Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL SKRIPSI

PERANAN EVALUASI BELAJAR DALAM PENINGKATAN MUTU


PENDIDIKAN DI MTS. DDI LAPEO KEC. CAMPALAGIAN, KAB. POLMAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran di sekolah dibutuhkan berbagai pengetahuan di

seputar pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar tujuan yang telah

ditetapkan dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Pengetahuan yang

mendalam tentang faktor pendorong dan pemicu suksesnya proses

pembelajaran di sekolah akan menciptakan suasana kondusif di sekolah,

yakni suasana interaksi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Dalam dunia pendidikan dikenal komponen-komponen yang terkait di

dalamnya, yaitu tujuan, pendidik, peserta didik, metode pendidikan, situasi

lingkungan.1 Komponen tersebut senantiasa terlibat dalam pelaksanaan

pendidikan dan pengajaran di sekolah. Namun, semua komponen di atas

memerlukan evaluasi sehingga pendidikan dan pengajaran benar-benar

berjalan sesuai yang diharapkan.

Dalam komponen guru menjadi banyak penentu dalam menjalankan

pembelajaran di sekolah. Hal ini menunjukkan, sistem evaluasi harus

diketahui oleh guru secara menyeluruh. Jika seorang guru merasa

bertanggung jawab atas penyempurnaan pengajarannya, maka ia harus

1
H. Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 7-10
mengevaluasi pengajarannya itu agar ia mengetahui perubahan apa yang

seharusnya diadakan. Evaluasi terhadap guru seharusnya ditentukan

terutama oleh hasil evaluasi terhadap prestasi belajar siswa. 2

Dengan demikian, Guru harus mengajar dengan tujuan yang jelas dan

harus mengetahui dalam bentuk apakah tujuan itu terwujud. Barulah ia dapat

menilainya, hingga manakah tujuan itu tercapai oleh anak. 3 Apabila seorang

guru tidak memperhatikan evaluasi dengan baik, maka ia akan gagal

menjalankan tugasnya.

Evaluasi selalu memegang peranan yang penting dalam segala

bentuk pengajaran yang efektif. Dengan evaluasi diperoleh balikan atau feed

back yang dipakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode

pengajaran, evaluasi berguna untuk mengetahui pengajaran, atau untuk

menyesuaikan bahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Evaluasi

berguna untuk mengetahui hingga manakah siswa telah mencapai tujuan

pelajaran yang telah ditetapkan. 4 Evaluasi sangat berguna bagi kebutuhan

siswa mengetahui sampai sejauhmana prestasi yang diperoleh setelah

mengikuti pelajaran.

2
W. James Popham & Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis,
diterjemahkan oleh Amirul Hadi dkk., (Cet. IV, Jakarta: Rineka Cipta. 2005), h. 112.
3
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Edisi II, (Cet. III, Jakarta: Bumi Aksara,
2004), h. 168.
4
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Cet. VIII,
Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 78.

2
Pendidikan menjadi sorotan utama dalam peningkatan mutu sumber

daya manusia. Mutu SDM dilahirkan oleh lembaga pendidikan yang bermutu

atau sekolah bermutu. Jerome S. Arcaro menjelaskan model sekolah yang

bermutu, harus ditopang oleh lima pilar, yaitu (1) berfokus pada pengguna;

(2) keterlibatan secara total semua anggota; (3) melakukan pengukuran, (4)

komitmen pada perubahan; dan (5) penyempurnaan secara terus-menerus. 5

Kelima pilar sekolah yang bermutu tersebut di atas mendeskripsikan bahwa

interaksi edukatif seyogyanya berorientasi pada siswa, melibatkan semua

sumber daya dan sumber dana, melakukan evaluasi dan pembenahan,

komitmen pada perubahan dan kemajuan, serta selalu melakukan hal yang

terbaik dan bernilai untuk proyeksi ke depan.

