Perekonomian Tiga Sektor
Perekonomian Tiga Sektor
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sukirno, Sadono.2004.makro ekonomi teori pengantar.Jakarta: Rajawali press
2
Wijaya, Faried.1997.ekonomika Makro, edisi 3. Yogyakarta: BPFE
3
Ibid
4
Ibid
3
kita lihat pada rumah tangga dan perusahaan, perusahaan dalam pembuatan
barang atupun jasa membutuhkan berbagai faktor produksi yang dapat diperoleh
dari rumah tangga maka kedua pelaku tersebut bertemu dalam pasar input atau
pasar faktor-faktor produksi. Apabila perusahaan memakai faktor produksi yang
dimilki rumah tangga maka perusahaan harus membayar balas jasa terhadap
rumah tangga yang dapat berupa uang sewa,uang gaji atupun bunga, dan
sebaliknya jika rumah tangga harus memenuhi kebutuhan hidupnya baik berupa
barang ataupun jasa maka kedua hal itu dapat diperoleh dari pasar output atau
pasar barang dan jasa. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga akan
mengeluakan uang yang dimilinya untuk membeli barang atupun jasa yang
dibutuhkan maka dengan demikian perusahaan akan memperoleh pendapatan dari
rumah tangga. Jika rumah tangga dan perusahaan berhubungan melalui jual beli
barang ataupun jasa makan pemerintah memiliki peran sebagai produsen yang
menghasilkan barang dan jasa melalui BUMN seperti minyak, listrik, gas,
pendidikan, kesehatan, dll. Produk yang dihasilkan oleh pemerintah tersebutlah
yang dikonsumsi oleh rumah tangga dan perusahaan. Karena pemerintah telah
menghasilkan produk tersebut maaka pemerintah berhak menarik pajak dari
rumah tangga maupun perusahaan. Semua pendapatan atau penghasilan yang
didapatkan dari pajak akan digunakan untuk membayar para pegawai negeri
ataupun untuk memberi subsidi kepada rumah tangga maupun perusahaan.
4
tersebut merupakan pendapatan sektor rumah tangga dan juga sektor rumah
tangga menerima pembayaran gaji dan upah dari pemerintah.
Jika C dikurangi dari setiap ruas maka dalam perekonomian tiga sektor I dan G
adalah suntukan kedalam sirkulasi aliran pendapatan, sedangkan S dan T adalah
kebocoran.
Contoh :
Diketahui : C = 60 + 0,75
Y atau S = 0,25 Y – 100
I = 120
G = 60
T = 40
Ditanya : hitunglah keseimbangan Y !
Jawab :
Cara I
Y=C+I+G
Y = 60 + 0,75 Y + 120 + 60
Y = 0,75 Y + 240
Y – 0,75 Y = 240
0,25 Y = 240
Y = 960
Cara II
I+G=S+T
120 + 60 = 0,25 Y – 100 + 40
180 =0,25 Y – 60
Y = 960
C. Definisi pajak
Pajak adalah iuran wajib yang dibayar oleh orang yang wajib membayar
pajak berdasarkan norma-norma hukum untuk membiayai pengeluaran kolektif
6
Ibid. hal: 3
5
untuk meningkatkan kesejahteraan umum yang membalas jasanya tidak diterima
secara langsung7. Pajak terbagi menjadi beberapa macam tergantung dengan
kategorinya. Jika berdasarkan pihak yang menaggung, pajak terbagi menjadi dua
yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung.
1. Pajak langsung
Jika berdasarkan pihak yang memungut, pajak terbagi menjadi dua yaitu
pajak negara dan pajak daerah.
1. Pajak negara
Pajak negara atau biasa disebut sebagai pajak pusat adalah pajak yang
dipungit pemerintah pusat yang merupakan salah satu sumber penerimaan negara
yang akan dugunakan untuk pembiayaan pembangunan dll 10. Pajak pusat diatur
oleh suatu peraturan yang tertera dalam undang-undang perpajakn nasional yang
pelaksanaannya dilakukan oleh direktorat jendral pajak. Contoh dari pajak nefara
adalah pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak penghasilan (PPh), pajak
pertambahan nilai (PPN), pajak pejalan (PPn) dan bea materai.
