Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN AIR DAN TIMBULNYA PENYAKIT

1. Syarat Kualitas Air Bersih


Syarat-syarat Kualitas Air Bersih di antaranya adalah sebagai berikut:
o Syarat Fisik: Tidak berbau, tidak berasa.
o Syarat Kimia: Kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan
maksimal 500 mg/l.
o Syarat Mikrobiologis: Jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa mak-
simal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang
berasal dari perpipaan.

2. Hubungan Air dengan Gangguan Kesehatan


Hubungan air dengan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Adanya organisme patogenik di dalam air
Organisme ini dapat menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan, contohnya:
Bakteri, Protozoa, Virus.
b. Adanya organisme non patogenik
Beberapa organisme non patogenik yang hidup dalam air akan menimbulkan ganggu-
an bagi manusia di antaranya adalah: (Purwanto, 1985)
1. Actinomycetes, terdapat di dalam air yang kotor dan dalam sistem distribusi air.
2. Algae, terdapat di dalam genangan air kotor.
3. Bacteri Coli, terutama terdapat di dalam air permukaan dan air yang telah tercemar
oleh kotoran manusia.
4. Fecal streptococci. Bakteri ini terdapat di dalam air permukaan dan air yang telah
tercemar oleh kotoran manusia dan hewan.
5. Bakteri besi, terdapat di dalam air tanah dan air permukaan yang mengandung besi
6. Cacing yang hidup bebas.
c. Air sebagai breeding places vector
Dalam hal ini larva dan telur membutuhkan tempat perindukan berupa air. Beberapa
jenis serangga dapat memindahkan kuman penyakit dari seorang penderita kepada
orang lain. Serangga yang dapat menularkan penyakit tersebut disebut vector. Contoh-
nya: nyamuk Anopheles.
d. Air sebagai media penularan penyakit
Beberapa penyakit dapat ditularkan melalui air. Dalam hal ini air berfungsi sebagai
media. Pola mekanisme penularan penyakit infeksi yang berkaitan dengan air minum
sbb:

1
Air
Kematian

Tangan
Makanan,
Sumber
Susu, Manusia
infeksi feses
sayuran
Serangga

Kelemahan
Tanah

Gambar Pola mekanisme penularan penyakit infeksi yang berkaitan dengan air minum

3. Pengertian Water Borne Desease


 Water Borne Disease adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air, di
mana air tersebut mengandung kuman pathogen dan terminum oleh manusia, maka
dapat menimbulkan penyakit.
 Water Borne Diseases merupakan penyakit yang ditularkan ke manusia akibat
adanya cemaran, baik berupa mikroorganisme ataupun zat pada air.
 Kontaminasi pada manusia dapat melalui kegiatan minum, mandi, mencuci, proses
menyiapkan makanan atau pun memakan makanan yang telah terkontaminasi saat
proses penyiapan makanan. Bila air yang mengandung kuman pathogen terminum
maka dapat terjadi penjangkitan pada orang yang bersangkutan menjadi sakit.
 Contoh penyakit ini adalah: Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.
 Contoh water-borne disease yang penting di Indonesia adalah:
1. Diare, yang disebabkan oleh Escerichia coli, Vibrio cholerae, Salmonella dan
virus;
2. Penyakit virus lainnya seperti hepatitis A dan poliomyelitis; dan
3. Penyakit parasit seperti giardiasis dan disentri amuba.
Penyakit-penyakit ini meningkat karena akses terhadap air bersih di Indonesia masih
rendah (50%), kontaminasi air sumur dan permukaan tanah oleh banjir dan kegiatan
manusia (berak sembarangan).
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Penggunaan air minum yang bersih dan aman, antara lain dengan selalu memasak
air untuk keperluan konsumsi sehari-hari.
2. Pembuangan feses yang aman dengan berperilaku membuang air besar pada jam-
ban.

2
3. Dengan membiasakan diri hidup bersih dan sehat seperti melakukan kebiasaan-
kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.

