Oleh :
Karolin Trisnawelda 1010312054
Cut Mutiara Sabrina 1010313071
Ilham Rizka Putra 1010313076
Nur Afany 1010313115
Deasy Archika Alvares 1110313013
Yelvi Novita Roza 1110312096
Putra Pratamadinata 1110312026
Diynie Fadhilla Fahmi 1110312110
Pembimbing :
Dr. Ismatul Amri
Supervisor :
Dr. Firman Arbi, Sp.A (K)
Dr. Amirah Zatil Izah, Sp.A
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga referat yang berjudul “ Pendekatan Diagnosis Perdarahan
Pada Anak” ini dapat kami selesaikan. Referat ini merupakan salah satu syarat
mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS. Dr. M.
Djamil Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak
membantu penyusunan referat ini, khususnya kepada dr. Firman Arbi, SpA(K) dan
dr. Amirah Zatil Izah, Sp.A sebagai preseptor dari Referat dan Dr. Ismatul Amri
selaku pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan dan dukungan moril
maupun materi dalam penyusunan referat ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang banyak membantu
dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk
perbaikan demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata penulis berharap semoga
referat ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman semua pihak
tentang “Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak”
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR SINGKATAN
AD Autosomal Dominant
AR Autosomal Resesif
aPTT Activated partial thromboplastin time
CBC Complete blood count
DIC Disseminated Intravascular Coagulation
FII Factor II (prothrombin)
FV Factor V
FVII Factor VII
FVIII Factor VIII
FIX Factor IX
FX Factor X
FXI Factor XI
FXII Factor XII
FXIII Factor XIII
HSP Henoch – Schonlein Purpura
ICH Intracranial hemorrhage
INR International normalized ratio
ITP Immune thrombocytopenia
PAI-1 Plasminogen activator inhibitor type 1
PBQ Pediatric Bleeding Questionnaire
PFA-100® Platelet function analyzer-100
PT Prothrombin time
TT Thrombin time
VKA Vitamin K antagonist
VWD von Willebrand disease
VWF von Willebrand factor
VWF:Ag VWF antigen
VWF:RCO VWF activity (ristocetin cofactor assay)
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Perdarahan adalah keluarnya atau hilangnya sebagian darah dari sistem vaskular
baik disebabkan oleh rupturnya pembuluh darah akibat trauma atau kelainan
hemostasis.1 Ketika terjadi trauma, pembuluh darah yang terkena akan mengalami
pembuluh darah sehingga proses kehilangan darah dapat dikontrol atau dihentikan.2
Proses demikian dapat berlangsung dengan baik apabila seluruh komponen hemostasis
terlibat, diantaranya komponen vaskular, trombosit dan koagulasi. Apabila salah satu
dari komponen tersebut mengalami defek atau kelainan, maka akan menimbulkan
perdarahan meskipun dengan trauma minimal ataupun tanpa disertai riwayat trauma
hematologi atau non hematologi. Perdarahan yang disebabkan kelainan hematologi bisa
berupa kelainan trombosit seperti ITP dan koagulasi berupa hemofili dan penyakit
VWD, sementara yang termasuk penyebab non hematologi adalah trauma, kekerasan,
Pada anak- anak, perdarahan merupakan hal yang normal dan cukup sering
dialami terutama yang disebabkan oleh trauma.3 Namun pada beberapa kondisi, gejala
perdarahan dapat merupakan tanda dari kelainan hemostasis.5 Sebagai contoh, ptekie
atau epistaksis dapat disebabkan oleh adanya defek primer pada trombosit atau
1
pembuluh darah. Sementara gejala perdarahan berupa memar bisa disebabkan oleh
defek primer maupun sekunder akibat gangguan proses pembekuan darah.6 Perlu
diingat, perdarahan tidak hanya mengenai kulit dan mukosa tetapi juga dapat mengenai
organ tubuh lainnya termasuk saluran cerna, jaringan ikat, otak, rongga sendi, dan
seterusnya.