Melihat kondisi sekarang ini, mutu pendidikan di sekolah seringkali

dilihat dari luarannya. Luaran sekolah yang dapat bersaing, apakah di dunia

kerja atau di sekolah lanjutan, dianggap bahwa sekolah tersebut memiliki

mutu atau keunggulan. Dalam program pembelajaran, mutu pendidikan

dapat dilihat dari segi prosesnya. Apabila proses pendidikan dapat

terlaksana secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan, maka

pendidikan tersebut dapat dikatakan bermutu. Dalam pencapaian tujuan

pendidikan, dibutuhkan evaluasi untuk mengukur dan menilai standar

pencapaian pendidikan. Di sinilah perlunya evaluasi khususnya dalam

5
Lihat Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h, 13.

3
pembelajaran dalam mengukur pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

Maka melalui penelitian skripsi ini, akan dikaji peranan evaluasi belajar

dalam peningkatan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo,

Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polman.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

masalah pokok dalam penulisan skripsi ini adalah “Sejauhmana peranan

evaluasi belajar dalam peningkatan mutu pendidikan di Madrasah

Tsanawiyah DDI Lapeo, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polman”.

Masalah pokok di atas, dapat dijabarkan ke dalam sub pokok masalah, yaitu

sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem evaluasi belajar di Madrasah Tsanawiyah?

2. Bagaimana pengaruh antara evaluasi belajar dan peningkatan mutu

pendidikan di MTs. DDI Lapeo Kec. Campalagian, Kab. Polman?

C. Hipotesis

Hipotesis pada prinsipnya merupakan jawaban atau dugaan

sementara atas batasan masalah yang dikemukakan di atas. Perlunya

hipotesis sebagai acuan di dalam melakukan penelitian dan pembahasan

sehingga nantinya tercapai tujuan dan target dalam penelitian ini secara

efektif dan efisien.

4
Dengan demikian, dari batasan masalah tersebut akan dikemukakan

hipotesis sebagai berikut :

1. Setiap pelaksanaan pembelajaran di sekolah selalu diakhiri atau

ditutup dengan evaluasi. Sistem evaluasi dalam pembelajaran di

sekolah tentunya mengacu kepada tujuan pendidikan, kurikulum,

sekolah, dan sebagainya, yang telah ditetapkan dengan

memperhatikan kondisi murid, materi atau bahan ajar, metode atau

media, lingkungan dan sebagainya.

2. Evaluasi pembelajaran cukup membantu dalam mengetahui

sejauhmana hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan

pelaksanaan evaluasi belajar yang efektif dan professional maka akan

diketahui mutu pendidikan di sekolah, dan apabila evaluasi tidak

berjalan sebagaimana mestinya, maka tidak akan diketahui

kelemahan dan kelebihan pembelajaran, hasil yang telah dicapai dan

yang belum, faktor pendukung, sisi yang perlu dibenahi, dan

sebagainya.

D. Defenisi Operasional Judul

Untuk mengetahui lebih jelas tentang maksud pembahasan skripsi ini,

yaitu peranan evaluasi belajar dalam peningkatan mutu pendidikan di

Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo, Kecamatan Campalagian, Kabupaten

Polman, maka cukup penting untuk menjelaskan pengertian judul terutama

5
terhadap kata – kata operasional yang mungkin dapat menimbulkan

pengertian dan penafsiran ganda. Dengan adanya pengertian judul ini,

dimaksudkan untuk terciptanya persamaan pandangan dalam mengetahui

dan memahami sebagai landasan pokok dalam mengembangkan masalah

pembahasan selanjutnya.

1. Pengaruh Evaluasi Belajar

a. Pengaruh merupakan suatu hubungan yang mengandung keterkaitan

antara yang satu dengan yang lainnya yang memberikan efek antara

yang satu dengan yang lainnya.

b. Evaluasi merupakan pertimbangan professional atau suatu proses

yang memungkinkan seseorang membuat pertimbangan tentang daya

tarik atau nilai sesuatu,6

c. Belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai

suatu ketrampilan.7

Dengan demikian, pengaruh evaluasi belajar merupakan efek atau

akibat dari suatu kegiatan penilaian pembelajaran.

2. Mutu pendidikan
6
Suke Silverius, Evaluasi Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT. Grasindo,
1991), h. 4.
7
Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Surabaya : Media
Centre, t.th.), h. 21.

6
a. Mutu merupakan ukuran baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau
8
derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).

b. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku

seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.9

c. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya

pengakaran dan pelatihan.10.

Dari pengertian yang dijelaskan di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa judul “peranan evaluasi belajar dalam peningkatan mutu

pendidikan di Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo, Kecamatan Campalagian,

Kabupaten Polman” memiliki pengertian sejauhmana peranan dan kontribusi

evaluasi belajar dalam peningkatan mutu pendidikan pada MTs. DDI Lapeo

Kec. Campalagian, Kab. Polman.

