A. DEFINISI
Diabetes melitus adalah salah satu penyakit paling membahayakan saat ini.
Diabetes menyebabkan komplikasi, kecacatan, menurunnya kualitas hidup, dan
menyebabkan tingginya pembiayaan kesehatan. Jumlah penderita diabetes melitus
dari tahun ke tahun makin meningkat. Menurut data World Health
Organitation (WHO) pada tahun 2000 di seluruh dunia terdapat 171 juta orang yang
mengidap diabetes, dan angka ini diperkirakan membengkak menjadi 366 juta orang
pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri pada tahun 2000 telah ada 8.424.000 orang
penderita diabetes dan pada tahun 2030 diperkirakan mencapai angka 21.257.000
orang. Jumlah ini perlu diwaspadai karena kini Indonesia menempati urutan
keempat terbesar dunia dengan prevalensi 8,6 persen dari total penduduk setelah
India, China, dan Amerika Serikat.
Diabetes sendiri merupakan gangguan pada metabolisme glukosa yang
disebabkan oleh kekurangan hormon insulin atau penurunan efektivitas insulin (14,15).
Glukosa merupakan sumber energi utama dari sel tubuh, yang didapat dari
makanan atau metabolisme di hati. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh
pankreas, hormon ini diproduksi dan disalurkan ke aliran darah saat ada makanan
yang masuk. Hormon insulin membantu penyerapan gula ke dalam sel dengan
mengubahnya menjadi glikogen. Insulin menurunkan kadar gula darah, dan bila
kadar gula darah turun sekresi insulin di pankreas juga menurun. Hati merupakan
tempat penyimpanan glukosa dan tempat pemprosesannya. Bila kadar insulin
rendah, misalnya karena kekurangan makanan, hati akan mengeluarkan simpanan
glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa dalam batas normal.
Namun dalam tubuh penderita diabetes, glukosa tidak masuk ke dalam sel
namun menumpuk dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena pankreas tidak
mengeluarkan cukup insulin atau sel tubuh menjadi resisten terhadap kerja insulin.
Sebab resistensi ini belum jelas, namun diperkirakan ada pengaruh dari kelebihan
lemak dan kekurangan gerak badan.
Sampai saat ini tidak ada cara penyembuhan bagi penderita diabetes
melitus namun penyakit ini dapat dikontrol dan dicegah dengan memakan makanan
sehat dan olah raga rutin, atau bila diet serta aktifitas fisik tidak cukup diperlukan
obat diabetes untuk mengatur kadar gula darah.
Apoteker memiliki peran yang amat besar dalam membantu pasien
diabetes melitus, khususnya dalam hal pengelolaan diabetes dan penggunaan obat-
obat anti diabetes. Apalagi masyarakat Indonesia secara umum belum banyak
mempergunakan jasa ahli gizi dalam perawatan kesehatannya, selain itu masih
banyak pasien yang tidak mendapatkan keterangan dan saran yang jelas dari dokter,
atau masih segan untuk bertanya dan berdiskusi dengan dokter akan penanganan
penyakit diabetesnya. Oleh karena itu farmasis komunitas, khususnya apoteker,
harus secara aktif menyampaikan konseling dan informasi kesehatan kepada
pasiennya yang mengidap diabetes melitus. Konseling yang tepat tidak semata-mata
menambah pengetahuan pasien, namun akan meningkatkan kualitas hidup serta
mengurangi tambahan biaya yang perlu dikeluarkan pasien dalam pengobatan
penyakit kronis ini.
B. JENIS-JENIS DIABETES
Ada beberapa macam diabetes melitus, antara lain:
1. Diabetes melitus tipe I
Diabetes tipe I, disebabkan oleh rusaknya pankreas sehingga tidak dapat
memproduksi insulin. Penderita diabetes tipe I ini amat tergantung pada suntikan
insulin. Kebanyakan penderita mengidap penyakit ini karena faktor keturunan, dan
sampai sekarang belum ditemukan cara pencegahannya. Penyakit ini biasa
menyerang anak-anak dan dewasa, namun karena merupakan jenis diabetes utama
yang menyerang anak-anak maka disebut juga “diabetes anak (juvenile diabetes)”.
