Anda di halaman 1dari 18

DIABETES MELITUS

A. DEFINISI
Diabetes melitus adalah salah satu penyakit paling membahayakan saat ini.
Diabetes menyebabkan komplikasi, kecacatan, menurunnya kualitas hidup, dan
menyebabkan tingginya pembiayaan kesehatan. Jumlah penderita diabetes melitus
dari tahun ke tahun makin meningkat. Menurut data World Health
Organitation (WHO) pada tahun 2000 di seluruh dunia terdapat 171 juta orang yang
mengidap diabetes, dan angka ini diperkirakan membengkak menjadi 366 juta orang
pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri pada tahun 2000 telah ada 8.424.000 orang
penderita diabetes dan pada tahun 2030 diperkirakan mencapai angka 21.257.000
orang. Jumlah ini perlu diwaspadai karena kini Indonesia menempati urutan
keempat terbesar dunia dengan prevalensi 8,6 persen dari total penduduk setelah
India, China, dan Amerika Serikat.
Diabetes sendiri merupakan gangguan pada metabolisme glukosa yang
disebabkan oleh kekurangan hormon insulin atau penurunan efektivitas insulin (14,15).
Glukosa merupakan sumber energi utama dari sel tubuh, yang didapat dari
makanan atau metabolisme di hati. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh
pankreas, hormon ini diproduksi dan disalurkan ke aliran darah saat ada makanan
yang masuk. Hormon insulin membantu penyerapan gula ke dalam sel dengan
mengubahnya menjadi glikogen. Insulin menurunkan kadar gula darah, dan bila
kadar gula darah turun sekresi insulin di pankreas juga menurun. Hati merupakan
tempat penyimpanan glukosa dan tempat pemprosesannya. Bila kadar insulin
rendah, misalnya karena kekurangan makanan, hati akan mengeluarkan simpanan
glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa dalam batas normal.
Namun dalam tubuh penderita diabetes, glukosa tidak masuk ke dalam sel
namun menumpuk dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena pankreas tidak
mengeluarkan cukup insulin atau sel tubuh menjadi resisten terhadap kerja insulin.
Sebab resistensi ini belum jelas, namun diperkirakan ada pengaruh dari kelebihan
lemak dan kekurangan gerak badan.
Sampai saat ini tidak ada cara penyembuhan bagi penderita diabetes
melitus namun penyakit ini dapat dikontrol dan dicegah dengan memakan makanan
sehat dan olah raga rutin, atau bila diet serta aktifitas fisik tidak cukup diperlukan
obat diabetes untuk mengatur kadar gula darah.
Apoteker memiliki peran yang amat besar dalam membantu pasien
diabetes melitus, khususnya dalam hal pengelolaan diabetes dan penggunaan obat-
obat anti diabetes. Apalagi masyarakat Indonesia secara umum belum banyak
mempergunakan jasa ahli gizi dalam perawatan kesehatannya, selain itu masih
banyak pasien yang tidak mendapatkan keterangan dan saran yang jelas dari dokter,
atau masih segan untuk bertanya dan berdiskusi dengan dokter akan penanganan
penyakit diabetesnya. Oleh karena itu farmasis komunitas, khususnya apoteker,
harus secara aktif menyampaikan konseling dan informasi kesehatan kepada
pasiennya yang mengidap diabetes melitus. Konseling yang tepat tidak semata-mata
menambah pengetahuan pasien, namun akan meningkatkan kualitas hidup serta
mengurangi tambahan biaya yang perlu dikeluarkan pasien dalam pengobatan
penyakit kronis ini.
B. JENIS-JENIS DIABETES
Ada beberapa macam diabetes melitus, antara lain:
1. Diabetes melitus tipe I
Diabetes tipe I, disebabkan oleh rusaknya pankreas sehingga tidak dapat
memproduksi insulin. Penderita diabetes tipe I ini amat tergantung pada suntikan
insulin. Kebanyakan penderita mengidap penyakit ini karena faktor keturunan, dan
sampai sekarang belum ditemukan cara pencegahannya. Penyakit ini biasa
menyerang anak-anak dan dewasa, namun karena merupakan jenis diabetes utama
yang menyerang anak-anak maka disebut juga “diabetes anak (juvenile diabetes)”.

2. Diabetes melitus tipe II


Diabetes tipe II merupakan jenis yang paling banyak dialami oleh
penderita diabetes melitus. Diabetes tipe II, atau juga dikenal dengan diabetes yang
tidak tergantung insulin, adalah suatu penyakit kronis yang mempengaruhi
kemampuan tubuh dalam memetabolisme gula, yang merupakan sumber energi
tubuh. Diabetes tipe II mungkin merupakan penyakit turunan namun dapat dicegah
dengan pola hidup yang teratur. Penderita diabetes tipe II memiliki sistem tubuh
yang menolak kerja insulin, yaitu hormon yang mengatur penyerapan glukosa ke
dalam sel, atau tubuh tidak memproduksi cukup insulin untuk mempertahankan
kadar glukosa darah yang normal. Apabila tidak dikontrol, diabetes tipe II dapat
menimbulkan kondisi yang membahayakan jiwa. Penderita diabetes tipe II makin
meningkat pada kurun waktu belakangan ini, terutama akibat fenomena kelebihan
berat (obesitas) yang marak terjadi pada masyarakat. Diabetes tipe II pada
umumnya terjadi pada orang dewasa usia paruh baya, namun belakangan ini terjadi
lonjakan kasus diabetes tipe II pada kaum remaja dan dewasa muda.
3. Gestational diabetes
Selain kedua tipe utama diatas, juga ada diabetes saat hamil yang terjadi
akibat perubahan pengaturan hormon termasuk hormon insulin. Kadar gula harus
terus diperhatikan karena mudah mengalami fluktuasi. Jika tidak tertangani dengan
baik dapat menimbulkan kelainan janin dan membahayakan ibu hamil.
C. GEJALA-GEJALA DIABETES
Gejala-gejala diabetes melitus dapat terlihat tidak berbahaya, banyak
penderita yang tidak menyadari kondisinya sampai waktu bertahun-tahun.
Gejala-gejala diabetes melitus antara lain adalah:
1. Sering haus dan sering buang air kecil.
Akibat kadar gula di aliran darah tinggi, cairan jaringan menjadi tertarik
ke pembuluh darah untuk mengencerkannya. Hal ini menyebabkan rasa haus, dan
akibatnya penderita sering minum dan buang air kecil lebih sering.
2. Sering merasa lapar
Karena tidak tersedia cukup insulin untuk mengubah glukosa menjadi
glikogen, atau dengan demikian memasukan gula dalam sel-sel, jaringan otot dan
organ menjadi kekurangan energi. Rasa lapar ini bisa masih tetap bertahan walau
penderita sudah makan.
3. Kehilangan berat badan
Walau sudah makan lebih banyak dari biasa untuk menghilangkan rasa
lapar, penderita dapat mengalami penurunan berat badan. Tanpa adanya energi
dari gula, jaringan otot dan jaringan lemak akan menyusut karena tubuh
memetabolisme protein dan lemaknya menjadi energi.
4. Rasa lelah
Apabila tubuh kekurangan gula, maka penderita akan merasakan
kelelahan dan badan menjadi tidak tenang serta gelisah.
5. Pandangan kabur
Apabila kadar gula darah terlalu tinggi, cairan pada bola mata khususnya
pada lensa, akan tertarik ke pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan sulit
menfokuskan penglihatan.
6. Luka sulit sembuh
Diabetes mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri
dan melawan infeksi.
Beberapa penderita diabetes juga memiliki bercak-bercak hitam pada kulit di
bagian lipatan tubuh, seperti pada ketiak atau leher. Kondisi ini merupakan tanda
resistensi terhadap insulin, yang disebut acanthosis nigricans.
D. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
Sampai sekarang belum jelas mengapa ada orang yang terkena diabetes
dan ada juga yang tidak, namun faktor-faktor penyebab terjadinya diabetes melitus
telah diketahui antara lain :
1. Berat badan.
Kelebihan berat badan sepertinya merupakan faktor utama dari diabetes
tipe II. Semakin banyak jaringan lemak dimiliki, semakin sulit sel tubuh mendapat
insulin. Kelebihan berat badan umumnya terjadi akibat konsumsi makanan
berlemak dan berkadar gula tinggi. Akibat kita mengkonsumsi karbohidrat dalam
jumlah banyak, pankreas akan terforsir menghasilkan insulin dan menjadikannya
cepat aus sehingga kerjanya tidak lagi optimal.
2. Kekurangan gerak badan
Makin jarang seseorang beraktifitas, makin tinggi kemungkinan terkena
diabetes. Aktifitas fisik dapat mengontrol berat badan, memakai glukosa sebagai
energi dan menyebabkan sel lebih sensitif terhadap insulin.
3. Faktor keturunan
Orang yang memiliki orang tua atau saudara yang terkena diabetes
berpotensi juga terkena diabetes.
4. Usia
Semakin bertambah usia, makin besar resiko terkena diabetes, khususnya
diatas usia 45 tahun. Pada umumnya makin tua seseorang, makin jarang ia berolah
raga, dan kehilangan massa otot dan berat badan bertambah. Namun penderita
diabetes tipe II dari kalangan anak-anak, remaja, dan usia muda belakangan ini
makin meningkat.
5. Konsisi prediabetes
Kondisi prediabetes ialah pada saat kadar gula darah lebih tinggi dari
normal namun belum terlalu tinggi untuk digolongkan jadi diabetes. Bila tidak
ditangani, prediabetes sering dapat berkembang menjadi diabetes.
6. Gestasional diabetes
Apabila seseorang mengalami diabetes gestational pada saat hamil,
resikonya mengalami diabetes tipe II akan meningkat. Bila seseorang melahirkan
bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg maka orang tersebut juga memiliki potensi
diabetes.
E. KOMPLIKASI-KOMPLIKASI DIABETES
Diabetes melitus mudah diacuhkan, apalagi bila masih dalam tahap awal
dan badan masih terasa baik-baik saja. Namun diabetes dapat mempengaruhi
banyak organ penting, termasuk jantung, pembuluh darah, syaraf, mata, dan ginjal.
Komplikasi-komplikasi dapat dihindari dengan menjada kadar gula darah tetap
normal sepanjang waktu.
1. Komplikasi jangka pendek
Komplikasi jangka pendek dari diabetes memerlukan penanganan dengan
segera. Bila dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan kejang dan kehilangan
kesadaran bahkan meningkat menjadi koma.
a. Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia)
Kadar gula darah dapat meningkat akibat berbagai hal, seperti makan
terlalu banyak, sakit, atau tidak memakan cukup obat penurun glukosa. Gejala
hiperglikemia adalah sering buang air, haus, mulut kering, kelelahan, mual, dan
pandangan kabur. Bila gula darah tinggi dan berada diatas 250mg/dL, sebaiknya
temui dokter atau rumah sakit. Penderita diabetes dapat mengalami hiperosmolar
yang dapat membahayakan nyawa, dimana kadar gula menjadi sangat tinggi
sehingga darah menjadi kental.
b. Peningkatan kadar keton dalam urin (ketoasidosis diabetik)
Apabila sel kekurangan energi, tubuh mengurai lemak menjadi energi.
Proses ini menghasilkan zat racun yang disebut keton. Apabila timbul gejala dimana
penderita kehilangan nafsu makan, mual, muntah, demam, sakit pada perut, dan
tercium bau harum pada nafas, khususnya bila kadar gula darah diatas 250mg/dL
penderita mungkin mengalami kondisi ketoasidosis diabetik, yang merupakan
kondisi yang membahayakan nyawa, yang harus segera dibawa ke rumah sakit
untuk perawatan darurat.
c. Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia)
Kadar gula darah dapat turun melewati kadar normal bila telat makan
atau melakukan aktifitas fisik berlebihan. Namun kondisi ini lebih sering terjadi
akibat penderita memakan obat penurun kadar glukosa terlalu banyak. Gejala dari
kekurangan kadar gula seperti berkeringat, gemetar, rasa lemah. Pusing, dan mual.
Gejala tahap lanjutnya dapat timbul kejang dan sulit berbicara. Bila penderita
mengalami hipoglikemia pada malam hari, pada pagi harinya pakaiannya akan
basah oleh keringat dan merasa sakit kepala. Hipoglikemia dapat memunculkan
kadar gula tinggi pada pagi harinya. Bila mengalami geja hipoglikemia, makan
sesuatu yang dapat meninggikan kadar gula seperti teh manis, permen, atau tablet
glukosa. Apabila penderita sampai kehilangan kesadarn mungkin diperlukan
suntikan glukagon, yaitu hormon yang menstimulasi pelepasan gula ke dalam darah.
2. Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang dari diabetes berkembang sedikit demi
sedikit. Makin cepat penderita terkena diabetes dan makin tidak terkontrol kadar
gulanya, makin besar resiko terkena komplikasi. Komplikasi dari diabetes dapat
mematikan atau mengurangi kualitas hidup.
a. Sakit jantung dan kerusakan pembuluh darah
Diabetes menaikan secara drastis resiko dari masalah kardiovaskuler,
termasuk penyakit arteri koroner dengan rasa sakit di dada (angina), serangan
jantung, stroke, penyempitan arteri (arteriosklerosis), dan tekanan darah tinggi.
b. Kerusakan syaraf (neurophaty)
Kelebihan gula dapat merusak pembuluh darah kapiler yang memberi
pasokan energi dan oksigen bagi jaringan syaraf, khususnya pada kaki. Hal ini akan
menyebabkan rasa baal atau sakit pada ujung jari kaki yang pada akhirnya semakin
naik ke atas. Bila tidak ditangani, penderita dapat kehilangan indera perasa pada
kaki. Kerusakan pada syaraf yang berkaitan dengan saluran cerna, dapat
menyebabkan mual, muntah, diare, dan konstipasi. Bagi pria, dapat muncul masalah
disfungsi ereksi.
c. Kerusakan ginjal (nephrophaty)
Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah kapiler yang merupakan saringan
dari komponen yang ada dalam darah. Diabetes dapat merusak sistem penyaring ini.
Kerusakan parah dapat menyebabkan gagal ginjal, yang menyebabkan penderita
memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
d. Kerusakan mata
Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di retina
(retinopathy diabetik), yang dapat berlanjut pada kebutaan. Diabetes juga dapat
menyebabkan katarak dan glaukoma.
e. Kerusakan pada kaki
Kerusakan jaringan syaraf pada kaki atau kurangnya aliran darah ke
kaki dapat memunculkan berbagai komplikasi pada kaki. Bila tidak diobati, luka
kecil dan lecet dapat menjadi infeksi yang serius. Kerusakan yang parah dapat
menyebabkan amputasi pada jari bahkan pada kaki.
f. Masalah pada kulit dan mulut
Diabetes dapat menyebabkan berbagai masalah kulit, termasuk infeksi
jamur dan bakteri. Infeksi pada gusi dapat terjadi, khususnya yang kurang merawat
giginya.
g. Osteoporosis
Diabetes dapat menyebabkan turunnya densistas mineral tulang dan
meningkatkan resiko osteoporosis.
F. SCREENING DAN DIAGNOSIS DIABETES
Diabetes melitus dapat didiagnosis dengan tes darah. Disarankan orang
yang berusia diatas 45 tahun melakukan tes darah untuk mendeteksi diabetes,
khususnya bagi yang kelebihan barat. Bila hasilnya normal, ulangi tes darah setiap
tiga tahun. Bila hasilnya ada digaris batas, lakukan tes tahun berikutnya.
Bila seseorang didiagnosa terkena diabetes dapat dilakukan tes HBA1C,
yaitu tes hemoglobin yang terglikasi. Tes darah jenis ini menghasilkan nilai rata-rata
gula darah selama dua atau tiga bulan terakhir. Tes ini dilakukan dengan mengukur
persentase gula darah yang terikat dengan hemoglobin, protein dalam darah yang
berfungsi membawa oksigen. Makin tinggi kadar gula darah, makin banyak
hemoglobin yang berikatan dengan glukosa.

