Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat sekarang permasalahan akibat merokok sudah menjadi

topik yang terus-menerus dibicarakan. Merokok merupakan salah satu

kebiasaan yang dijumpai dalam masyarakat dan merupakan masalah

kesehatan yang serius. Sejarah panjang kebiasaan merokok ternyata terus

berlanjut, di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1,26 miliar perokok. Setiap

tahun ada 4 juta orang yang meninggal akibat kebiasaan merokok dan tidak

kurang dari 700 juta anak-anak terpapar asap rokok dan menjadi perokok

pasif (Riskesdas, 2013).

Telah banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah,

ceramah, wawancara radio atau televisi serta penyuluhan mengenai bahaya

merokok dan kerugian yang ditimbulkan karena merokok. Salah satunya

aspek sosial yang mempengaruhi keluarga, teman, dan rekan kerja.

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2014,

epidemi tembakau telah membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, 600 ribu

orang di antaranya merupakan perokok pasif. Temuan ini diperkuat dengan

hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang menunjukkan perokok usia di

atas 15 tahun sebanyak 36,3 %. Sebagian besar dari mereka ialah perokok

laki-laki dengan prevalensi 64,9 % dan jumlah ini merupakan yang terbesar di

dunia.
2

Menurut WHO tahun 2013, terakhir mengenai konsumsi tembakau

dunia, angka prevalensi merokok di Indonesia merupakan salah satu di antara

yang tertinggi di dunia, dan menduduki posisi ke-3, dengan 46,8 persen laki-

laki dan 3,1 persen perempuan usia 10 tahun ke atas yang diklasifikasikan

sebagai perokok dan Indonesia menduduki posisi peringkat ke 3 dari jumlah

perokok terbesar di Dunia setelah China dan India. Lebih dari 40,3 juta anak

indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan perokok dan terpapar asap rokok

di lingkungannya. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 mengamanatkan

pentingnya pengembangan kawasan tanpa rokok di 7 tatanan yaitu Sasaran

Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tempat Proses Belajar Mengajar, Tempat

Anak Bermain, Tempat Ibadah, Angkutan Umum, Tempat Kerja, Tempat

Umum.

Data jumlah perokok di kota Makassar yaitu 22,1% atau ±287.300

orang dengan rata-rata konsumsi 10,6 batang/hari atau sekitar 3 juta batang

rokok mengepul di udara tiap hari di kota metropolitan tersebut. Dari jumlah

perokok tersebut, sebanyak 2,2% berusia 10-14 tahun, dengan rata konsumsi

rokok 5,2 batang perhari, sedangkan berdasarkan frekuensi merokok

sebanyak 0,8% mulai merokok tiap hari pada usia 5 – 9 tahun dan 7,7% pada

usia 10 – 14 tahun (Riskesdas 2011).

Data jumlah mahasiswa laki-laki yang diperoleh dari Prodi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia Timur yaitu 281

orang mahasiswa. Berdasarkan pengamatan dan survei dan penelitian yang

peneliti lakukan ditemukan bahwa mahasiswa keperawatan Universitas


3

Indonesia Timur Makassar berperilaku positif merokok yaitu 27 atau 54,0%

dan berperilaku negatif 23 atau 46,0% mahasiswa. Dan di lihat dari tingkat

pengetahuan baik yaitu 31 atau 62,0% dan yang memiliki pengetahuan

kurang yaitu 19 atau 38,0%. Yang mengalami stress yaitu 37 atau 74,0%

mahasiswa, dan yang tidak stress ada 13 atau 26,0% mahasiswa. Sedangkan

pengaruh lingkungan yang beresiko yaitu 32 atau 64,0%, dan yang tidak

beresiko 18 atau 36,0% hasil data ini diambil dari jumlah mahasiswa yang

menjadi responden, yaitu ada 50 responden.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik ingin melakukan

penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

merokok mahasiswa keperawatatan Universitas Indonesia timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan

apakah pengetahuan, stres dan lingkungan berhubungan dengan perilaku

merokok pada mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Indonesia

Timur?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok

mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Indonesia Timur Tahun

2017

.
4

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya hubungan pengetahuan tentang rokok dengan perilaku

merokok pada mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Indonesia

Timur.

b. Diketahuinya hubungan stres dengan perilaku merokok mahasiswa

kesehatan masyarakat Universitas Indonesia Timur.

c. Diketahuinya hubungan faktor lingkungan dengan perilaku merokok

pada mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Indonesia Timur.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat aplikasi

Sebagai bahan masukan bagi prodi Ilmu Kesehatan masyarakat,

dimana sebagai bahan informasi untuk mengantisipasi permasalah akibat

dampak dari merokok dan mencegah atau menghilangkan perilaku

merokok yang dilakukannya karena bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh

rokok sangat buruk bagi kesehatan.

