Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum KI3141

DINAMIKA KIMIA

Percobaan M-1

Kinetika Halogenasi Aseton dengan Katalisator Asam

Nama : Dedy Wicaksono

NIM : 10515009

Kelompok :2

Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2017

Tanggal Pengumpulan : 26 Oktober 2017

Asisten : Laila Nur (20516044)

LABORATORIUM KIMIA FISIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2017
Percobaan M-1

Kinetika Halogenasi Aseton dengan Katalisator Asam

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan hukum laju reaksi halogenasi aseton dengan katalisator asam.
2. Menentukan konstanta hukum laju reaksi halogenasi aseton dengan katalisator asam.

II. Teori Dasar


Laju reaksi didefinisikan sebagai laju konsumsi reaktan atau laju bertambahnya hasil
reaksi dari waktu ke waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk hukum laju yaitu
persamaan yang menunjukkan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan. Bentuk hukum
laju dituliskan sebagai berikut :

d[A]
− = k[A]m [B]n
dt

Reaksi iodinasi aseton merupakan reaksi yang sangat baik untuk mempelajari laju reaksi.
Alasannya warna dari pereaksi iodin yang khas dan mudah diamati, laju reaksinya cepat, reaksi
tersebut berorde nol terhadap iodin sehingga perubahan konsentrasi berbanding linier terhadap
waktu. Stoikiometri reaksi iodinasi aseton dapat dituliskan sebagai berikut :

Gambar 1. Mekanisme reaksi iodinasi aseton dalam suasana asam.


III. Data Pengamatan
Suhu ruang = 27oC
λmax = 415 nm
[Aseton] = 3 M
[HCl] = 0,1 M
[I2] = 0,001 M
[KI] = 0,001 M
Run ke/ Nilai absorbansi pada waktu tertentu
t (s) 30 60 90 120 150 180
1 0,308 0,287 0,259 0,235 0,209 0,181
2 0,424 0,399 0,373 0,348 0,323 0,296
3 0,535 0,511 0,484 0,459 0,437 0,411
4 0,656 0,632 0,606 0,579 0,553 0,53
5 0,582 0,567 0,551 0,535 0,52 0,502
6 0,55 0,518 0,491 0,467 0,437 0,407
7 0,504 0,463 0,419 0,378 0,332 0,287
8 0,48 0,428 0,371 0,314 0,254 0,191
9 0,467 0,455 0,44 0,429 0,416 0,401
10 0,435 0,412 0,385 0,36 0,338 0,313
11 0,467 0,431 0,39 0,351 0,313 0,272
12 0,565 0,565 0,559 0,557 0,556 0,55

IV. Pengolahan Data


Kurva Absorbansi terhadap Waktu

a. Run 1

Run 1
y = -8.505E-04x + 3.358E-01
0.4 R² = 9.987E-01
Absorbansi

0.2
0
0 50 100 150
Waktu

r = 8,505x10-4 s-1
b. Run 2

Run 2
0.5 y = -8.505E-04x + 4.498E-01
Absorbansi R² = 9.999E-01

0
0 50 100 150
Waktu

r = 8,505x10-4 s-1

c. Run 3

Run 3
0.6
Absorbansi

0.4
y = -8.257E-04x + 5.595E-01
0.2 R² = 9.994E-01
0
0 50 100 150
Waktu

r = 8,257x10-4 s-1

d. Run 4

Run 4
y = -8.514E-04x + 6.821E-01
0.8 R² = 9.995E-01
Absorbansi

0.6
0.4
0.2
0
0 50 100 150
Waktu

r = 8,514x10-4 s-1
e. Run 5

Run 5
y = -5.305E-04x + 5.985E-01
Absorbansi 0.6 R² = 9.994E-01
0.55
0.5
0.45
0 50 100 150
Waktu

r = 5,305x10-4 s-1
f. Run 6

Run 6
0.6
Absorbansi

0.4
y = -9.352E-04x + 5.765E-01
0.2 R² = 9.986E-01
0
0 50 100 150 200
Waktu

r = 9,352x10-4 s-1

g. Run 7

Run 7
0.6
Absorbansi

0.4
0.2 y = -1.447E-03x + 5.491E-01
R² = 9.996E-01
0
0 50 100 150
Waktu

r = 1,447x10-3 s-1
h. Run 8

Run 8
Abosrbansi 0.6 y = -1.928E-03x + 5.421E-01
R² = 9.991E-01
0.4

0.2

0
0 50 100 150
Waktu

r = 1,928x10-3 s-1

i. Run 9

Run 9
y = -4.362E-04x + 4.805E-01
0.5
R² = 9.984E-01
Absorbansi

0.45
0.4
0.35
0 50 100 150
Waktu

r = 4,362x10-4 s-1
j. Run 10

Run 10
0.5
Absorbansi

0.4
0.3 y = -8.162E-04x + 4.595E-01
0.2 R² = 9.994E-01
0.1
0
0 50 100 150
Waktu

r = 8,162x10-4 s-1
k. Run 11

Run 11
0.5
0.4
Absorbansi

0.3
0.2 y = -1.303E-03x + 5.075E-01
0.1 R² = 9.997E-01
0
0 50 100 150
Waktu

r = 1,303x10-3 s-1
l. Run 12

Run 12
0.57 y = -9.905E-05x + 5.691E-01
Absorbansi

0.565 R² = 9.346E-01
0.56
0.555
0.55
0.545
0 50 100 150
Waktu

r = 9,905x10-5 s-1

Penentuan konsentrasi reaktan

Vambil [M]
[M]′ =
Vtotal

Misal pada run 1 :

Vambil [aseton] 6 mL x 3 M
[aseton]′ = = = 0,6 M
Vtotal 30 mL

Berdasarkan rumus di atas diperoleh berbagai konsentrasi reaktan yang digunakan sebagai
berikut :

V aseton V HCl V I2 [aseton]’ [HCl]’ [I2]’


Run ke -
(mL) (mL) (mL) (M) (M) (M)
1 6 6 6 0,6 0,0200 0,000200
2 6 6 8 0,6 0,0200 0,000267
3 6 6 10 0,6 0,0200 0,000333
4 6 6 12 0,6 0,0200 0,000400
5 10 2 10 1,0 0,00667 0,000333
6 10 4 10 1,0 0,0133 0,000333
7 10 6 10 1,0 0,0200 0,000333
8 10 8 10 1,0 0,0267 0,000333
9 2 10 10 0,2 0,0333 0,000333
10 4 10 10 0,4 0,0333 0,000333
11 6 10 10 0,6 0,0333 0,000333
12 8 10 10 0,8 0,0333 0,000333

Penentuan Orde Reaksi [I2]

Pada run 1-4, nilai konsentrasi I2 divariasikan, dengan hukum laju reaksinya ditulis sebagai
berikut.

r = [I2 ]x

ln r = x ln [I2 ]

Berikut adalah tabel nilai ln r dan ln [I2] dari run ke 1- 4 :

Run ke- r (s-1) ln r [I2] (M) ln [I2]


1 0,0008505 -7,069686146 0,000200 -8,51719
2 0,0008505 -7,069686146 0,000267 -8,22951
3 0,0008257 -7,099279047 0,000333 -8,00637
4 0,0008514 -7,068628505 0,000400 -7,82405
Kurva ln r terhadap ln [I2]
-7.06
-8.6 -8.5 -8.4 -8.3 -8.2 -8.1 -8 -7.9 -7.8 -7.7
-7.07
-7.08
ln r

y = -0.014x - 7.1906
R² = 0.0777 -7.09
-7.1
-7.11
ln [I2]

Diperoleh:
z = -0.014 ≈ 0
Penentuan Orde Reaksi [HCl]

Pada run 5-8, nilai konsentrasi HCl divariasikan, dengan hukum laju reaksinya ditulis sebagai
berikut.

r = [HCl]m

ln r = m ln [HCl]

Berikut adalah tabel nilai ln r dan ln [HCl] :

Run ke- r (s-1) ln r [HCl] (M) ln [HCl]


5 0,0005305 -7,5416906 0,006667 -5,01064
6 0,0009352 -6,974750148 0,013333 -4,31749
7 0,001447 -6,538262831 0,02 -3,91202
8 0,001928 -6,251272083 0,026667 -3,62434
Kurva ln r terhadap ln [HCl]
0
-5.5 -5 -4.5 -4 -3.5 -3
-2
y = 0.9328x - 2.8938
R² = 0.9957
ln r

-4

-6

-8
ln [HCl]

Diperoleh:
y = 0.9328 ≈ 1

Penentuan Orde Reaksi [aseton]

Pada run 9-12, nilai konsentrasiHCl divariasikan, dengan hukum laju reaksinya ditulis sebagai
berikut.

r = [aseton]n

ln r = n ln [aseton]

Berikut adalah tabel nilai ln r dan ln [aseton] :

Run ke- r (s-1) In r [aseton] (M) In [aseton]


9 0,0004362 -7,737409704 0,2 -1,60944
10 0,0008162 -7,110851135 0,4 -0,91629
11 0,001303 -6,643085981 0,6 -0,51083
12 0,00009905 -9,219885785 0,8 -0,22314
Kurva ln r terhadap ln [aseton]
0
-2 -1.5 -1 -0.5 0
-2
y = 0.9862x - 6.1656
-4
ln r

R² = 0.9956
-6
-8
-10
ln [aseton]

Pada data run 12 terdapat anomali sehingga tidak dimasukkan ke dalam persamaan.
x = 0,9862 ≈ 1

Penentuan nilai k

Run ke- r [aseton]n [HCl]m [I2]x k (M-1 s-1)


1 0,0008505 0,6 0,020000 1 0,070875
2 0,0008505 0,6 0,020000 1 0,070875
3 0,0008257 0,6 0,020000 1 0,068808
4 0,0008514 0,6 0,020000 1 0,070950
5 0,0005305 1,0 0,006667 1 0,079575
6 0,0009352 1,0 0,013333 1 0,070140
7 0,0014470 1,0 0,020000 1 0,072350
8 0,0019280 1,0 0,026667 1 0,072300
9 0,0004362 0,2 0,033333 1 0,065430
10 0,0008162 0,4 0,033333 1 0,061215
11 0,0013030 0,6 0,033333 1 0,065150
12 0,00009905 0,8 0,033333 1 0,003714
k rata-rata 0,069788
Nilai run 12 tidak dimasukkan ke dalam perhitungan k rata-rata. Nilai k rata-rata yang diperoleh
sebesar 0,069788 M-1s-1.
V. Pembahasan
Pada percobaan kinetika halogen aseton dengan katalisator asam menggunakan
spektrofotometer. Metode pengukuran dengan spektrofotometer didasarkan pada berkurangnya
suatu daya radiasi yang disebabkan oleh adanya penyerapan energi sinar oleh suatu molekul atau
atom pada sampel. Penyerapan energi sinar membuat elektron pada suatu molekul atau atom
menjadi tereksitasi dari keadaan awal di tingkat energi dasar. Adanya perbedaan tingkat energi
tersebutlah yang menyebabkan panjang gelombang yang diserap pada tiap molekul berbeda-
beda.

Nilai penyerapan yang terjadi dinyatakan dalam besaran absorbansi. Berdasarkan hukum
Lambert-Beer, dinyatakan bahwa nilai dari suatu absorbansi akan sebanding ( berbanding lurus )
dengan nilai konsentrasi dari suatu larutan yang diuji. Persamaan dari hukum Lambert-Beer
adalah sebagai berikut : A = a b c, dimana jika konsentrasi berada dalam satuan mol/L maka nilai
a (adsorptivitas) dapat digantikan dengan ε (absorptivitas molar) , dengan b merupakan jarak
yang dilalui oleh sinar pada suatu sampel atau sering juga dikatakan nilai b adalah tebal dari
kuvet, sedangkan c merupakan konsentrasi dari larutan sampel tersebut.

Laju reaksi didefinisikan sebagai laju konsumsi reaktan atau laju bertambahnya hasil
reaksi dari waktu ke waktu. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi.
Dalam menentukan hukum laju reaksi, maka harus diketahui terlebih dahulu nilai konsentrasi
dari suatu sampel atau produk. Nilai konsentrasi tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan
dengan menggunakan absorbansi yang diperoleh dari spektrofotometri.

Pada percobaan ini, dilakukan untuk menentukan hukum laju halogenasi aseton dengan
katalisator asam. Fungsi dari HCl yang digunakan pada percobaan ini adalah dijadikan sebagai
katalisator asam sehingga dapat digunakan untuk memprotonasi aseton sehingga pada aseton
akan terjadi resonansi. Digunakan reagen I2 sebagai reaktan untuk iodinasi. Laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi iodin sebagai reaktan. Dengan menggunakan
spektrofotometri maka konsentrasi dari iodin pada waktu tertentu dapat ditentukan. Fungsi
penambahan KI adalah untuk menstabilkan I2 membentuk triiodida (I3-) karena I2 mudah
menguap sehingga konsentrasi I2 dalam larutan akan berkurang. Digunakan iodin dalam
percobaan ini dikarenakan warna dari iodin yang khas dan mudah diamati, laju reaksinya cukup
cepat sehingga dapat dilakukan pengulangan namun juga tidak sulit untuk diukur.
Pada percobaan dibedakan menjadi 12 run, dengan konsentrasi salah satu reaktan
divariasikan, Alasan dibedakan menjadi 12 run karena untuk menentukan orde reaksi dari tiap
reaktan diperlukan variasi konsentrasi yang berbeda di saat konsentrasi reaktan lainnya tetap.
Dengan memvariasikan konsentrasi dari reaktan yang ingin diketahui orde maka dapat
ditentukan orde reaksi dari reaktan tersebut dan reaktan lainnya dibuat tetap. Kemudian dibuat
kurva antara hubungan ln laju awal terhadap ln dari konsentrasi reaktan tersebut maka orde
reaksi dapat diketahui. Dengan diketahui nilai dari orde reaksi setiap reaktan maka konstanta
hukum laju reaksi dapat ditettukan.

Mekanisme reaksi halogenasi aseton dengan katalis asam adalah sebagai berikut:

Mekanisme reaksi halogenasi aseton dengan katalis basa adalah sebagai berikut :

Pada percobaan ini, diperoleh orde reaksi dari I2 adalah negatif, jika orde reaksi negatif
maka memiliki sifat inhibitor, padahal I2 merupakan reaktan yang digunakan untuk melakukan
halogenasi sehingga orde reaksi dapat dianggap nol. Karena berorde nol maka konsentrasi dari I2
tidak akan mempengaruhi laju reaksi. Sedangkan orde reaksi dari aseton dan asam klorida adalah
satu , sehingga besarnya nilai konsentrasi dari aseton dan asam klorida maka akan
mempengaruhi besarnya laju reaksi pula. Reaksi protonasi aseton oleh H+ merupakan penentu
laju reaksi karena reaksi berlangsung/ berjalan lambat.

Pada data run ke 12 terdapat anomali. Pola nilai absorbansinya sangat berbeda dari run
yang sebelumnya. Nilai absorbansinya cenderung konstan dengan perubahannya sangat kecil.
Hal tersebut dikarenakan kesalahan dalam penyiapan larutan yang tidak ditambahkan HCl
sehingga reaksi yang berlangsung sangat lambat.

Laju dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suhu, luas permukaan, konsentrasi reaktan
dan keberadaaan katalis. Suhu atau temperatur yang tinggi menjadikan laju reaksi juga tinggi, hal
tersebut dikarenakan pada suhu tinggi akan terjadi tumbukan antar molekul sehingga reaksi akan
berlangsung lebih cepat. Pada luas permukaan yang besar maka nilai laju reaksinya juga akan
besar, hal itu juga dipengaruhi oleh faktor interaksi antar molekulnya. Semakin besar konsentrasi
dari reaktan dan keberadaan katalis juga akan dapat mempercepat laju reaksi. Semakin besar
konsentrasi kemungkinan interaksi antar molekulnya makin besar dan adanya katalis dapat
menjadikan energi yang dibutuhkan semakin rendah namun reaksinya dapat berlangsung lebih
cepat.

Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan titrasi konduktometri. Pada reaksi
halogenasi akan dihasilkan H+ yang memiliki konduktivitas tinggi sehingga laju bertambahnya
H+ dapat ditentukan dengan laju bertambahnya konduktasi pada sistem. Orde reaksi dapat
diketahui dengan menentukan perubahan konsentrasi dari produk.
VI. Kesimpulan
Pada percobaan diperoleh hukum lajunya adalah r = k [aseton] [H+], dan nilai tetapan laju k
adalah 0,069788 M-1s-1.

VII. Daftar Pustaka


Atkins, P.W. dan De Paula, Julio. 2006. “Physical Chemistry”, 8th ed. Oxford University Press,
hal.665 dan 682-684.
Gurtu, JN. 2010. Physical Chemistry volume 1. Hal. 276-348.
J.K.Venard and R.L.Street (1975). Elementary Fluid Mechanics, 5th ed., Wiley, New York.
VIII. Lampiran
Data Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai