Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
2.1.1 Definisi PJU (Penerangan Jalan Umum)
PJU atau penerangan jala umum adalah salah satu elemen yang harus
terdapat di semua jalan umum yang berfungsi sebagai penerangan jalan umum itu
sendiri di waktu malam hari.Penerangan ini biasanya terletak pada setiap sisi jalan
atau di tengah suatu jalan atau separator jalan yang dikenal sebagai sistem
penerangan single side atau central twin breckef jalan yang biasanya
menggunakan sistem ini ialah jalan yang sistem penerangannya ditanggung
langsung oleh pemerintah langsung melingkupi persimpangan jalan
(intersection),jalan layang (interchange,overpass,fly over),jembatan dan jalan di
bawah tanah (underpass,terowongan).
Lampu penerangan yang dimaksud adalah suatu unit lengkap yang terdiri
dari sumber cahaya (lampu/lumier),elemen-elemen optic
(pemantul/reflector,pembias/refractor,ppenyebar/diffuser).Elemen-elemen electric
(konektor ke sumber tenaga/power supply,dll),struktur penopang yang terdiri dari
lengan penopang,tiang penopang vertical dan pondasi tiang lampu. Sumber :
Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan ; No.12/S/Bnkt/1991)

2.1.2 Fungsi PJU


Pembuatan jalan umum tentu bukan sebagai pelengkap suatu jalan yang
hanya memetingkan standarisasi suatu jalan tersebut tetapi mempunyai beberapa
kegunaan atau fungsi di balik dibuatnya jalan tersebut.Prinsip pertama dibuatnya
PJU yaitu untuk keselamatan dan kenyamanan user atau pengguna jalan pada
malam hari karena disamping menggunakan lampu utama sepeda motor dibantu
dengan penerangan tambahan yang terdapat pada setiap sisinya maka konsentrasi
pengguna jalan pada saat melintas akan semakin tinggi.
Penerangan ini dapat memberikan efek terang seperti pada siang
hari,sehingga angka kecelakaan yang diakibatkan oleh ketidaktahuan pengguna
jalan karena jalan berlubang dan ditambah tidak adanya penerangan akan semakin
tertekan oleh semakin terangnya jalan saat akan dilintasi.Dan pju sendiri dapat
mengurangi angka kriminalitas dan menambah keindahan suatu jalan karena
biasanya tempat yang gelap menjadi dasar kesempatan untuk para penjahat akan
melakukan kriminalitas,disamping itu juga estetika keindahan akan juga semakin
terpancar karena menariknya suatu jalan yang bercahaya pada malam hari.

2.1.3 Penempatan PJU


1. Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan :
a. Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan
b. Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan
c. Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau
persimpangan,dibanding pada bagian jalan yang lurus
d. Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan
kaki
( Sumber : SNI 7391 ; hal 8/2008)

Tabel 1. Jenis/Klasifikasi Jalan


Jenis /Klasifikasi Daerah penempatan (Lux)
Jalan Komersil Menengah Permukiman
Jalan arteri dengan 22 15 11
kontrol/Jalan bebas
hambatan
Jalan Arteri 15 13 11
Jalan Kolektor 13 10 6
Jalan Lokal 10 6 4
Jalan 6 4 4
Kecil/lorong/gang

2. Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan seperti pada


sistem penempatan parsial,lampu penerangan jalan harus memberikan
adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara,sehingga efek kesilauan
dan ketidaknyamanan penglihatan dapat dikurangi
Tabel 2. Sistem penempatan lampu penerangan jalan
Jenis jalan/jembatan Sistem penempatan lampu yang
digunakan
-Jalan arteri Sistem menerus dan parsial
-Jalan kolektor Sistem menerus dan parsial
-Jalan lokal Sistem menerus dan parsial
-Persimpangan,simpang susun,ramp Sistem menerus
-Jembatan Sistem menerus
-Terowongan Sistem menerus berada pada ujung-
ujung terowongan

3. Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari tipe


lampu,tinggi lampu,lebar jalan dan tingkat kemerataan pencahayaan dari
lampu yang akan digunakan.Jarak antar lampu penerangan secara umum
dapat mengikuti batasan seperti dalam tabel 2 ( A Manual of Road
Lighting in Developing Countries ).Dalam tabel tersebut dipisahkan antara
dua tipe rumah lampu.Rumah lampu (lantern) tipe A mempunyai
penyebaran sorotan cahaya/sinar lebih luas,tipe ini adalah jenis lampu gas
sodium bertekanan rendah,sedangkan tipe B mempunyai sorotan cahaya
lebih ringan/kecil terutama yang langsung ke jalan yaitu jenis gas merkuri
atau sodim bertekanan tinggi.