2. Manfaat keilmuan

Diharapkan penelitian ini dapat memperkuat teori kesehatan

masyarakat khususnya tentang bahaya dalam kandungan asap rokok.

3. Manfaat metodelogi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah jenis penelitian

tentang kesehatan masyarakat yang saat ini sangat terbatas jumlahnya di

Insonesia. Peneliti ini dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian lebih

lanjut baik dalam bentuk kolerasi maupun dalam eksperimen.


5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perilaku

1. Pengertian

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi

dan tujuan baik didasari maupun tidak. Perilaku merupakan kempulah

berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa

interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak

sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu.

Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku

individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut (wawan 2011).

Menurut Skinner, seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa

perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

tanggapan (resapon) dan respons. Ia membedakan ada 2 respons, yakni:

1. Respondent respons atau Reflexive respons ( Respondent behaviout)

Adalah respons yang di timbulkan oleh rangsangan-

rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini

disebut eliciting stimuli karna menimbulkan respons-respons yang

relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air

liur, cahaya yang kuat menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.


7

Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang demikian itu

mendahului respon yang ditimbulkan.

2. Operant respons atau instrumental respons

Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh

perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing

stimuli atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut

memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau

memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang

telah melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah

maka ia akan menjadi lebih baik lagi melakukan perbuatan itu.

Dengan kata lain responya aka lebih intensif atau lebih kaut lagi

(Wawan, 2013).

2. Faktor-faktor Pembentukan Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon

organisme atau seorang terhadap rebgsangan ( stimulus ) dari luar subjek

tersebut ada 2 macam, yakni:

1. Faktor internal

Faktor interanal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak

secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir,

kecerdasan, presepsi, motivasi, dan minat.


8

2. Faktor eksteren

Faktor eksteren meliputi objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil

kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk

perilakunya.

Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku

yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang

terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima

oleh individu yang bersangkutan (Wawan, 2011).

B. Tinjauan Tentang Merokok

1. Pengertian merokok

Merokok adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu

berupa membakar dan mengisapnya serta dapat menimbulkan asap yang

dapat terhisap oleh orang lain disekitarnya.

Zat-zat yang terkandung dalam rokok :

1. Tar

Zat berbahaya ini (berupa kotoran pekat) dapat menyumbat dan

mengiritasi paru-paru dan sistem pernapasan, sehingga menyebabkan

penyakit bronchitis kronis, emfhysema dan dalam beberapa kasus

menyebabkan kanker. Racun kimia dlm tar juga dapat meresap ke

dalam aliran darah dan kemudian dikeluarkan di urine. Tar yang

tersisa di kantung kemih juga dapat menyebabkan penyakit kanker

kantung kemih.
9

2. Nikotin

Adalah suatu zat yang membuat kecanduan dan dapat

mempengaruhi sistem syaraf, mempercepat detak jantung (melebihi

detak normal) sehingga menambah resiko terkena penyakit jantung.

3. Karbon Monoksida :

Zat ini dapat meresap dalam aliran darah dan mengurangi

kemampuan sel-sel darah merah untuk membawa Oksigen ke seluruh

tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap sistem peredaran

darah. (Basuki, 2013).

2. Bahaya merokok terhadap kesehatan

Sebuah penelitian ilmiah mengungkapkan bahwa kebiasan

merokok merupakan penyebab utama yang meruntuhkan kesehatan

manusia dan menyebabkan kematian dini. Dan statistic menggambarkan

bahwa 90% kematian yang disebabkan karena gangguan pernapasan,

25% yang disebabkan penyakit jantung koroner dan 75% disebabkan

oleh penyakit emfhysema, kesemuanya itu dipacu karena kebiasaan

merokok.