4. Pengertian Water Washed Desease


 Water Washed Disease yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk
pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama
alat dapur dan alat makan.
 Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan
penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi.
 Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, di antaranya: penyakit infeksi
saluran pencernaan. Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, di antaranya melalui air
(Water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (Water washed).
 Contoh penyakit ini adalah: cholera, thypoid dan Dysentry basiller. Berjangkitnya
penyakit ini erat kaitannya dengan ketersediaan air untuk makan, minum, memasak
dan kebersihan alat-alat makan.
 Water-washed disease disebabkan oleh air bersih yang diutamakan dipakai untuk
memasak dan minum daripada untuk mencuci tangan karena alasan ekonomi. Aki-
batnya tangan yang kotor dapat menularkan penyakit seperti cholera, disentri basil-
ler, cacing gelang, cacing cambuk dan cacing kremi. Penyakit-penyakit ini banyak
dijumpai di tempat yang sanitasinya jelek (Slamet, 2000).
Beberapa upaya yang dilakukan dalam pengendalian penyakit menular dengan media
air sebagai salah satu faktornya, adalah:
1. Penyakit infeksi saluran pencernaan, dengan cara Sanitation Barrier yaitu memutus
rantai penularan, seperti menyediakan air bersih, menutup makanan agar tidak ter-
kontaminasi debu dan lalat, buang air besar dan membuang sampah tidak di samba-
rang tempat.
2. Penyakit infeksi pada kulit dan mata, dapat dicegah dengan higiene personal yang
baik dan tidak memakai peralatan orang lain seperti sapu tangan, handuk dan lain-
nya secara sembarangan.

5. Pengertian Water Based Desease


 Water Based Desease merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit
yang sebagian siklus kehidupannya berhubungan dengan schistosomiasis.
 Water Based Desease disebabkan oleh organisme akuatik yang menghabiskan ba-
gian dari siklus hidup mereka di air dan bagian lain sebagai parasit hidup pembawa.
 Di dalam air, Bilharzia, dibawa oleh siput air, adalah salah satu contoh. Yang lain
adalah cacing Guinea, infeksi cacing ditangkap oleh organisme air yang terkonta-
minasi dengan kutu air kecil pembawa larva cacing Guinea.
Penyebab penyakit berbasis air:

3
1. Genangan air di belakang kolam dan saluran air sangat ideal untuk siput.
2. Kurangnya sanitasi dan penyediaan air bersih.
Penyakit berbasis air bilharzia:
o Siput bilharzia masih hidup di air dangkal di tanah tropis. Larva tumbuh dan ber-
kembang biak di dalam siput, cacing muncul setelah 3-7 minggu.
o Mereka memasuki tubuh manusia biasanya melalui telapak kaki orang, sehingga
orang yang bekerja di ladang, adalah yang paling berisiko.
o Cacing tumbuh menjadi dewasa dan kawin dalam tubuh manusia, biasanya dalam
ginjal atau kandung kemih. Manusia melepaskan telur kembali ke air melalui urin
dan tinja mereka.
o Larva menetas dengan cepat dalam air dan harus menemukan siput untuk bertindak
sebagai induk semang untuk survive, tumbuh dan berkembang biak.
o Orang yang menderita bilharzia menjadi lemah dan anemia, mengarah ke infeksi
ginjal dan kandung kemih. Meskipun banyak yang meninggal setiap tahun, banyak
juga yang menderita efek melemahkannya, mengurangi resistensi terhadap penya-
kit lainnya.

6. Macam-macam Penyakit Berbasis Air


1. Leptospirosis
o Adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan
ke manusia atau sebaliknya (zoonosis).
o Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemor-
rhage, Penyakit Swineherd's, Demam Petani (Ricefield fever), Demam Pemo-
tong Tebu (Cane-cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis Berdarah, Penyakit
Stuttgard, Demam Canicola, Penyakit Kuning non-virus, penyakit air merah
pada anak sapi, dan tifus anjing.
o Infeksi dalam bentuk sub akut tidak begitu memperlihatkan gejala klinis, se-
dangkan pada infeksi akut ditandai dengan gejala sepsis, radang ginjal inter-
stisial anemia hemolitik, radang hati dan keguguran.
o Leptospirosis pada hewan biasanya subklinis. Dalam keadaan ini, penderita
tidak menunjukkan gejala penyakit klinis. Leptospira bertahan dalam waktu
yang lama di dalam ginjal hewan sehingga bakteri akan banyak dikeluarkan
hewan lewat air kencingnya.
o Leptospirosis pada hewan dapat terjadi berbulan-bulan sedangkan pada manusia
hanya bertahan selama 60 hari. Manusia merupakan induk semang terakhir
sehingga penularan antar manusia jarang terjadi.
o Bakteri penyebab Leptosirosis yaitu bakteri Leptospira sp. Bakteri Leptospira
merupakan Spirochaeta aerobik (membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup),
motil (dapat bergerak), gram negatif, bentuknya dapat berkerut-kerut, dan ter-

