Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Usia : 61 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Winong RT 004/ RW 002, Pati , Jawa Tengah

ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Tanggal : 13 Juni 2017

Keluhan Utama
Benjolan pada lipat paha kanan hingga buah zakar

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSUD RAA Soewondo Pati dengan keluhan benjolan pada lipat
paha kanan pasien yang timbul sejak 1 hari SMRS. Benjolan awalnya berukuran
kira-kira sebesar telur ayam kemudian membesar hingga ke buah zakar. Benjolan
timbul ketika pasien sedang mengangkat beras, dan tidak hilang apabila pasien
tidur atau beristirahat. Benjolan semakin lama semakin terasa nyeri, keluhan
mual dan muntah disangkal. Pasien bekerja sebagai petani dan sering menangkat
berat.
Riwayat BAB terakhir siang hari SMRS, pasien mengeluh terakhir kentut malam
hari SMRS. Riwayat BAK lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan yang sama : (+) tahun 2016 pada lipat paha kanan dan bisa masuk
ketika berbaring
Hipertensi : (-)

1
Diabetes Melitus : (-)
Alergi obat : (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan yang sama pada keluarga disangkal

Riwayat Pengobatan
Tidak ada obat-obatan rutin yang dikonsumsi pasien setiap harinya

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 13 Juni 2017

PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 82 x/menit, reguler, isi cukup
Frekuensi napas : 22 x/menit, reguler
Suhu tubuh : 36,7˚C

PEMERIKSAAN SISTEM
Kepala : Mesocephal, benjolan (-)
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, pupil isokor
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
Telinga : Bentuk dan ukuran normal, discharge (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)
Paru : Inspeksi : Dada simetris, retraksi otot pernafasan (-)
Palpasi : Pergerakan dada simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga 5

2
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : Bentuk abdomen datar
Auskultasi : Bising usus (-)
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran
Palpasi : Supel, hepatomegali (-), splenomegaly (-)
Ekstremitas : Akral dingin (-), edema (-), capillary refill time < 2 detik
Kulit : sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit normal
KGB : pembesaran (-)

Status Lokalis : Regio skrotalis dextra

Inspeksi : Tampak adanya


benjolan pada skrotum,
diameter +/- 10 cm, tanda
peradangan (-), warna sama
dengan jaringan sekitar

Palpasi : tidak dapat


direposisi (finger test tidak
dapat dilakukan)

3
Pemeriksaan RT: TMSA (+), ampulla tidak kolaps, mukosa licin, benjolan (-), nyeri
tekan (-), prostat tidak teraba membesar, nodul (-), nyeri (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
PT 13,6 detik 10 - 14
APTT 30,2 detik 20,0 - 40,0
BT 3 2-7
CT 5 4 - 10
Darah Lengkap
Leukosit 9.300 /uL 3.800-10.600
Eritrosit 4.56 juta/uL (L) 4.7-6.1
Hemoglobin 13.4 g/dL 13.2 - 17.3
Hematokrit 37.8 % (L) 40 - 52
MCV 82.9 fL 80 - 100
MCH 29.4 pg 32 - 36
MCHC 35.4 % 35 - 36
Trombosit 175.000/uL 150 - 400
Hitung Jenis
Neutrofil 70.20 % (H) 50.0 – 70.0
Limfosit 12.30 % (L) 25.0 - 40.0
Monosit 3.10 % 2-4
Eosinofil 14.20 % (H) 2-4
Basofil 0.20 % 0-1
LED 1 Jam 14 mm (H) 0 - 10
LED 2 jam 28 mm (H) 0 - 10
Kimia Klinik
GDS 100 mg/dL 70 - 160
SGOT 24.0 U/L <35
SGPT 26.5 U/L <45
Ureum 26.8 mg/dL 10 - 50
Creatinine 0.97 mg/dL 0.6 - 1.2
Natrium Darah 135.4 mmol/L 135 - 155
Kalium Darah 3.16 mmol/L (L) 3.6 - 5,5
Chlorida Darah 104.8 mmol/L 95 - 108
HBsAg Non reaktif Non Reaktif