E. Tinjauan Pustaka

8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Cet.
3, Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 768.
9
H. Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan
Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press, 2004), h. 52.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, op.cit, h. 232.

7
Setiap kegiatan, apapun bentuknya, pasti memiliki evaluasi. Evaluasi

tersebut dapat bersifat terstruktur ataupun tidak terstruktur. Evaluasi

merupakan melakukan peninjauan kembali atas apa yang dilakukan, apakah

tercapai target atau belum. Kalau target tercapai apa sudah efektif

pelaksanaannya atau belum. Kalau belum tercapai target, apanya yang

menjadi penghambat, dimana kelemahan dan sebagainya. Olehnya itu,

evaluasi merupakan pertimbangan professional atau suatu proses yang

memungkinkan seseorang membuat pertimbangan tentang daya tarik atau

nilai sesuatu,11 begitu juga di dalam pendidikan, senantiasa dilakukan

evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.

Berbagai bentuk yng dievaluasi dalam setiap kegiatan, apakah dari

segi prosesnya, factor pemicunya, medianya, metodenya, sumber data

edukasinya, dan sebagainya. Dengan demikian, evaluasi menjadi gambaran

umum tentang seluruh rangkaian suatu kegiatan atau aktivitas. Evaluasi

hendaknya merupakan deskripsi yang jelas atau menunjukkan hubungan

sebab-sebab akibat tetapi tidak memberikan penilaian. Untuk memperkara

deskripsi, evaluator dapat mengajukan asumsi-asumsi yang didukung oleh

data.12

11
Suke Silverius, Evaluasi Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991),
h. 4.
12
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988),
h. 13.

8
Dalam dunia pendidikan, evaluasi sangat penting untuk melakukan

croshcheck kegiatan. Fungsi evaluasi bersifat kondisional, tergantung siapa

evaluatornya, apa kecenderungannya, siapa yang diaevaluasi, dan

sebagainya. Dengan demikian, akan dikemukakan fungsi evaluasi

pendidikan:

a. Fungsi selektif.
b. Fungsi diagnostik.
c. Fungsi penempatan.
d. Fungsi keberhasilan pengukuran.13

Fungsi tersebut menunjukkan bahwa evaluasi memiliki fungsi selektif,

yakni dilakukan seleksi yang ketat dalam menerima mahasiswa baru di

perguruan tinggi. Fungsi diagnostik merupakan evaluasi untuk mengukut

tingkat kemampuan siswa. Fungsi penempatan merupakan untuk

mengetahui apa bakat, minat, kecenderungan dan potensi peserta didik lalu

itu yang dikembangkan. Fungsi keberhasilan pengukuran merupakan

evaluasi sebagai alat untuk mengetahui tingkat daya serap siswa dan

prestasinya setelah dilakukan proses pembelajaran. Fungsi evaluasi ini akan

menjadi landasan yang fundamen, bahwa sistem evaluasi yang diterapkan

dalam pendidikan agama Islam memerlukan prosedur yang sistematis.

Adapun langkah-langkah pokok prosedur pelaksanaan evaluasi adalah

sebagai berikut:

1. Langkah perencanaan (termasuk perumusan kriterium).

13
H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 16

9
2. Langkah pengumpulan data.
3. Langkah persifikasi data.
4. Langkah pengolahan data.
5. Langkah penafsiran data.14

Penerapan evaluasi pendidikan agama Islam perlu direncanakan

dengan matang. Evaluasi disusun berdasarkan berbagai pertimbangan, di

antaranya adalah standar kompetensi mata pelajaran, kemampuan dan

kondisi peserta didik, materi pokok pembelajaran, alokasi waktu, dan

sebagainya. Kemudian, dalam mengukur keberhasilan belajar siswa, ada

beberapa kategori kemampuan peserta didik yang perlu dipertimbangkan.

Adapun kategori kemampuan belajar yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan intelektual: kemampuan seseorang untuk berinteraksi


dengan lingkungannya dengan menggunakan lambing, ketrampilan ini
meliput;
1. Asosiasi dan mata rantai: menghubungkan suatu lambing dengan
suatu fakta atau kejadian.
2. Diskriminasi; membendakan suatu lambing dengan lambing lain.
3. Konsep; mendefenisikan suatu pengertian atau prosedur.
4. Kaidah: mengkombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara.
5. Kaidah lebih tinggi: menggunakan berbagai kaidah dalam
memecahkan masalah.
b. Siasat kognitif: ketrampilan si belajar untuk mengatur proses internal
perhatian, belajar, ingatan, dan pikiran.
c. Informasi verbal: ketrampilan untuk mengenal dan menyimpan nama
atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan
pengetahuan.
d. Ketrampilan motorik keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan
tepatw akti.
e. Sikap: keadaan diri si belajar yang mempengaruhi (bertindak sebagai
moderator atas) pilihan untuk bertindak. Sikap ini meliputi komponen
afektif (emosional), aspek kognitif, dan unjuk perbuatan. 15
14
Ibid, h. 129.
15
Yudufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Edisi I, (Cet. I, Jakarta:
Kencana), 2004), h. 551.

10
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam melakukan evaluasi

dalam pendidikan Islam harus dilakukan secara menyeluruh. Semua yang

terkait dengan aspek perkembangan pembelajaran perlu dilakukan evaluasi.

Hal ini sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sisdiknas pada Bab XVI tentang Evaluasi, Akreditasi, dan sertifikasi,

Pasal 58, ayat 1 berbunyi bahwa : Evaluasi hasil belajar peserta didik

dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan

hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. 16

Adapun secara detail aspek yang perlu dievaluasi dalam pendidikan

agama Islam telah dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah RI, Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab XII, Pasal 79, ayat 2,

bahwa evaluasi yang dilakukan pada tingkat satuan pendidikan adalah:

1. Tingkat kehadiran peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.


2. Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kegiatan
ekstrakurikuler.
3. Hasil belajar peserta didik; dan
4. Realisasi anggaran.17

Keempat aspek yang dievaluasi tersebut menunjukkan bahwa

pelaksanaan evaluasi bukanlah pekerjaan yang mudah. Bahkan lebih jauh

lagi, aspek anggaran pembelajaran pun perlu dikaji apa sudah memenuhi

standar pembelajaran atau belum. Hal ini akan menjadi suatu mekanisme
16
Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang
Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2006), h. 37.
17
Ibid, h. 200.

11
perencanaan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Apabila terkait dengan

persoalan kebijakan pendidikan, maka pelaksanaan evaluasi perlu

ditetapkan sistem sebagai patron pelaksanaan pembelajaran. Adapun sistem

evaluasi dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai


macam problem yang dihadapi.
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikasikan Rasulullah Saw. Kepada umatnya.
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau
keimanan seseorang.
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang
telah diberikan kepadanya.
5. Memberikan penghargaan kepada yang berhasil dan sanksi bagi
menyimpang.18

Dalam pendidikan agama Islam menginginkan peserta didik untuk

hidup yang Islami. Kegiatan keseharian yang diwarnai dengan ketaqwaan

sesuai tuntunan Rasulullah Saw., daya kognisi yang tinggi, hafalan yang

kuat, serta senantiasa menghargai karya orang lain. Untuk memahami

sampai sejauhmana pencapaian target pembelajaran pendidikan agama

Islam, perlu diketahui sifat evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan

Islam adalah sebagai berikut:

1. Kuantitatif, yaitu hasil evaluasi yang diberikan skor atau nilai dalam
bentuk angka, misalnya 50. 75, 10, 8, 4, dan sebagainya.
2. Kuaitatif,yaitu hasil evaluasi yang diberikan dalam bentuk pernyataan
verbal, misalnya memuaskan, baik, cukup, dan kurang.

18
Lihat Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam – Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 280.

12
Kemudian, penggunaan sifat evaluasi tersebut dapat dilakukan

dengan mempertimbangkan aspek apa yang mau dievaluasi. Guru perlu

lebih cermat apakah sifat evaluasi yang digunakan sesuai dengan aspek

yang ingin diukur. Hal ini untuk melihat ketepatan penggunaan jenis evaluasi

dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, ada

beberapa teknik evaluasi yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam

adalah sebagai berikut:

