Diajukan oleh:
Pembimbing
2018
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. S
Usia : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Laweyan, Surakarta
Pekerjaan : Pegawai swasta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 2 Januari 2018
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Batuk
2
C. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Diabetes mellitus : Disangkal
Riwayat TBC : Disangkal
Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat batuk lama : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat opname : Diakui
Riwayat operasi : Disangkal
D. Riwayat Pribadi
Riwayat merokok : Disangkal
Minum-minuman beralkohol : Disangkal
Minum jamu : Disangkal
E. Riwayat Keluarga
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Diabetes mellitus : Disangkal
Riwayat TBC : Disangkal
Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat batuk lama : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat menderita kanker : Disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Cukup, tampak lemah
B. Vital signs
Tekanan darah : 100/60 mmHg
3
Nadi : 88 x/menit
Respirasi rate : 36x x/menit
Suhu : 36.3°C
C. Pemeriksaan fisik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
nafas cuping hidung (-)
Kaku kuduk (-)
Leher : Retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), peningkatan
JVP (-), pembesaran kelenjar linfe (-)
Thorax : Paru-paru
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada benjolan, tidak
ditemukan ketinggalan gerak, tidak
ditemukan retraksi intercostae,
inspirasi>ekspirasi
Palpasi :
Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus raba
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
Perkusi
4
Depan Belakang
S S S S
S S S S
S S S S
Auskultasi
Depan Belakang
SDV SDV SDV SDV
SDV SDV SDV SDV
SDV SDV SDV SDV
Fremitus Vokal
N N N N
N N N N
N N N N
Suara tambahan : wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung : Bunyi jantung I-II murni reguler, bising
jantung tidak ditemukan.
Abdomen : Peristaltik usus normal, perkusi : timpani
Tidak ada nyeri tekan pada seluruh regio abdomen
Hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat pada ke empat extremitas
Clubbing finger tidak ditemukan, edema tidak
ditemukan.
Urogenital : BAK : dalam batas normal
BAB : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
5
3. GDS
D. Diagnosis fisik
Keadaan Umum : Cukup, tampak lemah
Vital signs
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi rate : 36x x/menit
Suhu : 36.3°C
Pemeriksaan thorax, abdomen, ekstremitas, dan genitalia dalam batas
normal.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah Lengkap dan Kimia Darah
6
Trombosit 439 150 – 300 mm3
Eritrosit 4.22 4,50 – 5,50 10^6/uL
MCV 89.3 82 – 92 fL
MCH 27.7 27 – 31 Pg
MCHC 31.1 32-37 g/dL
Limfosit 22.8 25,0– 40,0 %
GDS 91.15 70 – 150 mg/dL
SGOT 234.4 0-46 U/I
SGPT 120.8 0-42 U/I
Creatinin 0.07 0,5-0,9 mg/dL
Ureum 22.7 10-50 mg/dL
HbsAg NR NR
7
VI. ASSESMENT/DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
TB Milier
Peningkatan enzim transaminase ec hepatitis akut
VII. PLANNING
a) Diagnosis
Rontgen Thorax PA
TCM
PITC
Kultur + resistensi obat
USG abdomen
b) Terapi
Bed rest
Inf. RL : D5 20 tpm
Inf. Aminofusin hepar 1 fl/ 24 jam
Inf. Levofloxacin 750 mg/ 24 jam
Inj. Omeprazole 40 mg/ 8 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam
Inj. Ondancetron 4 mg/ 12 jam
Liparin 3x 1 tab
Curcuma 3x 1 tab
Tunda OAT
c) Monitoring
Rontgen thorax PA bulan ke 2, ke 5, dan 6 pengobatan
TCM
SGOT, SGPT
Berat Badan
VIII. LEMBAR FOLLOW UP
8
9
ANALISIS KASUS
1. Darah
1. Pasien mengalami batuk TD: 110/60, N; 88 x/menit
lengkap
2. Batuk disertai dahak RR:24 x/menit, S: 36,30C
2. Fungsi hati
putih, terkadang kuning K/L : CA (-/-) SI (-/-) PKGB
3. Fungsi
kehijauan tanpa darah (-/-)
ginjal
3. Mual dan perut terasa Dev. Trakea (-)
4. GDS
sebah Thorak :
4. Berat badan menurun Cor : BJ I/II reguler, bising (-)
5. Pasien pernah mondok 2 Pulmo:
mimggu SMRS dan Inspeksi : ketinggalan gerak (-
mendapat OAT ), normochest
Palpasi :vocal fremitus
dextra=sinistra
Perkusi : sonor
Auskultasi :
vesikuler/vesikuler, Rho
(-/-), Whe (-/-)
Abdomen : dalam batas
normal
Ekstremitas : dalam batas
normal
1. Rontgen Thorax
2. CT-Scan
3. Sitologi Sputum
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
2. EPIDEMIOLOGI
3. ETIOLOGI
11
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-
0,6/um.
