Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 33 TAHUN DENGAN TB MILIAR

Diajukan oleh:

Afdelina Rizky Amalia. S.Ked J510 165 025


Ferdy Arif Fadhilah, S,Ked J510 165 008
Devi Van Mulyadi J510 165 045
Fitka Romanda, S,Ked J510 165 093
Septa Kristiyan Triani, S,Ked J510 165 009
Karina Aisyah Setiawati, S,Ked J510 145 054
Zulfikar Adi Gumawang, S,Ked J510 165 102

Pembimbing

dr. Riana Sari, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN PARU

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


SURAKARTA

2018

1
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. S
Usia : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Laweyan, Surakarta
Pekerjaan : Pegawai swasta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 2 Januari 2018

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Batuk

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh batuk sejak 2 minggu SMRS, batuk disertai
dahak berwarna putih jernih, darah (-), demam (+) naik turun dan
dibawa ke RSU selanjutnya pasien didiagnosis dengan demam thypoid,
saat pulang pasien diberikan OAT dan mendapatkan suntikan
streptomycin sebanyak 4 kali.
1 hari SMRS pasien merasakan batuknya semakin bertambah,
darah (-), dahak (+) putih dan pernah beberapa kali berwarna kuning
kehijauan, dahak masih dapat dikeluarkan, sesak (-), mual (+), muntah
(-), perut terasa sebah (+), pilek (+), keringat dingin pada malam hari
(+), berat badan turun dalam 1 bulan terakhir ± 6 kg, lemas (+)

2
C. Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat Hipertensi : Disangkal
 Riwayat Diabetes mellitus : Disangkal
 Riwayat TBC : Disangkal
 Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
 Riwayat asma : Disangkal
 Riwayat batuk lama : Disangkal
 Riwayat alergi : Disangkal
 Riwayat opname : Diakui
 Riwayat operasi : Disangkal

D. Riwayat Pribadi
 Riwayat merokok : Disangkal
 Minum-minuman beralkohol : Disangkal
 Minum jamu : Disangkal

E. Riwayat Keluarga
 Riwayat Hipertensi : Disangkal
 Riwayat Diabetes mellitus : Disangkal
 Riwayat TBC : Disangkal
 Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
 Riwayat alergi : Disangkal
 Riwayat asma : Disangkal
 Riwayat batuk lama : Disangkal
 Riwayat alergi : Disangkal
 Riwayat menderita kanker : Disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Cukup, tampak lemah
B. Vital signs
Tekanan darah : 100/60 mmHg

3
Nadi : 88 x/menit
Respirasi rate : 36x x/menit
Suhu : 36.3°C

C. Pemeriksaan fisik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
nafas cuping hidung (-)
Kaku kuduk (-)
Leher : Retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), peningkatan
JVP (-), pembesaran kelenjar linfe (-)
Thorax : Paru-paru
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada benjolan, tidak
ditemukan ketinggalan gerak, tidak
ditemukan retraksi intercostae,
inspirasi>ekspirasi
Palpasi :
 Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -

 Fremitus raba
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N

Perkusi

4
Depan Belakang
S S S S
S S S S
S S S S

Auskultasi
Depan Belakang
SDV SDV SDV SDV
SDV SDV SDV SDV
SDV SDV SDV SDV
Fremitus Vokal
N N N N
N N N N
N N N N
Suara tambahan : wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung : Bunyi jantung I-II murni reguler, bising
jantung tidak ditemukan.
Abdomen : Peristaltik usus normal, perkusi : timpani
Tidak ada nyeri tekan pada seluruh regio abdomen
Hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat pada ke empat extremitas
Clubbing finger tidak ditemukan, edema tidak
ditemukan.
Urogenital : BAK : dalam batas normal
BAB : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium darah lengkap dan kimia darah
2. Foto Rontgen Thorak

5
3. GDS

V. RESUME/DAFTAR MASALAH (yang ditemukan positif)


A. Anamnesis
Pasien mengeluh batuk sejak 2 minggu SMRS, demam (+) naik
turun dan dibawa ke RSU selanjutnya pasien didiagnosis dengan demam
thypoid, saat pulang pasien diberikan OAT dan mendapatkan suntikan
streptomycin sebanyak 4 kali. 1 hari SMRS pasien merasakan batuknya
semakin bertambah, dahak (+) putih dan pernah beberapa kali berwarna
kuning kehijauan, mual (+), perut terasa sebah (+), pilek (+), keringat
dingin pada malam hari (+), berat badan turun dalam 1 bulan terakhir ± 6
kg, lemas (+).

