Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan di Indonesia kembali menjadi sorotan dalam beberapa hari belakangan ini.

Indonesia
masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya adalah
keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu
sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah
berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di
perkotaan. Salah satu gagasan terbaru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai sistem
pendidikan membuat mata masyarakat kembali meninjau mutu pendidikan di Indonesia.

Kasus putus sekolah anak – anak usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi "Berdasarkan data
Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun tidak dapat
melanjutkan pendidikan, Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor ekonomi; anak – anak
terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga; dan pernikahan di usia dini,”

Pada tahun 2014 posisi pendidikan Indonesia sangatlah buruk. The Learning Curve Pearson
2014, sebuah lembaga pemeringkatan pendidikan dunia memaparkan bahwa Indonesia
menempati peringkat terakhir dalam mutu pendidikan di dunia. Sedangkan di tahun 2015 mutu
pendidikan di Indonesia masih saja berada di 10 negara yang memiliki mutu pendidikan yang
rendah, peringkat tersebut di dapat dari Global School Ranking. Dilihat dari tahun 2014 berjalan
ke tahun 2015 mutu pendidikan di Indonesia dapat dikatakan mengalami peningkatan, meskipun
tidak mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Di dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara
di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring
Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan (Education
Development Index, EDI), Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara pada 2011.

Ada 4 faktor yang setidaknya menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, yaitu:

1. Penggunaan Buku Paket Sebagai Buku “Acuan”

Sudah beberapa kali mengganti kurikulum yang diigunakan tetapi tidak ada kemajuan,
buku paket/acuan tetap saja digunakan bahkan tetap sebagai acuan utama tanpa mencari
referensi buku lain.

2. Sistem Pengajaran yang Monoton

Guru menyampaikan dan murid menerima. Tidak ada komunikasi aktif antara anak murid
dengan guru.

3. Kualitas Guru yang Rendah

Guru lebih mementingkan mutu mereka sendiri dari pada keberhasilan para muridnya.
Tuntutan dari pemerintah yang juga meminta sertifikasi lebih mendorong mereka untuk
memanipulasi data, dan mementingkan adminitrasi sekolah, bagaimna cara
pempertahankan murid, cara menarik murid-murid baru, agar ingin mendaftar ke sekolah
tersebut.
Jumlah guru yang sesuai dengan kualifikasi saat ini dinilai masih belum merata di daerah.
Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Hamid Muhammad
saat ini banyak sekolah dasar (SD) di Indonesia kekurangan tenaga guru. Jumlahnya
diperkirakan mencapai 112 ribu guru.

4. Budaya Mencontek tinggi

Bukanlah salah dari anaknya malas belajar, tetapi dari gurunya tidak dapat mengontrol
kebiasaan anak seperti itu, yang lebih parahnya lagi, ada beberapa guru yang
mengajarkan anak-anaknya untuk mencontek, seperti yang sering terdengar sekarang
bahwa, setiap anak-anak kelas akhir di tingkat SMP maupun SMA, yang ingin ujian
nasional di berikan bocoran kunci jawaban dari sekolah.

Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia yaitu
mengenai bagaimana pengupayaan agar semua warga Negara dapat menikmati kesempatan
pendidikan serta pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang
mantap untuk dapat terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat.

Sebagai lembaga bantuan internasional yang bekerja di sektor pembangunan sosial-ekonomi,


USAID Indonesia memberikan penekanan besar pada pengembangan kualitas pendidikan
melalui sejumlah program yang berjalan sekarang salah satunya adalah melalui program
beasiswa S2 USAID-PRESTASI. Pada tahun ini, USAID -PRESTASI memberikan beasiswa S2
kepada 31 profesional Indonesia. Program ini dibuka untuk umum dan diharapkan dapat
mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya masing – masing
yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi positif di lingkungan kerja mereka masing –
masing setelah merekakembali ke Tanah Air.

Anda mungkin juga menyukai