Terdapat beberapa faktor predisposisi sesorang mengalami TB milier
seperi, infeksi pada waktu kecil, malnutrisi, HIV/AIDS, mengkonsumsi
alkohol, diabetes militus, penyakit ginjal kronik, dialisis, post gatrectomy,
transplantasi organ, kehamian, post partum, dan keganasan, penggunaan obat-
obat imunosupresi.
4. PATOFISIOLOGI
a. Tuberkulosis primer
Paru merupakan port d´entree lebih dari 98% kasus infeksi TB,
penularan Tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei, dalam udara sekitar kita.
Partikel infeksi ini dapat menetap di dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan
berhari-hari samapai berbulan bulan.
Bila partikel infeksi ini terhirup oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel < 5 mikromter. Sebagian kasus, kuman TB
12
dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik,
sehingga tidak terjadi respons imunologis spesifik, sedangkan sebagian
kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Individu yang tidak
dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit
kuman TB yang sebagian besar di hancurkan, kebanyakan partikel ini akan
mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabanfan
trakeobronkial bersama dengan gerakan silia dengan sekretnya. Disini ia
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang
Tuberkulosis pnemonia kecil yang disebut sarang primer atau afek primer
atau sarang ( fokus ) gohn. Penyebaran selanjutnya, kuman TB dari fokus
primer Ghon menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe
regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi
fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena.
Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis di namakan
kompleks primer (Ranke), semua proses ini memerlukan waktu 3-8
minggu. Kompleks primer dapat menjadi.
1. Sembuh tidak ada cacat.
2. Sembuh dengan sedikit bekas ( garis fibrotik, sarang perkapuran di
hillus, sarang ghon)
3. Menyebar : perkontinuatum ( sekitarnya ), bronkogen ( penyebaran
kebagian paru lain atauun sebelahnya ), hematogen atau limfogen (
dapat menyebar hingga tulang, ginjal, genitalia, tuberkulosis milier dan
meningitis )
b. Tuberkulosis pasca primer
Tuberkulosis post primer akan mencul bertahun-tahun kemudian
setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis paska primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya
terletak di segemen apikal lobus superior maupun lous inferior. Sarang
dini ini awalnya merupakan sarang pneumonia kecil.
13
Pada TB milier penyebaran hematogennya adalah penyebaran
hematogenik generalisata akut (acute generalized hematogenic spread)
dengan jumlah kuman yang besar dari fokus infeksinya yaitu di paru
ataupun ekstraparu. Kuman ini akan menyebar ke seluruh tubuh, dalam
perjalanannya di dalam pembuluh darah akan tersangkut di ujung kapiler,
dan membentuk tuberkel di tempat tersebut. Tempat yang paling sering
adalah hati, limpa, bone marrow, paru dan meningen karena organ organ
tersebut memiliki banyak sel fagosit di dalam dinding sinosoidya.
Istilah milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang
menyerupai butir padi-padian (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi
ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm , sedangkan secara histologik
merupakan granuloma. Tuberkulosis diseminata ini timbul dalam waktu 2-
6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada
jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya
penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya
sistem imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB.
14
Lisis makrofag
Penyebaran Limfohematogen
Tersangkut di ujung
kapiler
Saluran limfe (limfangitis)* kelenjar limfe (limfadenitis)*
Tuberkel
(miliar)
Tuberkel (miliar)
Masa inkubasi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
--
15
Uji tuberkulin positif
*fokus primer Ghon + limfangitis + limfadenitis = kompleks primer Ranke
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga
terbentuk kompleks primer Ranke disebut masa inkubasi (2-12
minggu).
