pajak Daerah dan Retribusi Daerah” mengatakan bahwa:
Pajak Daerah adalah Pajak Asli Daerah maupun pajak negara yang diserahkan
kepada daerah, yang pemungutannya diselenggarakan oleh daerah di dalam
wilayah kekuasaannya, yang gunanya untuk membiayai Pengeluaran Daerah
berhubung dengan tugas dan kewajiban mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku13.
Lebih lanjut Kaho, menyimpulkan pendapat dari berbagai sarjana sebagai berikut :
Pajak Daerah adalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk
dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dipergunakan guna
membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik14.
12
Sutrisno, P.H., Dasar-Dasar Ilmu Keuangan Negara, (Yogyakarta: UGM, 1982), hal. 202.
13
Slamet Soelarno, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, (Jakarta: STIA LAN Press, 1999), hal 22.
14
Yosef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1997), hal. 129.
15
K.J. Davey, Pembiayaan Pemerintahan Daerah, diterjemahkan oleh Aminullah dkk, (Jakarta: UI-
Prees, 1988), hal. 39-40.
29
“Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan reklame kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan Peraturan Daerah yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dan Pembangunan Daerah.”
daerah perlu diperhatikan berbagai unsur yang berkaitan dengan implementasinya dan
dampak yang mungkin terjadi dikemudian hari. Oleh karena itu sebelum suatu
kebijakan peraturan daerah diberlakukan, terlebih dahulu dikaji tentang tolok ukur
untuk menilai pajak daerah16. Sejauhmana peran pajak daerah dalam memberikan
kontribusi terhadap pendapatan daerah tergantung dari cocok tidaknya pajak daerah
16
Nick Devas and Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey, Ray Kelly, Opcit, hal. 61-62.
17
M Ikhsan dan Roy V. Salomo, Keuangan Daerah di Indonesia, (Jakarta: STIA LAN Press, 2002) hal.
79.
30
Pertama, Hasil ( yield ) : memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitan
memperkirakan besar hasil itu dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi,
biaya pungut.
horizontal, artinya beban pajak haruslah sama benar antara berbagai kelompok
yang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama; harus adil secara
besar memberikan sumbangan yang lebih besar daripada kelompok yang tidak
banyak memiliki sumberdaya ekonomi; dan pajak itu haruslah adil dari tempat
ke tempat, dalam arti hendaknya tidak ada perbedaan besar dan sewenang-
wenang dalam beban pajak dari suatu daerah ke daerah yang lain, kecuali jika
masyarakat.
Ketiga, Daya Guna Ekonomi ( Economic Efficiency ) : dalam hal ini pajak
produsen menjadi salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau
Revenue Source ) : hal ini berarti, haruslah jelas kepada daerah mana suatu
pajak harus dibayarkan, dan tempat memungut pajak sedapat mungkin sama
dengan tempat akhir beban pajak, pajak tidak mudah dihindari, dengan cara
memindahkan obyek pajak dari suatu daerah ke daerah lain, pajak daerah
beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah.
Ada tiga tolok ukur hasil kebijaksanaan anggaran yang dikenal, yaitu upaya
pajak, hasil guna ( effectiveness ) dan daya guna ( efficiency )18. Uraian lebih lanjut
kemampuan bayar Pajak Daerah yang bersangkutan. Upaya pajak lebih banyak
penerimaan pajak.
18
Ibid, hal. 143-146.
32
Efektifitas adalah untuk mengukur antara hasil pungut suatu pajak dan potensi
hasil pajak itu, dengan anggapan semua wajib pajak membayar pajak masing-masing,
menentukan wajib pajak, menetapkan nilai kena pajak, memungut pajak, menegakkan
sistem pajak, dan membukukan penerimaan. Ada tiga faktor yang mengancam hasil
guna yaitu: menghindari pajak ( oleh wajib pajak ), kerjasama antara petugas pajak
dengan wajib pajak untuk mengurangi jumlah pajak terhutang, dan penipuan oleh
petugas pajak.
