Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang
diagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang
tinggi dalam menghasilkan imajing, tanpa menggunakan radiasi, tidak
menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping (non
invasif). Selain itu ultrasonografi relatif murah, pemeriksaannya relatif cepat, dan
persiapan pasien serta peralatannya relatif mudah. Gelombang suara ultrasonik
memiliki frekuensi lebih dari 20.000 Hz, tapi yang dimanfaatkan dalam teknik
ultrasonografi (kedokteran) gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz.15
Salah satu aplikasi gelombang dalam bidang kedokteran adalah
dalam ultrasonografi (USG). Ultrasonografi ini memanfaatkan gelombang
ultrasonik yang merupakan gelombang elektromagnetik, untuk membantu para
petugas kesehatan (dokter atau bidan) dalam mendiagnosa penyakit ataupun
mendeteksi yang ada dalam tubuh pasiennya.15
Ultrasonografi dalam bidang kesehatan bertujuan untuk pemeriksaan
organ-organ tubuh yang dapat diketahui bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta
hubungannya dengan jaringan lain disekitarnya. Sifat dasar ultrasound: Sangat
lambat bila melalui media yang bersifat gas, dan sangat cepat bila melalui media
padat, Semakin padat suatu media maka semakin cepat kecepatan suaran, Apabila
melalui suatu media maka akan terjadi atenuasi.15
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini penulis
mengangkat judul yaitu “ Teknik pemeriksaan USG uterus pada kasus myoma
uteri “ yang selanjutnya akan dipaparkan materinya.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan USG uterus pada klinis myoma uteri ?
2. Bagaimana prinsip kerja pesawat USG ?
3. Bagaimana hasil gambaran USG uterus dengan klinis myoma uteri ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan USG uterus pada kasus myoma uteri.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja USG
3. Untuk mengetahui hasil gambaran USG uterus dengan kasus myoma uteri.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ULTRASONOGRAPHY (USG)

A. Definisi

Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan


menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan
otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna
untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa
kehamilan. Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke
dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi
dari 2 sampai 13 megahertz. Sedangkan dalam fisika istilah “suara ultra”
termasuk ke seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran
manusia (20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran medis
melibatkan sekelompok frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi.
Tampak dalam sonogram seorang bayi dalam kandungan ibunya.15

B. Kegunaan
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas
dalam medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan dengan
bantuan ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan). Biasanya
menggunakan probe yang digenggam yang diletakkan di atas pasien dan
digerakkan: gel berair memastikan penyerasian antara pasien dan probe.16

3
Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter spesialis
kandungan (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan
hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG (ultrasonografi)
digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang
terbangun dari cairan.16

C. Skema cara Kerja USG


1. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang
akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada
pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan
untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser.
Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik
(gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah
gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh
komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.15

2. Monitor
Monitor yang digunakan dalam USG

3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah
data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya
USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti
pada CPU pada PC cara USG merubah gelombang menjadi gambar.

4
D. Teknik Pemeriksaan
Tujuan pemeriksan USG uterus untuk mengetahui kelainan-kelainan yang

terdapat pada uterus.

1. Klinis

Nyeri di perut bagian bawah, Ada Benjolan keras di perut bagian bawah, dan

semakin membesar.

2. Persiapan

Kandung kemih harus penuh. Suruh pasien minum 4 atau 5 gelas dan lakukan

pemeriksaan USG satu jam kemudian (jangan membolehkan pasien buang air

kecil). Kandung kemih digunakan sebagai Acoustic Window.

3. Posisi pasien

Pasien biasanya diskening dalam posisi berbaring dengan nyaman pada

bagian punggung (terlentang). Pemutaran tubuh pasien mungkin diperlukan

setelah mengerjakan skening pendahuluan. Oleskan jeli ke bawah sampai

abdomen bagian bawah. Biasanya pada daerah rambut pubis tidak perlu diberi

jeli.

5
gambar 1. Posisi Pasien

4. Pemilihan Transducer

Untuk Orang Dewasa gunakan transducer kurvelinier 3,5 MHz. Untuk anak-

anak gunakan Transducer 5 MHz.