Daftar penyakit yang dipicu oleh kebiasaan merokok bukan hanya

3 macam sebagaimana yang disebutkan diatas, namun masih banyak

penyakit lain yang beragam dan berbahaya bagi tubuh. Sebuah penelitian

telah mengungkapkan bahwa infeksi pada lambung atau pada usus dua

belas banyak di alami oleh para perokok aktif. Penyakit kanker pada

kandung kemih, organ reproduksi juga pada mulut dan tenggorokanya.


10

Seorang penelitian polandia bahwa pada umumnya perokok aktif rentan

terhadap berbagai penyakit dibandingkan mereka yang tidak merokok,

yakni sekitar 3,5 kali lipat; dan seorang perokok aktifpun rentang

mengalami kecelakan dua kali lipat dibandingkan mereka yang tidak

merokok.

3. Ketergantungan terhadap rokok

Nikotin menyebabkan ketergantungan. Nikotin menstimulasi

otak untuk menambah jumlah nikotin yang dibutuhkan. Semakin lama,

nikotin dapat melumpuhkan otak dan rasa, serta meningkatkan adrenalin,

yang menyebabkan jantung diberi peringatan atas reaksi hormonal yang

membuatnya berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras. Artinya,

jantung lebih banyak membutuhkan oksigen agar dapat terus memompa.

Nikotin juga menyebabkan pembekuan darah lebih cepat dan

meningkatkan resiko serangan jantung.

Secara perlahan nikotin akan mengakibatkan perubahan pada sel-

sel otak perokok yang menyebabkan anda perlu merokok unt uk

mengatasi gejala- gejala ketagihan. Nikotin termasuk salah satu obat

perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, serta nikotin

membuat pemakainya kecanduan.

C. Tinjauan Tentang Perilaku Merokok

1. Pengertian perilaku merokok

Perilaku merokok merupakan fenomena sosial yang sering kita

jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku ini tidak hanya dilakukan


11

oleh orang tua, perilaku merokok juga dilakukan oleh remaja bahkan

anak kecil, baik itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-

terangan. Perilaku merokok merupakan aktivitas subjek yang

berhubungan dengan perilaku merokoknya yang diukur melalui intensitas

merokok, tempat merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam

kehidupan sehari-hari.

Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat merugikan

dilihat dari sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun orang

disekitanya. Boleh jadi, ada perokok yang berdalih menghilangkan stres

ulama tidak sepenuhnya mengharamkan, atau mensejahterakan karyawan

perusahan rokok dan dokter. Lebih dari itu, dengan kasat mata iklan

yang tertera dalam setiap iklan maupun kardus rokok “ merokok dapat

menyebabkan serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan

dan janin”. Semuanya bisa dipahami, dan sebagai pernyataan yang ilmiah

alias bisa dibuktikan.

Sebuah riset yang dilakukan di Depok, Jawa Barat, didapatkan

hasil bahwa merokok adalah karena melihat teman (28,43%), melihat

orang tua/keluarga (19,61), melihat tokoh/artis di televisi (16,66%)

melihat guru (9,8%), menghilangkan stress (3,92%), dan karena tidak

pernah mendapat informasi tentang bahaya merokok (10,79%)

(Saprudin,2007).

Secara nasional, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap

hari oleh lebih dari separuh perokok (52,3%) adalah 1-10 batang. Sekitar
12

dua dari lima perokok saat ini rata-rata merokok sebanyak 11-20 batang

per hari. Sedangkan prevalensi yang merokok rata-rata 21-30 batang per

hari dan lebih dari 30 batang per hari masing-masing sebanyak 4,7 persen

dan 2,l persen. Provinsi dengan rata-rata penduduk yang merokok 1-10

batang per hari paling tinggi dijurnpai di Maluku (69,4%), disusul oleh

Nusa Tenggara Timur (68,7%), Bali (67,8%), DI Yogyakarta (66,3%)

dan Jawa Tengah (62,7%) (Riskesdas, 2010).

2. Tahap perilaku Merokok

Seperti yang di ungkapkan oleh Leventhel dan Clearly bahwa

terdapat tahap perilaku dalam merokok yaitu :

1. Tahap prepatory ( tahap ). Seseorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat

atau dari hasil bacaan, hal-hal ini dapat menimbulkan minat untuk

merokok.

2. Tahap intination ( tahap merintis merokok ). Tahap perintisan

merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meluruskan atau tidak

terhadap perilaku merokok.

3. Tahap becoming a smoking. Apabila seseorang sudah mengkonsumsi

rokok sebanyak empat batang perhari.

