Anda di halaman 1dari 7

Resume Jurnal

Uji efektivitas Topical Nitric Oxide Nanopartikel Terhadap


Trichophyton rubrum Dermatophytosis kulit pada
Percobaan dengan Tikus
Breanne Mordorski , Caroline Barcelos Costa-Orlandib, Ludmila M. Baltazarb,
Leandro J. Carreñod, Angelo Landriscinaa, Jamie Rosena, Mahantesh Navatif,
Maria Jose Soares Mendes-Gianninic, Joel M. Friedmanf, Joshua D. Nosanchukb,

aDepartment of Medicine (Division of Dermatology), Albert Einstein College of


Medicine, Bronx, NY, USA
bDepartment of Medicine (Division of Infectious Diseases), Albert Einstein
College of Medicine, Bronx, NY, USA
cDepartamento de Análises Clínicas, Faculdade de Ciências Farmacêuticas,
Universidade Estadual Paulista (UNESP), Araraquara, SP, Brazil

Terapi sistemik lebih disukai untuk mengobati dermatofitosis kulit karena


penetrasi pengobatan topikal yang kurang memadai . Namun, antijamur sistemik
dikaitkan dengan efek yang terkadang tidak mencapai organ target, penetrasi
jaringan yang terbatas, dan terkadang resisten terhadap antifungal. Untuk
mengatasi hal ini, penelitian ini bertujuan untuk melihat manfaat dari partikel
topikal Nitric Oxide Nanopartikel (NO-np), yang telah digunakan untuk melawan
infeksi jamur superfisial dan abses bakteri. Selain itu,nitrat oksida nanopartikel
dapat melakukan penetrasi dan permeasi jaringan , mekanisme agen antimikroba
yang berspektrum luas, dan memungkinan penurunan perkembangan resistensi.
Dalam penelitian ini, NO-np menghambat Trichophyton rubrum secara in vitro
pada dermatofitosis kulit di tikus. Pada tikus, NO-np dapat mengurangi aktivitas
jamur setelah tiga hari dan setelah 7 hari aktivitas jamur sudah menghilang .
Selanjutnya, NO-np dapat menurunkan kerja IL-2, 6, 10 dan TNFα, sehingga
dapat terjadi penurunan respon inflamasi dan penurunan morbiditas jaringan.
Dengan demikian, topikal NO-np merupakan alternatif yang menarik untuk terapi
sistemik infeksi T. rubrum dermal.

Nitrat oksida, merupakan gas imunomodulator dengan spektrum luas,


mempunyai berbagai mekanisme aktivitas antimikroba , dan merupakan
pengobatan yang menarik untuk antijamur. Meskipun Nitric Oxide ada di seluruh
tubuh, pengobatan ini memiliki efek terapetik yang tinggi karena waktu paruh
yang pendek dan reaktivitas yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan platform
nanopartikel yang dapat menghasilkan dan melepaskan Nitric Oxide dari waktu
ke waktu. Skala nanopartikel (1-100 nm) menyebabkan peningkatan penetrasi
kulit dan waktu tinggal permukaan kulit yang lebih lama, dan luas permukaannya
yang sangat besar sehingga dapat memudahkan interaksi dengan sel jamur. Ketika
Nitric Oxide nanopartikel terkena uap air, Nitric Oxide terbentuk dari dinitrogen
trioksida yang dilampirkan dan dilepaskan dengan cara yang terkendali dan
berkelanjutan, hingga mencapai keadaan yang stabil antara 184 dan 196 ppb
Nitrat Oksida / mg selama 40 menit dan berlangsung selama beberapa jam.

Dalam penelitian sebelumnya, NO-np telah menunjukkan aktivitasnya


terhadap berkurangnya aktivitas yeast dan filamen Candida albicans dan terhadap
berbagai bakteri gram positif dan negatif, dengan keterbatasan toksisitas dalam
evaluasi secara in vitro dan in vivo. Topical NO-np juga telah digunakan untuk
mengobati kulit tikus dan bakteri intramuskular abses, Sementara infeksi yang
lebih dalam sebaiknya memerlukan terapi sistemik. Pada tipe abses, topikal NO-
np menyebabkan penurunan aktivitas bakteri, serta menjaga struktur kulit dan
otot. Mengingat luasnya aktivitas jamur dan bakteri, serta sebelumnya terdapat
keberhasilan dalam merawat infeksi yang lebih dalam, tujuan penelitian ini untuk
menilai topikal NO-np terhadap Trichophyton rubrum, secara in vitro pada tikus
yang mengalami dermatofitosis kulit.

Nitric Oxide nanopartikel disintesis seperti yang dideskripsikan


sebelumnya. Minimum Inhibitori Consentrations (MICS) dapat dinilai pada strain
T. Rubrum( ATCC dan MYA-4438 dan ATCC 28189) dan dilakukan isolasi
melalui metode Clinical and Laboratory Standards Instute (CLSI) dan MICS
berfungsi sebagai inhibitor yang dibuat dengan kolonisasi. Dan selanjutnya
Minimum Fungsidal Consentration (MFCs), berfungsi untuk mematikan jamur.
Penelitian ini diamati melalui transmission electron microscopy (TEM) dan
diamati masa inkubasi ATCC MYA-4338 selama 96 jam .

Kriteria untuk tikusnya diambil kulitnya (ATCC MYA_4438) sebelum


diberikan Nitric Oksida, selanjutnya diberikan stimulasi jamur melalui kulitnya.
Setelah terinfeksi selama 7 hari, selanjutnya diberikan salin secara topikal
sebanyak 10 μL , coconut oil 10 mg/mL, NT nanopartikel, nanopartikel 10 mg/mL
atau terbinafin 1 %. Nanopartikel dan Terbinafin dilarutkan dalam coconut oil,
selanjutnya dilihat selama 3 hari dan 7 hari pada media agar dan TEM. Diikuti
perkembangannya untuk dilihat aktivitas jamur dan analisa sitokin. Data dianalisa
dengan menggunakan FlowJo software. Penelitian ini dengan menggunakan tikus
sebagai sampelnya.

Pada hari ke-3, melalui pengamatan dengan media agar tidak terdapat
hambatan aktivitas jamur dari MICs pada strain dari T. Rubrum dengan isolasi
pengobatan 10 dan 5 mg / mL. Dan juga tidak menunjukkan kematian jamur dari
hasil MFC melalui perilaku fungistatik NO-np, dan tidak menunjukkan penurunan
aktivitas antijamur pada konsentrasi hingga di atas 20 mg / mL (Gambar 1, A).
Sementara melalui pengamatan dengan TEM, terdapat penurunan aktivitas jamur
yang ditandai dengan penurunan akumulasi material jamur dari vesikel
intraselular dan butiran hitam vakuola di dalamnya yang diamati pada sel jamur
setelah inkubasi dengan MIC NO-np.

Gambar 1. Nitric Oxide nanopartikel (NO-np) menghambat Trichophyton


rubrum in vitro. (A) Konsentrasi hambat dan fungisida minimum (MIC dan
MFC) NO-np terhadap T. Rubrum dengan strain referensi (ATCC MYA-4438;
ATCC 28189) dan strain klinis yang dilakukan dalam rangkap tiga. C-np
menunjukkan kontrol nanopartikel. Kontrol kualitas tes dilakukan dengan
terbinafine (TRB) dan flukonazol (FLZ), seperti yang diusulkan oleh Institut
Standar Klinis dan Laboratorium. (B) T.Rubrum yang tidak diobati strain
referensi rubrum (panel atas) versus strain yang sama dengan 10 mg / mL NO-np
(panel bawah) menunjukkan akumulasi adanya bahan intraselular, vesikula dan
butiran hitam di dalam vakuola jamur pada MIC NO-np. skala = 1 μm

Gambar 2. Terapi NO-np menunukkan penurunan terhadap aktivitas jamur


pada tikus yang mengalami dermatofitosis kulit. Total dari CFU (Colony Forming
Unit) pada jaringgan kulit tikus setelah pengobatan hari ke-3 dan hari ke-7.
Kelompok terapi terdiri dari tikus yang tidak terinfeksi (Uninf),terapi dengan
salin, terapi dengan minyak kelapa (CO), kontrol nanopartikel (C-np), terapi
dengan Nitric Oxide nanopartikel (NO-np) dan terbinafine 1% pada tikus yang
diberikan terapi. Hasil p-value pada masing-masing kelompok, kelompok selain
penggunaan terapi NO-np dan terbinafin p < 0,05 ;kelompok terapi dengan
terbinafin hasil p<0,01, dan kelompok terapi NO-np hasil p< 0,001.

Gambar 3. Penurunan respon inflamasi dengan terapi Nitrat Oksida


Nanopartikel (NO-np) pada tikus yang mengalami dermatofitosis. (A) IL-2, (B)
IL-6, (C) IL-10 dan (D) TnF α yang pengukurannya menggunaka ELISA pada
hari ke-3 setelah pengobatan. Kelompok terapi terdiri dari tikus yang tidak
terinfeksi (Uninf),terapi dengan salin , terapi dengan minyak kelapa (CO), kontrol
nanopartikel (C-np), terapi dengan Nitrat Oksida nanopartikel (NO-np) dan
terbinafine 1% pada tikus yang diberikan terapi. Hasil P-value pada masing-
masing kelompok, kelompok selain penggunaan terapi NO-np dan terbinafin p <
0,05; kelompok terapi dengan terbinafin hasil p<0,01, dan kelompok terapi NO-
np hasil p< 0,001