Gambar 2. Transducer

5. Penyetelan Gain

Penyetelan Gain yang benar. Letakkan transducer dalam posisi

membujur diatas kandung kemih yang penuh dan lakukan pengaturan gain

untuk menghasilkan gambar USG yang paling jelas.

6
Gambar 3. Posisi gain

E. Prinsip Kerja USG

Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang

suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik

oleh transduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang

akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat

terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam eko sesuai

dengan jaringan yang dilaluinya Pantulan eko yang berasal dari jaringan-jaringan

tersebut akan membentur transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik

lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar

osiloskop. Dengan demikian bila transduser digerakkan seolah-olah kita

melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan, dan gambaran

irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat di layar monitor .Masing-masing jaringan

tubuh mempunyai impedance acustic tertentu. Dalam jaringan yang heterogen

7
akan ditimbulkan bermacam- macam eko, jaringan tersebut dikatakan echogenic.

Sedang pada jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak ada

eko, disebut anechoic atau echofree atau bebas eko. Suatu rongga berisi cairan

bersifat anechoic, misalnya: kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial atau

pleural effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat

dibedakan 16

F. Jenis pemeriksaan USG

1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas
gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

2. USG 3 Dimensi

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda
(dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan
janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat
diputar (bukan janinnya yang diputar).

3. USG 4 Dimensi

Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi
pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam
rahim.

8
4. USG Doppler

Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama


aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan
janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:

a. Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).

b. Tonus (gerak janin).

c. Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).

d. Doppler arteri umbilikalis.

e. Reaktivitas denyut jantung janin.

G. Prinsip USG
Prinsip USG Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi lebih tinggi
daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa
mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai
frekwensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz).. Sedangkan dalam
pemeriksaan USG ini mengunakan frekwensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz).
Gelombang suara frekwensi tingi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang
terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer. Perubahan bentuk akibat gaya
mekanis pada kristal, akan menimbulkan teganganlistrik. Fenomena ini disebut
efek Piezo-electric, yang merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya.
Bentuk kristal juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai
dengan polaritas medan listrik yang melaluinya, kristal akan mengembang dan
mengkerut, maka akan dihasilkan gelombang suara frekwensi tinggi. 15

9
MYOMA UTERI

A. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
3
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. myoma uteri disebut
juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat
karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan
neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma
4
ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.

B. Anatomi Uterus

gambar 4. Anatomi uterus

Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang
sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di

10
belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih
kurang 57 gram. 5

Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama


dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus,
disamping itu serabut- serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat
meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan
janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara, mengalami
atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen.14

1. Pembagian Uterus

a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang


terletak antara kedua pangkal saluran telur.

b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus


uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.
Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau
rongga rahim.

c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut


porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
14
ostium uteri yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.

2. Pembagian Dinding Uterus

a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.

11
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan
dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam
masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk
kemudian tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan
pembuluh darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi
makanan pada janin.

b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler,


dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini
terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos
yang paling penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir
berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di
tempat itu dan yang terbuka.

c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang


menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:

1. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang


terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan
ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah
lateral dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh
darah, antara lain vena dan arteria uterine.
2. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat.

12
4. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang
menahan tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding
pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran
13,14
limfe, arteria dan vena ovarika.

C. Klasifikasi Mioma Uteri

gambar 5. klasifikasi mioma uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Mioma Uteri Subserosum

13
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui
tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum,
dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan
mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum
di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.

2. Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih


kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma
sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.

3. Mioma Uteri Submukosum

Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan


tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka
tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt.
Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai
9,10
terapinya dilakukan histerektomi.

14
D. Epidemiologi

Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi
wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah
(dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita
berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-
14
25%. Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma
uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause
10
dan 12 per seribu wanita menopause (P<0,001).

Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena wanita
berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita kulit
putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita kulit
11
hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.

E. Etiologi Mioma Uteri

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Tumbuh mulai dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada
miometrium sangat lambat tetapi progresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mioma uteri:

1. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan
teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk
terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest (

15
sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus
menerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
9
maupun pada tempat lain dalam abdomen. Hormon estrogen dapat diperoleh
melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB,
2

Suntikan KB, dan Susuk KB). Peranan estrogen didukung dengan adanya
kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah
menopause dan lebih sering terjadi pada pasien yang nullipara.

2. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara
yaitu: mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah
9
reseptor estrogen pada tumor. Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology,
ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya
mioma uteri, yaitu :
a. Umur
9
Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun. Penelitian Chao-Ru
Chen (2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44
tahun beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30
tahun (OR =6,3; 95% CI:3,5-11,6). Sedangkan pada wanita kulit hitam
umur 40-44 tahun beresiko 27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika
6
dibandingkan umur < 30 tahun (OR=27,5; 95% CI:5,6-83,6).
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative
infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas

16
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah keadaan ini saling
9
mempengaruhi. Penelitian Okezie di Nigeria terhadap 190 kasus mioma
3
uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara. Penelitian yang dilakukan di Nigeria
terhadap wanita dengan usia rata 44,9 tahun, 40,8 % nullipara dan 35%
7
melahirkan 1-2 kali. Demikian juga dengan hasil penelitian Buttrum
memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27% diantaranya infertile dan
8
31% melahirkan 1-2 kali.

c. Faktor Ras dan Genetik

Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian


9
mioma uteri lebih tinggi. Penelitian Baird di Amerika yang dilakukan
terhadap wanita kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa
wanita kulit hitam beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri (OR=2,9;
1
95%CI:2,5-3,4). Terlepas dari faktor ras, kejadian mioma juga tinggi
pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma uteri.

F. Diagnosa
1. Gejala Subjektif

Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada


pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya
gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri,
perubahan dan komplikasi yang terjadi.

17
Gejala subjektif pada mioma uteri:

a. Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.


Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan
metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini
antara lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia
endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa,
atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya
sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat
perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,
pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.

b. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi
gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.

c. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
1,3,5.
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

2. Gejala Objektif

Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli

18
medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:

a. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan Abdomen dan pemeriksaan
pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat dipalpasi
pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area
perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada
pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan
tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi
serviks dan terlihat pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar
tidak beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada derajat
degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan,
kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.

b. Pemeriksaan Penunjang.
Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka pemeriksaan dengan
ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu melalui pemeriksaan
laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat dilakukan.

G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis
selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di
miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis
dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi tinggi.4

19
2. Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan
operatif yang dilakukan antara lain :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan
cara akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
30-50%. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Tindakan ini seharusnya hanya
dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas yang dengan mudah dapat
dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil dari uterus pada waktu
hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat berkepanjangan dan
terkadang uterus dikorbankan.

b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40
tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari
kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor
yang cepat membesar. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau
pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri. Histeroktomi supra
vaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam
8,9, 10
mengangkat uterus keseluruhan.

20
H. Komplikasi

Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif yang
terjadi pada penderita akibat mioma uteri.

1. Degenerasi Ganas Mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma ditemukan


hanya 0,32 – 0,6 % dari seluruh mioma, serta merupakan 50 – 75 % dari
seluruh sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan
uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (Putaran Tangkai) Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami


torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan
demikian terjadilah syndrome abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan
gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu
keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang
menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-
9
gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

I. Prognosis

Histerektomi dengan eliminasi semua mioma adalah penyembuhan sempurna.