Pada saat terbentuknya kompleks primer, berarti telah terjadi
infeksi TB primer.
5. MANIFESTASI KLINIS
16
Gambar 2. Manifestasi klinik TB milier1
17
papula nekrotik, eritema. Tuberkel koroid di temukan pada pasien, dan jika di
temukan dini dapat menjadi tanda yang sangat spesifik dan sangat membantu
diagnosis TB milier, sehingga pada TB milier perlu di lakukan funduskopi
untuk menemukan tuberkel koroid. Tuberkel koroid biasnya bersifat bilateral,
pucat, lesinya berwarna abu atau kuning yang berukuran kurang dari
seperempat optic disc dan teletak 2 cm dari optic disc. TB meningitis juga
sering ditemukan pada 10-30% orang dengan Tuberkulosis milier. Sebaliknya
sepertiga dari pasien dengan meningitis TB memiliki penyakit yang
mendasarinya yaitu TB milier, dalam penelitian juga ditemukan bahwa
keterlibatan neorologis pada pasien dengan TB milier yaitu meningitis atau
meningoensfalitis TB dengan atau tanpa tuberkuloma.
6. DIAGNOSIS
18
Pemeriksaan Radiologis
19
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru.
Gambar 3. Tanda patognomonik TB milier, (a) gambar foto thorax pa, (b)
CT scan thorax, (c) tuberkuloma dan meningitis TB, (d) tuberkuloma koroid
7. TATALAKSANA
Pengobatan TB milier :
1. Rawat inap
2. Panduan obat 2 RHZE / 4 RHPada keadaan khusus ( sakit berat ),
tergantung keadaan klinis, radiologi dan evaluasi pengobatan, maka
20
pengobatan lanjutan dapat diperpanjang. Pengobatan fase lanjutan, bila
diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan, dengan paduan 2RHZE / 7
RH, danalternatif 2RHZE/ 7R3H3. Pada TB meningitis maka
ethambutol diganti streptomisin. Selain itu pada TB siste saraf pusat
biasanya diberi 2 RHZS dan 10 RH.
3. Pemberian kortikosteroid tidak rutin hanya di berikan pada keadaan :
- Tanda/ gejala meningitis
- Sesak napas
- Tanda/ gejala toksik
- Demam tinggi
21
Evaluasi klinik
- Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap bulan.
- Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya penyakit komplikasi.
- Evaluasi yang terpenting adalah evaluasi klinis, yaitu menghilang
atau membaiknya kelainan klinis yang sebelumnya ada pada awal
pengobatan, misalnya penambahan berat badan yang bermakna,
hilangnya demam, hilangnya batuk, perbaikan nafsu makan, dan
lain-lain.
Evaluasi radiologi (0 - 2 – 6/9 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan
- Pada akhir pengobatan
- Evaluasi radiologis pada pasien TB milier perlu diulang setelah 1
bulan untuk evaluasi hasil pengobatan. Gambaran milier pada foto
toraks biasanya menghilang dalam 1 bulan, kadang-kadang berangsur
menghilang dalam 5-10 minggu, tetapi mungkin saja belum ada
perbaikan hingga beberapa bulan
Evaluasi bakteriologi (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)
Evaluasi bakteriologik · Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya
konversi dahak
Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
- Sebelum pengobatan dimulai
- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Pada akhir pengobatan
· Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi
22
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini pasien terdiagnosa secara klinis dan penunjang (radiologi
dan TCM) dengan tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Kuman ini berbentuk batang, tahan asam dalam pewarnaan, disebut sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman ini mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat
bertahan hidup ditempat gelap dan lembab. Cara penularannya melalui droplet
(percikan dahak). Kuman dapat menyebar langsung ke jaringan sekitar, pembuluh
limfe, dan pembuluh darah. Dari gambaran foto thorax PA pasien pun tampak
gambar :
23
Terdapat bercak infiltrat di kedua lapang paru
Hilus menebal
24
DAFTAR PUSTAKA
25