PENDAHULUAN
Trombosit atau platelet sangat penting untuk menjaga hemostasis tubuh. Adanya
abnormalitas pada vaskuler, trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan menggangu
hemostasis sistem vaskuler yang mengakibatkan perdarahan abnormal/gangguan perdarahan.
Hemostasis normal memerlukan sejumlah trombosit yang berfungsi baik di dalam sirkulasi.
Jika terjadi penurunan trombosit dalam sirkulasi darah dapat memicu terjadinya perdarahan.
Pada makalah ini akan dibahas tentang keadaan penurunan jumlah trombosit dalam darah.
Keadaan demikian disebut trombositopenia. Pasien dengan trombositopenia sering
menimbulkan masalah dalam diagnosis dan penatalaksanaan. Diagnosis banding
trombositopenia sangat luas karena kelainan yang menyebabkan trombositoprnia banyak
sekali dimana dapat terjadi penurunsn produksi disatu sisis dan terjadi percepatan destruksi di
sisi lain.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses tromboiesis?
2. Bagaimana struktur dan morfologi trombosit ?
3. Apa definisi dari trombositopenia?
4. Penyebab terjadinya trombositopenia ?
5. Apa saja gejala klinis trombositopenia secara umum?
6. Bagaimana cara mendiagnosis kelainan trombosit dan pemeriksaan apa saja yang
dibutuhkan ?
7. Bagaimana cara pengobatan pada penderita trombositopenia ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses pembentukan trombosit (tromboiesis).
2. Untuk mengetahui bagaimana struktur serta morfologi trombosit normal.
3. Untuk mengetahuidefinisi dari trombositopenia.
4. Untuk mengetahui penyebab terjadinya trombositopenia.
5. Untuk mengetahui gejala klinis trombositopenia secara umum.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan dan diagnosis kelainan trombosit apa saja yang
diperlukan pada pasien trombositopenia.
7. Untuk mengetahui pengobatan apa saja yang diperlukan pada pasien
trombositopenia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.2.1 Trombosit
Trombopoiesis
2
(Gambar 1.1. Proses Trombopoiesis)
Perkembangan trombosit di sumsum Tulang
Morfologi treombopoiesis sangat berbeda dengan eritropoiesis dan granulopoiesis
karena tidak terjadi sebagai suatu perkembangan sel fungsional matang dari prekursor yang
belum matang dengan perbedaan kriteria morfologis yang nyata dan melalui pembelahan
pematangan yang terjadi selanjutnya. Pada trombopoiesis, terjadi proses poliploidisasi
berulang kali, yang menimbulkan perkembangan berbagai tipe sel 2N-32N (64N) melalui
endoreduplikasi DNA, yang setara dengan berbagai tahapan fungsi. Terdapat tiga macam
bentuk sel yang dapat dikenali.
Megakarioblas
Badan sel biasanya lebih besar daripada badan sel proeritroblas. Perbandingan antara
inti dan sitoplasma berubah karena inti menjadi lebih besar. Kepadatan kromatin inti berbeda-
beda. Nukleolus sebagian besar tertutup, tetapi terdapat dalam jumlah yang besar. Pada
penyatuan inti yang mencolok, terdapat sel yang berinti dua sampai empat. Sitoplasma tanpak
basofilik kuat, terbebas dari granulasi, dan di bagian tepikadang-kadang sedikit terjuntai.
Sering terdapat trombosit yang melekat.
Produk poliploidisasi megakarioblas yang berdimensi besar. Inti sel sangat besar dan
sedikit berlobus selain bentuk dengan kecenderungan segmentasi (berlobus) yang dapat
dikenali dengan jelas. Kromatin inti sebagian besar teranyam rapat, nucleolus yang ada
3
kebanyakan terselubungi. Sitoplasma tampak basofilik dengan beberapa area azurofilik yang
menunjukan permulaan aktivitas trombopoiesis. Luas sitoplasma bertambah secara nyata. Di
tepi sel, terdapat trombosit yang melekat.
Sel terbesar yang dijumpai pada hemopoiesis di sumsum tulang dalam kondisi
normal. Serangkaian gumpalan (haustra) inti yang khas terbentuk dan sitoplasma azurofilik
ditutupi bintik-bintik halus, sebagai perwujudan teraktik pembentukan trombosit yang aktif.