Miomektomi yang berlanjutan akan menyebabkan uterus dan kavitasnya kembali
ke keadaan normal. Salah satu keprihatinan major adalah resiko rekuren selepas
miomektomi. Studi yang dilakukan menunjukkan 2% - 3% per tahun mengalami
simptomatik mioma selepas miomektomi.13

21
BAB III

PEMBAHASAN

A. HASIL GAMBAR

22
Gambar 6. Hasil USG

23
B. CARA KERJA
1. Teknik Skening
Mulai pemeriksaan USG dengan skening longitudinal, pertama pada
garis tengah antara umbilicus dan simfisis pubis. Sesudah itu, ulangi skening
ke arah lebih lateral, pertama-tama pada sisi kiri dan kemudian pada sisi
kanan. Arah transducer segera menyudut dari sisi satu ke sisi lain dan lakukan
skening longitudinal untuk mengenali uterus.
Selanjutnya lakukan skening transversal. Mulai pemeriksaan tepat
diatas simfisis pubis dan gerakkan transducer ke arah atas sampai umbilicus.
Skening transversal merupakan pemeriksaan yang penting pada panggul
bagian bawah tetapi kurang efektif jika dilakukan di level uterus. Jika
diperlukan, suruh pasien memutar tubuhnya hingga berada dalam posisi
oblique (300-400) untuk mengenali ovarium. Lakukan skening pada masing-
masing ovarium secara oblique dari sisi abdomen yang kontralateral.

C. Analisa Hasil
USG menunjukkan gambaran massa padat dan homogen pada uterus. Mioma
uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis, dan
kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi
transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma
kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik
menunjukkan anechoic.

24
BAB IV

KESIMPULAN

Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang

diagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang

tinggi dalam menghasilkan imajing, tanpa menggunakan radiasi, tidak

menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping

(non invasif).15

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-
3
sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri

disebut juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini

berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri

merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh

wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan

letak mioma.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Leppert P, Fouany M, Segars JH. Understanding Uterine Fibroids. In:


Gynecology in Practice. Wiley-Blackwell, Oxford. 2013
2. Bulun SE. Uterine Fibroids, mechanisms of disease. N engl j med 2013;
369(14): 1344-55
3. MedikareV, KandukuriLR, AnanthapurV, DeenadayalM, NallariP. The
Genetic Bases of Uterine Fibroids; A Review. J Reprod Infertil.
2011;12(3):181-191
4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Edisi II.
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2008: 73 – 90; 338 – 345.
5. Pratiwi L, Suparman E, Wagey F. Hubungan Usia Reproduksi Dengan
Kejadian Mioma Uteri Di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal e-
CliniC (eCl). 2013;1(1): 26-30
6. Ginting LY, Rasmaliah, Jemadi. Karakteristik Penderita Mioma Uteri Yang
Di Rawat Inap Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2011. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2012
7. Northington GM, Arya LA. Uterine Leiomyoma. Obstetric and Gynecology
Board Review Manual. 2006;10: 1-12
8. Sozen I, Arici TA. Cellular Biology of Myomas: Interaction of Sex Steroids
with Cytokines and Growth Factors. Obstet Gynecol Clin N Am. 2006;33:
41– 58
9. Ikbal MN. Prevalensi Anemia Pada Penderita Mioma Uteri di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. 2011
10. Villanova FE, Andrade PM, Otsuka AY, Gomes MTV, Leal ES, et al.
Estrogen receptor alpha polymorphism and susceptibility to uterine
leiomyoma. Steroids. 2006;71:960–965

26
11. Ciarmela P, Islam S, Reis FM, Gray PC, Bloise E, et al.Growth factors and
myometrium: biological effects in uterine fibroid and possible clinical
implications. Human Reproduction Update, 2011;17(6): 772–790
12. Flake GP, Andersen J, Dixon D. Etiology and Pathogenesis of Uterine
Leiomyomas: A Review. Environ Health Perspect. 2003; 111(8):1037–1054
13. Sankaran S, Manyonda IT. Medical management of fibroids. Best Practice &
Research Clinical Obstetrics and Gynaecology. 2008;4(22):655–676
14. Wango EO, Tabifor HN, Muchiri LW, Kigondu CS, Makawiti DW.
Progesterone, Estradiol And Their Respective Receptors In Leiomyoma And
Adjacent Normal Myometria of Black Kenyan Women. African Journal of
Health Sciences. 2002;3-4(9): 123-28
15. Nafy, dkk. Ultrasonography. 2012. Jakarta.
16. Alifis, Sari. Seri Fisika USG. 2010. Bandung

27

Anda mungkin juga menyukai