Anda di halaman 1dari 3

Liona Dan Renal

Tes... tiba tiba saja butiran hangat itu meleleh dari sudut mata gadis berbola mata coklat indah itu.
tatapannya nanar, nyaris keputus asa an genap menginap di hatinya, mungkin putus asa itu kini telah
mendarah daging dan sudah menjadi bagian dari hidupnya. tidak, dia tidak gila atau bahkan depresi.
wajahnya saja masih cantik sama seperti dulu, kulitnya tetap putih, rambutnya tetap panjang hitam
legam, hanya saja belakangan ini lesung pipitnya jarang terlihat, terlebih lagi mata bulat coklat miliknya
selalu lebam akibat air mata nya yang tak kunjung mengering. liona biasa ia di panggil, semenjak
kecelakaan tragis yang membunuh kekasih hatinya dan telah meluluh lantakan sebelah kakinya, kini ia
hanya mampu meratapi hidupnya. ia malu, ia ragu dirinya mampu bergaul dengan dunia luas yang
begitu kejam. ia yakin pasti dirinya akan dihina! dihujam!, miris hatibya merasakan betapa tidak
berharganya dirinya kini. kaki palsu? pemikiran itu sering terlintas dari otak liona setiap keputus asaan
itu menggebu, namun mustahil rasanya ia dapat membeli kaki palsu untuk dirinya sedang selama ini
ialah yang biayayi ke-4 adiknya. sungguh betapa tak berharganya harus menghabiskan sisa umurnya
mengurung diri dikamar dalam kecacatan tanpa ada manusia yang mencintainya.

Sore ini hujan deras mengguyur sepanjang jalanan hingga tak terlihat lagi ada jalanan yang kering.
liona terus menangis tak ada yang mampu menyangkal air matanya meski adik adiknya sendiri.

Suatu ketika, salah seorang tetangganya ingin melihat langsung keadaan liona. ia merasa tidak pernah
tenang ketika harus ada tetangga lain yang membicarakan kisah tentang liona. hatinya terasa pedih,
terlebih lagi ia lulusan psikolog sayang saja kalau ia hanya diam mendengar kasus liona.

Tok tok tok...


Suara ketukan pintu itu menggugah gadis cilik adik liona membuka pintu rumah.
"hai gadis cantik, bolehkah aku menemui kakakmu?"
"tapi aku tak pernah melihatmu, bagaimana bisa ku biarkan lelaki asing masuk rumahku" gadis cilik ini
memang saudara termuda liona, usianya baru 8 tahun
"kenalkan aku renal, aku tetanggamu di ujung sana, aku seorang psikologi,dan aku ingin membantu
kakakmu, apa kau mau kakak mu sembuh? jika tak, aku akan pergi" jelas renal tersenyum ramah
berusaha meyakinkan gadis bermata biru di hadapannya
"aku percaya kak, tapi... dirumah ini hanya ada aku dan kakakku, apa kau bisa ku percaya?" sahutnya
ragu
"pasti"
"baiklah silahkan"

Renal begitu baik pada liona. semenjak saat itu perlahan renal berhasil membangkitkan semangat
hidup liona bahkan kini penghapus air mata yang selalu menggenang di pipi liona adalah renal, pemuda
tampan yang telah berbaik hati yang hadir bagai pahlawan di kehidapan liona.
"renal, mengapa kau mau mebolongku?" tanya liona belum begitu pulih
"karena ketika aku mendengar cerita tentagmu aku telah jatuh hati padamu, dan siap meneeima segala
kekuranganmu dentan kelebihanku. bolehkah aku mebggantikan posisi kekasihmu yang meninggal saat
itu?" jelas renal menatap liona
"terimakasih, mungkin sudah takdir tuhan mengirimmu untuk diriiku ini ren" sahut liona menatap
hamparan rerumputan dihadapannya
"sudah yuk belajar jalan lagi"

Angin berhembus halus meniup kedua insan yang tengah menikmati anugrah tuhan pemberi cinta dan
kasih sayang di hati mereka.

Tamat
The test ... suddenly the warm grains melted from the corner of the eye of the beautiful brown eye girl. his staring
gaze, almost desperate to even stay in his heart, may have been hopelessly hopeless and already part of his life. no,
he's not crazy or even depressed. his face is still pretty the same as ever, his skin remained white, his hair remained
long black jet, only lately dimples are rarely seen, especially his brown round eyes always bruised due to his tears
that never dries up. the usual liona he called, since the tragic accident that killed his beloved heart and had meluluh
lantakan one leg, now he is only able to mourn his life. he is ashamed, he doubts he is able to get along with the vast
world so cruel. he was sure he would be insulted! dihujam !, sad hatibya feel how worthless he is now. artificial
legs? that thought often flashed from the liona brain every despair was passionate, but it was impossible he could
buy a prosthetic limb for himself being all this time is the costyi to his 4 siblings. how worthless to spend the rest of
his life locked himself in a room in disability without a human being loving him.

this afternoon heavy rain flushed along the road until no longer visible there is a dry road. liona continues to cry no
one is able to deny tears even though his own younger brother.

one day, one of his neighbors wanted to see first hand the circumstances of the liona. he felt uneasy when there had
to be another neighbor who talked about the story of the liona. his heart was painful, even more so he graduated
psychologist dear only if he just silent hearing the case of liona.

tok tok tok ...


the sound of the door knocking moved the little girl's younger brother Liona to open the door of the house.
"beautiful girl, may I see your brother?"
"but I never saw you, how can I let a stranger into my house" This little girl is the youngest brother of Liona, he is
only 8 years old
"introduce me renal, I'm your neighbor on the other end, I'm a psychologist, and I want to help your sister, do you
want your sister to heal? if not, I'll go" clear renal friendly smile trying to convince the blue-eyed girl in front of him
"I believe kak, but ... in this house there is only me and my brother, can you believe me?" she hesitated
"certainly"
"OK Please"

renal so well on the liona. since that time slowly renal managed to evoke the spirit of life liona even now eraser tears
that always pooled in the cheeks liona is renal, handsome young man who has kindly present like a hero in the liona
dihidapan.
"renal, why do you want to help me?" asked Liona not quite recovered
"because when I hear your story I have fallen in love with you, and ready to accept all your shortcomings about my
superiority, may I replace your beloved dead position then?" clearly renal staring at the liona
"thank you, maybe it's destiny god send me for myself this ren" said liona looked at the grass in front of her
"already yuk learn the way again"

a gentle blowing wind blew both souls who were enjoying the grace of the god of love and affection in their hearts.

Anda mungkin juga menyukai