Perluasan dan penonjolan bagian sitoplasma azurofilik menandakan suatu persiapan
pelepasan trombosit.
Sebagian kecil megakariosit (dibawah 10%) menunjukkan inti tunggal atau ganda
yang berbentuk bulat-oval dan kecil (yang dikenal sebagai mikromegakariosit) pada
pengecilan diameter sel. Elemen-elemen ini juga memiliki aktivitas trombopoietik. Suatu
fenomena yang istimewa adalah fenomena yang dikenal sebagai emperipolesis, yaitu
pengembaraan granulosit matang melalui sitoplasma megakariosit tanpa mengganggu
integritas sel, yang juga tidak mengindikasikan suatu proses fagositosis.3
4
(Gambar 1.2. Trombopoiesis (sumsum tulang). A, B, C) Megakatioblas yang
khas D) perubahan inti yang menyerupai profase di megakarioblas. E)
promegakariosit yang khas. F) promegakariosit, emperipolesis () suatu normoblas
oksifilik.)
5
(Gambar 1.4. Trombosit (darah) a) agregat trombosit dalam sediaan apus darah tanpa
penambahan apapun b) trombosit yang berdiri sendiri sendiri pada sediaan apus darah)
dengan EDTATrombosit
Produksi
6
dan tetap tinggi selama 7-10 hari. Interleukin-11 (IL-11) juga dapat meningkatkan
trombosit dalam sirkulasi dan sedang memasuki uji klinis. Kedua obat tersebut belum
tersedia dalam praktek klinik rutin.
Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250 x /l (rentang 150-400 x /l) dan lama
masa hidup trombosit normal adalah 7-10 hari hari. Hingga sepertiga dari trombosit
keluaran sumsum tulang dapat terperangkap dalam limpah yang normal, tetapi jumlah ini
meningkat menjadi 90% pada kasus splenomegali berat.
b. STRUKTUR TROMBOSIT
Trombosit memiliki banyak ciri khas fungsional sel lengkap, walaupun tidak
mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Di dalam sitoplasma terdapat faktor-faktor
aktif seperti:
7
1. Molekul aktin dan myosin, yang merupakan kontraktil sama seperti yang terdapat
dalam se-sel otot, dan juga protein kontraktil lainnya, yaitu trombostenin, yang dapat
menyebabkan trombosit berkontraksi.
2. Sisa-sisa retikulum endoplasma dan apparatus golgi yang mensintesis berbagai
enzim dan tertuma menyimpan sejumlah besar ion kalsium.
3. Mitokondria dan sistem enzim yang mampu membentuk adenosin trifosfat (ATP)
dan adenosit difosfat (ADP)
4. Sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, yang merupakan hormon lokal yang
menyebabkan berbagai reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan local lainnya.
5. Suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin.
6. Faktor pertumbuhan (growth factor) yang menyebabkan penggandaan dan
pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah dan
fibroblast, sehingga menimbulkan pertumbuhan selular yang akhirnya memperbaiki
dinding pembuluh yang rusak.
8
yang mengandung katalase. Selama reaksi pelepasan yang dijabarkan di bawah ini, isi
granula dikeluarkan ke dalam sistem kanalikular.
1.2.3 Trombositopenia
a. Pengertian
9
Namun, umumnya tidak ada manifestasi klinis hingga jumlahnya kurang dari
100.000/mm3 dan lebih lanjut dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain yang mendasari
atau yang menyertai, seperti leukemia atau penyakit hati. Ekimosis yang bertambah dan
perdarahan yang memanjang akibat trauma ringan terjadi pada kadar trombosit kurang
dari 50.000/mm3. Petekie merupakan manifestasi utama, dengan jumlah trombosit kurang
dari 30.000/mm3. Terjadi perdarahan mukosa, jaringan dalam, dan intrakranial dengan
jumlah trombosit kurang dari 20.000, dan memerlukan tindakan segera untuk mencegah
perdarahan dan kematian.