Kelainan hemostasis dapat bersifat kongenital atau didapat.5 Pada anak laki-
laki, kelainan hemostasis herediter yang paling sering dialami adalah hemofilia karena
perdarahan pada anak yang bersifat herediter adalah penyakit Von Willebrand. Salah
satunya berdasarkan penelitian yang dilakukan El Bustany, dkk dari National Research
Center Kairo pada tahun 2008 didapatkan dari 43 anak yang diteliti, 27,9% menderita
diagnosisnya.7 Sementara pada tahun 2012 dilakukan penelitian bersifat single center
di Kairo dengan total responden 667 pasien, ternyata didapatkan 27,2% menderita
purpura trombositopenia imun, 11,2% dengan glanzman syndrome, 6,6% penyakit Von
Gambaran klinis perdarahan pada anak cukup luas spektrumya, mulai dari
berupa perdarahan tersembunyi hingga perdarahan masif. Hal ini menjadi tantangan
atau tidak karena gejala klinisnya seringkali tidak terlalu menonjol di awal. Akhirnya
kondisi tersebut sering luput dalam penegakan diagnosis. Evaluasi pasien melalui
2
menentukan apakah pasien perlu pemeriksaan laboratorium lanjutan atau tidak.
masif yang berakibat pada kondisi syok dan perdarahan pada organ vital seperti otak,
paru, ginjal dan hepar. Selain itu, juga dapat terjadi anemia berkepanjangan akibat
adanya perdarahan tersembunyi. Kondisi ini, secara tidak langsung dapat mengganggu
proses tumbuh dan berkembangnya anak. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui
dan memahami teknik pendekatan diagnosis yang tepat sehingga penegakan diagnosis
dan penatalaksanaan perdarahan pada anak menjadi lebih baik guna menghindari risiko
1. 2. Batasan Masalah
1. 3. Tujuan Penulisan
1. 4. Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai
literatur.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi
atau robekan pembuluh darah. Ada dua tipe perdarahan, yaitu perdarahan yang berasal
dari pembuluh darah dan perdarahan yang karena kelainan komponen pembekuan darah.
Perdarahan dari pembuluh darah pada umumnya bersifat lokal, sedangkan perdarahan
Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah medis yang
Kelainan dapat disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari kelainan dalam
darah itu sendiri terutama kelainan pada faktor pembekuan darah atau platelet.10
perdarahan, mengubah darah dari cair ke padat. Proses ini bersifat kompleks yang
melibatkan sebanyak 20 protein plasma berbeda, atau faktor pembekuan darah. Proses
kimia kompleks ini menggunakan faktor pembekuan untuk membentuk suatu zat yang
disebut fibrin. Ketika faktor-faktor koagulasi tertentu kurang atau hilang, maka proses ini
2. 2. Etiologi
melibatkan seluruh komponen pembekuan darah, dan bukan kelainan hemostasis yang
umumnya bersifat lokal. Perdarahan yang bukan karena kelainan hemostasis bisa
disebabkan oleh trauma, infeksi virus, investasi cacing dan kelainan kongenital.
4
Sedangkan perdarahan karena kelainan hemostasis disebabkan oleh kekurangan
trombosit seperti pada ITP, kekurangan faktor pembekuan darah (hemofilia atau von
Kualitatif Sekuester
Abnormalitas
trombosit
Kuantitatif ↑konsumsi
Hematologi
Defisiensi ↓produksi
Abnormalitas
Perdarahan faktor
signifikan secara Inhibitor
klinis
Abnormalitas vaskuler
Non Hematologi intrinsik atau abnormalitas
vaskuler yang didapat
kondisi gawat seperti syok hipovolemik. Pasien yang memiliki kelainan dalam
2. 3. Epidemiologi
Perdarahan terjadi pada hampir 75% kasus trauma. Setiap kejadian yang
5
(ITP) paling sering ditemukan pada anak antara umur 2 – 8 tahun, kejadian ini lebih sering
ditemukan pada wanita. Sedangkan pada von willebrand disease, kejadian dapat
mengenai 1 diantara 100 orang. Banyak dari penderita hanya mengalami perdarahan
ringan, sehingga hanya sejumlah kecil yang tahu bahwa dirinya menderita pernyakit ini12.