2.1.4 Macam PJU


PJU adalah singkatan dari Penerangan Jalan Umum yanag dapat juga
diartikan sebagai lampu penerangan yang dipasang untuk sebesar-besarnya bagi
kepentingan umum/bersama/bersifat public.PJU yang dimaksud adalah lampu-
lampu yang dipasang pada ruas-ruas jalan yang dianggap perlu untuk diberikan
penerangan,PJU yang dapat dipasang pada tempat umum lain seperti taman-taman
kota.Di Propinsi Jawa Timur,pengelolaan PJU menjadi wewenanbg dan tanggung
jawab Pemerintahan Daerah (Pemda setempat/Pemerintah Kota)
PLN hanya berwenang dan bertanggung jawab dalam menyediakan
pasokan aliran listrik saja (sumber www.pln.co.id)
Adapun aktivitas yang dilakukan pengelola antara lain :
1. Perencanaan Pemasangan PJU
2. Penambahan dan Perluasan PJU
3. Pemasangan Jaringan PJU
4. Pemeliharaan dan Perbaikan PJU
5. Pengawasan PJU

SUMBER PJU

PLN SEL SURYA

Gambar 2.PJU dibedakan 2 sumber

Berdasarkan gambar 2 diatas,dapat disimpulkan bahwa sistem penerangan


jalan umum kita menggunakan 2 sumber alternative diatas yaitu sumber
pencahayaanya dengan sumber energi dari PLN dan sel surya menurut tata
letaknya PJU sendiri dibedakan menjadi 6 jenis peletakkan yang pertama yaitu
dengan sistem single side.Berdasarkan Lampiran Surat Dirjen Perhubungan
Darat Nomor : AJ.003/5/9/DRJD/2011 tanggal 21 Juni 2011 tentang spesifikasi
teknis alat perlengkapan jalan.
Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan
yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian
median jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan
disekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan (intersection),jalan
layang (interchange,overpass,fly over),jembatan dan jalan di bawah tanah
(underpass,terowongan)
Dalam panduan penempatan fasilitas perlengkapan jalan,Direktorat Bina
Sistem Transportasi Perkotaan Kementerian Perhubungan,fasilitas penerangan
jalan harus memenuhi persyaratan perencanaan dan penempatan yang tepat.
Tabel 3. Tinggi Tiang Lampu (H)

Uraian Besaran
Tinggi Tiang Lampu (H)
-Lampu Standar 10 – 15 m
-Tinggi tiang rata-rata digunakan 13 m
-Lampu Menara 20 – 50 m
-Tinggi tiang rata-rata digunakan 30 m
Jarak interval Tiang Lampu (e)
-Jalan Arteri 3.0 H – 3.5 H
-Jalan Kolektor 3.5 H – 4.0 H
-Jalan Lokal 5.0 H – 6.0 H
-minimum jarak interval tiang 30m
Jarak Tiang Lampu ke tepi Perkerasan Minimum 0.7 m
(S1)
Jarak dari tepi perkerasan ke titik Minimum L/2
penerangan terjauh (S2)
Sudut inklinasi (I) 20 – 30 derajat

Persyaratan perencanaan dan penempatan fasilitas penerangan jalan


ketentuan penempatan fasilitas penerangan jalan yang disarankan tabel 4 :

Tabel 4. Penempatan PJU

Lokasi Penempatan
-di kiri atau kanan jalan L < 1.2 H
-di kiri atau kanan jalan berselang-seling 1.2 H < L <1.6 H
Di kiri dan kanan jalan berhadapan 1.6 H < L< 2.4 H
-di median jalan 3 L < 0.8 H
Tabel 5. Standart Penerangan PJU