RESUME
Telah diperiksa seorang laki-laki usia 61 tahun dengan keluhan benjolan pada
lipat paha kanan hingga ke buah zakar pasien yang timbul sejak 1 hari SMRS.
Benjolan awalnya berukuran kira-kira sebesar telur ayam dan semakin lama

4
semakin membesar. Benjolan timbul ketika pasien mengangkat karung beras dan
tidak hilang saat pasien tidur atau beristirahat. Pasien bekerja sebagai petani dan
sering menangkat berat. BAB terakhir siang hari 1 hari SMRS dan pasien
mengeluh tidak bisa kentut. Riwayat penyakit dahulu, pasien pernah mengalami
keluhan yang sama pada tahun tahun 2016 pada lipat paha kanan dan benjolan
bisa masuk sendiri. Pada pemeriksaan fisik pada tanggal 13/6/2017 pada regio
skrotalis dextra, tampak adanya benjolan , diameter +/- 10 cm, warna sama
dengan jaringan sekitar , palpasi tidak dapat direposisi, fingertest tidak dapat
dilakukan.

DIAGNOSIS KERJA
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Inkarserata

TATALAKSANA
Herniorepair

PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI

5
Gambar 1. Anatomi Inguinal1

Kanalis inguinalis memiliki panjang 4-6 cm, berbentuk kerucut dan terletak di bagian
anterior dari rongga pelvis. Kanalis inguinalis bermula dari posterior diding abdomen,
dimana korda sermatikus melewati internal inguinal ring dan berakhir pada external
inguinal ring. Pada bagian anterior kanalis inguinalis dibatasi oleh external oblique
aponeurosis, pada bagian lateral dibatasi oleh internal oblique muscle, pada bagian
posterior dibatasi oleh fascia tranversalis dan otot transversus abdominalis, pada
bagian superior dibatasi oleh internal oblique muscle, pada bagian inferior dibatasi
oleh ligamentum inguinale (poupart’s ligament) (Gambar 1.). Pada korda spermatika
terdapat 3 arteri, 3 vena, 2 saraf, plexus pampiniformis, dan vas deferens yang
dibungkus oleh 3 lapis fascia spermatika. Struktur lain yang penting disekitar inguinal
termasuk traktus iliopubik, ligamen lacunar dan ligamen cooper (Gambar 2.).1

6
Gambar 2. Ligamen-ligamen pada kanalis inguinal1
Vascular space terletak diantara lamina anterior dan posterior dari fasia transversalis,
pada vascular space terdapat arteri dan vena epigastrik inferior. Arteri epigastrik
inferior berasal dari arteri iliaka eksterna dan anastomosis nya dengan arteri epigastik
superior yang merupakan sambungan dari arteri trorakal interna dan memperdarahi
M. Rectus Abdominis. 2 (Gambar 3).1

Gambar 3. Vascular space1


Persarafan di sekitar regio inguinal yaitu, N. Ilioinguinal, N. Iliohipogastrik, N.
Genitofemoral, N. Kutaneus Femoralis Lateralis (Gambar 4).1

7
Gambar 4. Persarafan Regio Inguinal1

DEFINISI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti ruptur. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang
diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.2

EPIDEMIOLOGI
Inguinal hernia repair merupakan operasi yang paling sering dilakukan di United
State. Diperkirakan 800.000 kasus dilakukan pada tahun 2003, belum termasuk hernia
rekuren ataupun hernia bilateral.
Sekitar 75 % hernia dinding perut terjadi di inguinal dan femoralis. Resiko terjadinya
hernia inguinalis pada laki-laki lebih besar dari pada perempuan ( 27 % : 3 %).
Subtipe hernia yang paling sering terjadi pada laki-laki dan perempuan adalah hernia
inguinalis indirek. 2 Insiden hernia yang meningkat dengan bertambahnya usia