Berdasarkan data populasi, prevalensi dari kelainan trombosit herediter tidak diketahui
secara pasti. Sebuah survey pada pusat kesehatan anak di Jerman, Austria dan Swiss
mengestimasi kelainan trombosit ditemukan pada 2 anak per satu juta penduduk. Ras dan
Hemofilia ditemukan pada satu dari 5000 pria, 80% menderita hemofilia A
(defisiensi faktor VIII) dan 20% hemofilia B (defisiensi faktor IX)14. VWD dapat
mengenai pria dan wanita. Namun, wanita dengan VWD lebih mudah dikenali karena
umumnya mengalami perdarahan haid yang banyak dan perdarahan lama setelah
antara 1:100 sampai 1:1000. Angka kejadian pada pria dan wanita sama, namun pada
wanita lebih sering ditemukan setelah adanya menorragi yang sering. Menorragi yang
sering dan signifikan sejak menarche sering di investigasi sebagai VWD. Defisiensi
faktor XI adalah penyebab ketiga terbanyak kelainan hemostasis yang ditemukan pada
dalam mempertahankan komponen darah tetap dalam keadaan cair sehingga tubuh dalam
bila terjadi kerusakkan pembuluh darah maka system hemostatis akan mengatur
perdarahan melalui mekanisme (1) interaksi pembuluh darah dan jaringan penunjang, (2)
6
interaksi trombosit dan pembuluh darah yang mengalami kerusakan, (3) pembentukan
fibrin oleh sistim koagulasi, (4) regulasi dari bekuan darah oleh faktor inhibitor koagulasi
dan sistim fibrinolitik, (5) remodeling dan reparasi dari pembuluh darah yang mengalami
kerusakan. bila terdapat gangguan dalam regulasi hemostatis baik oleh karena kapasitas
inhibitor yang tidak sempurna atau oleh karena adanya stimulus yang menekan fungsi
natural anticoagulant , maka akan terjadi thrombosis yaitu suatu proses terjadinya
fibrin pada tempat cedera. Pembekuan disusul oleh resolusi atau lisis bekuan dan
individu dari perdarahan massif sekunder akibat trauma . Secara klinis proses terjadinya
thrombosis melibatkan : 15
a. Proses Koagulasi
saat jari tangan luka kena pisau. Selama darah mengalir dari pembuluh yang tersayat,
meninggalkan substansi yang dikenal sebagai faktor platelet atau pembeku darah.
Dengan adanya ion kalium dan substansi tambahan faktor platelet bereaksi dengan
7
faktor anti hemofilik membentuk tromboplastin. Sel-sel jaringan tetangganya yang
trombin. Protrombin ialah salah satu protein plasma biasa, dibentuk di dalam hati
dalam fase untuk membantu memulai merubah protrombin. Tetapi dengan adanya ion
tersebut15.
merubah Fibrinogen yang dapat larut menjadi fibrin yang tidak dapat larut.
Fibrinogen adalah plasma lain yang dihasilkan oleh hati dan ditemukan di dalam
sirkulasi plasma. Mula-mula fibrin keluar sebagai jaringan-jaringan dari benang yang
perangkap fibrin, tetapi sel-sel darah ini tidak tahu apa yang dilakukannya dengan
pembekuan itu. Selama bekuan menyusut, tampak cairan berwarna kuning bening
keluar, cairan ini disebut serum, sama dengan plasma kecuali tanpa fibrinogen dan
unsur pembeku lainnya yang telah digunakan di dalam proses pembekuan darah. 15
8
Terdapat 2 lintasan utama yang menginduksi terjadinya proses koagulasi yaitu jalur
Proses koagulasi dalam darah in vivo dimulai oleh jalur ekstrinsik yang melibatkan
komponen dalam darah dan pembuluh darah15. Komponen utama adalah tissue factor,
suatu protein membran intrinsik yang berupa rangkaian polipeptide tunggal yang
diperlukan sebagai kofaktor faktor VIII dalam jalur intrinsik dan faktor V dalam
common pathway16.