4. Tahap maintaining of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi

salah satu bagian dari cara pengaturan diri

3. Tipe perilaku merokok


13

Silvan Tomkins membagi menjadi tiga tipe perilaku merokok

berdasarkan Managemen of affect theory adalah :

1. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

a. Pleasure relaxation. Perilaku merokok hanya untuk menambah

atau meningkat yang sudah didapat, misalnya merokok setelah

minum kopi atau makan.

b. Simulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan

sekedar hanya menyenangkan perasaan.

c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh

dari memegang rokok.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif

Banyak orang merokok untuk mengurangi perasaan negatif

dalam dirinya. Misalnya merokok bila marah, camas, gelisah, rokok

dianggap sebagai penyelamat.

4. Aspek-aspek dalam perilaku merokok

1. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

Kemungkinan temuan fakta ini tidak atau sama sekali belum

bisa dikatakan ilmiah. Namun fakta yang terjadi di lapangan

menyebutkan bahwa rokok di gunakan sebagai perantara (dan

kemudian dianggap menjadi bagian dari kebiasaan dalam

masyarakat) dalam sebuah komunikasi formal ataupun informal

antara dua orang atau lebih. Rokok bisa dicatat sebagai pencair
14

suasana sesama perokok dan menjadikan suasana lebih gampang

akrab dan kenal.

2. Identitas Merokok

Ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut

banyaknya rokok yang dihisap adalah :

1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam

sehari.

2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam

sehari.

3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari

5. Dampak pada Perilaku Merokok.

Dampak perilaku merokok menjadi dua yaitu:

1. Dampak Positif

Rokok memang sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik

seseorang. Banyak temuan fakta perihal banyaknya perokok yang

merasakan peningkatan konsentrasi, mood, kemampuan belajar,

mengurangi stress dan lelah, serta kemampuan memecahkan masalah

saat mengisap sebatang rokok.

2. Dampak Negatif

Akibat negatif dari merokok sebenarnya sudah mulai terasa

pada saat orang mulai mengisap rokok. Dalam asap rokok yang

membara yang di isap, tembakau yang dibakar kurang sempurna

sehingga menghasilkan CO (karbon mono oksida), disamping


15

asapnya sendiri, tar dan nikotin (yang terjadi juga dalam pembakaran

tembakau tersebut) dihirup masuk kedalam jalan napas. CO, tar, dan

nikotin tersebut berpengaruh terhadap saraf yang menyebabkan

tangan gemetar (tremor), selera makan berkurang, dapat mengalami

keguguran.

Selain dari pada itu merokok juga memberikan dampak-

dampak negatif bagi kesehatan para perokok aktif maupun perokok

pasif sesuai dengan zat-zat yang dikandungnya:

1. Perokok aktif

a. Nikotin

Nikotit adalah zat yang terdapat dalam tembakau

dengan kadar sekitar 1-4%. Dalam tiap batang rokok terdapat

sekitar 1,1 mg nikotin. Nikotin adalah cairan berminyak yang

tidak berwarna, bisa menghambat rasa lapar, menimbulkan

kecanduan, mempengaruhi sistem saraf, dan mempercepat

detak jantung (melebihi normal) sehinggamemperbesar resiko

penyakit jantung (Basuki, 2013).

Secara cepat nikotin masuk kedalam otak pada saat

orang merokok kadar nikotin yang di isap akan menyebabkan

kematian, apabila kadarnya lebih dari 30 mg. Setiap batang

rokok mengandung 0,1-0,2 mg nikotin. Dari jumlah tersebut,

kadar nikotin yang masuk dari peredaran darah tinggal 25 %


16

namun, jumlah kecil itu mampu mencapai otak dalam 15

detik (Basuki 2013).

b. Karbon monoksida

Penelitian menunjukan karbon monoksida pada asap

rokok yang tidak diencerkan mencapai 30.000 ppm, lebih

dari 4 kali lipat kandungan karbon monoksida yang

berbahaya yang ditemukan pada asap pembuangan mobil.

Gas yang tidak berbau ini bersal dari pembakaran zat karbon

yang tidak sempurna. Jika masuk dalam tubuh akan dibawah

oleh hemoglobin ke dalam aliran darah. Karbon monoksida

menghentikan sekitar 15 % jumlah oksigen, yang biasanya

dibawah oleh sel darah merah, sehingga jantung si perokok

menjadi berkurang suplai oksigenya. Hal yang sangat

berbahaya bagi penderita sakit jantung dan paru-paru, karena

ia tidak mengalami napas pendek dan menurunkan stamina.

Karbon monoksida juga merusak lapisan pembuluh darah dan

menaikan kadar lemak pada pembuluh darah yang dapat

menyebabkan penyumbatan (Basuki, 2013).

c. Tar

Tar menyumbat sistem pernapasan, menyebabkan

penyakit bronkitis serta kanker paru-paru. Racun yang

terkandung dalam juga bisa meresap masuk kedalam aliran


17

darah yang kemudian di keluarkan melalui urine. (Basuki,

2013)

2. perokok pasif

a. Nikotin

Nikotin merupakan pemicu penyakit jantung koroner

dan kanker pada pembuluh darah banyak peneliti mencoba

mengungkapkan kadar nikotin yang terserap oleh para

perokok pasif, yakni dengan cara mengukurnya melalui darah

dan urine. Kesimpulanya adalah bahwa kadar nikotin yang

ada pada perokok pasif masih pada ambang normal, walau

tidak menutup kemungkinan bahwa kadar tersebut mampu

menyeretnya kedalam berbagai bahaya.

b. Karbon monoksida

Bila kebiasaan merokok dilakukan pada tempat –

tempat yang memiliki sirkulasi udara kurang begitu

memadai, seperti dikantor, di mobil atau di restoran kecil,

maka gas yang dihasilkan akan menjadi konsentrat dan

melebihi kadar yang diperbolehkan keberadaanya di

lingkungan tersebut. Dengan kata lain kadarnya sangat

membahayakan kesehatan manusia.

Dalam kondisi ini, perokok aktif dengan sendirinya

sudah teracuni dengan rokonya sendiri dalam level

menengah. Keracunan tersebut disebabkan adanya persaingan


18

antara oksigen untuk bisa melekat pada hemoglobin sel darah

merah dengan gas karbon monoksida yang merupakan hasil

dari hisapan rokok. Persainagan dalam tubuhnya tersebut bisa

membuat perokok menjadi sulit bernafas, merasa bahwa

segala sesuatunya sangat sempit dan tidak merasakan

ketenangan.

Sedangkan asap rokok yang terserap perokok pasif

dalam kadar yang tinggi adalah asap rokok yang dihirupnya

disebuah kereta dengan jendela yang tertutup. Pada kondisi

itulah, gas karbon monoksida dalam aliran darahnya bisa

membuatnya harus menghadapi banyak masalah di

antaranya: sulit bernapas, mudah lelah, dunia terasa sempit,

mual, selalu cemas, pusing dan tidak bisa berkonsentrasi

(Basuki, 2013).

D. Faktor-Faktor yang Berhubungan Perilaku Merokok

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu” dan ini terjadii

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian


19

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2013).

1. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbntuknya tindakan seseorang (oven behaviour).

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak disadari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup

didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan suatu

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Conprahension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpresentasikan materi tersebut secara benar,

orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramal

dan sebagainya, terhadap objek yang telah dipelajari.


20

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real

(sebenarnya) aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam

kontek atau situasi lain

d. Analisis (Analisys)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru dengan sintesis adalah suatu

kemampuan untuk formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukansendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ditentukan (Wawan, 2013).


21

2. Stres

1. Pengertian

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi

maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja

keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas

menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.

Stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun

mental. Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya

ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan

biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino,

2011).

Menurut Robbins (2011) stress juga dapat diartikan sebagai

suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam

mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan

tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian

stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah

suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis

seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri

seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.

Saat mengalami banyak stressor atau stres sesorang

mempunyai mekanisme koping yang berbeda-beda ada yang positif

dan negatif. Koping yang negatif ketika mengalami stres yaitu

seseorang yang tadinya tidak merokok menjadi merokok. Merokok


22

merupakan salah satu contoh strategi koping yang tidak efektif

banyak disukai oleh golongan baik remaja maupun dewasa,meskipun

mereka sudah mengetahui dampak negatif rokok bagi kesehatan.

Dampaknya seperti kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang

bisa mengakibatkan kematian. Hal ini didukung oleh WHO yang

mempediksikan bahwa penggunaan tembakau akan membunuh 10

juta orang/tahun menjelang tahun 2020.