4
pilin dengan ketat. Bakteri Lepstospira berukuran panjang 6-20 µm dan dia-
meter 0,1-0,2 µm. Sebagai pembanding, ukuran sel darah merah hanya 7 µm.
o Jadi, ukuran bakteri ini relatif kecil dan panjang sehingga sulit terlihat bila
menggunakan mikroskop cahaya dan untuk melihat bakteri ini diperlukan
mikroskop dengan teknik kontras. Bakteri ini dapat bergerak maju dan mundur.
o Leptospira mempunyai ±175 serovar bahkan ada yang mengatakan Lepto-
spira memiliki lebih dari 200 serovar. Infeksi dapat disebabkan oleh satu atau
lebih serovar sekaligus. Bila infeksi terjadi, maka pada tubuh penderita dalam
waktu 6-12 hari akan terbentuk zat kebal aglutinasi.
o Leptospirosis pada anjing disebabkan oleh infeksi satu atau lebih serovar da-
ri Leptospira interrogans. Serovar yang telah diketahui dapat menyerang anjing
yaitu L. Australis, L. Autumnalis, L. Ballum, L. Batislava, L. Cani-cola, L. Grip-
potyphosa, L. hardjo, L. Ichterohemo-rarhagica, L. Pomona, dan L. Tarassovi.
o Pada anjing, telah tersedia vaksin terhadap Leptospira yang mengandung biakan
serovar L. Canicola dan L. Icterohemorrhagica yang telah dimatikan.
o Serovar yang dapat menyerang sapi yaitu L. pamona dan L. gryptosa. Serovar
yang diketahui terdapat pada kucing adalah L. bratislava, L. canicola, L. Gryp-
pothyphosa, dan L. pomona. Babi dapat terserang L. pamona dan L. interogans,
sedangkan tikus dapat terserang L. ballum dan L. ichterohaemorhagicae.
o Bila terkena bahan kimia atau dimakan oleh fagosit, bakteri dapat kolaps menja-
di bola berbentuk kubah dan tipis. Pada kondisi ini, Leptospira tidak memiliki
aktivitas patogenik. Leptospira dapat hidup dalam waktu lama di air, tanah yang
lembab, tanaman dan lumpur.
Cara Penularan
o Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water
borne disease). Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini
merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan.
o Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah
satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang (host) yang baru.
o Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir.
Gerakan bakteri memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki
jaringan tubuh namun mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran
darah induk semang.
o Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kon-disi banjir.
Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya
genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan
sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Air
kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permu-
kaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.

5
o Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospi-
rosis karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi.
Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat
terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar
tikus
o Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari penderita ke
penderita dan tidak langsung melalui suatu media. Penularan langsung terjadi
melalui kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka
di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan cairan abortus (gugur kandu-
ngan). Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.
o Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan
barang-barang yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas kandang he-
wan, tanah, makanan, minuman dan jaringan tubuh. Kejadian Leptospirosis pada
manusia banyak ditemukan pada pekerja pembersih selokan karena selokan
banyak tercemar bakteri Leptospira. Umumnya penularan lewat mulut dan
tenggorokan sedikit ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan
asam.
2. Schistosomiasis atau bilharzia, adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing pipih
trematoda dari genus Schistosoma schisto.
Gejala Awal
o Meski kecil, tapi kalo si schisto ini sudah berada di dalam tubuh manusia, yang
mula-mula penderita akan mengalami gejala keracunan, disentri, penurunan
berat badan sehingga kurus yang berlebihan, hingga pada pembengkakan hati
yang bisa diakhiri dengan kematian.
o Tidak seperti proses cacingan yang sering kita dengar dan alami, cacing ini
masuk ke tubuh manusia bukan dari mulut kita, tapi langsung menembus pori-
pori kita menuju aliran darah menyerbu jantung dan paru-paru untuk selanjutnya
menuju hati.
Daur hidup dan penularannya
o Mula-mula schistosomiasis menjangkiti orang melalui kulit dalam bentuk cer-
caria yang mempunyai ekor berbentuk seperti kulit manusia, parasit tersebut
mengalami transformasi yaitu dengan cara membuang ekornya dan berubah
menjadi cacing.
o Selanjutnya cacing ini menembus jaringan bawah kulit dan memasuki pembuluh
darah menyerbu jantung dan paru-paru untuk selanjutnya menuju hati. Di dalam
hati orang yang dijangkiti, cacing-cacing tersebut menjadi dewasa dalam bentuk
jantan dan betina.
o Pada tingkat ini, tiap cacing betina memasuki celah tubuh cacing jantan dan ting-
gal di dalam hati orang yang dijangkiti untuk selamanya. Pada akhirnya pasang-
an-pasangan cacing Schistosoma bersama-sama pindah ke tempat tujuan ter-

