Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR TULANG

A. DEFINISI
Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara
cepat dan pertumbuhannya tidak terkendali. Istilah tumor sering digunakan
sebagai pengganti istilah neoplasma, walaupun sebenarnya kurang tepat,
karena tumor hanya berarti benjolan. Tumor dapat berasal dari dalam tulang,
jaringan, atau sel kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau dari
unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang (Brunner and
Suddart, 2010).
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskletal yang
bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan,
sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma
(Arif Muttaqin, 2011).

B. KLASIFIKASI TUMOR TULANG


Klasifikasi tumor tulang antara lain (Arif Muttaqin, 2011):
1. Tumor tulang benigna, terdiri dari:
a. Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang relatif jarang
terjadi, biasanya timbul pada tulang membranosa tengkorak.
b. Kondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada
lengan, kadang-kaang terdapat pada tulang datar seperti tulang
ilium.
c. Osteokondroma, bukan neoplasma sejati dan berasal dari sel-sel
yang tertinggal pada permukaan tulang.
2. Tumor tulang maligna, terdiri dari:
a. Tumor tulang maligna primer:
1) Osteosarkoma, berasal dari osteoblas pada metafisis tulang.
Karena itu, tumor terlihat pada daerah pertumbuhan yang aktif,
terutama di bagian distal femur bagian proksimal tibia dan
humerus.
2) Sarkoma Ewings, adalah tumor ganas yang timbul dalam sum-
sum tulang, pada tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula,
humerus, ulna, vertebra, dan skapula.
3) Mieloma multipel, secara patologi, terdapat fokus destruksi
tulang yang multipel.
4) Fibrosarkoma adalah tumor yang biasanya menuju arah ujung
orpus tulang panjang, terutama tulang femur dan tibia.
5) Kondrosarkoma timbul ari ujung tulang panjang yang besar
atau dari tulang pipih, seperti pelvis an skapula.
b. Tumor tulang maligna sekunder, yaitu berasal dari metastase tumor
(misalnya, tumor payudara, bronkus, prostat, dan ginjal).
3. Kangker tulang metastatik
Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari
tumor tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh
mana saja bisa menginflasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang
lokal, dengan gejala yang mirip dengan yang terjadi pada tumor tulang
primer.

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-
Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti
penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Arif Muttaqin, 2011).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa
factor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab
terjadinya tumor tulang yang meliputi:
1. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,
misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari
data penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat
menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah
diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen
RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam
terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah
gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu
protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan
menginaktivitas gen tersebut.
2. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang
mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya
sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.
Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat
pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang
ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous
histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak
waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11
tahun.
3. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan
terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat
menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga
dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat
menyebabkan angiosarkoma hepatik.
4. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks
lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat
dibuktikan.
5. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi
pasca-mastektomi.
6. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat
obstruksi, filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.
D. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh
sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau
proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum
tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan
tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan
fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus,
radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel
tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh
karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan
dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor
ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh
menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti
kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena.
Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian
alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan
pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan
sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat
tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk
RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase
istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresifitas penyakit).
2. Akibat riwayat trauma atau caidera yang berkaitan dengan olahraga yang
tidak berhubungan.
3. Peningkatan kadar fosfate alkalis serum.
4. Keterbatasan gerak.
5. Kehilangan berat badan.
6. Peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang.
8. Malaise.
9. Demam

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan kadar alkali
fosfatase serum meningkat (pada sarkom).
b. Tes darah rutin
Tes darah rutin disarankan. Jika ada penderitaan dari sumsum tulang
karena penyebaran kanker mungkin ada anemia, rendah sel darah
putih atau hitungan trombosit.
c. Tes darah biokimia
Darah biokimia tes mungkin menunjukkan peningkatan enzim yang
disebut basa phosphatise pada pasien dengan osteosarkoma
2. Radiologi
a. Sinar x tulang
Pemeriksaan Ini adalah yang paling umum dan paling efektif
biaya penyelidikan diberitahukan bila kondisi tulang yang dicurigai.
Pasien yang menyajikan ke dokter dengan fraktur mungkin memiliki
kanker tulang yang mendasari yang dapat diduga pada x ray. Jika
sinar x sugestif dari kanker tulang pasien disebut spesialis untuk lebih
lanjut evaluasi dan manajemen.
b. MRI scan
MRI scan adalah studi pencitraan lain yang menggunakan
medan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk melihat tulang
dan organ tubuh. Ini mungkin disarankan untuk mendeteksi ukuran
dan penyebaran setiap kanker tumor dalam tulang.
c. CT scan
CT scan juga melibatkan mengambil serangkaian sinar-X yang
melihat ukuran dan tingkat penyebaran kanker. CT scan dada dapat
mengungkapkan penyebaran kanker tulang ke paru-paru.
3. Biopsi
Ini adalah metode yang paling pasti untuk mendeteksi kanker
tulang. Biopsi melibatkan mengambil sampel kecil dari daerah yang
terkena dampak dari tulang dan menodai dengan pewarna cocok pada
slide dan memeriksa sel sampel di bawah mikroskop di laboratorium.
Biopsi digunakan untuk mendeteksi jenis kanker, tahap atau kelas
kanker dan bagaimana agresif kanker adalah. Hal ini membantu dalam
perencanaan manajemen kanker dan juga membantu dalam meramalkan
hasil dari kanker.
Biopsi dari tulang dapat diambil oleh salah satu dari dua metode -
inti biopsi jarum atau biopsi terbuka. Biopsi jarum inti dilakukan setelah
menerapkan lokal atau umum anestesi. Tipis jarum dimasukkan ke dalam
tulang dan sampel jaringan akan dihapus.
Biopsi terbuka biasanya dilakukan di bawah anestesi umum.
Dokter bedah membuat sayatan atas tulang yang terpengaruh kanker dan
menghapus bagian yang lebih besar dari tulang untuk analisis.

