Anda di halaman 1dari 9

1.

Keuangan dan pembangunan merupakan satu kesatuan yang saling


berkaitan, jelaskan hubungan antara keuangan dan perencanaan
pembangunan.

Keuangan daerah mempunyai arti yang sangat penting dalam berperan


melakukan dan melaksanakan tugas pemerintahan dan kegiatan pembangunan
oleh pelayanan kemasyarakatan di daerah, oleh karena itu keuangan daerah
diupayakan untuk berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Dasar filosofi digagasnya pelaksanaan pemerintah daerah berotonomi
sesungguhnya memberikan kebebasan kekeleluasaan daerah untuk mengatur
dan mengurus sumber - sumber penerimaan daerah yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Sumber -
sumber Penerimaan lainnya. Untuk itu kebijaksanaan keuangan daerah
diarahkan pada upaya penyesuaian secara terarah dan sistematis untuk
menggali sumber – sumber pendapatan daerah bagi pembiayaan
pembangunan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber - sumber
Pendapatan Asli Daerah. Kebijakan ini juga diarahkan pada penerapan prinsip
- prinsip, norma, asas dan standar akuntansi dalam penyusunan APBD agar
mampu menjadi dasar bagi kegiatan pengelolaan, pengendalian, pemeriksaan
dan pengawasan keuangan daerah.
Tujuan keuangan daerah pada masa otonomi adalah menjamin tersedianya
keuangan daerah guna pembiayaan pembangunan daerah, pengembangan
pengelolaan keuangan daerah yang memenuhi prinsip, norma, asas dan
standar akuntansi serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah secara kreatif
melalui penggalian potensi, intensifikasi dan ekstensifikasi. Sedangkan
sasaran yang ingin dicapai keuangan daerah adalah kemandirian keuangan
daerah melalui upaya yang terencana, sistematis dan berkelanjutan, efektif
dan efisien.
Pelaksanaan pembangunan daerah tentu saja tidak terlepas dari ketersediaan
dana untuk pembiayaannya. Pembiayaan bagi pelaksanaan pembangunan
daerah dituangkan dalam anggaran pembangunan. Selama ini anggaran
pembangunan daerah terbagi atas anggaran pembangunan yang termasuk
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan anggaran
pembangunan yang dikelola oleh instansi vertikal di daerah.
Anggaran pembangunan daerah pada umumnya bersumber dari bantuan
pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Bantuan pembangunan
yang diberikan oleh pusat kepada daerah terdiri atas bantuan umum dan
bantuan khusus. Anggaran pembangunan yang disusun dengan
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan daerah tentu
akan lebih efektif dibandingkan dengan anggaran pembangunan yang disusun
dengan prinsip keseragaman antar daerah. Anggaran pembangunan tersebut
diharapkan dapat mengatasi terjadinya pemborosan sebagai akibat program
pembangunan yang tumpang tindih.
Secara ideal, jika pengelolaan keuangan daerah yang bersumber dari PAD,
dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan yang sah
merupakan kewenangan daerah maka penggunaannya untuk anggaran
pembangunan akan lebih efektif. Pengalokasian dana tersebut kedalam
anggaran pembangunan tentu harus berdasarkan pengkajian dan
pertimbangan yang matang. Mustahil daerah akan mengalokasikan sejumlah
dana tanpa melalui perencanaan yang matang, karena hal ini dapat menjadi
pemborosan terhadap keuangan daerah.

2. Jelaskan prinsip-prinsip penyelenggaraan keuangan dan perencanaan


terkait dengan keuangan negara di Indonesia.

