1
Air
Kematian
Tangan
Makanan,
Sumber
Susu, Manusia
infeksi feses
sayuran
Serangga
Kelemahan
Tanah
Gambar Pola mekanisme penularan penyakit infeksi yang berkaitan dengan air minum
2
3. Dengan membiasakan diri hidup bersih dan sehat seperti melakukan kebiasaan-
kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.
3
1. Genangan air di belakang kolam dan saluran air sangat ideal untuk siput.
2. Kurangnya sanitasi dan penyediaan air bersih.
Penyakit berbasis air bilharzia:
o Siput bilharzia masih hidup di air dangkal di tanah tropis. Larva tumbuh dan ber-
kembang biak di dalam siput, cacing muncul setelah 3-7 minggu.
o Mereka memasuki tubuh manusia biasanya melalui telapak kaki orang, sehingga
orang yang bekerja di ladang, adalah yang paling berisiko.
o Cacing tumbuh menjadi dewasa dan kawin dalam tubuh manusia, biasanya dalam
ginjal atau kandung kemih. Manusia melepaskan telur kembali ke air melalui urin
dan tinja mereka.
o Larva menetas dengan cepat dalam air dan harus menemukan siput untuk bertindak
sebagai induk semang untuk survive, tumbuh dan berkembang biak.
o Orang yang menderita bilharzia menjadi lemah dan anemia, mengarah ke infeksi
ginjal dan kandung kemih. Meskipun banyak yang meninggal setiap tahun, banyak
juga yang menderita efek melemahkannya, mengurangi resistensi terhadap penya-
kit lainnya.
4
pilin dengan ketat. Bakteri Lepstospira berukuran panjang 6-20 µm dan dia-
meter 0,1-0,2 µm. Sebagai pembanding, ukuran sel darah merah hanya 7 µm.
o Jadi, ukuran bakteri ini relatif kecil dan panjang sehingga sulit terlihat bila
menggunakan mikroskop cahaya dan untuk melihat bakteri ini diperlukan
mikroskop dengan teknik kontras. Bakteri ini dapat bergerak maju dan mundur.
o Leptospira mempunyai ±175 serovar bahkan ada yang mengatakan Lepto-
spira memiliki lebih dari 200 serovar. Infeksi dapat disebabkan oleh satu atau
lebih serovar sekaligus. Bila infeksi terjadi, maka pada tubuh penderita dalam
waktu 6-12 hari akan terbentuk zat kebal aglutinasi.
o Leptospirosis pada anjing disebabkan oleh infeksi satu atau lebih serovar da-
ri Leptospira interrogans. Serovar yang telah diketahui dapat menyerang anjing
yaitu L. Australis, L. Autumnalis, L. Ballum, L. Batislava, L. Cani-cola, L. Grip-
potyphosa, L. hardjo, L. Ichterohemo-rarhagica, L. Pomona, dan L. Tarassovi.
o Pada anjing, telah tersedia vaksin terhadap Leptospira yang mengandung biakan
serovar L. Canicola dan L. Icterohemorrhagica yang telah dimatikan.
o Serovar yang dapat menyerang sapi yaitu L. pamona dan L. gryptosa. Serovar
yang diketahui terdapat pada kucing adalah L. bratislava, L. canicola, L. Gryp-
pothyphosa, dan L. pomona. Babi dapat terserang L. pamona dan L. interogans,
sedangkan tikus dapat terserang L. ballum dan L. ichterohaemorhagicae.
o Bila terkena bahan kimia atau dimakan oleh fagosit, bakteri dapat kolaps menja-
di bola berbentuk kubah dan tipis. Pada kondisi ini, Leptospira tidak memiliki
aktivitas patogenik. Leptospira dapat hidup dalam waktu lama di air, tanah yang
lembab, tanaman dan lumpur.
Cara Penularan
o Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water
borne disease). Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini
merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan.
o Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah
satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang (host) yang baru.
o Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir.
Gerakan bakteri memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki
jaringan tubuh namun mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran
darah induk semang.
o Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kon-disi banjir.
Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya
genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan
sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Air
kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permu-
kaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.
5
o Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospi-
rosis karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi.
Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat
terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar
tikus
o Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari penderita ke
penderita dan tidak langsung melalui suatu media. Penularan langsung terjadi
melalui kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka
di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan cairan abortus (gugur kandu-
ngan). Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.
o Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan
barang-barang yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas kandang he-
wan, tanah, makanan, minuman dan jaringan tubuh. Kejadian Leptospirosis pada
manusia banyak ditemukan pada pekerja pembersih selokan karena selokan
banyak tercemar bakteri Leptospira. Umumnya penularan lewat mulut dan
tenggorokan sedikit ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan
asam.
2. Schistosomiasis atau bilharzia, adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing pipih
trematoda dari genus Schistosoma schisto.
Gejala Awal
o Meski kecil, tapi kalo si schisto ini sudah berada di dalam tubuh manusia, yang
mula-mula penderita akan mengalami gejala keracunan, disentri, penurunan
berat badan sehingga kurus yang berlebihan, hingga pada pembengkakan hati
yang bisa diakhiri dengan kematian.
o Tidak seperti proses cacingan yang sering kita dengar dan alami, cacing ini
masuk ke tubuh manusia bukan dari mulut kita, tapi langsung menembus pori-
pori kita menuju aliran darah menyerbu jantung dan paru-paru untuk selanjutnya
menuju hati.
Daur hidup dan penularannya
o Mula-mula schistosomiasis menjangkiti orang melalui kulit dalam bentuk cer-
caria yang mempunyai ekor berbentuk seperti kulit manusia, parasit tersebut
mengalami transformasi yaitu dengan cara membuang ekornya dan berubah
menjadi cacing.
o Selanjutnya cacing ini menembus jaringan bawah kulit dan memasuki pembuluh
darah menyerbu jantung dan paru-paru untuk selanjutnya menuju hati. Di dalam
hati orang yang dijangkiti, cacing-cacing tersebut menjadi dewasa dalam bentuk
jantan dan betina.
o Pada tingkat ini, tiap cacing betina memasuki celah tubuh cacing jantan dan ting-
gal di dalam hati orang yang dijangkiti untuk selamanya. Pada akhirnya pasang-
an-pasangan cacing Schistosoma bersama-sama pindah ke tempat tujuan ter-
6
akhir yakni pembuluh darah usus kecil yang merupakan tempat persembunyian
bagi pasangan cacing Schistosoma sekaligus tempat bertelur.
o Saat ini prosentase prevalensi penyakit cacingan di dataran tinggi juga sudah
mulai menurun hingga di bawah 1%, berkat upaya aktif dari pemerintah yang
secara rutin melakukan pemantauan.
Bakteri
1. Kolera
Jenis Mikroba: Vibrio Cholerae
Gejala: diare yang sangat parah, muntah-muntah, kehilangan cairan sangat banyak
sehingga menyebabkan kejang dan lemas.
2. Diare
Jenis Mikroba: Eschericiacoli (strainpatogen)
Gejala: buang air besar berkali-kali dalam sehari, kotoran encer (mengandung ba-
nyak air), terkadang diikuti rasa mulas atau sakit perut.
3. Tifus
Jenis Mikroba: Salmonellatyphi
Gejala: sakit kepala, demam, diare, muntah-muntah, peradangan dan pendarahan
usus.
7
4. Disentri
Jenis Mikroba: Shigelladysentriae
Gejala: infeksi usus besar, diare, kotoran mengandung lendir dan darah, sakit perut.
Protozoa
1. Disentri Amuba
Jenis Mikroba: Entamoebahistolytica
Gejala: (sama seperti disentri oleh bakteri)
2. Balantidiasis
Jenis Mikroba: Balantidiumcoli
Gejala: peradangan usus, diare berdarah
3. Giardiasis
Jenis Mikroba: Giardialamblia
Gejala: diare, sakit perut, terbentuk gas dalam perut, bersendawa kelelahan.
Metazoa (CacingParasit)
1. Ascariasis
Jenis Mikroba: Ascarislumbricoides (cacing gelang)
Gejala: demam, sakit perut yang parah, malabsorbsi, muntah-muntah, kelelahan.
2. Taeniasis
Jenis Mikroba: Taeniasaginata (cacingpita)
Gejala: gangguan pencernaan, rasa mual, kehilangan berat badan, rasa gatal di
anus.
3. Schistosomiasis
Jenis Mikroba: Schistosoma sp. (cacing pipih)
Gejala: gangguan pada hati dan kantung kemih sehingga terdapat darah dalam
urin, diare, tubuh lemas, sakit perut yang terjadi berulang-ulang.