D. Diagnosis fisik
Keadaan Umum : Cukup, tampak lemah
Vital signs
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi rate : 36x x/menit
Suhu : 36.3°C
Pemeriksaan thorax, abdomen, ekstremitas, dan genitalia dalam batas
normal.

B. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah Lengkap dan Kimia Darah

Darah Rutin Nilai Nilai normal Satuan


Hb 11.7 12.00 – 16.00 g/dL
Ht 37.6 37 – 47 Vol%
Leukosit 8.5 5,0 – 10,0 10^3/uL

6
Trombosit 439 150 – 300 mm3
Eritrosit 4.22 4,50 – 5,50 10^6/uL
MCV 89.3 82 – 92 fL
MCH 27.7 27 – 31 Pg
MCHC 31.1 32-37 g/dL
Limfosit 22.8 25,0– 40,0 %
GDS 91.15 70 – 150 mg/dL
SGOT 234.4 0-46 U/I
SGPT 120.8 0-42 U/I
Creatinin 0.07 0,5-0,9 mg/dL
Ureum 22.7 10-50 mg/dL
HbsAg NR NR

2. Foto Rontgen Thorak

7
VI. ASSESMENT/DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
 TB Milier
 Peningkatan enzim transaminase ec hepatitis akut

VII. PLANNING
a) Diagnosis
 Rontgen Thorax PA
 TCM
 PITC
 Kultur + resistensi obat
 USG abdomen
b) Terapi
 Bed rest
 Inf. RL : D5 20 tpm
 Inf. Aminofusin hepar 1 fl/ 24 jam
 Inf. Levofloxacin 750 mg/ 24 jam
 Inj. Omeprazole 40 mg/ 8 jam
 Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam
 Inj. Ondancetron 4 mg/ 12 jam
 Liparin 3x 1 tab
 Curcuma 3x 1 tab
 Tunda OAT
c) Monitoring
 Rontgen thorax PA bulan ke 2, ke 5, dan 6 pengobatan
 TCM
 SGOT, SGPT
 Berat Badan
VIII. LEMBAR FOLLOW UP

8
9
ANALISIS KASUS

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LAB

1. Darah
1. Pasien mengalami batuk TD: 110/60, N; 88 x/menit
lengkap
2. Batuk disertai dahak RR:24 x/menit, S: 36,30C
2. Fungsi hati
putih, terkadang kuning K/L : CA (-/-) SI (-/-) PKGB
3. Fungsi
kehijauan tanpa darah (-/-)
ginjal
3. Mual dan perut terasa Dev. Trakea (-)
4. GDS
sebah Thorak :
4. Berat badan menurun Cor : BJ I/II reguler, bising (-)
5. Pasien pernah mondok 2 Pulmo:
mimggu SMRS dan Inspeksi : ketinggalan gerak (-
mendapat OAT ), normochest
Palpasi :vocal fremitus
dextra=sinistra
Perkusi : sonor
Auskultasi :
vesikuler/vesikuler, Rho
(-/-), Whe (-/-)
Abdomen : dalam batas
normal
Ekstremitas : dalam batas
normal

TB Milier Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen Thorax
2. CT-Scan
3. Sitologi Sputum

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Tuberkulosis milier ( TB milier ) merupakan penyakit limfohematogen


sistemik akibat penyebaran kuman Mycobacterium Tuberculosis dari
kompleks primer, yang biasnya terjadi 2-6 bulan setelah infeksi awal.
Tuberkulosis milier sering terjadi pada bayi atau anak-anak dengan usia
dibawah 5 tahun dan juga pada orang-orang dengan immunocompromised
berat. TB milier dapat mengenai satu atau beberapa organ termasuk otak. Pada
gambaran radiologi dapat terlihat kuman basil TB berbentuk millet ( padi )
ukuran rata-rata 2 mm, lebar 1-5 mm di paru. 25 % pasin dengan TB milier
akan melibatkan meningeal.

2. EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di


dunia ini. Indonesia sekarang berada pada ranking kedua negara dengan
beban TB tertinggi di dunia.
Tuberkulosis milier lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil,
terutama usia < 2 tahun, karena imunitas selular spesifik, fungsi makrofag,
dan mekanisme lokal pertahanan parunya belum berkembang sempurna,
sehingga kuman TB mudah berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh.
TB milier juga dapat terjadi pada anak besar dan remaja akibat pengobatan
penyakit paru primer sebelumnya yang tidak adekuat, atau pada usia dewasa
akibat reaktivasi kuman yang dorman.