2. Jenis-jenis stress

a. Stres kimia

Merupakan jenis stres yang ditimbulkan oleh beberapa

reaksi dari konsumsi alkohol, rokok, makanan dan minuman

berpengawet yang dikonsumsi secara rutin.

b. Stres fisik

Stres jenis ini terjadi karena berbagai keadaan. Seperti

kecelakaan, posisi yang tidak tepat saat tidur, atau terlalu lama

beraktivitas di depan komputer.

c. Stres emosional

Stres ini tidak bisa disembuhkan dengan obat medis.

karena stres ini berhubungan dengan rasa marah atau frustasi

yang seringkali menimbulkan stres.

3. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia

yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung


23

maupun tidak langsung. Kelompok teman sebaya atau kelompok

masyarakat memberi pengaruh kepada individu. Ada kecendrungan

bahwa seorang individu berusaha untuk sama dengan teman

sekelompoknya. ( Ajzen menyebutkan dalam normative belief). Pada

masa ini pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan dengan teman-

teman sebayanya. Lingkungan mempunyai peran yang sangat berarti

karena pada masa tersebut remaja mau memisahkan diri dari orang tua

dan mulai bergabung dengan teman sebaya. Kebutuhan untuk dapat

diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima

oleh kelompoknya (Anonim, 2013).

Sehingga dapatlah dimengerti bahwa remaja bebas dapat

menjalankan peran dan tingkah lakunya sesuai dengan harapan kelompok

agar dapat tetap bergabung menjadi anggota kelompok. Mulai dafat

sikap, pembicaraan, minas dan penampilan remaja dituntut untuk sesuai

dengan kelompoknya.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencegah dan

menanggulangi kebiasaan merokok pada remaja telah tertuang dalam visi

Indonesia Sehat 2010, yang dijabarkan dalam perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) (Depkes RI, 2010). Menurut Depkes RI (2014) dalam

melakuakn promosi kesehatan terhadap individu, keluarga, dan

masyarakat, maka tenaga kesehatan/petugas kesehatan harus menerapkan

strategi. Promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai area, salah

satunya di lingkungan akademik. Lingkungan dapat digunakan untuk


24

mempengaruhi perilaku anak-anak dan remaja. Upaya mengatasi bahaya

merokok juga melalui penetapan peraturan kawasan tanda rokok.

Pencegahan merokok selain oleh tenaga kesehatan juga perlu upaya dari

berbagai lapisan masyarakat.

Demikian pola jika mayoritas kelompok memiliki kebiasaan

merokok, maka setiap anggotanya mau tidak mau akan dan harus

mengikuti aktivitas tersebut tanpa memperdulikan perasaan mereka

sendiri (Anonim, 2013).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Berdasarkan konsep di atas, maka disusun pola pikir variabel yang

diteliti sebagai berikut:

Variebel independen Variabel dependen

Pengetahuan

Stres Perilaku
merokok

Lingkungan

Keterangan:

: Variebel independen

: Variabel dependent

: Penghubung variabel

B. Hipotesis

a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok

mahasiswa keperawatan Universitas Indonesia Timur

b. Ada hubungan stres terhadap perilaku merokok mahasiswa

keperawatan Universitas Indonesia Timur


26

c. Ada hubungan lingkungan terhadap perilaku merokok mahasiswa

keperawatan Universitas Indonesia Timur


BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu tahap penelitian yang harus

diperhatikan dengan sebaik-baiknya agar penelitian dapat dilaksanakan dengan

serasi untuk mencapai tujuan penelitian. Pada bab ini akan dibahas desain

penelitian, populasi, sampel, samling, variabel penelitian, defenisi operasional.

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan

survei analitik dengan pendekatan cross sectional study penelitian yang

bertujuan untuk menyajikan tentang hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen (Sugiyono, 2010).

B. Populasi, Sampel, Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Mahasiswa Laki-laki

yang merokok dan tercatat sebagai Mahasiswa keperawatan pada saat

penelitian dilakukan yaitu sebanyak 281 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Yang menjadi sampel

dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan Universitas

Indonesia Timur yang bersedia menjadi responden dan ada pada saat

penelitian dilakukan yaitu sebanyak 50 orang mahasiswa.

Adapun kriteria dalam pengambilan sampel ini yaitu:


28

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Mahasiswa Laki-laki Universitas Indonesia Timur yang

merokok

b. Bersedia menjadi responden

c. Berada di tempat saat penelitian dilakukan.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Pada saat pengisian kuesioner tiba-tiba responden sakit.