Tissue factor ini akan disintesis oleh makrofag dan sel endotel bilamana
mengalami induksi oleh endotoksin dan sitokin seperti interleukin dan-1 dan tumor
necrosis factor. Komponen plasma utama dari jalur ekstrinsik adalah faktor VII yang
merupakan vitamin K dependen protein (seperti halnya faktor IX, X, protrombin, dan
protein C)16. Jalur ekstrinsik akan diaktifasi apabila tissue factor yang berasal dari sel-
sel yang mengalami kerusakan atau stimulasi kontak dengan faktor VII dalam peredaran
darah dan akan membentuk suatu kompleks dengan bantuan ion Ca15. Kompleks factor
VIIa–tissue factor ini akan menyebabkan aktifasi faktor X menjadi Xa disamping juga
Jalur intrinsik merupakan suatu proses koagulasi parallel dengan jalur ekstrinsik,
dimulai oleh komponen darah yang sepenuhnya ada berada dalam sistem pembuluh
darah. Proses koagulasi terjadi sebagai akibat dari aktifasi dari faktor IX menjadi faktor
IXa oleh faktor XIa. <lih figure 1-4 colman> Protein contact system (faktor XII,
pencentus awal terjadinya aktivasi ataupun inhibisi faktor XI. Protein contact system ini
9
akan berperan sebagai respon dari reaksi inflamasi, aktifasi komplemen, fibrinolisis dan
berbeda yaitu diaktifkan oleh kompleks faktor XIIa dan high molekuler weight
negative feedback ini juga terjadi pada faktor VIII dan faktor V, hal ini yang dapat
menerangkan tidak terjadinya perdarahan pada penderita yang kekurangan faktor XII,
prekalikrein dan HMWK. Faktor IXa akan membentuk suatu kompleks dengan faktor
VIIIa dengan bantuan adanya fospolipid dan kalsium yang kemudian akan mengaktifkan
faktor X menjadi faktor Xa. Faktor Xa akan mengikat faktor V bersama dengan kalsium
dan fosfolipid membentuk suatu kompleks yang disebut protrombinase, suatu kompleks
10
Gambar 2.3. Jalur Jalur Mekanisme Pembekuan Darah Normal
(Sumber : Peri Kamalakar; Practical Approach to A Bleeding Child. 2008)
membatasi dan melokalisasi pembentukan hemostatis plug atau trombus pada tempat
terjadinya kerusakan pembuluh darah. Inhibitor utama dari unsur-unsur sistem kontak
adalah C1 inhibitor, terutama berperan sebagai inhibitor faktor XIIa dan juga terhadap
kalikrein. Antitrombin III merupakan suatu inhibitor utama terhadap faktor IXa, Xa, dan
trombin. Di dalam peredaran darah, terdapat cukup antitrombin III sehingga mampu
menetralisasi terjadinya trombin yang dalam darah. Akan tetapi bilamana terjadi
penurunan sekitar 40 – 50% dari jumlah normal maka keadaan ini merupakan
predisposisi terhadap terjadinya penyakit trombotik seperti pada kasus defisiensi anti
Kemampuan inhibisi yang dihasilkan anti thrombin III akan diperkuat dengan adanya
heparin, akan tetapi bila telah terbentuk trombin maka trombin ini akan menjadi resisten
terhadap anti trombin demikian juga terhadap kompleks anti trombin dan heparin. 15
11
Heparin dalam tubuh dikenal sebagai heparin kofaktor II merupakan suatu serin
protease inhibitor khususnya terhadap trombin tidak terhadap faktor Xa. Disamping itu
koagulasi dalam plasma dan terhadap enzim fibrinolitik seperti kalikrein, plasmin dan
hemostatic plug tetap utuh sampai terjadi penyembuhan terjadi. Pada keadaan defisiensi
á2-antiplasmin maka hemostatic plug akan melarut sebelum penyembuhan terjadi. 15,16
Trombin bekerja pada berbagai bahan, termasuk fibrinogen, faktor XIII, V dan
VII; membran trombosit; protein S dan protein C. Dapat dikatakan bahwa trombin
melalui mekanisme positive dan negative feed back. Pembentukan fibrin merupakan
suatu proses fase kedua (setelah fase pertama agregasi trombosit). Fibrinogen
merupakan bahan dasar dari fibrin, suatu glikoprotein dengan BM 340.000 dalton yang
terdapat dalam konsentrasi yang tinggi dalam plasma dan granul trombosit. Trombin
akan terikat pada fibrinogen dan akan membebaskan fibrinopeptida dan membentuk
fibrin monomer dan selanjutnya membentuk fibrin polimer. Pengikatan fibrin dengan
faktor XIIIa ini akan menjadikan fibrin resisten terhadap degragasi plasmin dan keadaan
ini juga diperkuat oleh pengaruh á2- plasmin inhibitor yang melindungi dari fibrin
12
Mekanisme ini diperlukan untuk reparasi pembuluh darah dan struktur jaringan
lainnya bersamaan dengan pertumbuhan kembali sel endotel dan rekanalisasi pembuluh
dan reparasi struktur pembuluh darah. Pada proses permulaan pembentuk hemostatic
plug, trombosit dan sel endotel akan melepaskan plasminogen activator inhibitor untuk
menfasilitasi pembentukan fibrin. Proses selanjut, melalui suatu proses yang belum
diketahui dengan pasti danpada waktu yang tepat, sel endotel akan melepaskan
(terutama yang terikat pada fibrin) menjadi bentuk aktif yaitu plasmin, yang nantinya
deposit kompleks imun yang mengandung IgA dan adanya aktivasi komplemen jalur
alternatif pada penyakit ini. Deposit kompleks imun dan aktivasi komplemen
terjadi inflamasi pada pembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi, dan abdomen.18
Jumlah trombosit pada HSP ditemukan normal atau meningkat, dapat ditemui
eosinofilia, dan peningkatan laju endap darah. Pemeriksaan kadar IgA dalam darah
menunjukkan adanya deposit IgA dan komplemen pada dinding pembuluh darah.
