“ Tonsilitis Difteri”
I. Latar Belakang
pseudomembran pada kulit dan atau mukosa dan penyebarannya melalui udara.
Infeksi biasanya terdapat pada faring, laring, hidung dan kadang pada
kulit, konjugtiva, genitalia dan telinga. Infeksi ini menyebabkan gejala -gejala
oleh mikroorganisme pada tempat infeksi. Masa inkubasi kuman ini antara 2 - 5
segera. Bayi baru lahir biasanya membawa antibody secara pasif dari ibunya
yang biasanya akan hilang pada usia 6 bulan, oleh karena itu bayi-bayi
meninggal dengan gagal jantung. Kejadian luar biasa ini dapat terjadi terutama
pada golongan umur rentan yaitu bayi dan anak. Tapi akhir-akhir ini berkat
difteri
wib
V. Metode Penyuluhan
a. Definisi
Difteri adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium
Diphteriae.Infeksi
biasanya terdapat pada faring, laring, hidung dan kadang pada
lokal dan sistemik, efek sistemik terutama karena eksotoksin yang dikeluarkan
DPT(di Indonesia pada tahun 1974), maka kasus dan kematian akibat difteria
dan orang dewasa. Di Amerika Serikat selama tahun 1980-1996 terdapat 71%
kasus yang menyerang usia kurang dari 14 tahun. Pada tahun 1994 terdapat
lebih dari 39.000 kasus difteria dengan kematian 1100 kasus (CFR= 2,82%),
Selatan, pada tahun 1993-1994 terjadi ledakan kasus sebedsar 200 kasus, yang
50%-nya adalah anak berusia 15 tahun atau lebih. Dari tahun 1980 sampai
Surveillance System. Sebagian besar kasus (77%) menyerang usia 15 tahun dan
lebih ,empat dari lima kasus fatal terjadi di kalangan anak-anak yang tidak
divaksinasi, kasus fatal yang kelima adalah seorang laki-laki, dalam 75 tahun
kembali ke Amerika Serikat dari negara dengan penyakit endemic. Difteri tetap
Karibia dan Amerika Latin, Eropa Timur, Asia Tenggara, dan Afrika. Dari
wabah ini mayoritas kasus telah terjadi di kalangan remaja dan orang dewasa,
bukan anak-anak. Karena, banyak dari remaja dan orang dewasa belum
Selama tahun 1991-1996, dari 473 pasien difteria, terdapat 45% usia balita,
27% usia kurang dari 1 tahun, 24% usia 5-9 tahun, dan 4% usia diatas 10 tahun.
Berdasarkan suatu KLB difteria di kota Semarang pada tahun 2003, dilaporakan
bahwa dari 33 pasien sebanyak 46% berusia 15-44 tahun serta 30% berusia 5-
tahun 2007 (12 kasus) dan terendah pada tahun 2003 (2 kasus), meskipun
demikian Sumatera Selatan merupakan provinsi terbesar kedua untuk kasus
di era prevaccine, penyakit ini adalah salah satu penyebab paling umum dari
c. Etiologi
dikenal juga dengan sebagai basil Klebs-Löffler, karena ditemukan pada tahun
1884 oleh bakteriolog Jerman, Edwin Klebs (1834-1912) dan Friedrich Löffler
(1852-1915). Ada tiga strain C. diphtheriae yang berbeda yang dibedakan oleh
morfologi koloni dan sifat-sifat biokimia. Perbedaan virulensi dari tiga strain
Strain gravis memiliki waktu generasi (in vitro) 60 menit; strain intermedius
memiliki waktu generasi sekitar 100 menit, dan mitis memiliki waktu generasi
sekitar 180 menit. Dalam tenggorokan (in vivo), tingkat pertumbuhan yang
lebih cepat memungkinkan organisme untuk menguras pasokan besi lokal lebih
d. Manifestasi Klinis
Biasanya pembagian dibuat menurut tempat atau lokalisasi jaringan
3. Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala
Masa inkubasi difteri adalah 2-5 hari (berkisar, 1-10 hari). Penyakit ini
tergantung pada lokasi anatomi yang dikenai. Beberapa tipe difteri berdasarkan
1. Difteri hidung
pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan. Infeksi nares anterior
(lebih sering pada bayi) menyebabkan rhinitis erosif, purulen, serosanguinis
dengan pembentukan membrane. Ulserasi dangkal nares luar dan bibir sebelah
dalam adalah khas. Pada pemeriksaan tampak membrane putih pada daerah
septum nasi. Absorbsi toksin sangat lambat dan gejala sistemik yang timbul
pseudomembran sedangkan diagnosis dapat dibuat atas dasar hasil biakan yang
positif. Dapat sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada penderita. Pada
penyakit yang lebih berat, mulainya seperti radang akut tenggorok dengan suhu
yang tidak terlalu tinggi, dapat ditemukan pada pseudomembran yang mula-
mula hanya berupa bercak putih keabu-abuan yang cepat meluas ke nasofaring
atau ke laring. Dapat ditemukan pula napas berbau dan timbul pembengkakan
kelenjar regional sehingga leher tampak seperti leher sapi (bull neck).
posterior faring atau menutupi seluruh permukaan tonsil baik satu maupun
Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stidor insprasi
walaupun belum terjadi sumbatan faring. Hal ini disebabakan oleh paresis
palatum mole. Pada pemeriksaan darah dapat terjadi penurunan kadar
ringan. Pada difteri jenis ini juga akan tampak membran berwarna putih keabu
abuan kotor di daerah rongga mulut sampai dengan dinding belakang mulut
(faring).
4. Difteri laring
demam sangat tinggi sampai 40 derajat celsius, sangat lemah, kulit tampak
paling berat karena bisa mengancam nyawa penderita akibat gagal nafas. Lebih
sering sebagai penjalaran difteria faring dan tonsil ( 3 kali lebih banyak )
daripada primer mengenai laring. Gejala gangguan napas berupa suara serak
dan stidor inspirasi jelas dan berat dapat timbul sesak napas hebat, sinosis dan
akan menyebabkan bull neck ( leher sapi ). Pada pemeriksaan laring tampak
pseudomembran.
nyeri, pada difteri, luka yang terjadi cenderung tidak terasa apa apa.
e. Cara penularan
dengan penderita pada masa inkubasi atau kontak dengan carier. Caranya
melalui pernafasan atau droplet infection. Masa inkubasi penyakit difteri ini 2 –
masa penularan carier bisa sampai 6 bulan. Penyakit difteri yang diserang
Orang yang telah terinfeksi difteri dan belum diobati dapat menulari
orang lain yang nonimmunized selama enam minggu, bahlan jika mereka belum
f. Pencegahan
1. Isolasi Penderita
Corynebacterium Diphtheriae
2.Imunisasi
Imunisasi adalah cara terbaik untuk mencegah difteri. Vaksin difteri
umumnya dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan pertusis. Ada empat jenis
kombinasi vaksin difteri, tetanus dan pertusis : DTaP, Tdap, DT, dan Td. DT
tidak mengandung pertusis, dan digunakan sebagai pengganti DTaP untuk anak-
anak yang tidak dapat mentoleransi vaksin pertusis. Td adalah vaksin tetanus-
difteri yang diberikan kepada remaja dan orang dewasa sebagai booster setiap
10 tahun, atau bila terpapar tetanus dalam kondisi tertentu. Tdap mirip dengan
diberikan antara 15-18 bulan, dan dosis kelima pada usia 4-6 tahun. Karena
booster dianjurkan.
heart block, dan aritmia ventricular bisa terjadi dan biasa diasosiasi dengan
yang mengenai saraf cranial dan perifer. Kesan toksin biasanya bermula pada
beberapa minggu
pasien makin cepat pula timbul komplikasi ini. Selain itu bisa timbul gejala