b. Fisiologi
10
normalnya menghilangkan sejumlah besar trombosit dari peredaran darah, terutama yang
sudah rusak.2
a. K e g a g a l a n p e m b e n t u k a n
t r o m b o s i t n
b. Penekanan megakariosit selektif
Defek kongenital yang langka
Obat-obatan, bahan kimia, infeksi virus
c. Bagian dari kegagalan sumsum tulang umum
Obat sitotoksis
Radioterapi
Anemia aplastik
Leukimia
Sindrome mielodisplastik
Mielofibrosis
Infiltrasi sumsum tulang, misal karsinoma, limfoma
Mieloma multipel
Anemia megaloblastik
Infeksi HIV
d. Peningkatan konsumsi trombosit
1. Imun
Autoimun (idiopatik)
Terkait dengan lupus eritematosus sistemik, leukemia limfositik kronis
atau limfoma
Infeksi: HIV, virus lain, malaria
Diinduksi obat heparin
Purpura pasca transfusi
Trombositopenia aloimun fato-maternal
2. Koagulasi intravaskular diseminata
3. Purpura trombositopenia trombotik
e. Distribusi trombosit abnormal
Splenomegali
11
f. Kehilangan akibat difusi
Transfusi masif darah simpan pada pasien dengan perdarahan
g. Trombositopenia akibat obat atau toksin
1. Penekanan sumsum tulang
a. Dapat diperkirakan (terkait dosis)
Radiasi pengion, obat-obat sitotoksik, etanol
b. Kadang – kadang
Kloramferikol , kotrimoksazol, idoksiuridin, penisilamin, arsenik organik,
benzen, dll
2. Mekanisme imun (terbukti atau kemungkinan)
a. Obat analgetik, obat-obat anti-inflamasi, garam emas, rifampisin, antimikroba
Penisilin, sulponamida, trimetoprin, para-aminosalisilat
b. Obat –obat sedatif, antikonvulsan
Diazepan, natrium valproat, karbamazepin
c. Diuretik
Asetazolamid, kloratiazid, frusemid
d. Obat anti diabetes
Klopropamid, tolbutamid,
Lain –lain :
Digitoksin, heparin, metildopa, oksiprenolol, kuinin, kuinidin
e. Agregasi trombosit
Ristosetin, heparin.4
12
a. Penurunan pembentukan oleh sum-sum tulang
Penyakit yang mencederai sel induk (stem cell) atau mencegah proliferasi sel ini
di sumsum sering menyebabkan trombositopenia. Penyakit tersebut biasanya
mempengaruhi berbagai turunan sel hematopoitik sehingga timbulnya trombositopenia
disertai oleh anemia dan leukopenia dengan derajat bervariasi. Diagnosis gangguan
pembentukan trombosit mudah ditegakkan dengan pemeriksaan asparat atau biopsi
sumsum tulang, yang akan memperlihatkan penurunan jumlah megakariosit.
- Aplasia
- Fibrosis
- Atau sebukan sumsum oleh sel ganas, yang kesemuanya memperlihatkan kelainan
sumsum yang sangat khas.
13
sumsum dan sekuestrasi trombosit oleh limpa. Faktor utama yang menyebabkan
trombositopenia pada splenomegali adalah penimbunan trombosit oleh limpa. Pada
splenomegali, hingga 90 % trombosit mengalami sekuestrasi dalam limpa, sedangkan pada
keadaan normal sekuestrasi hanya terjadi pada sekitar sepertiga massa trombosit normal dan
tidak terdapat defek hemostasis lain : trombositopenia pada splenomegali umumnya tidak
disertai perdarahan.
c. Percepatan Destruksi
Pembuluh darah yang tidak normal, trombus fibrin, dan prostesis intravaskular dapat
mempersingkat kesintasan tromboit dan menyebabkan trombositopenia noniu munologik.