6
akhir yakni pembuluh darah usus kecil yang merupakan tempat persembunyian
bagi pasangan cacing Schistosoma sekaligus tempat bertelur.
o Saat ini prosentase prevalensi penyakit cacingan di dataran tinggi juga sudah
mulai menurun hingga di bawah 1%, berkat upaya aktif dari pemerintah yang
secara rutin melakukan pemantauan.

7. Beberapa Penyakit Menular yang Dapat Tersebar Melalui Air yang


Tercemar (Karena Mikroba)
Air yang tercemar oleh limbah organik, terutama yang berasal dari industri pengolahan
makanan dan kotoran manusia atau hewan merupakan tempat yang subur untuk per-
kembangbiakan mikroorganisme.
Mikroorganisme patogen yang berkembang biak dalam air menyebabkan timbulnya
berbagai macam penyakit menular.
Virus
1. Hepatitis A
Jenis Mikroba: Virus Hepatitis A
Gejala: demam, sakit kepala, sakit perut, kehilangan selera makan, pembekakan
hati sehingga tubuh menjadi kuning.
2. Poliomyelitis
Jenis Mikroba: Virus Polio
Gejala: tenggorokan sakit, demam, diare, sakit pada tungkai dan punggung, kelum-
puhan dan kemunduran fungsi otot.

Bakteri
1. Kolera
Jenis Mikroba: Vibrio Cholerae
Gejala: diare yang sangat parah, muntah-muntah, kehilangan cairan sangat banyak
sehingga menyebabkan kejang dan lemas.
2. Diare
Jenis Mikroba: Eschericiacoli (strainpatogen)
Gejala: buang air besar berkali-kali dalam sehari, kotoran encer (mengandung ba-
nyak air), terkadang diikuti rasa mulas atau sakit perut.
3. Tifus
Jenis Mikroba: Salmonellatyphi
Gejala: sakit kepala, demam, diare, muntah-muntah, peradangan dan pendarahan
usus.

7
4. Disentri
Jenis Mikroba: Shigelladysentriae
Gejala: infeksi usus besar, diare, kotoran mengandung lendir dan darah, sakit perut.

Protozoa
1. Disentri Amuba
Jenis Mikroba: Entamoebahistolytica
Gejala: (sama seperti disentri oleh bakteri)
2. Balantidiasis
Jenis Mikroba: Balantidiumcoli
Gejala: peradangan usus, diare berdarah
3. Giardiasis
Jenis Mikroba: Giardialamblia
Gejala: diare, sakit perut, terbentuk gas dalam perut, bersendawa kelelahan.

Metazoa (CacingParasit)
1. Ascariasis
Jenis Mikroba: Ascarislumbricoides (cacing gelang)
Gejala: demam, sakit perut yang parah, malabsorbsi, muntah-muntah, kelelahan.
2. Taeniasis
Jenis Mikroba: Taeniasaginata (cacingpita)
Gejala: gangguan pencernaan, rasa mual, kehilangan berat badan, rasa gatal di
anus.
3. Schistosomiasis
Jenis Mikroba: Schistosoma sp. (cacing pipih)
Gejala: gangguan pada hati dan kantung kemih sehingga terdapat darah dalam
urin, diare, tubuh lemas, sakit perut yang terjadi berulang-ulang.

Anda mungkin juga menyukai