1. Teknik tes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai kemampuan


anak didik, meliputi pengetahuan dan ketrampilan sebagai hasil
belajar, serta bakat khusus dan inteligensinya. Teknik ini terdiri atas:
a. Uraian (essay test)
1) Uraian bebas (free essay)
2) Uraian terbatas (limited essay)
b. Objektive tes
1) Betul-salah (true-false)
2) Pilihan ganda (multiple choice)
3) Menjodohkan (Matching)
4) Isian (completion)
5) Jawaban singkat (short answer)
c. Bentuk tes lain
1) Bentuk ikhtisar
2) Bentuk laporan
3) Bentuk khusus dalam pelajaran bahasa
2. Non-tes, yakni untuk digunakan menilai karakteristik lainnya, misalnya
minat, sikap, kepribadian siswa, dan sebagainya. Teknik ini meliputi:
a. Observasi terkontrol.
b. Wawancara
c. Inventory
d. Questionaire
e. Anecdotal accounts.19

19
H. Daryanto, op.cit, h. 20-22

13
Sedangkan jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan

agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Tes tertulis.
2. Tes Lisan
3. Tes perbuatan20

Kemudian pada prinsipnya, standar kompetensi pelajaran adalah

domainnya masalah aspek kognisi, maka yang tepat adalah sistem evaluasi

yang bersifat tertulis dan tidak tertulis. Hal tersebut, senada dengan

pendapat Zuhairini bahwa aspek kognitif biasanya menggunakan tes tertulis

maupun lisan, sedangkan aspek psikomotorik biasanya menggunakan tes

perbuatan.21

Pemaparan tersebut di atas menunjukkan bahwa sebelum evaluasi

diterapkan, dipandang perlu evaluasi tersebut direncanakan dengan baik.

Kemudian, penyusunan evaluasi perlu mempertimbangkan faktor standar

kompetensi, materi pokok pembelajaran, sumber belajar, kegiatan

pembelajaran, alokasi waktu, dan sebagainya. Apabila penyusunan evaluasi

dilakukan berdasarkan komponen pembelajaran tersebut akan mewujudkan

sistem pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif dan

efisien akan menjadi pemicu bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

20
Ibid.
21
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,
1981), h. 158-160.

14
F. Metode Penelitian

1. Desain dan Variabel Penelitian.

Sebelum membahas lebih jauh dalam skripsi ini, maka dipandang

perlu pengklasifikasian variable yang terdapat dalam judul. Variabel

penelitian ini terdiri atas; pertama, peranan evaluasi belajar di sekolah, dan;

kedua, peningkatan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo,

Kec. Campalagian, Kab. Polman. Oleh karena itu, peranan evaluasi belajar

di sekolah merupakan variabel independen sedangkan peningkatan mutu

pendidikan di Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo, Kec. Campalagian, Kab.

Polman merupakan variabel dependen.

Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan model atau desain

penelitian dalam bentuk deskriptif kualitatif, yaitu rencana dan struktur

penyelidikan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian berupa

data deskriptif kualitatif. Studi ini dilaksanakan guna mempelajari secara

mendalam mengenai sistem evaluasi dalam pembelajaran di sekolah dan

peranannya terhadap peningkatan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah

DDI Lapeo, Kec. Campalagian, Kab. Polman.

2. Populasi dan Sampel

Secara umum, populasi ialah keseluruhan obyek penelitian yang

dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-

15
gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki

karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.22

Kemudian dalam penelitian ini, yang menjadi populasi sebagai obyek

kajian adalah lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo.

Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo yang menjadi obyek penelitian ialah guru

Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo, serta hal-hal yang berkaitan dengan

proses pendidikan di madrasah tersebut yang dapat memberikan informasi

atau data demi penyempurnaan data-data yang diteliti.

Karena kecilnya populasi penelitian ini, maka populasi penelitian

sekaligus dijadikan sebagai sampel.

3. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi

ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan yaitu suatu metode penelitian dengan cara

membaca dan menelaah buku-buku kepustakaan dan sumber-sumber yang

bersifat tekstual yang ada dan erat hubungannya dengan permasalahan

yang diteliti.

Dalam penelitian kepustakaan, ditempuh dua cara, yaitu :

a. Kutipan langsung.

22
H. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. VII, ( Yogyakarta :
Gadjah Mada University, 1995 ), h. 141.

16
Kutipan langsung yaitu dikutip isi buku atau sumber-sumber yang

bersifat tekstual yang dibaca tersebut dengan tidak merubah sifat dan

redaksi aslinya.

b. Kutipan tidak langsung.