13
Pemeriksan radiologi yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan barium, dilakukan jika
ditemui gejala – gejala gastrointestinal, akan ditemukan penurunan motilitas usus yang
membentuk sebuah gumpalan yang berperan sebagai sumbatan pada cedera vaskular
dalam pembuluh darah tanpa perlekatan pada dinding endotel. Ketika suatu pembuluh
darah robek, trombosit menempel pada lapisan subendotel, berikatan dengan kolagen
subendotel via integrin α2β1 dan reseptor membran glikoprotein GPVI, serta faktor
von willebrand13.
jumlah. Gejala utama yang muncul pada setiap individu adalah perdarahan mukokutan
seperti memar, epistaksis, perdarahan dari orofaring atau saluran cerna dan menorragi.
Kelainan ini sering tidak terdeteksi pada usia muda kecuali memang diketahui bahwa
di dalam keluarga terdapat penderita kelainan darah, atau anak mengalami suatu
Kelainan fungsi trombosit ada yang bersifat kongenital dan ada juga yang
didapat19.
a) Kongenital
14
membran Iib dan III a. kelainan ini pada umumnya dijumpai pada neonatus.
trombosit berukuran jauh lebih besar dari ukuran normalnya. Selain dari
ukuran yang tidak seperti normal, juga terjadi defisiensi glikoprotein Ib,
yang terbuka, serta tidak beragregasinya trombosit dengan resistein. Hasil lab
pada kelainan ini jumlah trombosit menurun, ukuran trombosit jauh lebih besar
dibanding yang normal., serta etraksi bekuan darah normal. Ukuran trombosit
bias mencapai 2-8 mikrometer atau hamper setara dengan ukuran eritrosit atau
c. Gray Platelets Syndrome, pada kelainan ini terjadi kekurangan atau defisiensi
ditemukannya α-granule.
15
b) Didapat
a. Pengaruh obat. Pengaruh obat yang dimaksud yaitu pemakaian obat yang
bersifat anti trombosit, salah satu contohnya yaitu aspirin. Pada penggunaan
aspirin akan menyebabkann masa perdarahan yang abnormal dan juga dapat
gangguan dalam reaksi pelepaan dan agregasi dengan adrenalin dan adenosine
difosfat. Defek yang ditimbulkan ini dapat bertahan selama 7-10 hari.
16
b. Gangguan Hati, terjadinya perdarahan pada pasien yang mengalami penyakit
yang menderita penyakit hati bisanya akan mengalami proses fibrinolisis yang
hebat, oleh karena itu akan menjadi penghambat dalam fungsi trombosit
dengan level faktor VIII dan IX pada plasma. Tampilan klinis pada umumnya
sama pada satu jenis kasus terutama yang berasal dari famili yang sama.
Sepertiga dari pria yang didiagnosis dengan hemofilia tidak memiliki riwayat
FVIII dan VWF adalah ‘fase protein akut’ yang bisa timbul karena kondisi
stress, infeksi, atau penyakit sistemik. Pada golongan darah O, jumlah FVIII
17
2.6. Pendekatan Diagnosis Perdarahan pada Anak
Anak dengan penyakit perdarahan sering diketahui dari gejala klinis yang khas,
hasil skiring labor yang abnormal dan riwayat keluarga23. Gejala klinis yang sering muncul
perdarahan mulut, saluran cerna dan saluran kemih. Perdarahan yang tidak terkendali saat
operasi, perdarahan dalam pada otot atau sendi24. Anamnesa yang lengkap termasuk
riwayat keluarga, akan menghantarkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan fisik dapat
a. Umur
perdarahan post sirkumsisi, dan perdarahan dari tali ujung pusat , perdarahan
timbul dengan perdarahan klinis sampai usia yang lebih tua, atau ketika anak semakin
aktif bergerak. Kelainan perdarahan yang didapat, dapat muncul pada semua usia.