3. ETIOLOGI

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang ditularkan melalui udara.


Penyebab Tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium Tuberculosis, sejenis

11
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-
0,6/um.
Terdapat beberapa faktor predisposisi sesorang mengalami TB milier
seperi, infeksi pada waktu kecil, malnutrisi, HIV/AIDS, mengkonsumsi
alkohol, diabetes militus, penyakit ginjal kronik, dialisis, post gatrectomy,
transplantasi organ, kehamian, post partum, dan keganasan, penggunaan obat-
obat imunosupresi.

Struktur sel mikobakterium tuberkulosis

4. PATOFISIOLOGI
a. Tuberkulosis primer
Paru merupakan port d´entree lebih dari 98% kasus infeksi TB,
penularan Tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei, dalam udara sekitar kita.
Partikel infeksi ini dapat menetap di dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan
berhari-hari samapai berbulan bulan.
Bila partikel infeksi ini terhirup oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel < 5 mikromter. Sebagian kasus, kuman TB

12
dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik,
sehingga tidak terjadi respons imunologis spesifik, sedangkan sebagian
kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Individu yang tidak
dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit
kuman TB yang sebagian besar di hancurkan, kebanyakan partikel ini akan
mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabanfan
trakeobronkial bersama dengan gerakan silia dengan sekretnya. Disini ia
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang
Tuberkulosis pnemonia kecil yang disebut sarang primer atau afek primer
atau sarang ( fokus ) gohn. Penyebaran selanjutnya, kuman TB dari fokus
primer Ghon menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe
regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi
fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena.
Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis di namakan
kompleks primer (Ranke), semua proses ini memerlukan waktu 3-8
minggu. Kompleks primer dapat menjadi.
1. Sembuh tidak ada cacat.
2. Sembuh dengan sedikit bekas ( garis fibrotik, sarang perkapuran di
hillus, sarang ghon)
3. Menyebar : perkontinuatum ( sekitarnya ), bronkogen ( penyebaran
kebagian paru lain atauun sebelahnya ), hematogen atau limfogen (
dapat menyebar hingga tulang, ginjal, genitalia, tuberkulosis milier dan
meningitis )
b. Tuberkulosis pasca primer
Tuberkulosis post primer akan mencul bertahun-tahun kemudian
setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis paska primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya
terletak di segemen apikal lobus superior maupun lous inferior. Sarang
dini ini awalnya merupakan sarang pneumonia kecil.

13
Pada TB milier penyebaran hematogennya adalah penyebaran
hematogenik generalisata akut (acute generalized hematogenic spread)
dengan jumlah kuman yang besar dari fokus infeksinya yaitu di paru
ataupun ekstraparu. Kuman ini akan menyebar ke seluruh tubuh, dalam
perjalanannya di dalam pembuluh darah akan tersangkut di ujung kapiler,
dan membentuk tuberkel di tempat tersebut. Tempat yang paling sering
adalah hati, limpa, bone marrow, paru dan meningen karena organ organ
tersebut memiliki banyak sel fagosit di dalam dinding sinosoidya.
Istilah milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang
menyerupai butir padi-padian (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi
ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm , sedangkan secara histologik
merupakan granuloma. Tuberkulosis diseminata ini timbul dalam waktu 2-
6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada
jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya
penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya
sistem imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB.

Mycobacterium Tuberculosis dalam droplet nuclei (ukuran <5µm)

Inhalasi ke dalam paru sampai ke alveolus

Makrofag alveolus memfagosit kuman TB

Hancur Tidak hancur

Berkembang biak di dalam makrofag

14
Lisis makrofag

Fokus primer Ghon*

Penyebaran Limfohematogen

Penyebaran limfogen penyebaran hematogen


(acute generalized hematogenic spread)

Tersangkut di ujung
kapiler
Saluran limfe (limfangitis)* kelenjar limfe (limfadenitis)*

Tuberkel
(miliar)
Tuberkel (miliar)

Masa inkubasi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
--

Imunitas selular tubuh terbentuk

Hipersensitifitas terhadap tuberkuloprotein

15
Uji tuberkulin positif
*fokus primer Ghon + limfangitis + limfadenitis = kompleks primer Ranke
 Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga
terbentuk kompleks primer Ranke disebut masa inkubasi (2-12
minggu).
 Pada saat terbentuknya kompleks primer, berarti telah terjadi
infeksi TB primer.