Misalnya, trombositopenia sering terjadi pada pasien vaskulitis, sindroma uremik hemolitik,
purpura trombositopenik trombotik (TTP), sebagai manifestasi koagulasi intravaskular
desimenata (KID) dan pada pasien dengan katup jantung prostesis. Selain itu, trombosit yang
dilapisi oleh antibodi, kompleks imun atau kompelemen cepat dibersihkan oleh fagosit di
limpa atau jaringan lain dan mencetuskan trombositopenia imunologik. Penyebab tersering
trombositopenia imunologik adalah infeksi virus atau bakteri, obat dan penyakit autoimun
kronik yang disebut sebagai purpura trombositopenik idiopatik (ITP). Pasien
trombisetopenia imunologik biasanya tidak mengalami splenomegali dan memiliki sum-sum
tulang yang aktif dengan peningkatan jumlah megakariosit.5
a. ITP kronis
Hal ini merupakan kelainan yang relatif sering terjadi. Isidensi tertinggi diperkirakan
terjadi pada wanita berusia 15-50 tshun walaupun beberapa laporan menunjukkan insidensi
yang meningkat sejalan bertambahnya usia. ITP adalas penyebab tersering trombositopenia
tanpa anemia atau neutropenia. Penyakit ini biasanya bersifat idiopatik tetapi dapat
ditemukan terkait dengan penyakit lain seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), infeksi
virus imunodefisiensi manusia (HIV), leukemia limfositik kronis (CLL), penyakit hodgkin,
atau anemia hemolitk autoimun.
Patogenesis
14
Sensitisasi trombosit oleh autoantibodi (biasanya lgG) menyebabkan disingkirkannya
trombosit tersebut secara premaatur dari sirkulasi oleh makrofag sistem retikuloendotel,
khususnya limpa. Pada banyak kasus, antibodi tersebut ditujukan terhadap tempat-tempat
antigen pada glikoprotein Iib-Iia atau kompleks Ib. Masa hidup normal untuk trombosit
adalah sekitar 7 hari tetapi pada ITP masa hidup ini memendek menjadi beberapa jam. Masa
megakariosit total dan perputaran (turnover) trombosit meningkat secara sejajar menjadi
sekitar lima kali normal.
Gambaran klinis
Awitan seringkali terjadi perlahan dengan perdarahan berupa petekie, mudah memar
dan menarogia (pada wanita). Perdarahan mukosa(misalnya epistaksis atau perdarahan gusi)
terjadi pada kasus berat, namun untungnya perdarahan intrakranial jarang terjadi. Beratnya
perdarahan pada ITP biasanya tidak seberat pada penderita trombositopenia yang sebanding
akibat kegagalan sumsum tulang; hal ini disebabkan beredarnya trombosit yang sebagian
besar muda, dengan fungsi yang lebih unggul pada ITP. ITP kronis cendrung mengalami
relaps dan menyembuh secara spontan sehingga perjalanan klinisnya mungkin sulit
doprediksi. Banyak kasus asimtomatik yang ditemukan melalui pemeriksaan hitung darah
rutin.
Limpa tidak teraba kecuali bila terdapat penyakit penyerta yang menyebabkan
splenomegali.
b. ITP akut
ITP akut paling sering terjadi pada anak. Pada sekitar 75% pasien, episode tersebut
terjadi setelah vaksinasi atau infeksi seperti cacar air atau mononukleosis infeksiosa.
Sebagian besar kasus terjadi akibat perlekatan kompleks imun non spesifik. Remisi spontan
lazim terjadi tetapi 5-10% kasus penyakit tersebut menjadi kronis (berlangsung > 6 bulan).
Untungnya, angka morbiditas dan mortalitas pada ITP akut sangat rendah.
Infeksi
15
Tampaknya trombositopenia yang terkait dengan banyak infeksi virus dan protozoa
diperantarai oleh sistem imun. Pada infeksi HIV, produksi trombosit yang menurun juga
terlibat.
2. Purpura pascatransfusi
Trombositopenia yang terjadi sekitar 10 hari setelah tranfusi darah telah dikaitkan
dengan terbentuknya antibodi pada penerima darah terhadap antigen-1a trombosit manusia
(HPA-1a) pada trombosit yang ditranfusikan (yang tidak terdapat pada trombosit pasien itu
sendiri). Hingga kini masih belum diketahui alasan mengapa trombosit pasien itu sendiri
yang kemudian dihancurkan. Pengobatan dengan pemberian imunoglobulin intravena,
pertukaran plasma, atau kortikosteroid.
Hitung trombosit seringkali kurang dari 10x109 /1, dan sumsum tulang menunjukkan
jumlah megakariosit yang normal atau meningkat. Antibodi terhadap trombosit yang
bergantung-obat dapat ditunjukkan dalam serum beberapa pasien. Pengobatan yang segera
adalah menghentikan semua obat yang dicurigai, tetapi konsentrat trombosit harus diberikan
pada pasien dengan perdarahan yang berbahaya.
16
Sebagian besar obat mencetuskan trombositopenia dengan
memacu respons imun. Trombosit dirusak oleh pengaktivan komplemen
setelah pembentukan kompleks obat-antibodi. Pemeriksaan laboratorium
saat ini dapat mengidentifikasi obat penyebab pada 10 persen pasien
yang memperlihatkan gejala klinis trombositopenia akibat obat. Bukti
terbaik bahwa etiologinya adalah obat adalah adanya peningkatan cepat
jumlah trombosit setelah obat yang dicurigai dihentikan. Pasien yang
mengalami kerusakan trombosit akibat obat juga dapat memperlihatkan
peningkatan sekunder jumlah megakariosit tanpa kelainan sumsum yang
lain.4
17
HIT (heparin induced thrombocytopenia) disebabkan oleh perkembangan IgG
antibodi yang lebih mengarah ke platelet faktor 4 (PF4) dan heparin. Antibodi terutama
mengenali perubahan yang diinduksi oleh heparin dalam PF4 tetramers (Horsewood 1996)
yang dipengaruhi oleh rantai panjang dan tingkat dari sulfasi dari heparin tersebut. Ini
menjelaskan perbedaan dalam timbulnya HIT diamati dengan persiapan yang berbeda. Secara
teori, konsentrasi yang optimal dari heparin untuk memproduksi kondisi yang mendukung
perkembangan dari HIT yang dianggap berhubungan dengan profilaksis dibandingkan dengan
dosis terapoitik dari heparin. IgG/PF4/heparin komplex mengikat dan untuk mengaktifasi
trombosit melalui reseptor fc dan juga dapat menghasilkan trombin dengan cara lain
menghasilkan sebuah protrombin yang menghasilkan sebuah vena, dan arteri trombosis.7
Purpura trombositopenia tombotik (TTP) terjadi dalam bentuk familial atau didapat.
Terdapat defisiensi metallprotease (kaspase) yang memecah multimer faaktor von Willebrand
(vWF) berberat molekul tinggi. Bentuk familial terjadi karena defek genetik, sedangkan
bentuk didapat TTP terjadi setelah terbentuknya antibodi inhibitor, yang keberadaannya dapat
dirangsang oleh infeksi. Multimer vWF berberat molekul tinggi dalam plasma menginduksi
agregasi trombosit, menyebabkan pembentukan mikrotrombus dalam pembuluh darah kecil.
Pada sindrom hemolitik uremik yang terkait erat, kadar kaspase normal.
18
darah atau menyebabkan kerusakan endotel atau agregasi trombosit yang luas. Keadaan ini
mungkin terkait dengan sindrome perdarahan atau trombosis fulminan, atau melalui
perjalanan penyakit yang lebih ringan dan lebih kronis.
Patogenesis
a. DIC dapat dicetuskan oleh masuknya materi prokoagulan ke dalam darah pada
keadaan-keadaan berikut ini : emboli cairan amnion, solusio plasenta,
adenokarsinoma yang mneyekresi musin secara luas, leukemia promielositik akut
(LMA tipe M), penyakit hati, malaria falsiparum berat, reaksi transfusi hemolitik,
dan beberapa gigitan ular.
b. DIC dapat juga dicetuskan oleh kerusakan endotel luas dan pemajanan kolagen
(mis: endotoksemia, septikemia, gram negatif, dan meningokokus, aborsi septik).
Selain peranannya dalam deposisi fibrin di dalam mikrosirkulasi, pembentukan
trombin intravaskular menghasilkan sejumlah besar fibrin monomer bersirkulasi
yang membentuk kompleks dengan fibrinogen. Fibrinolisis intens dirangsang oleh
trombus pada dinding pembuluh darah, dan pelepasan produk-produk pemecahan
fibrin mengganggu polimerisasi fibrin sehingga menyebabkan defek koagulasi.
Gabungan kerja trombin dan plasmin pada keadaan normal menyebabkan
berkurangnya faktor V dan VII. Trombin intravaskular juga menyebabkan
agregasi trombosit yang tersebar luas serta deposisinya dalam pembuluh darah.
Masalah perdarahan yang mungkin merupakan gambaran DIC dipersulit oleh
trombositopenia yang disebabkan oleh konsumsi trombosit.