2. Pajak daerah
Pajak daerah dilakukan oleh pemerintah daerah yang mana pajakl tersebut
merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah daerah. setiap daerah
mempunyai jumlah pajak masing-masing sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah (PERDA). Contohnya adalah iuran kebersihan,
7
Amir, Amri.2007.Perekonomian Indonesia Dalam Perspektif Makro. Bogor: Biografika
8
Ibid
9
Ibid
10
Ibid
6
retribusi masuk terminal, pajak tontonan, pajak reklame, retribusi parkir dan
retribusi galian pasir.
Dan yang terakhir berdasarkan sifatnya, pajak terbagi menjadi dua yaitu
pajak subjektif dan pajak objektif.
1. Pajak subjektif
2. Pajak objektif
1. Tarif proposional
Tarif proposional adalah tarif pajak yang prsentasenya sama untuk setiap
jenis objek pajak16. Maksud dari pengertian tersebut adalah jika pendapatan yang
diterima si wajib pajak besar maka besar juga pembayaran pajaknya dan juga
11
Ibid. hal: 6
12
Ibid. hal: 6
13
Ibid. hal: 6
14
Ibid. hal: 6
15
Ibid. hal: 3
16
Ibid. hal: 3
7
sebaliknya jika pendapatan si wajib pajak kecil maka pembayaran si wajib pajak
juga kecil.
2. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pajak yang presentasenya semakin besar jika
objek pajak bertambah17. Maksud dari pengertian tersebut adalah jika pendapatan
wajib pajak semakin besar maka presentase pembayaran yang dilakukan si wajib
pajak juga semakin besar.
3. Tarif degresif
Tarif degresif adalah tarif pajak yang presentasenya semakin rendah jika
objek pajak semakin bertambah18. Maksud dari pengertian tersebut adalah jika
penghasilan si wajib pajak semakin tinggi maka semakin rendah jumlah pajak
yang harus dibayarnya.
Y=C+I+G
Y = CO + bYd + I + G
Y = CO + b(Y – T) + I + G
Y = CO + By – bT + I + G
Y = 1/(1-b) (CO – Bt + I + G)
17
Ibid. hal: 3
18
Ibid. hal: 3
19
Ibid. hal: 3
8
I+G=S+T
I + G = -CO + (1 – b) Yd + T
I + G = -CO + (1-b ) Y + bT
Y = 1/(1-b) (CO – Bt + I + G)
Makna variabel
Y = Pendapatan nasional
T = Pajak
Yd = Pendapatan Disposibel
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
S = Saving
Dalam kehidupan yang dijalani saat ini pasti tidak akan pernah lepas
dengan yang namanya masalah perekonomian yang mana permasalahan tersebut
sangat menyulitkan berbagai pihak termasuk pihak konsumen maupun produsen.
Dalam hal ini maka pemerintah memberikan beberapa kebijakan guna
menanggulangi permasalahan yang ada pada perekonomian seperti kebijakan
fiskal yang mana kebijakan tersebut terdapat dalam perpajakan dan pengeluaran
pemerintah atau anggaran untuk memengaruhi pendapatan agreat contohnya pajak
bea cukai, lalu kebijakan selanjutnya adalah kebijakan moneter yang mana
kebujakan tersebut dilakukan oleh pemerintah atau bank sentral dalam bidang
penawaran uang dan suku bungan untuk memengaruhi pengeluaran agreat
contohnya penentuan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dan suku
bunga bank. Lalu terdapat juga kebijakan dari segi penawaran yang mana
mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi suatu perusahaan sehingga
barang dan jasa yang ditawarkan lebih banyak dan juga lebih murah contohnya
subsidi kepada pengusaha kecil menengah. Lalu terdapat kebijakan energi yang
mana kebijakan tersebut menetapkan penggunaan energi secara efisien dan
optimal seperti peralihan penggunaan dari minyak tanah ke LPG. Lalu selanjutnya
9
kebijakan pada penetapan harga yang mana kebijakan tersebut menentukan harga-
harga pada tingkat tertentu pada kehidupan masyarakat seperti penetapan dalam
tarif dasar listrik. Dan yang terakhir kebijakan pada neraca pembayaran yang
mana kebijakan tersebut digunakan untuk memantau keadaan neraca pembayaran
untuk mempengaruhi nilai tukar seperti perintah larangan impor pada produk
tertentu yang dilakukan untuk melindungi para pengusaha lokal dari produk asing.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
12