 Kalender perjalanan penyakit tuberkulosis primer

Kompleks Erosi TB tulang


Primer Bronkus (dalam 3 tahun)
(sebagian besar TB Ginjal
Sembuh sendiri) Pleural Meningitis (setelah 5
tahun)
Effusion TB Milier
Infeksi (dalam 12 bulan)

HIPERSENSITIFITAS KEKEBALAN DIDAPAT

TES TUBERKULIN POSITIF

1-2 minggu 1 tahun

5. MANIFESTASI KLINIS

16
Gambar 2. Manifestasi klinik TB milier1

Manifestasi klinis TB milier bermacam-macam, bergantung pada


banyaknya kuman dan jenis organ yang terkena. Gejala yang paling sering
dialami oleh orang yang menderita TB milier adalah penurunan nafsu makan,
demam, penurunan berat badan, batuk berdahak, keringat malam, mengiggil,
nyeri dada, sakit perut, saki kepala, batuk darah, mual dan diare.
TB milier juga dapat di awali dengan serangan akut berupa demam
tinggi yang sering hilang timbul (remittent), biasanya mulai meningkat pada
sore hari. Menggigil dan badan terasa kaku biasanya sering terjadi pada
penyakit malaria, sepsis, namun pada TB milier sering juga ditemukan gejala
tersebut. Lebih kurang 50% pasien, limfadenopati superfisial, splenomegali,
dan hepatomegali akan terjadi dalam beberapa minggu. Demam kemudian
bertambah tinggi dan berlangsung terus-menerus/kontinu, tanpa disertai
gejala respiratorik atau disertai gejala minimal, dan foto toraks biasanya
masih normal. Gejala klinis biasanya timbul akibat gangguan pada paru, yaitu
gejala respiratorik seperti batuk dan sesak nafas di sertai ronki atau mengi. 1
Gejala sistemik yang sering muncul karena TB milier merupakan
penyakit yang melibatkan banyak organ kelainan kulit berupa tuberkuloid,

17
papula nekrotik, eritema. Tuberkel koroid di temukan pada pasien, dan jika di
temukan dini dapat menjadi tanda yang sangat spesifik dan sangat membantu
diagnosis TB milier, sehingga pada TB milier perlu di lakukan funduskopi
untuk menemukan tuberkel koroid. Tuberkel koroid biasnya bersifat bilateral,
pucat, lesinya berwarna abu atau kuning yang berukuran kurang dari
seperempat optic disc dan teletak 2 cm dari optic disc. TB meningitis juga
sering ditemukan pada 10-30% orang dengan Tuberkulosis milier. Sebaliknya
sepertiga dari pasien dengan meningitis TB memiliki penyakit yang
mendasarinya yaitu TB milier, dalam penelitian juga ditemukan bahwa
keterlibatan neorologis pada pasien dengan TB milier yaitu meningitis atau
meningoensfalitis TB dengan atau tanpa tuberkuloma.

6. DIAGNOSIS

18
Pemeriksaan Radiologis

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya didaerah apeks paru ( segmen apikal


lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (
misalnya pada tuberkulosis endobronkial).

19
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru.

Gambar 3. Tanda patognomonik TB milier, (a) gambar foto thorax pa, (b)
CT scan thorax, (c) tuberkuloma dan meningitis TB, (d) tuberkuloma koroid

Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB yaitu:


a. Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical
lobus bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
c. Adanya kavitas, tunggal, atau ganda.
d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
e. Adanya kalsifikasi.
f. Bayangn menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
g. Bayangan milier.

7. TATALAKSANA

Pengobatan TB milier :
1. Rawat inap
2. Panduan obat 2 RHZE / 4 RHPada keadaan khusus ( sakit berat ),
tergantung keadaan klinis, radiologi dan evaluasi pengobatan, maka

20
pengobatan lanjutan dapat diperpanjang. Pengobatan fase lanjutan, bila
diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan, dengan paduan 2RHZE / 7
RH, danalternatif 2RHZE/ 7R3H3. Pada TB meningitis maka
ethambutol diganti streptomisin. Selain itu pada TB siste saraf pusat
biasanya diberi 2 RHZS dan 10 RH.
3. Pemberian kortikosteroid tidak rutin hanya di berikan pada keadaan :
- Tanda/ gejala meningitis
- Sesak napas
- Tanda/ gejala toksik
- Demam tinggi

Algoritma penatalaksanaan TB Milier


8. EVALUASI PENGOBATAN

Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek


samping obat, serta evaluasi keteraturan obat4. Evaluasi yang penting adalah :

