Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang
diagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang
tinggi dalam menghasilkan imajing, tanpa menggunakan radiasi, tidak
menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping (non
invasif). Selain itu ultrasonografi relatif murah, pemeriksaannya relatif cepat, dan
persiapan pasien serta peralatannya relatif mudah. Gelombang suara ultrasonik
memiliki frekuensi lebih dari 20.000 Hz, tapi yang dimanfaatkan dalam teknik
ultrasonografi (kedokteran) gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz.15
Salah satu aplikasi gelombang dalam bidang kedokteran adalah
dalam ultrasonografi (USG). Ultrasonografi ini memanfaatkan gelombang
ultrasonik yang merupakan gelombang elektromagnetik, untuk membantu para
petugas kesehatan (dokter atau bidan) dalam mendiagnosa penyakit ataupun
mendeteksi yang ada dalam tubuh pasiennya.15
Ultrasonografi dalam bidang kesehatan bertujuan untuk pemeriksaan
organ-organ tubuh yang dapat diketahui bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta
hubungannya dengan jaringan lain disekitarnya. Sifat dasar ultrasound: Sangat
lambat bila melalui media yang bersifat gas, dan sangat cepat bila melalui media
padat, Semakin padat suatu media maka semakin cepat kecepatan suaran, Apabila
melalui suatu media maka akan terjadi atenuasi.15
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini penulis
mengangkat judul yaitu “ Teknik pemeriksaan USG uterus pada kasus myoma
uteri “ yang selanjutnya akan dipaparkan materinya.
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan USG uterus pada klinis myoma uteri ?
2. Bagaimana prinsip kerja pesawat USG ?
3. Bagaimana hasil gambaran USG uterus dengan klinis myoma uteri ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan USG uterus pada kasus myoma uteri.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja USG
3. Untuk mengetahui hasil gambaran USG uterus dengan kasus myoma uteri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ULTRASONOGRAPHY (USG)
A. Definisi
B. Kegunaan
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas
dalam medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan dengan
bantuan ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan). Biasanya
menggunakan probe yang digenggam yang diletakkan di atas pasien dan
digerakkan: gel berair memastikan penyerasian antara pasien dan probe.16
3
Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter spesialis
kandungan (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan
hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG (ultrasonografi)
digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang
terbangun dari cairan.16
2. Monitor
Monitor yang digunakan dalam USG
3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah
data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya
USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti
pada CPU pada PC cara USG merubah gelombang menjadi gambar.
4
D. Teknik Pemeriksaan
Tujuan pemeriksan USG uterus untuk mengetahui kelainan-kelainan yang
1. Klinis
Nyeri di perut bagian bawah, Ada Benjolan keras di perut bagian bawah, dan
semakin membesar.
2. Persiapan
Kandung kemih harus penuh. Suruh pasien minum 4 atau 5 gelas dan lakukan
pemeriksaan USG satu jam kemudian (jangan membolehkan pasien buang air
3. Posisi pasien
abdomen bagian bawah. Biasanya pada daerah rambut pubis tidak perlu diberi
jeli.
5
gambar 1. Posisi Pasien
4. Pemilihan Transducer
Untuk Orang Dewasa gunakan transducer kurvelinier 3,5 MHz. Untuk anak-
Gambar 2. Transducer
5. Penyetelan Gain
membujur diatas kandung kemih yang penuh dan lakukan pengaturan gain
6
Gambar 3. Posisi gain
suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik
oleh transduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang
akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat
dengan jaringan yang dilaluinya Pantulan eko yang berasal dari jaringan-jaringan
tersebut akan membentur transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik
lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar
7
akan ditimbulkan bermacam- macam eko, jaringan tersebut dikatakan echogenic.
Sedang pada jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak ada
eko, disebut anechoic atau echofree atau bebas eko. Suatu rongga berisi cairan
bersifat anechoic, misalnya: kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial atau
pleural effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat
dibedakan 16
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas
gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda
(dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan
janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat
diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi
pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam
rahim.
8
4. USG Doppler
G. Prinsip USG
Prinsip USG Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi lebih tinggi
daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa
mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai
frekwensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz).. Sedangkan dalam
pemeriksaan USG ini mengunakan frekwensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz).
Gelombang suara frekwensi tingi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang
terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer. Perubahan bentuk akibat gaya
mekanis pada kristal, akan menimbulkan teganganlistrik. Fenomena ini disebut
efek Piezo-electric, yang merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya.
Bentuk kristal juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai
dengan polaritas medan listrik yang melaluinya, kristal akan mengembang dan
mengkerut, maka akan dihasilkan gelombang suara frekwensi tinggi. 15
9
MYOMA UTERI
A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
3
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. myoma uteri disebut
juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat
karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan
neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma
4
ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.
B. Anatomi Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang
sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di
10
belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih
kurang 57 gram. 5
1. Pembagian Uterus
11
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan
dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam
masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk
kemudian tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan
pembuluh darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi
makanan pada janin.
12
4. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang
menahan tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding
pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran
13,14
limfe, arteria dan vena ovarika.
13
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui
tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum,
dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan
mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum
di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
14
D. Epidemiologi
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi
wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah
(dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita
berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-
14
25%. Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma
uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause
10
dan 12 per seribu wanita menopause (P<0,001).