8
mungkin disebabkan oleh meningkatnya penyakit yang membuat tekanan
intraabdomen meninggi dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang (Tabel 1.).1,3

Tabel 1. Prevalensi hernia berdasarkan usia1

KLASIFIKASI
Hernia inguinalis secara umum diklasifikasikan sebagai indirek, direk dan
femoral berdasarkan tempat dari herniasinya. Hernia indirek berada di lateral dari
pembuluh darah epigastrik inferior, melalui deep inguinal ring. Hernia direk berada di
medial dari Pembuluh darah epigastrik inferior diantara segitiga Hesselbach. Batas-
batas dari segitiga Hesselbach yaitu, inferior dibatasi oleh ligamentum inguinale,
batas medial berupa tepi lateral otot rectus abdominalis, dan batas superolateral
berupa pembuluh darah epigastik inferior. Hernia femoralis melalui femoral ring
yang kecil dan inflexible. Batas-batas dari Femoral ring yaitu, anterior dibatasi oleh
traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Posterior oleh ligamentum Cooper,
medial oleh ligamen lacunar, dan lateral oleh vena femoralis. Klasifikasi Nyhus
mengkategorikan hernia berdasarkasn lokasi, ukuran dan tipe ( Gambar 5).1,3

9
A

Gambar 5. Klasifikasi Nyhus 4

Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponible bila isi hernia dapat kelur-
masuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring
atau bila didorong masuk perut. Bila isi kantong tidak dapat di reposisi kembali ke
dalam rongga perut, disebut hernia irreponibel. Ini biasanya disbebakna oleh
perlekatan isi kantong kepada peritoneum kantong hernia.
Hernia disebut hernia inkaserata atau strangulata bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia
inkaserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase,
sedankan hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang
disertai gangguan vaskularisasi. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian adinding
usus, hernianya disebut hernia Ritcher (Gambar 6).3

B
A

10
C

Gambar 6. A. Hernia reponibel tanpa inkaserasi dan strsngulasi, B. Hernia


ireponibel atau hernia akreta karena perlebngketan, C. Hernia inkaserata
dengan ileus obstruksi, D.Hernia strangulata, E. Hernia Ritcher 3

ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly kongenital atau didapat. Mayoritas

11
orang dewasa dengan hernia inguinalis merupakan defek yang didapat.Banyak
penelitian yang mencoba untuk menentukan penyebab pasti dari hernia inguinalis, dan
didapatkan faktor resiko yang paling penting adalah kelemahan otot-otot abdomen.
Gambar 6 menunjukkan faktor-faktor resiko yang menyebabkan hernia inguinalis.1,3

Gambar 6. Faktor resiko Hernia inguinalis3

PATOFISIOLOGI
Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguialis, yaitu:
1. Kanalis inguinalis yang berjalan miring
2. Struktur oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus
ketika berkontraksi
3. Fassia transversa kuat yang menutupi trigonum Hesselbach .
Gangguan mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang
berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan
intraabdominal dan kelemahan dinding otot perut karena usia.3

DIAGNOSIS

12
Anamnesis
Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul waktu berdiri, batuk, berin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkaserasi karena ileus atau
strangulasi karena neksrosis atau gangren. 1,3

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara diagnosis utama pada hernia inguinalis. Hernia
asimtomatik sering didiagnosis secara tidak sengaja saat pemeriksaan fisik atau
dengan keluhan utama pasien adalah benjolan yang abnormal.
Idealnya, pasien harus diperiksa pada posisi berdiri dengan daerah inguinal dan
skrotum yang terlihat jelas untuk meningkatkan tekanan intra-abdominal. Pertama-
tama dilakukan inspeksi, dengan tujuan utama yaitu mengidentifikasi penonjolan
abnormal pada daerah inguinal atau sampai ke skrotum. Jika tidak terlihat adanya
benjolan, dapat dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya hernia.1,3