Dalam menentukan wajib pajak, harus ada prosedur pajak yang menyulitkan
Nilai pajak terhutang harus ditentukan dengan cermat dan ini melibatkan
wajib pajak atau petugas pajak atau keduanya dalam menentukan nilai sesungguhnya
dari obyek pajak dalam menentukan tarif pajak yang benar. Semakin besar
wewenang petugas pajak dalam menentukan pajak terhutang, dan semakin besar
peluang untuk berunding dengan wajib pajak, semakin kurang cermat besar pajak
Memungut pajak :
33
pembayaran bersifat otomatis, seperti jika orang harus membeli karcis bila masuk
kesuatu tempat, bila pembayaran dapat dipancing, misal, untuk mendapatkan kontrak,
surat izin atau layanan masyarakat lainnya, orang harus menunjukkan surat yang
dibutuhkan sistem catatan yang baik sehingga kelalaian pajak dapat segera diketahui,
dan dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan silang dengan jenis-jenis pajak
daerah yang lain. Sistem harus dilengkapi dengan prosedur untuk menegakkan pajak
Dibutuhkan cara pembukuan yang baik agar semua pajak yang dipungut
petugas pajak benar-benar dibukukan dan masuk rekening pemerintah. Untuk itu
perlu ada langkah-langkah untuk mencegah kehilangan atau pencurian hasil pajak.
usaha dan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.
Efektifitas pemungutan pajak dalam hal ini, merupakan gambaran kemampuan unit
34
organisasi perpajakan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Secara makro,
bahwa dengan semakin rendahnya tingkatan efektifitas maka semakin rendah pula
tingkatan kesadaran membayar pajak. Selain itu bila tingkat penyelundupan pajak
menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang dibuat pun akan merupakan pekerjaan yang
sia-sia, sehingga penerimaan pemerintah yang ada dari sektor pajak hanya sebagai
kemurahan hati dari wajib pajak, bukan atas dasar rencana penerimaan yang
diharapkan19.
Daya guna adalah mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk
biaya memungut pajak bersangkutan, yang mencakup biaya langsung kantor yang
19
Moh. Zain dan Arinta Kustadi, Pembaharuan Perpajakan Nasional, Cetakan Ketiga, (Bandung: PT.
Citra Aditia Bakti, 1990), hal. 111-112.
35
tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran.
Efektifitas merupakan suatu konsep yang luas mencakup berbagai faktor didalam
maupun diluar organisasi. Efisiensi organisasi merupakan sebuah konsep yang lebih
terbatas dan menyangkut proses internal yang terjadi dalam suatu organisasi. Efisiensi
memastikan perhatian terhadap aspek out put, yang direncanakan21. Jika dilihat dari
maka dalam pengukuran efektifitas pemungutan pajak daerah dapat dengan cara
membandingkan antara realisasi penerimaan dengan rencana atau target yang telah
ditentukan.
20
Martani Huseini dan Lubis, S.B. Hari, Teori Organisasi, Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial,
(Jakarta: UI, 1987), hal. 54-56.
21
Ibid, hal. 54-56.
22
Machfud Sidik dan Soewondo, Keuangan Daerah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), hal. 65-76.
36
Sedangkan menurut Devas, efektifitas adalah untuk mengukur antara hasil pungut
suatu pajak dengan potensi hasil pajak itu dengan anggapan semua wajib pajak
masing23.
E. Penegakan Hukum
dan diterima oleh seluruh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang
ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan azas-azas keadilan dari
masyarakat tersebut. Dengan demikian, hukum itu bertujuan untuk menjamin adanya
kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada
hukum sebagai kumpulan-kumpulan peraturan aturan yang terdiri dari norma dan
sanksi-sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan
terpelihara24.
23
Nick Devas and Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey, Ray Kelly, Opcit, hal. 144.
24
C. S. T. Kansil, S.H., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jilid I, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1978), hal. 11.
37
merupakan salah satu wujud pengamanan pembangunan dari segi hukum, khususnya
preventif dan represif26. Yang bersifat represif adalah pengenaan sanksi hukum bagi
Adapula ketidak patuhan yang dilakukan secara tidak disengaja, misalnya seseorang
yang tidak memiliki pengetahuan dibidang perpajakan. Karena itulah perlu pula
Enforcement adalah :
25
Ibid, hal. 12.
26
Sukarton Marmosudjono, Penegakan Hukum di Negara Pancasila, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1989),
hal. 66.
38
Enforcement is action taken by the tax authorities to ensure that a tax payer
or potential tax payer complies with the laws, e. g. by submitting returns or
accounts or providing other relevant information and paying or otherwise
accounting for tax which is due. Means of enforcement include penalties for
failure to submit returns, interest charged on late payments of tax, criminal
prosecutions in cases of evasion or fraud, etc27.
termasuk membuat Undang-undang yang jelas termasuk sanksi apabila wajib pajak
hukum adalah:
penting dalam memasarkan suatu produk. Keberhasilan suatu produk sebagian besar
ditentukan oleh iklan yang diselenggarakan oleh pihak produsen. Karena begitu
Jakarta dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Propinsi DKI Jakarta, reklame
1998 adalah merek, simbol atau logo perusahaan yang merupakan tanda, inisial atau
lambang perusahaan yang tidak dapat dipergunakan oleh setiap perusahaan, sehingga
dengan simbol atau logo tersebut dapat dengan mudah dikenal orang ( umum ).
Didalam pemasangan iklan perlu adanya suatu penataan dan peraturan dimana
peraturan tersebut berguna untuk menertibkan dan sebagai dasar untuk pemungutan
keserasian dan dapat juga menambah jumlah pendapatan yang lebih besar lagi.
Sedangkan penegakan hukum itu dalam perpajakan adalah sesuatu hal yang
penting, agar dalam pelaksanaan pemungutan pajak dapat memberikan rasa keadilan
bagi para wajib pajak. Melalui penegakan hukum ( law enforcement ), hukum tersebut
menjadi kenyataan. Dalam menegakkan hukum ada 3 ( tiga ) unsur yang harus
diperhatikan, yaitu:29
29
Sudikno Nertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty, 1999), hal. 145-
146.
40
Sebab hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, dan bersifat
menyamaratakan.
Dalam penegakan hukum harus ada kompromi antara ketiga unsur tersebut. Ketiga
suatu kegiatan yang dapat menunjang peningkatan dan pelayanan jika dilaksanakan
dengan benar sehingga penerimaan Pendapatan Asli Daerah di sektor Pajak Reklame
tidak hilang sehingga didapat penerimaan yang lebih baik dan maksimal. Peningkatan
tersebut merupakan rangkaian yang perlu dilakukan secara maksimal dan efektif
realisasinya.
sumber daya penerimaan daerah. Dengan adanya hal tersebut diatas, penulis dalam
menyelesaikan skripsi berupaya mendapatkan data masukan baik dari hasil penelitian
dan dari literatur perkuliahan sehingga dapat menjadikan bahan masukan bagi Dinas
Pendapatan Daerah Propinsi DKI Jakarta dalam melakukan penegakan hukum pajak
F. Sistem Pemungutan
dipergunakan yaitu :
Official Asssessment Tax System, yaitu suatu pemungutan pajak dimana wewenang
untuk menghitung besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada
pemungut atau aparatur pajak ( Fiskus ), dalam sistem ini Wajib Pajak bersifat
pasif, menunggu ketetapan dari aparat pajak. Hutang pajak baru timbul bila sudah
Self Assessment Tax System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang
untuk menghitung besarnya pajak yang terhutang oleh suatu wajib pajak berada
pada wajib pajak, dalam sistem ini wajib pajak harus aktif menghitung,
Full Self Assessment Tax System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak dimana
wewenang untuk menghitung besarnya pajak yang terutang oleh suatu wajib
pajak berada pada wajib pajak itu sendiri, dalam sistem tersebut wajib pajak harus
42
pajak menyalahi peraturan yang berlaku. ( sama dengan Self Assessment System ).
Withholding Tax System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang
untuk menghitung besarnya pajak yang terutang berada pada pihak ketiga ( bukan
oleh fiskus atau oleh wajib pajak ) namun demikian sistem ini masih ada yang
berpendapat, bahwa sistem ini bukan merupakan sistem pemungutan pajak, tetapi
salah satu pembayaran pajak. Misalnya Pajak penghasilan, gaji, upah, honorarium
atau bunga deposito dihitung oleh pemberi kerja atau penanggung pajak.
perhitungan pajaknya dilakukan oleh petugas pajak ( fiskus ). Tarif pajak reklame
bervariasi terhadap jenis reklame, ukuran reklame, klasifikasi, lokasi dan ketinggian
reklame, sehingga wajib pajak setelah menerima penetapan Surat Ketetapan Untuk