Ada berbagai macam tes darah yang dilakukan untuk mendeteksi diabetes
antara lain (4) :
Diabetes Normal
Gula darah sewaktu- > 200 mg/dL
waktu
Gula darah puasa > 140 mg/dL < 110 mg/dL
(semalam)
Gula darah dua jam > 160 mg/dL < 140 mg/dL
setelah makan
HbA1C >7%

Bila diperlukan dapat pula dilakukan te toleransi glukosa (TTGO), yang


meliputi tes gula darah puasa dan Tes gula 30, 60, 90, 120 menit setelah minum
larutan glukosa. Atau tes resistensi insulin yang berguna untuk menentukan apakah
diabetes yang diderita merupakan diabetes tipe I (bila resistensi terhadap insulin
rendah) atau tipe II (bila resistensi terhadap insulin tinggi), dan bagaimana jenis
pengobatan yang akan dilakukan setelah itu.
G. KONSELING BAGI PERAWATAN PENDERITA DIABETES
Perawatan terhadap penderita diabetes melitus berupa pengawasan kadar
gula darah yang berjalan seumur hidup, pola makan sehat, olah raga teratur dan
pengobatan dengan obat anti diabetes, bila perlu terapi insulin. Tujuan dari
perawatan adalah menjaga kadar gula darah senormal mungkin dalam jangka
waktu lama mungkin untuk memperlambat atau mengurangi komplikasi diabetes
yang mungkin terjadi. Kontrol yang tepat terhadap kadar gula darah mengurangi
resiko serangan jantung dan stroke yang berhubungan dengan diabetes sampai lebih
dari 50%. Apabila mengatur diabetes terasa terlalu berat, lakukan secara bertahap.
Dan konsultasi dengan tenaga kesehatan mengenai diabetes dan penanganannya juga
juga diperlukan. Tenaga kesehatan seperti dokter, farmasis, dan ahli gizi dapat
membantu merancang rencana pola penanganan diabetes yang lebih baik dan turut
mengontrol pelaksanaannya agar penderita diabetes dapat menjaga kadar gulanya
pada tingkat yang senormal mungkin.
1. Mengawasi kadar gula darah
Tergantung pada rencana perawatan, sebaiknya dilakukan pengecekan
dan pencatatan kadar gula darah selama beberapa kali seminggu. Pengamatan
kadar gula darah secara hati-hati merupakan cara yang terbaik dalam menjaga
kadar gula darah tetap di tingkat normal. Kadar gula dapat dicek lewat tes
laboratorium atau dengan menggunakan alat pengukur gula darah portabel yang
banyak dijual dipasaran.
Walaupun dalam jadwal pengontrolan yang ketat, kadar gula darah
dapat saja berubah tanpa perkiraan. Dengan bantuan dari tenaga kesehatan,
penderita diabetes dapat mengetahui bagaimana kadar gula darahnya berubah
akibat pengaruh dari :
a. Makanan
Makanan jenis apa dan sebanyak apa yang dimakan dapat mempengaruhi
kadar gula darah. Kadar gula darah pada umumnya berada pada tingkat yang
paling tinggi satu atau dua jam setelah makan.
b. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik memasukan gula dari alirah darah ke sel tubuh. Semakin
banyak aktifitas tubuh, makin rendah kadar gula darah.
c. Pengobatan
Pengobatan jenis apapun dapat mempengaruhi kadar gula darah, oleh
karena itu mungkin diperlukan perubahan dalam pola penanganan diabetes apabila
zat obat tertentu dalam resep obat ternyata mempengaruhi kadar gula darah.
d. Sakit
Penyakit-penyakit, seperti demam, dapat merangsang produksi hormon
yang menaikan kadar gula darah.
e. Alkohol
Alkohol dapat menyebabkan gula darah meningkat atau menurun,
bergantung berapa banyak yang diminum dan apakah disertai makan atau tidak.
f. Stress
Dalam keadaan stress yang berkepanjangan, seseorang akan
menghasilkan hormon-hormon tertentu yang mempengaruhi kadar gula atau dapat
mempengaruhi insulin untuk bekerja secara lebih efektif.
g. Bagi wanita, perubahan dalam tingkat hormonal
Karena tingkatan hormonal wanita yang dalam keadaan menstruasi naik,
kadar gula darahnya juga dapat naik, khususnya dalam minggu sebelum haid.
Kondisi menopause dapat menyebabkan fluktuasi pada kadar gula darah.
Selain pengamatan kadar gula darah yang dilakukan dengan tes darah
yang umum, dokter dapat merekomendasikan dilakukannya tes HbA1C secara
berkala. Dibandingkan dengan tes darah harian, tes HbA1C lebih baik dalam
mengindikasikan apakah pola penanganan diabetes yang dilakukan pasien berhasil
atau tidak secara keseluruhan. Kenaikan tingkat A1C memberi tanda bahwa perlu
diadakan perubahan pada pola makan atau pengobatan yang dilakukan.
2. Pola makan sehat
Pola makan sehat yang ditujukan bagi penderita diabetes sebenarnya
bukan makanan khusus bagi penderita diabetes saja. Penderita diabetes juga tidak
terbatas hanya boleh memakan makanan yang hambar dan membosankan selama
masa hidupnya. Menu makanan bagi penderita diabetes memerlukan lebih banyak
buah, sayuran, dan biji-bijian, khususnya makanan yang kaya nutrisi namun rendah
kalori dan lemak, serta lebih sedikit produk hewani dan makanan manis.
Sebenarnya pola makan seperti ini adalah pola makan terbaik, dari segi kesehatan,
bagi setiap orang. Penderita diabetes dapat saja memakan makanan manis dan
berlemak sesekali, asalkan terkontrol, tidak berlebihan, dan sebaiknya juga diatur
dalam jadwal makan. Yang juga harus diperhatikan adalah waktu makan, karena
pola waktu makan harus tetap dan adanya kejadian terlambat makan harus
dihindari baik mungkin.
Pengaturan pola makan amat berpengaruh terhadap berat badan. Berat
badan ideal dapat dihitung dengan rumus Broca :

BB ideal = (tinggi badan – 100) – (10%x(TB-100))

NB. Wanita dengan tinggi< 150cm dan pria <160cm, tidak perlu dikurangi 10%
lagi.