3. Sampling

Penelitian ini menggunakan simple rendom sampling,

pengambilan dengan cara acak, tampak memperhatikan tingkatan yang

ada dalam populasi.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

independen dan dependen.

1. Varabel independen

Variabel independen adalah variabel yang bebas, yaitu variabel

yang mempengaruhi atau menjadi penyebab timbulnya variabel dependen

atau variabel terikat. Variabel independen dalam penelitin ini yaitu

pengetahuan, strees, dan lingkungan.

2. Varabel dependen
29

Varabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya varibel bebas atau variabel independen.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku merokok.

D. Definisi Operasional

1. Pengetahuan

Adalah sejauh mana pengetahuan responden tentang rokok, bahaya

yang ditimbulkan oleh rokok, dan kandungan yang terkandung dalam

rokok. Yang diketahui melalui jawaban-jawaban yang dikemukakan

responden dengan cara pengisian kuesioner yang terdiri dari 8 nomor

pertanyaan dan memakai skala guttman.

Kriteria objektif :

Baik : jika skor responden ≥ 4

Kurang : jika skor responden < 4

2. Stres

Adalah sejauh mana tekanan psikologis atau stres baik dari segi

aktivitas maupun dari individu dalam menangani stres tersebut apakah

cenderung melakukan perilaku merokok atau adakah cara lain yang

dilakukan untuk mengatasi tekanan atau stres yang dialami yang

diketahui melalui jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh responden

dengan cara pengisian jawaban pada kuesioner yang terdiri dari 8 nomor

pertanyaan dan memakai skala guttman.

Kriteria objektif :

Stres : jika skor responden ≥ 4


30

Tidak stres : jika skor responden < 4

3. Lingkungan

Adalah sejauh mana pengaruh lingkungan dalam perilaku merokok

pada mahasiswa, seberapa besar pengaruh lingkungan dalam

mempengaruhi merokok. Adapun cara pengambilan data diukur dengan

pengambilan kuesioner yang terdiri dari 7 nomor pertanyaan, dan mekai

skala Guttman.

Kriteria objektif :

Beresiko : jika skor responden ≥ 4

Tidak beresiko : jika skor responden < 4

4. Perilaku merokok

Adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu berupa membakar

dan mengisapnya serta dapat menimbulkan asap yang menimbulkan

pertanyaan tentang alasan ia merokok, sudah lama berusaha apakah ia

mau berhenti merokok. Adapun cara pengambilan data di ukur dengan

menggunakan koesioner yang berjumlah 7 nomor pertanyaan dan

memakai skala guttman.

Kriteria objektif :

Perilaku negatif : jika skor responden ≥ 4

Perilaku positif : jika skor responden < 4

E. Tempat Penelitian
31

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia

Timur Makassar. Dasar pemilihan tempat ini karena masih banyak mahasiswa

yang merokok disembarang tempat.

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan bulan Juli sampai bulan Agustus

2016.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini berupa kuisioner, pengamatan, dokumentasi, dan wawancara. Untuk

semua variable merokok mahasiswa universitas indonesia timur yaitu

menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala

Guttman terdiri dari 30 nomor pertanyaan dengan skor 1 untuk jawaban ya

dan skor 0 untuk jawaban tidak.

H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner, pengamatan,

dokumentasi, dan wawancara dengan bentuk pertanyaan tertutup.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan seperti

menelaah literatur yang memiliki hubungan dengan objek penelitian dan

bagian administrasi serta daftar hadir Mahasiswa Laki-laki universitas

indonesia timur.

I. Analisisa Data
32

Metode analisis data yang dilakukan sebagai berikut:

1. Analisis Univariat dilakukan tiap variable dari tiap penelitian. Pada

umumnya dalam analisi ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi

tiap variable.

2. Analisis bevariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variable

dependen dan independen dalam uji statistika berdasarkan rumus parson

chi-square dengan menggunakan program komputer. Untuk melihat

hubungan antar variabel independen dan dependen dengan maka p value

dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α = 0,05) yang digunakan.

Apabila p value < α maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen, Sedangkan apabila p

value > α berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen. Sedangkan apabila p value > α berarti Ho diterima

yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel

dependen dengan variable independen (Notoatmodjo,2013).

Anda mungkin juga menyukai