Trombosit tidak berada dalam keadaan stabil bila darah disimpan pada suhu 4 oC dan
jumlah trombosit menurun dengan cepat bila darah disimpan selama lebih dari 24 jam. Pasien
yang diberi transfusi darah simpan dalam jumlah sangat besar/ masif (lebih dari 10 unit dalam
24 jam) seringkali menunjukkan trombositopenia dan pembekuan yang abnormal. Hal ini
dapat dikoreksi dengan pemberian transfusi trombosit.4
Gejala umum yang sering tampak pada pasien trombositopenia adalah petekiae,
ekimosis, gusi dan hidung berdarah, menometorrhagia, sedangkan gejala jarang terjadi adalah
hematuria, perdarahan gastrointestinal, perdarahan intracranial. Perdarahan biasanya terjadi
19
bila jumlah trombosit <50.000/mm3, dan perdarahan yang spontan terjadi jika jumlah
trombosit <10.000/mm3 dan umumnya terjadi pada leukemia.
Data rutin yang diperlukan untuk pasien-pasien dengan trombositopenia meliputi:
1. Jumlah trombosit
2. Riwayat dan pemeriksaan fisik dengan menelusuri daftar masalah untuk mencari
kemungkinan etiologi trombositopenia
3. Pemeriksaan morfologi trombosit pada sediaan apus darah tepi dari ujung jari
4. Pemeriksaan sumsum tulang (tidak selalu perlu)
20
ITP. Uji-uji untuk antibodi trombosit dapat memastikan hal ini. Uji penapis
untuk DIC juga berguna, demikian juga pemeriksaan untuk penyakit yang
mendasari, seperti SLE atau infeksi HIV.
21
(Tabel 6.1. Gangguan agregasi trombosit pada pasien yang
menjalani terapi aspirin. Tidak terdapat agregasi fase sekunder
dengan adenosin(ADP) dan penurunan respon terhadap adrenalin
dan kolagen. Hasil serupa juga didapatkan pada difisiensi granular
penyimpanan α dan difisiensi siklo-oksigenase)
Pemeriksaan
22
perdarahan memanjang
meningkat pada
permulaan gangguan
mieloproliferatif sesudah
splenetomi, dapat
merupakan predisposisi
terjadinya episode
trombotik
3 Reaksi Menilai Bekuan Retraksi bekuan buruk
pembekuan kecukupan akan pada trombositopenia
trombosit bereaksi dan polisitemia, lisis
untuk sampai bekuan pada fibrinolisis
membentuk menjadi
bekuan fibrin setengah
dari ukuran
semula
dalam 1
jam,
menjadi
bekuan
padat
dalam 24
jam jika
tidak
diganggu
4 Waktu Menilai 6-12 menit Tes yang relatif tidak
pembekuan mekanisme sensitif memanjang pada
lee- koagulasi- defisiensi faktor-faktor
white(koagul waktu yang koagulasi, pada terapi
asi) diperlukan antikoagulan yang
oleh darah berlebihan, dan dengan
untuk antibiotik tertentu
membentuk menurun dengan terapi
bekuan padat kortikosteroid
23
setelah
terpajan
dengan gelas
5 International Standardisasi Pencegahan Digunakan sebagai
normalized waktu dan penuntun untuk terapi
ratio (INR) protrombin pengobatan anti koagulan oral yang
trombus diresepkan
vena 2,0-
3,0
6 Waktu Mengukur 11-16 detik Memanjang pada
protrombin jalur defisiensi faktor-faktor
(PT) pembekuan VII, X, dan fibrinogen,
ekstrinsik dan terapi dikumarol yang
biasa berlebihan, penyakit hati
berat dan difisiensi
vitamin K
7 Waktu Mengukur 26-42 detik Memanjang pada
tromboplasti jalur difisiensi faktor VIII
n pembekuan sampai XII dan
parsial instrinsik dan fibrinogen, pada terapi
teraktivasi bersama antikoagulan di dalam
(APTT) sirkulasi, pada penyakit
hati dan DIC, dan
defisiensi vitamin K
memendek pada
keganasan (kecuali hati)
8 Waktu Mengukur 10-13 detik Memanjang pada kadar
trombin (TT) pembentukan fibrinogen rendah, DIC,
atau fibrin dari dan penyakit hati, terapi
pembekuan fibrinogen antikoagulan, dan
trombin disproteinemia
9 Tes Mengukur 12 detik Memanjang pada
pembentuka kemampuan atau kurang trombositopenia, dengan
n membentuk defisiensi faktor VIII
trombo- tromboplastin sampai XII, dan
24
plastin (TGT) antikoagulan didalam
sirkulasi
1 Tes D-dimer Mengukur <500 Meningkat pada DIC,
0 pemecahan emboli paru, infark,
produk-produk terapi trombolitik,
bekuan fibrin pembedahan, trauma
plasma
1 Tes agregasi Tes fungsi Trombosit Agregasi berkurang atau
1 trombosit trombosit mengalami tidak ada pada
agregasi trombastenia, ingesti,
dalam aspirin, gangguan
waktu mieloproliferatif, penyakit
tertentu jika hati berat,
terpajan disproteinemia, penyakit
dengan zat- pon, willebrand
zat seperti
adenin
difosfat
(ADP),
kolagen dan
epineprin.6
1.2.7 Pengobatan
25
yang berespons buruk, dosis diturunkan lebih lambat tetapi
dipertimbangkan untuk splenektomi atau imunosupresi alternatif.