Ada berbagai macam tes darah yang dilakukan untuk mendeteksi diabetes
antara lain (4) :
Diabetes Normal
Gula darah sewaktu- > 200 mg/dL
waktu
Gula darah puasa > 140 mg/dL < 110 mg/dL
(semalam)
Gula darah dua jam > 160 mg/dL < 140 mg/dL
setelah makan
HbA1C >7%
NB. Wanita dengan tinggi< 150cm dan pria <160cm, tidak perlu dikurangi 10%
lagi.
2. Biguanida (metformin)
Golongan Biguanida ini mempunyai efek menurunkan kadar gula darah
yang meningkat pada penderita diabetes, tetapi tidak meningkatkan sekresi insulin.
Penurunan kadar gula darah ini disebabkan oleh peningkatan asupan glukosa ke
dalam otot, penurunan glukoneogenesis yang meningkat dan penghambatan absorpsi
glukosa intestinal. Metformin meningkatkan sensitivitas insulin di hati dan jaringan
periferal (otot).
Penyerapan oleh usus baik sekali dan obat ini dapat digunakan
bersamaan dengan insulin atau sulfonilurea. Metformin mencapai kadar puncak
dalam darah setelah 2 jam dan diekskresi melalui urin dalam keadaan utuh dengan
waktu paruh 2-5 jam. Metformin mempunyai bioavailabilitas oral sekitar 50-60%,
kelarutan rendah pada lemak & memiliki volume distribusi pada cairan tubuh.
Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein plasma.
Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi glomerular. Waktu
paruh metformin yaitu 6 jam, secara farmakodinamik efek antihiperglikemia
metformin > 24 jam.
Metformin mempunyai efek gastrointestinal seperti mual, kembung, diare
pada sekitar 30% pasien, anoreksia dan perasaan kenyang menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan.
Interaksi yang Merugikan :
a. Metformin-fenprokumon
Menyebabkan peningkatan eliminasi fenprokumon. Hal ini dihubungkan
dengan adanya peningkatan aliran darah ke hati.
b. Metformin-alkohol
Alkohol meningkatkan efek antihiperglikemi dan hiperlaktatemi dari
metformin. Meskipun demikian, pasien yang diobati dengan metformin sebaiknya
menghindari alkohol.
Interaksi yang Menguntungkan :
a. Metformin-golongan sulfonilurea
Merupakan kombinasi yang rasional karena mekanisme kerja yang
berbeda yang saling aditif. Kombinasi tersebut dapat menurunkan kadar glukosa
darah lebih banyak daripada pengobatan tunggal masing-masing obat tersebut.
b. Metformin-insulin
Kombinasi ini dianjurkan pada pasien obesitas yang kadar glukosa
darahnya sulit dikendalikan.
Pemberian metformin dapat dimulai dengan dosis 500 mg saat makan
malam atau sesudah makan dan dititrasi tiap minggu sebesar 500 mg dengan
toleransi pemberian dosis tunggal malam hari sebesar 2000 mg/hari. Metformin
tidak dianjurkan untuk anak-anak.
Beberapa informasi tentang metformin yang beredar di pasaran:
GLUCOPHAGE (Metformin HCl 500mg/Merck)
Benofomin (Benofarm)
Diabex / Diabex Forte (Combiphar)
Diafac (Phapros)
Eraphage (Guardian)
Forbetes (Sanbe)
Formell (Alpharma)
Gliformin (Tempo Scan Pasific)
Glucotika (Ikapharmindo), dll.
3. Penghambat -Glukosidase (acarbose dan miglitol)
Mekanisme kerjanya yaitu dengan menghambat kerja enzim (maltase,
isomaltase, sukrase, dan glukoamilase) secara kompetitif dalam usus halus sehingga
menunda pemecahan sukrosa dan kompleks karbohidrat. Efeknya adalah
mengurangi kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan.
Efek samping yang sering terjadi adalah flatulence, bloating, kembung,
diare. Dan interaksi obat dari jenis ini adalah meningkatkan efek antikoagulan dari
warfarin, dan dapat menurunkan efek digoksin. Dosis awal yang biasa digunakan 25
mg satu kali sehari, dapat ditingkatkan secara bertahap maksimum sampai 50 mg
tiga kali sehari untuk pasien dengan berat badan ≤ 60 kg atau 100 mg tiga kali sehari
untuk pasien dengan berat badan >60 kg.