21
 Evaluasi klinik
- Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap bulan.
- Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya penyakit komplikasi.
- Evaluasi yang terpenting adalah evaluasi klinis, yaitu menghilang
atau membaiknya kelainan klinis yang sebelumnya ada pada awal
pengobatan, misalnya penambahan berat badan yang bermakna,
hilangnya demam, hilangnya batuk, perbaikan nafsu makan, dan
lain-lain.
 Evaluasi radiologi (0 - 2 – 6/9 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan
- Pada akhir pengobatan
- Evaluasi radiologis pada pasien TB milier perlu diulang setelah 1
bulan untuk evaluasi hasil pengobatan. Gambaran milier pada foto
toraks biasanya menghilang dalam 1 bulan, kadang-kadang berangsur
menghilang dalam 5-10 minggu, tetapi mungkin saja belum ada
perbaikan hingga beberapa bulan
 Evaluasi bakteriologi (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)
Evaluasi bakteriologik · Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya
konversi dahak
Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
- Sebelum pengobatan dimulai
- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Pada akhir pengobatan
· Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi

22
BAB III
ANALISA KASUS

Telah dijadikan sebuah kasus, perempuan 33 tahun dengan diagnosis TB


milier, riwayat demam typhoid, diagnosis ditegakan berdasarkan gejala klinis
yaitu batuksejak 2 minggu SMRS, demam naik turun dan dibawa ke RSU
selanjutnya pasien didiagnosis dengan demam thypoid, saat pulang pasien
diberikan OAT dan mendapatkan suntikan streptomycin sebanyak 4 kali. 1 hari
SMRS pasien merasakan batuknya semakin bertambah, dahak putih dan pernah
beberapa kali berwarna kuning kehijauan, mual, perut terasa sebah, pilek, keringat
dingin pada malam hari, berat badan turun dalam 1 bulan terakhir ± 6 kg, lemas.
Dari pemeriksaan lab didapatkan peningkatan SGOT dan SGPT. Pada
pemeriksaan foto thorax didapatkan infiltrat noduler di kedua lapang paru dengan
kesan TB milier.

Pada kasus ini pasien terdiagnosa secara klinis dan penunjang (radiologi
dan TCM) dengan tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Kuman ini berbentuk batang, tahan asam dalam pewarnaan, disebut sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman ini mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat
bertahan hidup ditempat gelap dan lembab. Cara penularannya melalui droplet
(percikan dahak). Kuman dapat menyebar langsung ke jaringan sekitar, pembuluh
limfe, dan pembuluh darah. Dari gambaran foto thorax PA pasien pun tampak
gambar :

23
 Terdapat bercak infiltrat di kedua lapang paru
 Hilus menebal

Pada pasien ini masih mengalami fase immunocompromise, dengan kata


lain, pasien mengalami penurunan imunitas yang menyebabkan bakteri m.
tuberculosis yang sebelumnya telah menginfeksi tubuh pasien memberikan gejala
yang semakin buruk pada pasien tersebut, terlebih pasien telah dirawat beberapa
hari dengan demam typhoid. Seperti diketahui bahwa obat-obat OAT dapat
menginduksi terjadinya kelainan hepar. Pada pasien ini telah jelas terlihat ada
gangguan pada hepar yang ditandai dengan peningkatan jumlah SGOT dan SGPT
yang biasa memicu terjadi drug induce hepatitis. Biasanya pada kasus seperti ini
dilakukan pemulihan kondisi hepar dan keadaan umum pasien, serta obat OAT
sementar distop. Pada pasien ini di lakukan bed rest karena demam typhoid perlu
istirhata yang cukup. Resusitasi cairan dengan Inf. RL : D5 20 tpm. Dan vitamin
hepar dengan Inf. Aminofusin hepar. Sementara antibiotiknya menggunakan
Levofloxacin 750 mg/ 24 jam. Dan bila pasien mual, muntah dan sebah pada perut
bisa digunakan Omeprazole 40 mg, Ranitidine 1 amp, Ondancetron 4 mg. Pasien
juga di berikan Liparin 3x 1 tab dan Curcuma 3x 1 tab untuk menstimulasi
kembali kesehatan hepar pasien.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I ,


Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi
IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ,
2006: 998-1005, 1045-9.
American Lung Association, 2010. State of Lung Disease in Diverse Communities
Kemenkes, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta : Indah Offset Citra
Grafika.
Surendra K. Sharma, Alladi Mohan & Abhishek Sharma. 2012. Challenges in the
diagnosis & treatment of miliary tuberculosis. Indian J Med Res 135, pp
703-730

25

Anda mungkin juga menyukai