b. Splenektomi. Operasi ini dianjurkan trombosit <30 x 10 9/1 setelah
pengobatan terapi steroid 3 bulan pasien yang membutuhkan
steroid dalam dosis yang terlalu tinggi untuk mempertahankan
hitung trombosit di atas 30 x 10 9/1. Hasil yang baik ditemukan pada
sebagian besar pasien, namun bagi penderita ITP yang refrakter
terhadap steroid atau imunoglobin, mungkin tidak banyak berguna.
Splenektomi harus dibuang supaya tidak terjadi relaps ITP lagi.
c. Terapi imunoglobulin intrvena dosis tinggi dapat cepat
meningkatkan hitung trombosit pada sebagian besar pasien. Dosis
yang dianjurkan sebesar 400 mg/kg/hari selama 5 hari atau 1
g/kg/hari selama 2 hari. Terapi ini sangat berguna khususnya bagi
penderita perdarahan yang mengancam jiwa, pada ITP yang
refrakter terhadap steroid, saat kehamilan, atau sebelum
pembedahan. Mekanisme kerjanya mungkin berupa hambatan
terhadap reseptor Fc pada makrofag atau modifikasi produksi
antibodi.
d. Obat–obat imunosupresif, misal vinkristin, siklofosfamid,
azatioprin atau siklosporin secara sendiri atau dalam kombinasi,
biasanya dicadangkan untuk pasien-pasien yang tidak berespon
baik terhadap steroid dan splenektomi.
e. Pengobatan lain yang dapat mencetuskan remisi adalah danazol
(androgen yang dapat menyebabkan virilisasi pada wanita) dan
imunologlobulin anti-D.
f. Transfusi trombosit. Konsentrat trombosit berguna bagi
penderita perdarahan akut yang mengancam jiwa. Khasiatnya
hanya akan bertahan selama beberapa jam. 4
BAB III
KESIMPULAN
26
oleh hati dan ginjal. Trombosit sangat penting untuk menjaga integritas endotel pembuluh
darah dan mengendalikan perdarahan yang berasal dari cedera pembuluh darah kecil melalui
pembentukan sumbatan trombosit, jika terjadi gangguan pada produksi dan penghancuran
trombosit dapat menyebabkan gangguan trombosit salah satunya trombositopenia.
Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit dalam darah atau darah tidak
mempunyai platelet yang cukup.Trombositopenia juga didefinisikan sebagai jumlah
trombosit kurang dari 100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah ini dapat merupakan
akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
2. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC
3. Heckner and Freund. 2012. Atlas Hematologi Edisi 11. Jakarta: EGC
27
4. Hoffbrand, A.V. 2005. Kapita selekta hematologi Edisi 4. Jakarta:EGC
5. Horrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4 Edisi 13. Jakarta:
EGC
6. Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1
Edisi 6. Jakarta: EGC
7. S.Riley, Roger. 2006. Heparin inducen Thrombocytopenia. Virginia: Virginia
Commonwealth University. diakses tanggal 3 juli 2014 jam 16.44
http://www.pathology.vcu.edu/clinical/coag/HIT.pdf
28