Sebagai contoh, walaupun ITP biasanya terjadi pada usia 2-10 tahun, kemunculan
b. Jenis kelamin
didapat dan diturunkan muncul pada kedua jenis kelamin, walaupun terdapat
peningkatan angka kejadian pada wanita untuk vwd , defek trombosit dan defisiensi
18
c. Riwayat pengobatan umum
Riwayat kelemahan, demam, penurunan berat badan dll dapat mengarah pada
dan/atau menorrhagia mengarah pada kelainan pada trombosit, vwd, atau pembuluh
darah. Perdarahan spontan atau eksesif ke jaringan lunak, otot, dan sendi, atau perdarahan
pasca operasi yang sukar berhenti mengarah pada gangguan faktor koagulasi. Perdarahan
intrakranial, perdarahan post sirkumsisi atau perdarahan mukosa berat pada awal
Memar atau hematom yang besar pada ekstremitas distal bisa diindikasikan sebagai
penyakit perdarahan. Hemarthomosis dengan efusi sendi, teraba hangat dan nyeri saat
gerakan pasif biasanya merupakan gejala dari hemophilia. Menorragia yang muncul pada
remaja perempuan yang memiliki penyakit perdarahan dan sering muncul pada siklus
Perdarahan berulang dari lokasi kecil sering diakibatkan oleh kelainan lokal
seperti epistaksis atau diverticulum meckel. Perdarahan pada anak dengan riwayat operasi
sebelumnya atau pencabutan gigi mensugestikan kelainan yang didapat daripada kelainan
yang diturunkan. Kelainan yang didapat muncul kemudian di kehidupan dan riwayat
perdarahan pada keluarga bisa tidak ada23. Riwayat perdarahan pada anak sehat dengan
19
infeksi sebelumnya dan rash purpura sering terlihat pada ITP (Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura) atau rash yang dikaitkan dengan nyeri sendi mensugestikan
HSP (Henoch Schonlein Purpura)24. Rash purpura dengan icterus mensugestikan gagal
hati, rash dengan diare dapat terlihat pada Hemolytic uremic syndrome. Memar yang
mudah terjadi juga dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin C atau dengan riwayat
Ptekie dan purpura dapat disebabkan oleh vaskulitis atau kelainan trombosit.
Ptekie dan purpura sejak lahir dapat mensugestikan kelainan trombosit herediter seperti
TAR atau BS syndrome23. Perdarahan membran mukosa dapat disebabkan oleh kelainan
trombosit atau vWD. Riwayat menorrhagia pada pasien perempuan mensugestikan vWD.
Kebutuhan tranfusi yang banyak saat operasi atau setelah operasi yang biasanya
Perdarahan setelah tonsilektomi atau adenotonsiklektomi yang lebih dari 7-10 hari bisa
menoragia, mudah memar, ptekie dicurigai sebagai kelainan hemostasis primer. Dokter
anak harus memikirkan tentang defek platelet, vWf dab kelainan pembuluh darah.
Perdarahan dalam pada sendi dan otot dicurigai sebagai gangguan dari faktor koagulasi24.
sulit atau perdarahan dari gigi yang copot atau trauma minor, atau perdarahan pada sendi
atau hematoma mensugestikan kelainan yang bersifat herediter23. Perdarahan dari tali
pusat pada hari pertama kehidupan mengarah pada defisiensi faktor XIII atau
sangat sering ketika anak-anak secara normal mulai berjalan dan terjatuh tapi terbatas pada
20
ekstremitas bawah dan tidak disertai ptekie atau purpura, dimana memar yang bukan
akibat cedera karena kecelakaan biasanya pada kepala, wajah, dada atau ekstremitas
bagian atas23.
yang diturunkan. Kelainan perdarahan autosomal resesif lebih sering pada komunitas etnik
yang terisolasi yang mempunyai gen yang sama. Riwayat keluarga yang lengkap harus
keluarga termasuk kelahiran, jenis kelamin yang dikenai dan detil perdarahan. Jika hanya
laki- laki yang dikenai mensugestikan kelainan XR dimana kedua jenis kelamin dapat
dikenai pada kelainan AR atau AD. Memar pada neonatus bisa disebabkan oleh sepsis
21
Tabel 2.2. Diferensial Diagnosis Kelainan Perdarahan dan Memar
(Sumber: Michael Ballas dan Eric H.Kraut. American Family Physician. 2008:77(8).)
investigasi diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan dapat dibagi atas tes
kegagalan sumsum tulang. Algoritma pertama dari diagnosis kelainan trombosit adalah
22
hitung trombosit. Jumlah platelet normal atau tidak sangat menentukan klasifikasi lanjut
dari kelainan trombosit13. Pemeriksaan lain dapat berupa pemeriksaan bentuk platelet yang
PT digunakan untuk mengukur faktor pada jalur ekstrinsik dan common pathway.
Defisiensi faktor ini (paling banyak faktor VII) akan menyebabkan pemanjangan PT.
Vitamin K diperlukan untuk sintesis faktor yang penting dalam jalur ini, oleh karena itu
PTT digunakan untuk mengukur faktor jalur intrinsic dan common pathway.
Defisiensi faktor ini (termasuk faktor VIII dan faktor IX ) akan menyebabkan
pemanjangan PTT. Faktor VII dapat ditemukan rendah pada pasien dengan penyakit von
melihat ukuran trombosit. Klasifikasi ukuran kecil, normal dan besar berdasarkan MPV
dengan disfungsi platelet, pada sejumlah kasus abnormalitas yang ditemukan justru tidak
spesifik13.
23
Gambar 2.4. Algoritma Pemeriksaan Skrining Laboratorium pada Perdarahan
(Modifikasi dari Anjali and Steven. In Pediatrics in Review. 2010)
Tujuan utama pemeriksaan laboratorium pada perdarahan pada anak adalah untuk
sekunder. Pemeriksaan awal yang diperlukan antara lain darah lengkap (termasuk
trombosit), gambaran darah tepi, prothrombin time (PT) dan partial thromboplastin time
(PTT)22.
Hitung darah lengkap, pemeriksaan darah tepi, hitung trombosit, PT, APTT
merupakan tes skrining. Bila hasilnya normal, TT dan agregasi trombosit perlu
pemeriksaan faktor spesifik perlu dilakukan untuk diagnosis yang lebih tepat. Pada pasien
dengan riwayat perdarahan abnormal dan adanya riwayat keluarga, hasil tes skrining yang
24
Tabel 2.3. Interpretasi Skrining Tes dan Tes Lanjutan yang Dianjurkan
(Sumber: Budensab. In International Journal of Health Science and Research. 2012)
time .Namun, penggunaan bleeding time dalam memprediksi perdarahan operasi masih
function analyzer (TFA 100), telah dibuktikan lebih akurat daripada bleeding time untuk
mengalirkan darah pasien melalui saluran yang dilapisi dengan kolagen atau epinefrin dan
kolagen atau adenosis difosfat. Pada pasien dengan penyakit von willebrand dan kelainan
fungsi trombosit, jumlah waktu yang diperlukan bagi trombosit untuk mengaggregasi baik
aspirin24.
merupakan tes skrining yang sangat berguna, namun kesimpulan ini masih dalam
perdebatan24.
25
Tabel 2.4. Trombositopenia yang Diturunkan
(Modifikasi dari Sara, Walter, Victor et al. In Pediatric Blood Cancer. 2011)
Platelet kecil Sindrom Wiskott-Aldrich
X-linked trombositopenia
Platelet normal Kongenital megakariositik trombositopenia
Amegakariositik trombositopenia dengan sinostosi radio-ulnar
Trombositopenia dengan absen radii
Gangguan familial platelet dan predisposisi leukemia mieloid akut
Trombositopenia autosom dominan
Platelet besar sindrom Bernard-Souller
DiGeorge / sindrom velokardiofasial
Sindrom Von Willebrand
Sindrom platelet abu-abu
Sindrom ARC
Gangguan terkait MYH9
X-linked trombositopenia dengan talasemia
Sindrom Paris-Trousseau-Jacobsen
Makrotrombositopenia mediteran jinak
Anemia diseritropoietik dengan trombositopenia
26
Gambar 2.5 Algoritma Pemeriksaan Perdarahan pada Anak
(Sumber: SickKids Handbook of Pediatric Thrombosis and Hemostasis.2013)
27
Tabel 2.5 Beberapa Diferential Diagnosis Perdarahan pada Anak
(Dirangkum dari Shosana, Margaret and Sara (An Approach to the Bleeding Child), Budensab (Approach to a Bleeding Child), Anjali
(Bleeding Disorder), Kate Khair and Ri Liesner (Bruising and Bleeding in infants and children), Linsday (Easy Bleeding), Michael and
Eric (Bleeding and Bruising: A Diagnostic Approach), dan James Shanon and Thomas (Evaluation for Bleeding Disorder in Suspected
Child Abuse)
28
Bentuk trombosit
Gambaran darah
Normal Normal Normal Normal dapat normal, kecil
tepi
atau besar
PT Normal Normal Memanjang
Normal/sedikit
PTT Memanjang Memanjang
memanjang
APTT Abnormal -
Faktor II Normal Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal
Faktor VII Normal Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal
Faktor VIII Rendah Normal Normal Normal Normal Normal
Faktor IX Rendah Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal
Faktor X Normal Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal
BT Normal Normal - Memanjang
vWF Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal Normal
Desmopressin,
Kortikosteroid oral,
Pemberian faktor VIII atau komponen darah Transfusi trombosit,
Tatalaksana Konsumsi vitamin K IVIG, immunoglobulin Tergantung etiologi
IX (cryopresipitate), dll
anti-D
obat fibrinolitik
29
BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Perdarahan adalah keluarnya atau hilangnya sebagian darah dari sistem vaskular
baik disebabkan oleh rupturnya pembuluh darah akibat trauma atau kelainan
hemostasis. Perdarahan dan memar sering terdapat pada anak. Penyebab perdarahan
trombosit dan faktor pembekuan) atau non hematologi (trauma, kekerasan, ulkus,
varises, telangiectasia dan angiodisplasia). Perdarahan terjadi pada hampir 75% kasus
trauma.