Informasi tentang akarbose yang beredar di pasaran:
o GLUCOBAY 50 / GLUCOBAY 100 (Akarbose /Bayer)
4. Miglitinida / Insulin Secretagogues (nateglinide, repaglinide)
Mekanisme kerja golongan ini serupa dengan golongan sulfonilurea.
Nateglinid & Repaglinid menstimulasi sekresi insulin dari sel β-pankreas segera
sesudah makan dimana harus diminum tepat sebelum makan karena resorpsinya
cepat dan mencapai kadar darah puncak dalam 1 jam.
Nateglinid & repaglinid merupakan insulin sekretagogues yang sangat
cepat diserap (±0,5-1 jam) & mempunyai waktu paruh 1-1,5 jam. Nateglinid
memiliki keterikatan yang kuat dengan protein terutama albumin, serta glikoprotein
asam-α1 (α1-acid glycoprotein). Nateglinid dimetabolisme oleh CYP2C9 (70%) &
CYP3A4 (30%) untuk mengurangi metabolit-metabolit aktif. Konjugasi glukoronid
mempercepat eliminasi melalui ginjal. Repaglinid dimetabolisme oleh sistem
CYP3A4 untuk mengaktivasi metabolit yang diekskresi melalui empedu.
Hipoglikemia merupakan efek samping utama dari golongan ini. Resiko
hipoglikemia golongan ini lebih rendah dibandingkan dengan sulfonylurea.
Nateglinid dan repaglinid diberikan sesudah makan (30 menit sesudah
makan). Kedua obat ini dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
dan dipilih sebagai alternatif pada pasien dengan pengalaman hipoglikemia
penggunaan sulfonilurea dosis rendah.
Beberapa informasi tentang miglitinida yang beredar di pasaran :
NOVONORM (repaglinide 0,5mg / Dexa Medica)
STARLIX (Novartis)
5. Thiazolidinediones
Mekanisme kerja thiazolidinediones adalah dengan berikatan pada
peroksisom proliferator aktivator reseptor-γ (PPAR-γ), yang paling banyak terdapat
di sel lemak dan sel vaskular. Thiazolidinediones meningkatkan sensitifitas insulin di
otot, hati, jaringan lemak secara tidak langsung. Mekanisme kerja dari golongan ini
adalah penurunan kadar glukosa dan insulin dengan meningkatkan kepekaan bagi
insulin dari otot, jaringan lemak dan hati dimana efek penyerapan glukosa ke dalam
jaringan lemak dan otot meningkat.
Pioglitazon dan rosiglitazon diabsorbsi dengan baik dengan atau tanpa
adanya makanan. Keduanya mempunyai ikatan yang tinggi terhadap albumin (>
99%). Pioglitazon terutama dimetabolisme oleh CYP2C8, dan dalam jumlah sedikit
(17%) juga dimetabolisme oleh CYP3A4, yang kemudian akan dieliminasi melalui
feses. Rosiglitazon terutama dimetabolisme oleh CYP2C8, dan dalam jumlah sedikit
juga dimetabolisme oleh CYP2C9. Waktu paruh kedua obat ini masing-masing
adalah 3-7 jam dan 3-4 jam. Durasi kedua obat ini sebagai antihiperglikemia lebih
dari 24 jam.
Troglitazon menyebabkan idiosinkrasi hepatotoksisitas, sedangkan untuk
penggunaan pioglitazon dan rosiglitazon belum ada bukti yang menunjukkan terjadi
hepatotoksisitas. Efek samping pioglitazon dan rosiglitazon yang terpenting adalah
terjadinya resistensi cairan.
Dosis awal Pioglitazon dan rosiglitazon yang direkomendasikan masing-
masing adalah 15mg dan 2-4mg 1xsehari.
Beberapa informasi tentang tiazolidinedion yang beredar di pasaran :
ACTOS (Pioglitazon HCl 15mg/Takeda)
AVANDAMET (Rosiglitazon maleat 1mg, Metformin HCl 500mg/tab;
GlaxoSmithKline).
AVANDIA (Rosiglitazon 2mg/tab, 4mg/tab, 8mg/tab; GlaxoSmithKline).
DECULIN (Pioglitazon HCl 15mg/tab, 30mg/tab; Dexamedica).
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang
baru. Cermin Dunia Kedokteran No. 127. Hal. 37-40.