BB kurang : < 90% BB ideal


BB normal : 90-110% BB ideal
BB berlebih : 110-120% BB ideal
Gemuk (obesitas) : > 120% BB ideal

Indeks Massa Tubuh (IMT dapat dihitung dengan rumus berikut :

BB kurang : IMT < 18,5


BB normal : IMT 18,5 – 22,9
BB berlebih : IMT 23,0 – 24,9
Gemuk (obesitas) : IMT > 23,0

Perencanaan pola/jadwal makan dapat dibuat melalui konsultasi dengan


dokter atau ahli gizi, untuk mendapatkan pola makan yang sesuai dengan tujuan
perawatan, kesukaan atau ketidaksukaan akan jenis makanan tertentu, dan pola
hidup penderita. Namun yang terpenting ialah tetap konsisten akan pola makan yang
telah ditetapkan. Untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil pada tingkat normal,
penderita diabetes harus mencoba untuk memakan makan dalam jumlah yang sama
dengan proporsi karbohidrat, protein, dan lemak yang sama setiap hari, namun
jenisnya dapat divariasikan agar tidak membosankan.
Makanan yang perlu dihindari adalah gula dan lemak. Makanan yang
mengandung gula seperti gula pasir, gula jawa, muda, dan glukosa. Pantangan ini
juga mencakup semua makanan yang mengandung gula seperti dalam cake, kue, dan
minuman. Gula memiliki nilai indeks glikemik yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan kadar glukosa darah secara mendadak, yang mana jika hal itu terjadi
dapat membahayakan. Sebaiknya penderita mengganti gula dan minumannya
dengan produk-produk rendah gula dan rendah kalori yang banyak beredar
dipasaran, seperti Tropicana Slim.
Lemak yang perlu dihindari adalah segala lemak hewani seperti gajih,
santan, segala jenis minyak goreng (dan produk gorengan), mentega, dan produk-
produk olahan susu. Untuk penderita diabetes dengan komplikasi jantung, lemak
sedapat mungkin dihindari atau hanya 5 % saja. Penderita disarankan memilih
minuman dan makanan yang bebas lemak.
Makanan yang mengandung serat tinggi sebaiknya diperbanyak, karena
serat menimbulkan perasaan kenyang dan puas yang mengendalikan nafsu makan,
makan tinggi serat biasanya rendah kalori, membantu buang air besar secara
teratur, menurunkan kadar lemak darah, dan pada jenis lemak tertentu dapat
memperlambat penyerapan gula darah.
3. Olah raga teratur
Setiap orang membutuhkan olah raga secara teratur, dan orang yang
terkena diabetes tipe II bukanlah perkecualian. Apa bila kondisi penderita sudah
mampu berolahraga, pilih jenis olahraga yang disukai seperti jalan kaki, berenang,
atau bersepeda. Yang paling penting bukanlah olah raga yang berat, namun olah
raga yang dilakukan secara rutin dan menjadi bagian dari jadwal kegiatan sehari-
hari. Olah raga aerobik selama 30 menit sehari, lima hari dalam seminggu dirasa
cukup bagi perawatan optimal. Apabila penderita tidak aktif bergerak dalam jangka
waktu yang cukup lama, mulai dengan perlahan dan tingkatan aktifitas secara
bertahap.
Perlu diperhatikan bahwa aktifitas tubuh akan menurunkan kadar gula
darah, sebaiknya cek dahulu kadar gula darah sebelum berolahraga. Penderita
diabetes sebaiknya makan terlebih dahulu sebelum berolahraga untuk menghindar
penurunan kadar gula darah dan terkena hipoglikemia.
4. Pengobatan diabetes dan terapi insulin
Sebagian orang yang terkena diabetes tipe II dapat mengontrol gula
darahnya hanya dengan makan teratur dan olah raga rutin, namun banyak yang
juga membutuhkan pengobatan diabetes bahkan terapi insulin. Beberapa jenis obat
diabetes bekerja dengan merangsang pankreas menghasilkan dan melepaskan lebih
banyak insulin. Beberapa jenis obat lain mengurangi produksi dan pelepasan
glukosa dari hati ke aliran darah, sehingga hanya diperlukan lebih sedikit insulin
untuk menyalurkan glukosa ke dalam sel tubuh. Obat-obat jenis lain ada yang
bekerja dengan cara menghambat kerja enzim saluran pencernaan yang
menguraikan karbohidrat menjadi glukosa, atau menjadikan sel tubuh lebih sensitif
terhadap insulin/mengurangi resistensi insulin.
Sebagai pengobatan tambahan, pemberian obat asam asetil salisilat dalam
dosis rendah juga dilakukan untuk mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah
karena memiliki kerja mengurangi kekentalan darah sehingga aliran darah lebih
lancar.
Penderita diabetes tipe II tingkat lanjut terkadang juga membutuhkan
terapi insulin, karena penyakitnya sudah parah dan adanya pemberian insulin dari
luar tubuh diperlukan untuk menjaga kadar gula darah. Insulin diberikan lewat
injeksi, karena enzim di saluran pencernaan berinteraksi dengan insulin yang
dinerikan secara oral. Injeksi insulin diberikan dengan jarum halus dengan syringe
atau injektor pena, suatu alat suntik yang berbentuk mirip pena yang memiliki isi
insulin.
Selain itu juga tersedia pompa insulin yang berguna untuk memberikan
insulin dalam jumlah terukur secara otomatis. Pompa insulin berukuran sebesar
telepon genggam dan dipakai di luar tubuh, dimana sebuah tube menghubungkan
reservoir berisi insulin dengan kateter yang dimasukan dalam kulit perut
pemakainya. Jumlah insulin yang diberikan dapat diubah, tergantung pada
makanan, aktifitas tubuh, dan kadar gula darah.
Insulin tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk insulin aksi cepat,
insulin aksi lambat, dan insulin jangka menengah. Dokter dapat meresepkan sediaan
insulin yang berlainan, untuk kemudian dicampur sebelum digunakan.
Insulin inhalasi kini juga tersedia, yang merupakan insulin aksi cepat
dalam suatu alat inhaler yang bekerja diserap melalui paru-paru. Insulin jenis ini
biasa digunakan sebelum makan dan menggantikan injeksi insulin aksi cepat namun
tidak dapat menggantikan insulin aksi lambat (basal) yang tetap diperlukan bagi
pola perawatan diabetes.
Jenis perawatan apa yang diperlukan bagi penderita diabetes dapat
bervariasi tergantung pada faktor kadar gula darah sehari-hari dan adanya masalah
kesehatan lainnya. Dokter dapat saja meresepkan obat-obat dari jenis yang berbeda
untuk mengontrol gula darah dengan jalan yang berbeda-beda.
H. PENCEGAHAN DIABETES
Diabetes melitus tipe I belum ditemukan pencegahannya, mengingat
penyakit ini terjadi akibat pengaruh besar dari faktor genetik seseorang. Namun
telah diketahui pola hidup sehat dapat mencegah seseorang terkena penyakit
diabetes melitus tipe II. Bahkan apabila di keluarganya terdapat sejarah diabetes
tipe II, diet dan olah raga teratur dapat membantu pencegahan penyakit. Dan bagi
penderita yang telah didiagnosis terkena diabetes, pola hidup sehat dapat mencegah
komplikasi yang serius.
Yang perlu ditekankan dalam pola hidup sehat adalah :
1. Makan makan sehat
Pola makan yang baik menu makanan yang rendah kalori dan lemak,
namun kaya nutrisi. Tingkatkan konsumsi bauh dan sayuran. Dan lakukan variasi
menu masakan agar tidak bosan.
2. Berolahragalah secara rutin
Olah raga yang paling mudah dan efektif adalah jalan kaki. Lakukan olah
raga secara rutin stiap hari. Apabila tidak sanggup berolahraga dalam jangka waktu
lama, lakukan dalam sesi-sesi pendek yang dibagi selama satu hari.
3. Kurangi berat badan yang berlebih
Apabila mengalami kelebihan berat badan, pengurangan berat 5 kg akan
menurunkan resiko diabetes secara besar. Jaga agar berat badan selalu dalam
jangkauan yang sehat, dan tekankan pada perubahan yang konsisten dalam kebiasan
makan dan olah raga. Motivasi dalam proses penurunan berat badan juga
diperlukan, misalnya dengan mengingat bahwa berat badan yang ideal juga akan
menambah rasa percaya diri, menjaga jantung lebih sehat, dan lebih bertenaga.
I. PENGOBATAN DIABETES
Sebelum tahun 1995, hanya ada 2 pilihan terapi untuk penanganan
diabetes melitus, yaitu biguanid, sulfonilurea (hanya untuk DM tipe II) dan insulin
(untuk DM tipe I dan II). Namun, setelah tahun 1995 ditemukan beberapa golongan
antidiabetes oral (ADO) baru. Sekarang ini, ada 5 golongan antidiabetes oral yang
diakui untuk digunakan dalam penanganan diabetes melitus tipe 2, yaitu:
sulfonilurea, biguanid, α-glukosidase inhibitors, miglitinida, dan peroxisome
proliferator activated receptor γ agonist/ agonis PPARγ (dikenal
sebagai thiazolidinediones atau glitazones).

1. Sulfonilurea (klorpropamide, tolbutamide, glibenklamide, glikazide, glipizid,


glikuidon, glimepiride)
Mekanisme kerjanya adalah merangsang pelepasan insulin dari sel ,
sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin. Di dalam tubuh sulfonilurea akan
terikat pada reseptor spesifik sulfonilurea pada sel beta pankreas. Ikatan tersebut
menyebabkan berkurangnya asupan kalsium dan terjadi depolarisasi membran.
Kemudian kanal Ca+ terbuka dan memungkinkan ion-ion Ca2+ masuk sehingga
terjadi peningkatan kadar Ca2+ di dalam sel. Peningkatan tersebut menyebabkan
translokasi sekresi insulin ke permukaan sel.
Resorpsinya dari usus umumnya lancar dan lengkap, sebagian besar
terikat pada protein antara 90-99%. Plasma-t½-nya berkisar antara 4-5 jam
(tolbutamid, glizipida), 6-7 jam (glibenklamida) sampai 10 jam (gliklazida) atau lebih
dari 30 jam (klorpropamida).
Efek samping utama yang diketahui dari sulfonilurea adalah
hipoglikemia. Efek samping lain dari penggunaan sulfonilurea antara lain adalah
ruam kulit, anemia hemolitik, gangguan gastrointestinal dan kolestasis.

