Anda di halaman 1dari 4

3 Fase Kehidupan Rasulullah SAW

Jika isi kurikulum pendidikan begitu berkualitas. Telah dikaji oleh para ahli. Dirumuskan dengan
menggunakan berbagai disiplin ilmu berlandaskan penilitian yang mendalam. Dalam rentang
waktu yang tidak bisa dibilang pendek. Bukankah luar biasa kurikulum seperti ini?
Tetapi, bagaimana jadinya jika kurikulum yang sudah luar biasa itu disampaikan dengan urutan
yang beracak. Tidak diperhatikan kapan ilmu tertentu disampaikan. Juga tidak dianalisa porsi
sebuah ilmu diajarkan pada fase tertentu. Tidak jelas ilmu mana yang harus didahulukan dan
mana yang harus diakhirkan.

Hanya urutan. Hanya urutan? Tidak hanya!


Bagaimana mau berhasil kalau kurikulum matematika kelas 1 SD umpamanya, diajarkan di kelas
6 SD. Dan sebaliknya, IPA kelas 6 SD dijejalkan di kelas 1 SD. Pelajaran fikih hudud (hukuman
pengadilan) diajarkan di usia awal. Sementara menghapal al-Qur’an baru dimulai di usia senja
(itupun kalau mulai).
Kurikulum dengan kualitas istimewa, seistimewa apapun pasti tidak akan menghasilkan generasi
yang diharapkan jika tidak dipadu dengan urutan penyampaiannya. (Hanya) salah urutan.

Di sinilah pentingnya melihat urutan kehadiran manusia paling mulia,


Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam dalam seluruh fase kehidupannya. Karena seluruh
kehidupan beliau bukan saja menarik untuk dikaji tetapi selalu ada keteladanan dan pelajaran
bagi kehidupan kita.
Jika dibagi secara garis besar, kehidupan Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam melalui 3 fase
besar. Masing-masing fase menggambarkan dengan sangat gamblang urutan kurikulum
melahirkan generasi peradaban mulia. Ketiga fase itu adalah:
1. 0 – 40 tahun Fase Persiapan
2. 40 – 53 tahun Fase Makkiyyah
3. 53 – 63 tahun Fase Madaniyyah
Fase Persiapan
Usia 0 – 40 tahun kita sebut sebagai fase persiapan. Karena Muhammad shallallahu alaihi
wasallammencapai puncak kehidupan pada usia kira-kira 40 tahun. Pada usia itulah beliau
mencapai prestasi tertinggi manusia di muka bumi ini. Yaitu menjadi pemimpin bagi seluruh
manusia di dunia dan akhirat; menjadi Nabi.
Risalah (Tugas Kerasulan) adalah merupakan hak penuh Allah subhanahu wata’ala untuk
diberikan kepada siapa yang Dikehendaki. Sebagaimana firman-Nya,
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (QS. Al-An’am [6] : 124)
Membaca penjelasan shahabat mulia Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berikut ini, kita
akan memahami ternyata hak penuh Allah subhanahu wata’ala tersebut tidak diberikan kepada
sembarang orang.
Dari Ibnu Mas’ud, “Sesungguhnya Allah melihat hati-hati hamba, maka Dia memilih
Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Kemudian Dia mengutusnya dengan tugas kerasulan
dan memilihnya dengan ilmu-Nya. Kemudian melihat hati-hati manusia setelahnya, maka Dia
memilih baginya shahabat-shahabat. Maka Dia menjadikan mereka penolong agama-Nya dan
pembantu-pembantu Nabi-Nya.” (ath-Thayalisi no. 246, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 1/375,
dihasankan sanadnya oleh as-Sakhawi dan al-Albani dan dishahihkan oleh al-Hakim, disepakati
oleh adz-Dzahabi, lihat silsilah al-Ahadits adh-Dhaifah no. 533)
Ternyata Muhammad shalallahu’alaihi wassallam dan para shahabatnya adalah pilihan di antara
seluruh manusia. Faktornya satu; kebersihan hati.
Terbayangkan kah oleh kita, betapa beratnya membersihkan hati dan kehidupan di tengah carut
marut sistem Jahiliyyah seperti Mekah ketika itu. Bukankah hari ini, di tengah masyarakat
muslim ini banyak yang menyerah dalam pembersihan jiwanya dengan berdalih arus sistem
sangat kuat.

Selain itu, sunnatullah bicara bahwa untuk menjadi orang besar memerlukan persiapan yang luar
biasa. Apalagi ini adalah puncak kebesaran; menjadi seorang Rasul. Pasti bukanlah sebuah
kebetulan, juga bukan ketidaksengajaan, apalagi tiba-tiba.
Untuk itulah 0-40 tahun usia Nabi adalah fase persiapan untuk menjadi orang besar.

Fase Makkiyyah
40-53 tahun adalah usia Nabi di fase Makkiyyah (Mekah). Rentang 13 tahun tersebut adalah
sebuah fase membangun pondasi keIslaman. Pondasi aqidah ataupun pondasi akhlak. Sebelum
taklif (beban) Islam diberikan berupa ibadah dan aturan muamalah.

Inilah pondasi yang kokoh dengan kesabaran di rentang waktu yang tidak sebentar. Karena yang
akan dibangun adalah bangunan Islam yang besar dan menjulang.

Berikut ini beberapa karakter fase ini:

1. Fase Mekah adalah fase ta’sis (pondasi permulaan).


o Semua nilai perjuangan yang mampu menjelaskan kata ta’sis akan menjadi karakter untuk
masa ini. Bukankah Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak menghabiskan waktu dan
potensi diri dan shahabatnya hanya untuk mendiskusikan politik Romawi dan persia
sebagai penguasa bumi saat itu. Tetapi lebih sibuk membangun SDM pemimpin bumi saat
nanti tiba masanya Islam Menggantikan dua imperium tersebut. Bukankah Nabi berikut
shahabatnya tidak menghancurkan wujud patung-patung di sekitar Ka’bah, sebelum
patung-patung itu hancur di hati masyarakat Mekah. Bukankah Nabi menyiapkan pondasi
untuk seluruh rencana bangunan utuh peradaban Islam. Pondasi itu adalah aqidah yang
murni dan kokoh, berikut akhlak yang berkilau penuh kemuliaan.
2. Dominan membangun manusia dibandingkan membangun sistim
o Sistem tetap dibangun oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam. Terutama sistem untuk
pengamanan tunas dakwah yang rawan rontok karena arogansi kemusyrikan. Tetapi
beliau tidak disibukkan membangun sistem sehingga melupakan tugas utama dalam
membangun SDM. Nabi tidak mengajak shahabat berdiskusi tentang sistem negara Islam
yang akan dibangun; ekonomi, politik, keamanan, pasukan dan sebagainya.
o Yang ada adalah membangun generasi yang beriman dengan iman yang lebih kokoh dari
tancapan gunung. Berilmu yang lebih luas dari samudera yang masih bertepi. Bermoral
yang kilaunya lebih memancar dari berlian.
3. Pembagian Fase Makkiyyah
o 13 tahun ini dibagi dua: 10 tahun untuk membangun pondasi SDM sambil mencari
tempat.
o 3 tahun sisanya untuk menyiapkan tempat, sebagai permulaan membangun sistem
kekuasaan.
o 10 tahun yang pertama dibagi dua: 3 tahun dakwah dari individu ke individu dan orang-
orang terdekat tanpa mengumumkan secara terbuka konsep barunya. 7 tahun dakwah
terbuka, menyampaikan ajaran Islam yang asing bagi masyarakat dengan semua resiko
yang harus dihadapi.
4. Taklif ibadah ada, tetapi tidak melebihi kuantitas penanaman aqidah
o Tercatat hanya beberapa ibadah penting yang sudah diturunkan sejak di Mekah. Bahkan
shalat 5 waktu yang wajib pun baru diturunkan perintahnya pada sekitar satu tahun
menjelang hijrah; artinya setelah 12 tahun penanaman aqidah.
o Bisa dikatakan bahwa hikmah ibadah yang diturunkan di fase Mekah untuk melatih
membawa beban. Karena kelak di Madinah, beban akan dipikulkan hingga yang terberat
sekalipun seperti jihad. Mereka yang pernah berlatih dan terlatih, akan terasa ringan
dengan beban berikutnya dengan tingkat resiko yang lebih tinggi.
o Ibadah di fase ini juga merupakan aktifitas spiritual mendekat kepada Allah subhanahu
wata’ala. Sebuah nilai mahal yang berfungsi untuk menjaga ketahanan iman dan
kesabaran fisik selama masa tekanan di fase ta’sis.
Fase Madaniyyah
53-63 tahun adalah usia Nabi di fase Madinah. 10 tahun ini merupakan fase maksimalisasi taklif
(beban ibadah), akad muamalah untuk kekuasaan dan penerapan sistem Islam.

Surat al-Baqarah mewakili suasana ini. Inilah surat yang pertama turun di fase Madinah (al-
Athlas al-Tarikhi li Sirah al-Rasul, Sami al-Maghluts, Maktabah al-‘Ubaikan, h. 105). Al-
Baqarah masih membawa suasana surat-surat Makkiyyah tetapi sudah dominan bicara tema-tema
Madaniyyah yang baru.
Al-Baqarah satu-satunya surat Madaniyyah yang masih mencantumkan kisah-kisah umat
terdahulu. Padahal kisah umat terdahulu adalah merupakan tema ayat-ayat Makkiyyah.
Al-Baqarah satu-satunya surat Madaniyyah yang masih mencantumkan kisah Adam dan Iblis,
kisah pertarungan pertama antara al-Haq dan al-Bathil. Kisah Adam dan Iblis adalah merupakan
tema yang dibahas di ayat-ayat Makkiyyah. (Lihat: Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Manna’ al-
Qaththan, h. 59)
Sisa ayatnya lebih banyak tentang pembahasan khas Madinah berupa ibadah dan sistem
muamalah dalam Islam. Shalat, zakat, puasa, haji dan umroh, hukum qishash, hukum halal
haram, hukum khomr dan judi, larangan riba, hutang piutang, hukum sumpah, wasiat, hukum
haidh, talak, masa iddah, khulu’, ila’, susuan, hukum seputar pernikahan dan juga perang.

Subhanallah, sangat luar biasa bukan, urutan al-Qur’an dalam membangun peradaban. Al-
Baqarah yang mengakhiri sebuah fase masih mengingatkan tema terdahulu. Al-Baqarah yang
mengawali sebuah fase membuka tema-tema yang merupakan konsentrasi fase ini.
Berikut ini beberapa karakter fase ini:

1. Membangun sistem negara menjadi konsentrasi awal fase ini


o Memaksimalkan fungsi masjid, mempersaudarakan sesama muslim dengan ikatan
melebihi persaudaraan nasab belaka, membuat perjanjian dengan non muslim dalam
kerjasama, membangun ekonomi umat.
o Kesemuanya adalah aktifitas Nabi di awal kaki beliau menapaki jalanan Kota Iman
tersebut. Dan semua itu adalah variabel sebuah negara Islami.
2. Dominan taklif
o Madinah bukan lagi Mekah yang masih membangun pondasi. Masyarakat muslim telah
siap. Siap untuk mendapatkan beban seberat apapun. Setelah tahun pertama digunakan
untuk menanamkan variabel negara, tahun kedua adalah tahun turunnya taklif (beban
ibadah). Terhitung pada tahun kedua ini perintah puasa diturunkan, zakat, hingga jihad.
Karena masyarakat telah kokoh pondasinya, maka beban tak lagi menjadi beban. Beban
yang bahkan bisa dinikmati.
o Tentu, tetap saja tema membangun aqidah dan akhlak merupakan hal yang terus
diingatkan sepanjang fase Madinah. Tetapi, taklif adalah dominasi fase ini.
3. Pembagian fase Madaniyyah
Fase ini bisa dibagi menjadi 5:

1. 1H: Menanamkan variabel penerapan sistem Islam dan kekuasaan


2. 2H – 5H: Masa perjuangan karena reaksi musuh Islam
3. 5H – 6H: Masa pertama musuh Islam mulai menyerah satu per satu
4. 7H: Masa ekspansi Islam lebih luas
5. 8H – 11H: Masa kemenangan dengan grafik terus meningkat
Sebuah strategi nabawi yang sangat rapi dan sistematis.
Kalau kita ramu ulang 3 fase tersebut akan menghasilkan poin sebagai berikut:

Bersabarlah diri dalam mempersiapkan diri. Karena Nabi shalallahu ‘alaihi wassallam lebih
banyak menghabiskan usianya untuk persiapan (40 tahun) dibandingkan perjuangan (23 tahun)
Yang bersabar dalam membangun diri menjadi mukmin sejati, tidak akan terjatuh saat memasuki
hasil berupa kekuasaan dan harta. Bagi Nabishalallahu ‘alaihi wassallam berbanding 13 tahun :
10 tahun.
Aqidah dan akhlak sebelum ibadah dan muamalah
Dengan urutan ini, tidaklah Rasul wafat kecuali Islam telah membuka seluruh jazirah Arab.
Setelah sebelumnya hanya sebuah kota kecil yang bernama Madinah.

Inilah utuhnya. Utuhnya sebuah strategi dan urutan membangun peradaban sekaligus dalam
mendidik generasi pembangun peradaban itu. Untuk sebuah hasil utuh dan maksimal. Agar hari
ini kita mampu mengulang masa kebesaran shahabat Nabi.

Cacat pada sebagian urutan, akan berefek cacat pada sebagian hasilnya. Prosentase kegagalan
dan lubang keberhasilan seiring sejalan dengan prosentase kegagalan dalam menerapkan urutan.

Kurikulum pendidikan bagi generasi kita hari ini yang ditugasi Nabi untuk mengembalikan masa
kebesaran shahabat beliau dulu, harus mengikuti urutan tersebut.

Dari masa persiapan untuk kemapanan pribadi muslim, menuju perjuangan membangun pondasi
aqidah dan akhlak pada diri dan masyarakat, hingga perjuangan menuju penerapan utuh sistem
Islam dan kekuasaan. Untuk akhirnya meninggalkan dunia menghadap Robb dengan membawa
amal shalih peradaban.

Ya Allah, bimbing kami…

Anda mungkin juga menyukai