Jenis Lampu Efisiensi Umur Daya Pengaruh Keterangan


rata-rata rencana (watt) terhadap
(lumen/watt) rata-rata warna
(jam) obyek
Lampu tabung 60-70 8000-10.000 18 – 20 Sedang -untuk jalan kolektor
fluorescent 36 – 40 dan lokal
tekanan rendah -efisiensi cukup
tinggi tetapi berumur
pendek
Jenis lampu ini
masih dapat
digunakan untuk hal-
hal terbatas
Lampu gas 50-55 16.000- 125;250;4 Sedang -Untuk jalan
merkuri tekanan 24.000 00;700 kolektor,lokal,dan
tinggi (MBF/U) persimpangan
-efisiensi
rendah,umur panjang
dan ukuran lampu
kecil
-jenis lampu ini
masih dapat
digunakan secara
terbatas
Lampu gas 100-200 8000-10.000 90;180 Sangat -untuk jalan
sodium Buruk kolektor,lokal
bertekanan rendah persimpangan,penye
(SOX) berangan,terowonga
n,tempat
peristirahatan (rest
area)
-efisiensi sangat
tinggi,umur cukup
panjang,ukuran
lampu besar
sehingga sulit untuk
mengontrol
cahayanya dan
cahaya lampu sangat
buruk karena warna
kuning
-Jenis lampu ini
diianjurkan
digunakan karena
faktor efisiensinya
sangat tinggi
Lampu gas 110 12.000- 150;250;4 Buruk -Untuk jalan
sodium 20.000 00 tol,arteri
bertekanan tinggi -efisiensi
(SON) tinggi,umur sangat
panjang,ukuran
lampu kecil
-Jenis lampu ini
sangat baik dan
sangat dianjurkan
untuk digunakan

2.1.5 Dasar Teori Perancangan


Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metoda
iluminasi atau luminasi.Meskipun demikian lebih mudah menggunakan metoda
iluminasi,karena dapat diukur langsung dipermukaan jalan dengan menggunakan
alat pengukur kuat cahaya.Kualitas pencahayaan normal menurut
jenis/klasifikasi fungsi jalan ditentukan seperti pada tabel berikut :
Tabel 6.Kualitas pencahayaan normal
Jenis/Klasifikasi Jalan Kuat Pencahayaan Luminasi Batasan Silau
E Kemerataan L rata- Kemerataan G TJ
rata- (uniformity) rata(cd/m2) (Uniformity) (%)
rata gl VD VI
(lux)
Trotoar 1-4 0,10 0,10 0,40 0,50 4 20
Jalan Lokal :
-Primer 2-5 0,10 0,50 0,40 0,50 4 20
-sekunder 2-5 0,10 0,50 0,40 0,50 4 20
Jalan Arteri :
-Primer 11-20 0,14-0,20 1,50 0,40 0,50-0,70 5-6 10-20
-sekunder 11-20 0,14-0,20 1,50 0,40 0,50-0,70 5-6 10-20
Jalan Kolektor :
-Primer 3-7 0,14 1,00 0,40 0,50 4-5 20
-Sekunder 3-7 0,14 1,00 0,40 0,50 4-5 20
Jalan arteri dengan akses
kontrol,jalan bebas 15-20 0,14-0,20 1,50 0,40 0,50-0,70 5-6 10-20
hambatan
Jalan yang
simpang,susun,terowongan 20-25 0,20 2,00 0,40 0,70 6 10

Keterangan : gl : E min/E max


VD : L min/L max
VI : L min/L rata-rata
G : Silau (glare)
TJ : Batas ambang kesilauan
2.2 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan

Tabel 7.Penataan Letak lampu Penerangan Jalan


Tempat Penataan/Pengaturan Letak
-Di kiri atau kanan jalan
Jalan satu arah -Di kiri dan kanan jalan berselang-
seling
-Di kiri dan kanan jalan berhadapan
-Di bagian tengah/separator jalan
-Di bagian tengah/media jalan
-Kombinasi antara di kiri dan kanan
Jalan dua arah berhadapan dengan dibagian
tengah/media jalan
-Katenasi(di bagian tengah)jalan sistem
digantung
-Dapat dilakukan dengan menggunakan
lampu menara dengan beberapa
Persimpangan lampu,umumnya ditempatkan di pulau-
pulau,di median jalan,diluar daerah
persimpangan

2.2.1 Rasio Kemerataan Pencahayaan


Rasio maksimum antara kemerataan pencahayaan maksimum dan
minimum menurut lokasi penempatan tertentu adalah seperti yang te;ah
ditentukan seperti pada tabel berikut:

Tabel 8.Rasio Kemerataan Pencahayaan


Lokasi Penempatan Rasio Maksimum
Jalur Lalu lintas
-di daerah permukiman 6:1
-di daerah komersil/pusat kota 3:1
Jalur Pejalan Kaki
-di daerah permukiman 10:1
-di daerah komersil/pusat kota 4:1
Terowongan 4:1
Tempat-tempat peristirahatan (Rest 6:1
Area)

Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan oleh :


1. Nilai efisiensi
2. Umur rencana
3. Kekontrasan permukaan jalan atau objek

2.2.2 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan


Didaerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (>10 meter)
atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (>4 jalur ) perlu
dipertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu penerangan jalan
kombinasi dari cara-cara tersebut diatas dan pada kondisi seperti ini,pemilihan
penempatan lampu penerangan jalan direncanakan sendiri untuk lalu lintas.

Anda mungkin juga menyukai