Obat-obat yang berinteraksi dengan sulfonilurea


Interaksi Obat
Mengubah posisi ikatan protein Warfarin, salisilat, fenilbutazon,
sulfonamida.
Merubah metabolisme hati (sitokrom- Kloramfenikol, penghambat MAO,
P450) simetidin, rifampin
Perubahan ekskresi ginjal Alopurinol, probenesid

Klorpropamid dan glibenklamid yang masa kerjanya panjang dapat


diberikan 1 kali sehari sebelum atau bersama sarapan. Glikazid dan glipizid dosis
rendah diberikan 1 kali sehari sebelum atau bersama sarapan, dosis tinggi diberikan
dalam dosis terbagi.
Beberapa informasi tentang sulfonilurea yang beredar di pasaran:
 DAONIL/SEMI-DAONIL (Glibenklamid 5mg/ Sanofi Aventis)
 ALDIAB (Glipizid 5mg/tab; Merck)
 CONDIABET (Glibenklamid 5mg/tab;Armoxinda Farma)
 GLUCONIC (Glibenklamid 5mg/tab; Nicholas)
 AMARYL (Glimepirid 1, 2, 3, 4mg/tab; Sanofi aventis)
 GLUCOTROL (Glipizid 5,10mg/tab; Pfizer), dll.