Dalam rangka menciptakan suatu pengelolaan keuangan negara yang baik


tentu berdasarkan pada asas-asas hukum yang mendasarinya. Tujuannya ialah
menciptakan suatu bingkai kerja untuk meningkatkan pelayanan dalam
pengelolaan keuangan negara. Asas-asas pengelolaan keuangan negara dalam
konteks kehidupan bernegara di Indonesia mengalami perkembangan apabila
menjadikan undang-undang keuangan negara sebagai batu pijakan. Sebelum
UUKN berlaku terdapat beberapa asas yang digunakan dalam pengelolaan
keuangan negara dan diakui kekuatan berlakunya dalam pengelolaan

2
keuangan negara selanjutnya. Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara
yang dimaksud adalah:
1. Asas kesatuan, yaitu menghendaki agar semua pendapatan dan belanja
negara disajikan dalam satu dokumen anggaran;
2. Asas universalitas, yaitu mengharuskan agar setiap transaksi keuangan
ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran;
3. Asas tahunan membatasi masa berlakunya angaran untuk suatu tahun
tertentu;dan
4. Asas spesialitas, yaitu mewajiban agar kredit anggaran yang disediakan
terinci secara jelas peruntukannya.
Perkembangan selanjutnya dengan berlakunya UUKN terdapat penambahan
asas baru dalam pengelolaan keuangan negara. Adapun asas-asas pengelolaan
keuangan negara menurut UUKN yaitu:
1. Asas akuntabilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan
keuangan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi nagara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-udangan yang berlaku;
2. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban pengelolaan keuangan negara;
3. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian berasarkan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara adalah asas yang
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara;
5. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
adalah aas yang memberikan kebebasan bagi badan pemeriksa
keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan nagara dengan tidak
boleh dipangaruhi oleh siapapun.

3
Asas-asas pengelolaan keuangan negara apabila dilakukan fusi sebelum dan
setelah diberlakukannya UUKN dapat dijadikan pedoman bagi pengelola
keuangan negara sehingga mampu menjalankan tugas dan kewajibannya yang
baik. Perlu dicermati bahwa asas pengelolaan keuangan negara bukanlah
merupakan aturan hukum sehingga tidak mempunyai kekuatan mengikat
melainkan secara moral dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan
keuangan negara. Meskipun demikian, janganlah diartikan bahwa
pengelolaan keuangan negara dapat serta merta menyimpangi asas-asas
pengelolaan keuangan negara tersebut sehingga tercipta pengelolaan
keuangan negara yang baik dan menghindari kerugian negara.

3. Pembangunan sektoral yang memfokuskan pada bidang-bidang tertentu,


seperti pertanian, ekonomi, dan sebagainya, dan pembangunan regional
yang menekankan pada pelaksanaan pembangunan di suatu daerah
tertentu, pada dasarnya merupakan bagian dari pembangunan nasional
itu sendiri. Jelaskan Hubungan perencanaan pembangunan daerah
dengan perencanaan Pembangunan nasional.

Pada umumnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara atau


bangsa didasarkan pada tiga pendekatan, yaitu pendekatan makro, sektoral,
dan regional. Pembangunan makro menurut Ginandjar Kartasasmita,
mencakup sasaran-sasaran dan upaya-upaya pada lingkup nasional, yang
pencapaiannya merupakan hasil dari upaya-upaya pada tingkat sektoral dan
regional .
Dalam pendapat diatas terkandung suatu pengertian bahwa pembangunan
sektoral yang memfokuskan pada bidang-bidang tertentu, seperti pertanian,
ekonomi, dan sebagainya, dan pembangunan regional yang menekankan pada
pelaksanaan pembangunan di suatu daerah tertentu, pada dasarnya merupakan
bagian dari pembangunan nasional itu sendiri.
Dengan demikian kedudukan pembangunan daerah dalam pembangunan
nasional sangat penting. Sebagaimana dikemukakan oleh Affendi Anwar dan
Setia Hadi,“kegagalam pembangunan di wilayah-wilayah ini jelas akan