Kutipan tidak langsung yaitu dikutip isi buku atau sumber-sumber

yang bersifat tekstual yang dibaca tersebut, dengan membuat catatan yang

agak lebih pendek dari redaksi aslinya, namun tidak merubah tujuan, sifat

dan substansi dari bahan aslinya.

b. Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dimana turun

langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dari kalangan pimpinan

sekolah, guru serta melakukan observasi kepada siswa-siswa pada

Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo.

Adapun metode yang dipergunakan untuk memperoleh data di

lapangan, yaitu sebagai berikut :

a. Interview.

Metode interview yaitu mengadakan wawancara dengan guru-guru

pengajar, serta komponen-komponen yang terkait dengan sekolah tersebut,

kemudian Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo. Wawancara

dilakukan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan di madrasah

tersebut, dan bentuk evaluasi yang diterapkan selama ini, serta bagaimana

17
bentuk peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan oleh pihak Madrasah

Tsanawiyah DDI Lapeo.

b. Observasi.

Metode observasi yaitu metode penelitian dengan cara

mengumpulkan sejumlah data, kemudian mengamati bagaimana sistem

pembelajaran dan sistem evaluasi yang diterapkan oleh guru pada

Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo sehingga dapat memicu bagi peningkatan

mutu pendidikan di sekolah tersebut.

c. Dokumentasi.

Metode dokumentasi yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data dari

dokumen atau catatan-catatan yang ada di lokasi penelitian kemudian dikutip

dalam bentuk tabel.

d. Angket.

Metode angket yaitu metode questioner, dalam hal ini penulis

membagikan daftar pertanyaan kepada guru-guru Madrasah Tsanawiyah

DDI Lapeo. Daftar pertanyaan melalui angket dibahas tentang sistem

evaluasi belajar yang diterapkan dalam proses pembelajaran di Madrasah

Tsanawiyah DDI Lapeo, kemudian bentuk-bentuk peningkatan mutu

pendidikan yang dilakukan oleh pihak sekolah.

4. Instrumen Penelitian

Adapaun instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti, yakni

terdiri dari pedoman observasi, pedoman angket, serta pedoman

18
wawancara. Penggunaan instrumen tersebut adalah untuk mempermudah

peneliti dalam memperoleh dan mendapatkan data, informasi dan

pengetahuan yang berhubungan objek penelitian sehingga dapat

merangkum data dan informasi yang obyektif. Dengan adanya data dan

informasi yang objektif, maka sangat membantu penulis dalam mengolah

dan menganalisis data sehingga hasil yang ditemukan dapat

dipertanggungjawabkan dan juga dapat memberikan jaminan hasil penelitian

yang akurat dan valid.

5. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Data yang terkumpul, penulis olah dengan menempuh cara, yaitu

sebagai berikut :

a. Kualitatif.

Pendekatan kualitatif yaitu dilakukan dengan menitikberatkan

pembahasan skripsi pada segi-segi nilai kemudian disusun atau dikumpul

secara baik dan teratur lalu dianalisis.

b. Kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan menitikberatkan

pembahasan skripsi yang berupa presentase lalu dianalisis.

Adapun metode yang digunakan dalam menganalisis data yang

terkumpul tersebut adalah sebagai berikut

1. Induktif.

19
Metode induktif yaitu suatu cara berfikir dengan memecahkan

persoalan yang bertitik tolak dari pengalaman atau pengetahuan yang

khusus dan fakta-fakta tertentu, yang kemudian penulis mengemukakan

suatu kesimpulan yang bersifat umum.

2. Deduktif.

Metode deduktif yaitu suatu cara berpikir dengan memecahkan

persoalan yang bertolak dari hal dasar serta kaedah-kaedah umum,

kemudian menganalisis atau menjabarkannya ke hal-hal yang khusus.

3. Komparatif.

Metode komparatif yaitu suatu cara berpikir dengan menganalisis data

dan mengambil kesimpulan dengan terlebih dahulu membandingkan

antara beberapa pendapat atau beberapa data yang ada.

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Setiap kegiatan pasti memiliki tujuan, begitu juga dalam penelitian ini,

sebab tujuan merupakan suatu target yang diharapkan dapat tercapai

setelah kegiatan penelitian berakhir. Oleh karena itu, penelitian ini adalah

suatu usaha dan kegiatan yang berproses secara bertahap yang mempunyai

tujuan dan kegunaan.

1. Tujuan Penelitian.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam

kajian ini membahas tentang peranan evaluasi belajar dalam peningkatan

20
mutu pendidikan Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo, Kec. Campalagian,

Polman, diharapkan dapat:

a. Mengetahui sistem dan mekanisme evaluasi pembelajaran yang

relevan dan sesuai dengan konteks madrasah tsanawiyah.

b. Mendapatkan informasi tentang sistem evaluasi belajar yang

diterapkan dalam proses pembelajaran dan peningkatan mutu

pendidikan pada Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo, Campalagian.

c. Mendapatkan informasi tentang pengaruh dan kontribusi yang

diberikan evaluasi belajar dalam peningkatan mutu pendidikan di

Madrasah Tsanawiyah DDI Lapeo, Campalagian.

2. Kegunaan Penelitian.

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

a. Bagi pelaksana pendidikan di sekolah dalam mengembangkan sistem

evaluasi pendidikan yang sesuai dengan dasar ajaran Islam,

kebutuhan peserta didik, tuntutan zaman, dan perkembangan ilmu

pengetahuan.

b. Bagi guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pendidikan

agama Islam senantiasa melakukan evaluasi yang berpihak kepada

peningkatan mutu proses dan luaran pendidikan.

c. Bagi orang tua atau pihak yang berkepentingan (stakeholder) agar

dapat menjadi bahan pemikiran dalam meningkatkan mutu pendidikan

di sekolah melalui proses evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran.

21
H. Garis – garis Besar Isi Skripsi.

Sebagai suatu karya ilmiah, rancangan skripsi ini dimulai dengan bab

pertama yang di dalamnya dibahas pendahuluan yang mencakup latar

belakang dan batasan masalah, kemudian hipotesis, lalu dijelaskan defenisi

operasional yang menjadi garapan penelitian, tujuan dan kegunaan

penelitian yang diharapkan penulis serta diuraikan garis – garis besar isi

skripsi.

Pada bab kedua, selanjutnya akan dibahas tentang tinjauan pustaka

dalam penelitian ini. Akan diuraikan pengertian evaluasi belajar, sistem

evaluasi dalam pembelajaran di madrasah tsanawiyah, dan peranan

evaluasi belajar dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah

Pada bab selanjutnya, dibahas tentang metode penelitian yang akan

digunakan oleh peneliti. Peneliti akan membahas desain dan variabel

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen yang

digunakan serta metode yang diterapkan dalam mengolah data.

Pada bab keempat, penulis mengkaji gambaran umum secara

singkat tentang profil MTs. DDI Lapeo Kec. Campalagian, Kab. Polman yang

dijadikan obyek penelitian, kemudian penyajian dan interpretasi data serta

pengujian hipotesis. Pada bab ini, data yang dihimpun dikelola dan dianalisa

baik secara kualitatif maupun kuantitatif lalu dihubungkan dengan hipotesis

yang telah disusun.

22
Pada bab terakhir sebagai bab penutup berisi tentang beberapa

kesimpulan umum dan saran yang berkaitan dengan pengaruh evaluasi

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan hubungannya dengan peningkatan

motivasi belajar siswa di MTs. DDI Lapeo Kec. Campalagian, Kab. Polman.

DAFTAR PUSTAKA

23
Arikunto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara,
1988)

Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke


Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

Daryanto, H., Evaluasi Pendidikan, (Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta, 2001)

Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI


Tentang Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2006)

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III,


(Cet. 3, Jakarta: Balai Pustaka, 2005)

Ihsan, H. Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)

Marhiyanto, Bambang, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Surabaya :


Media Centre, t.th.)

Miarso, Yudufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Edisi I, (Cet. I,


Jakarta: Kencana), 2004)

Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam – Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya,
1993)

Nashar, H., Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan


Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press, 2004)

Nasution, S., Didaktik Asas-asas Mengajar, Edisi II, (Cet. III, Jakarta: Bumi
Aksara, 2004)

------------, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Cet.


VIII, Jakarta: Bumi Aksara, 2003)

Nawawi, H. Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. VII, ( Yogyakarta :


Gadjah Mada University, 1995 )

Popham W. James, & Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis,


diterjemahkan oleh Amirul Hadi dkk., (Cet. IV, Jakarta: Rineka Cipta.
2005)

24
Silverius, Suke, Evaluasi Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT. Grasindo,
1991)

Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha


Nasional, 1981)

25

Anda mungkin juga menyukai