Pendekatan diagnosis dan tatalaksana yang tepat perlu dilakukan segera pada
mengancam nyawa dan dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Diagnosis banding
antara penyakit perdarahan dan luka akibat kecelakaan dapat dilakukan dengan
anamnesa dan pemeriksaan fisik yang baik. Perlu ditanyakan riwayat perdarahan,
riwayat pengobatan dan riwayat keluarga. Pemeriksaan fisik dapat dibantu dengan
Pemeriksaan laboratorium pada perdarahan dibagi atas tes skrining dan tes
khusus. Bila tes skrining normal, pemeriksaan TT dan agregasi trombosit perlu
dipertimbangkan untuk diperiksa. Pada orang dengan kelainan pada tes skrining,
pemeriksaan faktor spesifik dapat dilakukan untuk mencari diagnosis yang lebih tepat.
Pada pasien dengan riwayat perdarahan abnormal dan adanya riwayat keluarga, tes
30
3.2.Saran
khusus.
3. Tatalaksana segera sesuai dengan etiologi untuk mencegah komplikasi mulai dari
31
DAFTAR PUSTAKA
3. Khair K, Liesner R. 2006. Bruising and Bleeding in Infants and Children – a Practical
5. Suchitra S. 2013. Rare Bleeding Disorders in Children : Identification and Primary Care
6. Shoshana R, Margareth L, Sara J. 2013. An Approach to the Bleeding Child. In Sick Kids
7. El-Bostany EA, Omar N, Salama EE, El-Ghuroury EA, Al-Jaouri SK. 2008. The Spectrum
8. Mokhtar GM, Tantawy AA, Adly AA. Telbany MA, EL Arab SE. 2012. A longitudinal
9. Permono B, Ugrasena IDG. 2010. Buku ajar Hematologi-onkologi anak. BP-IDAI : Jakarta
Philadelphia.
11. Lanzkowsky. 2005. Manual of pediatric hematology and oncology. 4th ed.: Elsevier
12. Sara J Israel, Walter A.H. Kahr, Victor, et al. Platelet disorders in children: A diagnostic
32
13. Kate Khair dan RI Liesner. Bruising and bleeding in infants and children – a practical
14. MFJ Mantik. 2004. Gangguan Koagulasi. Sari pediatric Vol 6, No 1.IDAI
15. Guzzetta A Nina MD, Miller E Bruce MD. 2010. Principles of Hemostatis in Children
16. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, dan Schor NF. 2015. Nelson Textbook Of
17. Akib A, Munasir Z, dan Kurniati N. 2008. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Edisi Kedua.
18. Permono HB, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, dan Abdulsalam M. 2006. Buku Ajar
19. Corrigan JJ, 2000. Penyakit Perdarahan dan Trombosis dalam Behrman, Kligeman,
20. Janna M, George R. Coagulation Disorder in Pediatric Review. 2003. Vol 4 No3.
21. Hackner SG. Bleeding Disorder: Diagnostic Approach Simplified. Cornel University. New
York
23. Hastings CA, Torkildson JC, dan Agrawal AK. 2012. Handbook of Pediatric Hematology
and Oncology, second edition. Inggris : John Wiley & Sons, hal. 62 – 66.
24. Budensab A.H. Approach to a Bleeding Child. In International Journal of Health Sciences
33