Hasil dari penelitian ini, NO-np topikal sebagai pengobatan yang potensial
untuk dermal infeksi T. rubrum. NO- np topikal juga bekerja secara langsung
menghambat aktivitas fungi melalui penghancuran DNA, perioksidasi lipid, dan
inaktivasi enzim. Dan juga secara tidak langsung diregulasi melalui makrofag
untuk difagositosis. Perlu dicatat, NO-np berperan sebagai aktivitas trans
nitrosilasi selain melepaskan NO, yang kemungkinan bisa bisa dijelaskan melalui
visualisasi dari TEM.
Selain untuk kematian jamur, NO-np dikaitkan dengan penurunan IL-2, 6,
10 dan TNFα, sesuai dengan penelitian sebelumnya di mana NO dapat
menurunkan TNFα dan IL-2 melalui makrofag dan sel Th1, masing-masing,
tanpa mempengaruhi sitokin Th2 . NO adalah imunomodulator, yang dapat
menurunkan kadar sitokin secara signifikan, hal ini dibuktikan dari penelitian,
pada kelompok yang menggunakan terapi NO-np lebih berpengaruh terhadap
penurunan sitokin dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan terapi
terbinafine. Meskipun aktivitas antijamur terhadap penghentian TNFα tidak sesuai
dengan beberapa teori, penelitian lain menunjukkan bahwa infeksi T. Rubrum
dapat meregulasi TNFα dan IL-10 dari makrofag, aktivitas autokrin tidak dapat
diamati dalam penelitian ini. Sebaliknya, para penulis berpostulat, induksi TNFα
dapat berperan terhadap immunoinflammatory yang mendukung pertumbuhan
jamur, sehingga dapat meningkatkan virulensi T. rubrum.

Efektivitas Nitric Oxide nanopartikel topikal penting mengingat karena


terapi sistemik saat ini satu-satunya pilihan melawan dermatofitosis kulit.
Selanjutnya penelitian kedepan harus bertujuan untuk menunjukkan efektivitas
Nitric Oxide pada manusia. Manfaat pengobatan ini dapat bermanfaat untuk
pasien karena pengobatan penyakit dalam jangka pendek, kurangnya efek
samping sistemik dan menurunkan risiko resistensi antimikroba.
Kritisi Jurnal

No Petunjuk Komentar

1. Apakah alokasi subyek Penelitian ini menggunakan kulit tikus


penelitian kelompok terapi atau yang telah diinfeksi selama 7 hari
kontrol betul-betul secara acak
(random) atau tidak?
 Ya
2. Apakah semua keluaran Dari 5 grup perlakuan diamati dengan
(outcome) dilaporkan? menggunakan 2 alat ukur yang
 Ya menggunakan media agar dan TEM.
Kelima kelompok diatas diamati selama 3
hari dan 7 hari. Pada hari ke 3 aktivitas
jamur dalam biakan agar masih terlihat.
Akan tetapi pengamatan dalam
menggunakan TEM aktivitas jamur
tampak berkurang. Pada hari ke 7,
kelompok Nitric Oxide nanopartikel
menunjukkan tidak adanya aktivitas jamur
baik pada media agar dan TEM.
3. Apakah lokasi studi menyerupai Penelitian ini mengambil sampel kulit
lokasi anda bekerja atau tidak? tikus dan dilakukan di Laboratorium
 Tidak
4. Apakah kemaknaan statistik Pada penelitian ini dilaporkan kemaknaan
maupun klinis dipertimbangkan statistik. Analisa Statistik dilakukansecara
atau dilaporkan? experimental. Hasil pengukuran disajikan
 Ya dalam rata-rata ±SD (min-max) dan hasil
pengukuran kategori disajiakn dalam
angka (%). Signifikansi diniai pada
tingkat 5%, uji T berpasangan digunakan
untuk mengukur tingkat signifikansi
parameter penelitian
5. Apakah tindakan terapi yang Penelitian ini belum bisa dilakukan di
dilakukan dapat dilakukan RSUD ZA karena tidak adanya kesediaan
ditempat anda bekerja atau bahan Nitric Oxide dan belum dilakukan
tidak? pada manusia
 Tidak
6. Apakah semua subyek penelitian Dalam penelitian ini subyek penelitian
diperhitungkan dalam diperhitungkan dan dijelaskan secara
kesimpulan? terperinci dalam kesimpulan.
 Ya
Kesimpulan :

Berdasarkan hasil kritisi jurnal didapatkan dari 6 pertanyaan memiliki jawaban


“Ya” sebanyak 4 pertanyaan, dan “Tidak” sebanyak 1 pertanyaan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa jurnal dengan judul “Uji efektivitas Topikal Nitric Oxide
Nanopartikel terhadap Trichophyton rubrum Dermatophytosis Kulit pada
Percobaan dengan Tikus” ini layak dibaca dan tidak layak untuk diadaptasi
sebagai penelitian lanjutan di RSUDZA.

Anda mungkin juga menyukai