Palpasi dilakukan dengan menggunakan ujung jari melalui skrotum menuju ke


external inguinal ring, cara ini bertujuan untuk mengeksplorasi kanalis inguinalis,
setelah itu pasien di instruksikan untuk melakukan maneuver valsava untuk
mengetahui apakah hernia dapat direposisi atau tidak. Jika benjolan dapat direposisi,
pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pada saat mengedan jika
ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan jika bagian sisi jari
yang menyentuhnya berarti hernia inguinalis medialis (Gambar 7). Selain itu pada
waktu palpasi diraba konsistensinya.1,3

13
Gambar 7. Pemeriksaan Hernia menggunakan jari1

Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus-kasus dengan diagnosis yang membingungkan, pemeriksaan radiologi
dapat digunakan untuk membantu anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
radiologi pada kasus-kasus yang jelas tidak diperlukan. Pemeriksaan radiologi yang
sering dilakukan yaitu, USG, CT, dan MRI, direct herniography. CT dan MRI
memiliki sensitivitas 80 % dan spesifisitas 65 % untuk mendeteksi hernia inguinalis.
Direct herniography memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi daripada
CT dan MRI namun Direct herniography lebih invasif dan tidak selalu tersedia serta
jarang digunakan.1

DIAGNOSIS BANDING

14
Gambar 8. Diagnosis Banding Hernia Inguinalis1

TATALAKSANA
Tatalaksana operatif merupakan terapi definitif dari hernia inguinalis, Namun, pada
pasien dengan kondisi medis yang sangat beresiko untuk operasi, operasi dapat
ditunda sampai kondisi pasien lebih baik. Terjadinya hernia inkaserata dan starngulata
pada pasien yang asimtomatik rendah oleh sebab itu tatalaksana non-operatif fapat
dipertimbangkan pada pasien dengan gejala yang ringan. Tatalaksana non-operatif
pada hernia inguinalis bertujuan untuk mengurangi nyeri, tekanan dan penonjolan si
abdomen pada pasien dengan gejala. Posisi recumbent dan trusses merupakan
tatalaksana non-operatif hernia inguinalis.1

Tatalaksana operatif pada hernia yaitu :


A. Open Approach:
1. Menggunakan prostheses
-Lichtenstein Tension-Free Repair
-Plug and Patch technique
-Prolene Hernia System
-Stoppa Repair

2. Menggunakan native tissue


-Bassini Repair
-Shouldice Repair

15
-McVay Repair
B. Laparoscopic Approach1

Scara umum inguinal hernia repair dapat dibagi menjadi 3, yaitu :


-Herniotomy (Hanya mengangkat Hernial Sac saja)
-Herniorrhapy (Herniotomy dengan memperbaiki dinding posterior dari kanalis
inguinalis)
-Hernioplasty (Herniotomy dan memperkuat dinding posterior dari kanalis inguinalais
menggunakan mesh sintetic ).5

KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oeh isi hernia:
-Hernia ireponibel
-Hernia inkaserata sehingga terjadi gejala obstruksi usus
-Hernia strangulata
-Abses lokal
-Fistel
-Peritonitis 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Wagner JP, Brunicardi FC, Amid PK, Chen DC. Inguinal hernia. Dalam:

16
Brunicardi FC, Andersen DK, Biliar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE,
penyunting. Schwartz’s manual of surgery. Edisi ke-10. New York: McGraw-
Hill: 2014. H.1495-520.
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
3. Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu Bedah. Karnadihardja W, Prasetyono OH,
Rudiman R, editors. Edisi ke-3. Jakarta: EGC ;2010.H. 615-41
4. Aafp.org [internet]. America: American Academy of Family Physician;
1999 Jan 1J[cited 2017 Feb 12].
Available from : http://www.aafp.org/afp/1999/0101/p143.html
5. Kapoor VK. Open Inguinal Hernia Repair Technique. 2016 Aug 09. Medscape
journal [cited 2017 Feb 11]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1534281-technique

17
18

Anda mungkin juga menyukai