2. Biguanida (metformin)
Golongan Biguanida ini mempunyai efek menurunkan kadar gula darah
yang meningkat pada penderita diabetes, tetapi tidak meningkatkan sekresi insulin.
Penurunan kadar gula darah ini disebabkan oleh peningkatan asupan glukosa ke
dalam otot, penurunan glukoneogenesis yang meningkat dan penghambatan absorpsi
glukosa intestinal. Metformin meningkatkan sensitivitas insulin di hati dan jaringan
periferal (otot).
Penyerapan oleh usus baik sekali dan obat ini dapat digunakan
bersamaan dengan insulin atau sulfonilurea. Metformin mencapai kadar puncak
dalam darah setelah 2 jam dan diekskresi melalui urin dalam keadaan utuh dengan
waktu paruh 2-5 jam. Metformin mempunyai bioavailabilitas oral sekitar 50-60%,
kelarutan rendah pada lemak & memiliki volume distribusi pada cairan tubuh.
Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein plasma.
Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi glomerular. Waktu
paruh metformin yaitu 6 jam, secara farmakodinamik efek antihiperglikemia
metformin > 24 jam.
Metformin mempunyai efek gastrointestinal seperti mual, kembung, diare
pada sekitar 30% pasien, anoreksia dan perasaan kenyang menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan.
Interaksi yang Merugikan :
a. Metformin-fenprokumon
Menyebabkan peningkatan eliminasi fenprokumon. Hal ini dihubungkan
dengan adanya peningkatan aliran darah ke hati.
b. Metformin-alkohol
Alkohol meningkatkan efek antihiperglikemi dan hiperlaktatemi dari
metformin. Meskipun demikian, pasien yang diobati dengan metformin sebaiknya
menghindari alkohol.
Interaksi yang Menguntungkan :
a. Metformin-golongan sulfonilurea
Merupakan kombinasi yang rasional karena mekanisme kerja yang
berbeda yang saling aditif. Kombinasi tersebut dapat menurunkan kadar glukosa
darah lebih banyak daripada pengobatan tunggal masing-masing obat tersebut.
b. Metformin-insulin
Kombinasi ini dianjurkan pada pasien obesitas yang kadar glukosa
darahnya sulit dikendalikan.
Pemberian metformin dapat dimulai dengan dosis 500 mg saat makan
malam atau sesudah makan dan dititrasi tiap minggu sebesar 500 mg dengan
toleransi pemberian dosis tunggal malam hari sebesar 2000 mg/hari. Metformin
tidak dianjurkan untuk anak-anak.
Beberapa informasi tentang metformin yang beredar di pasaran:
 GLUCOPHAGE (Metformin HCl 500mg/Merck)
 Benofomin (Benofarm)
 Diabex / Diabex Forte (Combiphar)
 Diafac (Phapros)
 Eraphage (Guardian)
 Forbetes (Sanbe)
 Formell (Alpharma)
 Gliformin (Tempo Scan Pasific)
 Glucotika (Ikapharmindo), dll.
3. Penghambat -Glukosidase (acarbose dan miglitol)
Mekanisme kerjanya yaitu dengan menghambat kerja enzim (maltase,
isomaltase, sukrase, dan glukoamilase) secara kompetitif dalam usus halus sehingga
menunda pemecahan sukrosa dan kompleks karbohidrat. Efeknya adalah
mengurangi kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan.
Efek samping yang sering terjadi adalah flatulence, bloating, kembung,
diare. Dan interaksi obat dari jenis ini adalah meningkatkan efek antikoagulan dari
warfarin, dan dapat menurunkan efek digoksin. Dosis awal yang biasa digunakan 25
mg satu kali sehari, dapat ditingkatkan secara bertahap maksimum sampai 50 mg
tiga kali sehari untuk pasien dengan berat badan ≤ 60 kg atau 100 mg tiga kali sehari
untuk pasien dengan berat badan >60 kg.
Informasi tentang akarbose yang beredar di pasaran:
o GLUCOBAY 50 / GLUCOBAY 100 (Akarbose /Bayer)
4. Miglitinida / Insulin Secretagogues (nateglinide, repaglinide)
Mekanisme kerja golongan ini serupa dengan golongan sulfonilurea.
Nateglinid & Repaglinid menstimulasi sekresi insulin dari sel β-pankreas segera
sesudah makan dimana harus diminum tepat sebelum makan karena resorpsinya
cepat dan mencapai kadar darah puncak dalam 1 jam.
Nateglinid & repaglinid merupakan insulin sekretagogues yang sangat
cepat diserap (±0,5-1 jam) & mempunyai waktu paruh 1-1,5 jam. Nateglinid
memiliki keterikatan yang kuat dengan protein terutama albumin, serta glikoprotein
asam-α1 (α1-acid glycoprotein). Nateglinid dimetabolisme oleh CYP2C9 (70%) &
CYP3A4 (30%) untuk mengurangi metabolit-metabolit aktif. Konjugasi glukoronid
mempercepat eliminasi melalui ginjal. Repaglinid dimetabolisme oleh sistem
CYP3A4 untuk mengaktivasi metabolit yang diekskresi melalui empedu.
Hipoglikemia merupakan efek samping utama dari golongan ini. Resiko
hipoglikemia golongan ini lebih rendah dibandingkan dengan sulfonylurea.
Nateglinid dan repaglinid diberikan sesudah makan (30 menit sesudah
makan). Kedua obat ini dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
dan dipilih sebagai alternatif pada pasien dengan pengalaman hipoglikemia
penggunaan sulfonilurea dosis rendah.
Beberapa informasi tentang miglitinida yang beredar di pasaran :
 NOVONORM (repaglinide 0,5mg / Dexa Medica)
 STARLIX (Novartis)
5. Thiazolidinediones
Mekanisme kerja thiazolidinediones adalah dengan berikatan pada
peroksisom proliferator aktivator reseptor-γ (PPAR-γ), yang paling banyak terdapat
di sel lemak dan sel vaskular. Thiazolidinediones meningkatkan sensitifitas insulin di
otot, hati, jaringan lemak secara tidak langsung. Mekanisme kerja dari golongan ini
adalah penurunan kadar glukosa dan insulin dengan meningkatkan kepekaan bagi
insulin dari otot, jaringan lemak dan hati dimana efek penyerapan glukosa ke dalam
jaringan lemak dan otot meningkat.
Pioglitazon dan rosiglitazon diabsorbsi dengan baik dengan atau tanpa
adanya makanan. Keduanya mempunyai ikatan yang tinggi terhadap albumin (>
99%). Pioglitazon terutama dimetabolisme oleh CYP2C8, dan dalam jumlah sedikit
(17%) juga dimetabolisme oleh CYP3A4, yang kemudian akan dieliminasi melalui
feses. Rosiglitazon terutama dimetabolisme oleh CYP2C8, dan dalam jumlah sedikit
juga dimetabolisme oleh CYP2C9. Waktu paruh kedua obat ini masing-masing
adalah 3-7 jam dan 3-4 jam. Durasi kedua obat ini sebagai antihiperglikemia lebih
dari 24 jam.
Troglitazon menyebabkan idiosinkrasi hepatotoksisitas, sedangkan untuk
penggunaan pioglitazon dan rosiglitazon belum ada bukti yang menunjukkan terjadi
hepatotoksisitas. Efek samping pioglitazon dan rosiglitazon yang terpenting adalah
terjadinya resistensi cairan.
Dosis awal Pioglitazon dan rosiglitazon yang direkomendasikan masing-
masing adalah 15mg dan 2-4mg 1xsehari.
Beberapa informasi tentang tiazolidinedion yang beredar di pasaran :
 ACTOS (Pioglitazon HCl 15mg/Takeda)
 AVANDAMET (Rosiglitazon maleat 1mg, Metformin HCl 500mg/tab;
GlaxoSmithKline).
 AVANDIA (Rosiglitazon 2mg/tab, 4mg/tab, 8mg/tab; GlaxoSmithKline).
DECULIN (Pioglitazon HCl 15mg/tab, 30mg/tab; Dexamedica).

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang
baru. Cermin Dunia Kedokteran No. 127. Hal. 37-40.

Daniel. 2006. Medikasi spesifik diabetes melitus tipe 2. Tersedia


di: http://www.majalah-farmacia.com [Diakses tanggal 15 November
2007].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Diabetes melitus masalah


kesehatan masyarakat yang serius. Tersedia
di: http://www.depkes.go.id [Diakses tanggal 14 Januari 2008].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pharmaceutical Care untuk


Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan republik
Indonesia. Hal. 14-42.

Gustaviani, R. 2006. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam: Aru W.


Sudoyo [et al.], editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid ke-3. Edisi ke-
4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 857-1859.
Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes
melitus. Pharos Bulletin No.1. Hal. 3-7.

Schteingart, D.E. 2005. Pankreas: metabolisme glukosa dan diabetes melitus.


Dalam : Sylvia, A. Price dan Lorraine M. Wilson, editor. Buku
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume ke-2. Edisi ke-
6. Brahm U. Pendit [et al.], penerjemah. Jakarta: EGC. Hal. 1259-1270.

Soegondo, S. 2006. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus


tipe 2. Dalam: Aru W. Sudoyo [et al.], editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.860-
1863.

Yunir, E dan S. Soebardi. 2006. Terapi Non Farmakologis pada Diabetes


Melitus. Dalam: Aru W. Sudoyo [et al.], editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.860-
1863.

Anda mungkin juga menyukai