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan medis adalah menghancurkan atau mengangkat
jaringan ganas dengan metode seefektif mungkin.
1. Eksisi luas, tujuan adalah untuk mendapatkan batas-batas tumor secara
histologis tetapi mempertahankan struktur - struktur neurovaskular yang
utama.
2. Amputasi, tindakan pengangkatan tumor kanker biasanya dengan
mengamputasi. Indikasi amputasi primer adalah lesi yang terjadi secara
lambat yang melibatkan jaringan neurovaskular, menyebabkan fraktur
patologis (terutama fraktur proksimal), biopsi insisi yang tidak tepat atau
mengalami infeksi, atau terkenanya otot dalam area yang luas.
3. Reseksi enblock, teknik ini memperlukan eksisi luas dari jaringan normal
dan jaringan disekitarnya, pengangkatan seluruh serabut otot mulai dari
origo sampai insersinya dan reseksi tulang yang terkena termasuk
struktur pembuluh darah.
4. Prosedur tikhofflinberg, teknik pembedahan ini digunakan pada lesi
humerus bagian proksimal dan meliputi reaksi enblock skapula, bagian
humerus dan skapula.
5. Analgesik dan narkotik.
6. Kemoterapi mengurangi masa tumor kanker dengan alkilatin yang
kombinasikan yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pembedahan
dengan tujuan untuk membasmi lesi mikrometastatik.

H. KOMPLIKASI
1. Infeksi
2. Hemoragi
3. Rekurens lokal
4. Fraktur patologis

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik)
2. Hambatan mobilitas fisik Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (luka
terbuka)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder
terhadap trauma (insisi pembedahan)
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan NOC NIC


Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan agen injuri (fisik) a. Pain Level, Pain Management
b. pain control, a. Kaji pengalaman nyeri
c. comfort level pasien sebelumnya, gali
Setelah dilakukan
pengalaman pasien
tinfakan keperawatan
selama …. Pasien tidak tentang nyeri dan
mengalami nyeri, tindakan apa yang
dengan kriteria hasil: dilakukan pasien
a. Mampu mengontrol
nyeri (tahu b. Kaji intensitas,
penyebab nyeri, karakteristik, onset,
mampu durasi nyeri.
menggunakan
c. Kaji ketidaknyamanan,
tehnik
nonfarmakologi pengaruh terhadap
untuk mengurangi kualitas istirahat, tidur,
nyeri, mencari
ADL.
bantuan)
b. Melaporkan bahwa d. Kaji penyebab dari nyeri
nyeri berkurang e. Monitoring respon
dengan verbal/non verbal
menggunakan
manajemen nyeri f. Atur posisi yang
c. Mampu mengenali senyaman mungkin,
nyeri (skala, lingkungan nyaman
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa Pain control:
nyaman setelah Ajarkan teknik relaksasi
nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam
rentang normal Management terapi:
f. Tidak mengalami Kelola pemberian analgetik.
gangguan tidur

Hambatan mobilitas fisik NOC: NIC:


berhubungan dengan Setelah dilakukan Terapi Exercise :
Kerusakan Asuhan keperawatan, Pergerakan sendi

muskuloskeletal dan dapat teridentifikasi a. Pastikan keterbatasan


neuromuskuler Mobility level gerak sendi yang dialami
Joint movement: aktif. b. Kolaborasi dengan
Selfcare: ADLs fisioterapi
Dengan criteria hasil: c. Pastikan motivasi klien
a. Aktivitas fisik untuk mempertahankan
meningkat pergerakan sendi
b. ROM normal d. Pastikan klien untuk
c. Melaporkan mempertahankan
perasaan pergerakan sendi
peningkatan e. Pastikan klien bebas
kekuatan dari nyeri sebelum
kemampuan dalam diberikan latihan
bergerak f. Anjurkan ROM Exercise
d. Klien bisa aktif: jadual; keteraturan,
melakukan aktivitas Latih ROM pasif.
e. Kebersihan diri klien
terpenuhi walaupun
dibantu oleh perawat
atau keluarga Exercise promotion
a. Bantu
identifikasi program
latihan yang sesuai
b. Diskusikan dan
instruksikan pada klien
mengenai latihan yang
tepat