4
memberikan dampak negatif terhadap perencanaaan pembangunan perkotaan
dan pembangunan secara keseluruhan”Ini juga berarti bahwa keberhasilan
pembangunan di daerah-daerah akan membawa dampak positif terhadap
pembangunan nasional secara keseluruhan. Premis ini juga menunjukkan
bahwa pentingnya pembangunan daerah dalam rangka pembangunan nasional
harus menjadi perhatian yang serius. Jangan hanya diyakini secara konseptual
saja, tetapi juga harus ditindaklanjuti dengan cara labih mengoptimalkan
upaya-upaya pencapaian tujuan pembangunan daerah. Untuk mewujudkan hal
tersebut, diperlukan adanya komitmen yang kuat dari pemerintah dengan
political will yang tinggi untuk memberikan kewenangannya kepada daerah.
Dipihak lain, daerah-baik masyarakat maupun pemerintahnya-harus benar-
benar mempersiapkan diri agar mampu melaksanakan tugas, hak dan
kewajibannya tersebut dengan baik, sehingga pembangunan daerah dapat
dilaksanakan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi yang dimiliki
secara optimal dengan tanpa mengabaikan kepentingan nasional.
Proses pembangunan daerah dapat dilihat dengan tiga cara pandang yang
berbeda. Pertama, pembangunan bagi suatu kota, daerah, atau wilayah
sebagai suatu wujud (entity) bebas yang pengembangannya tidak terikat
dengan kota, daerah, atau wilayah lain sehingga penekanan perencanaan
pembangunannya mengikuti pola yang lepas dan mandiri (independent).
Kedua, pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional.
Perencanan pembangunan daerah dalam pendekatan ini merupakan
perencanaan pembangunan pada suatu jurisdiksi ruang atau wilayah tertentu
yang dapat digunakan sebagai bagian dari pola perencanaan pembangunan
nasional. Ketiga, perencanaan pembangunan daerah sebagai instrumen bagi
penentuan alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi kegiatan di daerah
yang telah direncanakan terpusat yang berguna untuk mencegah terjadinya
kesenjangan ekonomi antar daerah.
Dikaitkan dengan masalah hubungan pusat dan daerah yang selama ini
dikenal di Indonesia, ketiga cara pandang di atas merupakan bentuk
manifestasi dari sistem pelimpahan kewenangan dari pusat kepada aderah.

5
Cara pandang pertama merupakan wujud pelaksanaan otonomi yang
diimplementasikan dalam proses desentralisasi, dimana daerah diberi
kewenangan untuk melakukan perencanaan pembangunannya secara mandiri
dan independen, baik dari keterikatannya dengan pemerintah pusat maupun
daerah/wilayah lain. Sementara itu, berdasarkan cara pandang kedua, kita
dapat melihat bahwa pembangunan yang dilaksanakan di daerah merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional, dimana perencanaan
pembangunan yang dilaksanakan oleh daerah tidak terlepas dari pola
perencaanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pusat. Cara pandang
tersebut merupakan pengejawantahan nyata dari proses dekonsentrasi.
Sedangkan cara pandang yang ketiga lebih menunjukkan adanya tugas
pembantuan (medebewind) dalam pembangunan. Dalam konteks ini,
perencanaan pembangunan terpusat dengan alokasi sumber daya dan
kegiatannya ada di daerah.
Timbulnya cara pandang yang berbeda dalam masalah pembangunan itu
bukan semata-mata karena kebetulan atau karena adanya ruang lingkup atau
interpretasi yang berbeda melainkan hal ini timbul sebagai implikasi dari
adanya suatu kesadaran mengenai keterbatasan dari suatu negara atau bangsa
dalam melaksanakan pembangunannya, terutama di negara-negara besar yang
memiliki wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang besar.
Dengan kesadaran tersebut, dipandang perlu untuk melaksanakan
pembangunan dengan mengembangkan konsep pembangunan daerah dalam
rangka pembangunan nasional.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah
dalam konteks pembangunan nasional memiliki peran dan fungsi yang sangat
penting bagi pencapaian tujuan-tujuan pembangunan nasional.

4. Pada dasarnya, penerimaan negara terbagi atas 2 jenis penerimaan,


yaitu penerimaan dari pajak dan penerimaan bukan pajak yang disebut
penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

6
a. Penerimaan yang bersumber dari pajak yaitu Penerimaan perpajakan
adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak
perdagangan internasional. Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan
negara yang berasal dari pajak penghasilan,pajak pertambahan nilai barang
dan jasa,pajak penjualan atas barang mewah,pajak bumi dan bangunan bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan,cukai,dan pajak lainnya. Pajak
perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara yang berasal
dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor. hingga saat ini struktur
pendapatan negara masih didominasi oleh penerimaan perpajakan,terutama
penerimaan pajak dalam negeri dari sektor nonmigas.
b. Penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) yaitu Penerimaan negara bukan
pajak (PNBP) adalah semua penerimaan yang diterima oleh negara dalam
bentuk penerimaan dari sumber daya alam,bagian pemerintah atas laba
badan usaha milik negara,serta penerimaan negara bukan pajak lainnya.
Sebagai salah satu sumber pendapatan negara, PNBP memiliki peran yang
cukup penting dalam menopang kebutuhan pendanaan anggaran dalam
APBN walaupun sangat rentan terhadap perkembangan berbagai faktor
eksternal. PNBP juga dipengaruhi oleh perubahan indikator ekonomi
makro,terutama nilai tukar dan harga minyak mentah di pasar
internasional. Hal ini terutama karena struktur PNBP masih didomiinasi
oleh penerimaan sumber daya alam (SDA), khususnya yang berasal dari
penerimaan minyak bumi dan gas alam (migas), yang sangat dipengaruhi
oleh perkembangan nilai tukar rupiah,harga minyak mentah, dan tingkat
lifting minyak. Menurut UU no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak, PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang
tidak berasal dari penerimaan perpajakan. UU tersebut juga menyebutkan
kelompok PNBP meliputi:

 penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;


 penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;

7
 penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang
dipisahkan;
 penerimaan dari pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;
 penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari
pengenaan denda administrasi;
 penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;
 penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri
Kecuali jenis PNBP yang ditetapkan dengan Undang-undang, jenis PNBP
yang tercakup dalam kelompok sebagaimana terurai diatas, ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Artinya diluar jenis PNBP terurai diatas, dimungkinkan
adanya PNBP lain melalui UU.
5. Jelaskan komponen dari sumber dana yang dapat digunakan dalam
pembangunan suatu negara?

Sumber pembiayaan pembangunan sangat penting dalam rangka menunjang


pembangunan setiap negara. Sumber pembiayaan pembangunan tersebut bisa
berupa sumber-sumber penerimaan dalam negeri khususnya yang tersedia
sebagai tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, serta sumber dana dari
luar negeri. Selain itu sumber pembiayaan itu bisa berupa sumber
pembiayaan konvensional dan non konvensional. Sumber konvensional untuk
pembiayaan pembangunan adalah :
a. Sumber-sumber Domestik, Penciptaan sumber-sumber domestik untuk
menabung dan mananamkan modal secara produktif merupakan landasan
utama pembangunan yang berkelanjutan. Berapapun besarnya tingkat
tabungan domestik, yang terpenting adalah jaminan terhadap
pengalokasian tabungan tersebut secara efisien dan dibutuhkan dalam arti
sosial, politik dan pembangunan.
b. Investasi Asing, yaitu Salah satu komponen aliran modal yang masuk ke
suatu negara dianggap sebagai aliran modal yang relatif stabil dan
mempunyai resiko yang kecil dibandingkan aliran modal lainnya, misalnya
portofolio investasi ataupun utang luar negeri.
c. Perdagangan Internasional

8
d. Utang dan Bantuan Luar Negeri
Sedangkan sumber alternatif non konvensional terdiri dari;
a. Global public goods
b. Pembangunan berbasis asset
c. System pajak global
d. Arsitektur Baru Keuangan Internasional
e. Bank Pembangunan Domestik

Anda mungkin juga menyukai