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena wanita
berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita kulit
putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita kulit
11
hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Tumbuh mulai dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada
miometrium sangat lambat tetapi progresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mioma uteri:
1. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan
teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk
terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest (
15
sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus
menerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
9
maupun pada tempat lain dalam abdomen. Hormon estrogen dapat diperoleh
melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB,
2
Suntikan KB, dan Susuk KB). Peranan estrogen didukung dengan adanya
kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah
menopause dan lebih sering terjadi pada pasien yang nullipara.
2. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara
yaitu: mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah
9
reseptor estrogen pada tumor. Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology,
ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya
mioma uteri, yaitu :
a. Umur
9
Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun. Penelitian Chao-Ru
Chen (2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44
tahun beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30
tahun (OR =6,3; 95% CI:3,5-11,6). Sedangkan pada wanita kulit hitam
umur 40-44 tahun beresiko 27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika
6
dibandingkan umur < 30 tahun (OR=27,5; 95% CI:5,6-83,6).
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative
infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas
16
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah keadaan ini saling
9
mempengaruhi. Penelitian Okezie di Nigeria terhadap 190 kasus mioma
3
uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara. Penelitian yang dilakukan di Nigeria
terhadap wanita dengan usia rata 44,9 tahun, 40,8 % nullipara dan 35%
7
melahirkan 1-2 kali. Demikian juga dengan hasil penelitian Buttrum
memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27% diantaranya infertile dan
8
31% melahirkan 1-2 kali.
F. Diagnosa
1. Gejala Subjektif
17
Gejala subjektif pada mioma uteri:
b. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi
gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
c. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
1,3,5.
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
2. Gejala Objektif
18
medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:
a. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan Abdomen dan pemeriksaan
pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat dipalpasi
pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area
perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada
pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan
tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi
serviks dan terlihat pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar
tidak beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada derajat
degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan,
kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.
b. Pemeriksaan Penunjang.
Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka pemeriksaan dengan
ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu melalui pemeriksaan
laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat dilakukan.
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis
selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di
miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis
dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi tinggi.4
19
2. Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan
operatif yang dilakukan antara lain :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan
cara akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
30-50%. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Tindakan ini seharusnya hanya
dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas yang dengan mudah dapat
dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil dari uterus pada waktu
hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat berkepanjangan dan
terkadang uterus dikorbankan.
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40
tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari
kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor
yang cepat membesar. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau
pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri. Histeroktomi supra
vaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam
8,9, 10
mengangkat uterus keseluruhan.
20
H. Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif yang
terjadi pada penderita akibat mioma uteri.
I. Prognosis
21
BAB III
PEMBAHASAN
A. HASIL GAMBAR
22
Gambar 6. Hasil USG
23
B. CARA KERJA
1. Teknik Skening
Mulai pemeriksaan USG dengan skening longitudinal, pertama pada
garis tengah antara umbilicus dan simfisis pubis. Sesudah itu, ulangi skening
ke arah lebih lateral, pertama-tama pada sisi kiri dan kemudian pada sisi
kanan. Arah transducer segera menyudut dari sisi satu ke sisi lain dan lakukan
skening longitudinal untuk mengenali uterus.
Selanjutnya lakukan skening transversal. Mulai pemeriksaan tepat
diatas simfisis pubis dan gerakkan transducer ke arah atas sampai umbilicus.
Skening transversal merupakan pemeriksaan yang penting pada panggul
bagian bawah tetapi kurang efektif jika dilakukan di level uterus. Jika
diperlukan, suruh pasien memutar tubuhnya hingga berada dalam posisi
oblique (300-400) untuk mengenali ovarium. Lakukan skening pada masing-
masing ovarium secara oblique dari sisi abdomen yang kontralateral.
C. Analisa Hasil
USG menunjukkan gambaran massa padat dan homogen pada uterus. Mioma
uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis, dan
kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi
transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma
kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik
menunjukkan anechoic.
24
BAB IV
KESIMPULAN
(non invasif).15
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-
3
sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri
disebut juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini
berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri
merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh
letak mioma.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
11. Ciarmela P, Islam S, Reis FM, Gray PC, Bloise E, et al.Growth factors and
myometrium: biological effects in uterine fibroid and possible clinical
implications. Human Reproduction Update, 2011;17(6): 772–790
12. Flake GP, Andersen J, Dixon D. Etiology and Pathogenesis of Uterine
Leiomyomas: A Review. Environ Health Perspect. 2003; 111(8):1037–1054
13. Sankaran S, Manyonda IT. Medical management of fibroids. Best Practice &
Research Clinical Obstetrics and Gynaecology. 2008;4(22):655–676
14. Wango EO, Tabifor HN, Muchiri LW, Kigondu CS, Makawiti DW.
Progesterone, Estradiol And Their Respective Receptors In Leiomyoma And
Adjacent Normal Myometria of Black Kenyan Women. African Journal of
Health Sciences. 2002;3-4(9): 123-28
15. Nafy, dkk. Ultrasonography. 2012. Jakarta.
16. Alifis, Sari. Seri Fisika USG. 2010. Bandung
27