Exercise terapi ambulasi


a. Anjurkan dan Bantu klien
duduk di tempat tidur
sesuai toleransi
b. Atur posisi setiap 2 jam
atau sesuai toleransi
c. Fasilitasi penggunaan
alat Bantu
Selfcare assistance:
Bathing/hygiene, dressing,
feeding and toileting.
a. Dorong keluarga untuk
berpartisipasi untuk
kegiatan mandi dan
kebersihan diri,
berpakaian, makan dan
toileting klien
b. Berikan bantuan
kebutuhan sehari – hari
sampai klien dapat
merawat secara mandiri
c. Monitor kebersihan kuku,
kulit, berpakaian, dietnya
dan pola eliminasinya.
d. Monitor kemampuan
perawatan diri klien
dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
e. Dorong klien melakukan
aktivitas normal
keseharian sesuai
kemampuan
f. Promosi aktivitas sesuai
usia.

Kerusakan integritas NOC : NIC :


kulit berhubungan a. Tissue Integrity : Pressure Management
Skin and Mucous a. Anjurkan pasien untuk
dengan faktor mekanik
Membranes menggunakan pakaian
(luka terbuka) b. Membranes yang longgar
c. Hemodyalisis akses b. Hindari kerutan pada
Setelah dilakukan tempat tidur
tindakan keperawatan c. Jaga kebersihan kulit
selama….. kerusakan agar tetap bersih dan
integritas kulit pasien kering
teratasi dengan kriteria d. Mobilisasi pasien (ubah
hasil: posisi pasien) setiap dua
a. Integritas kulit yang jam sekali
baik bisa e. Monitor kulit akan
dipertahankan adanya kemerahan
(sensasi, elastisitas, f. Oleskan lotion atau
temperatur, minyak/baby oil pada
hidrasi, pigmentasi) derah yang tertekan
b. Tidak ada luka/lesi g. Monitor aktivitas dan
pada kulit mobilisasi pasien
c. Perfusi jaringan h. Monitor status nutrisi
baik pasien
d. Menunjukkan i. Memandikan pasien
pemahaman dalam dengan sabun dan air
proses perbaikan hangat
kulit dan mencegah j. Kaji lingkungan dan
terjadinya sedera peralatan yang
berulang menyebabkan tekanan
e. Mampu melindungi k. Observasi luka : lokasi,
kulit dan dimensi, kedalaman luka,
mempertahankan karakteristik,warna
kelembaban kulit cairan, granulasi,
dan perawatan jaringan nekrotik, tanda-
alami tanda infeksi lokal,
f. Menunjukkan formasi traktus
terjadinya proses l. Ajarkan pada keluarga
penyembuhan luka tentang luka dan
perawatan luka
m. Kolaburasi ahli gizi
pemberian diae TKTP,
vitamin
n. Cegah kontaminasi feses
dan urin
o. Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
p. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka

Resiko infeksi NOC : NIC :

berhubungan dengan a. Immune Status Infection Control (Kontrol


masuknya organisme b. Risk control infeksi)
sekunder terhadap a. Bersihkan lingkungan
trauma (insisi Kriteria Hasil : setelah dipakai pasien
pembedahan) a. Klien bebas dari lain
tanda dan gejala b. Pertahankan teknik
infeksi isolasi
b. Menunjukkan c. Batasi pengunjung bila
kemampuan untuk perlu
mencegah timbulnya d. Instruksikan pada
infeksi pengunjung untuk
c. Jumlah leukosit mencuci tangan saat
dalam batas normal berkunjung dan setelah
d. Menunjukkan berkunjung
perilaku hidup sehat meninggalkan pasien
e. Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
f. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
g. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
h. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat.
i. Dressing luka
j. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
k. Tingktkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik
bila perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8.


Jakarta: EGC.
Herdman, H.T & Kamitsuru S. (2015). Diagnosis Keperawatan : definisi dan
klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Terjemahan oleh: Budi Anna Keliat. Jakarta:
EGC
Muttaqin, Arif. (2011). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal: Aplikasi Pada
Praktek Klinik Keperawatan: penerbit Buku Kedokteran. EGC
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asukan Keperawatan Dasar
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Suratun, et al. (2010). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai