DINAMIKA KIMIA
Percobaan M-1
NIM : 10515009
Kelompok :2
BANDUNG
2017
Percobaan M-1
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan hukum laju reaksi halogenasi aseton dengan katalisator asam.
2. Menentukan konstanta hukum laju reaksi halogenasi aseton dengan katalisator asam.
d[A]
− = k[A]m [B]n
dt
Reaksi iodinasi aseton merupakan reaksi yang sangat baik untuk mempelajari laju reaksi.
Alasannya warna dari pereaksi iodin yang khas dan mudah diamati, laju reaksinya cepat, reaksi
tersebut berorde nol terhadap iodin sehingga perubahan konsentrasi berbanding linier terhadap
waktu. Stoikiometri reaksi iodinasi aseton dapat dituliskan sebagai berikut :
a. Run 1
Run 1
y = -8.505E-04x + 3.358E-01
0.4 R² = 9.987E-01
Absorbansi
0.2
0
0 50 100 150
Waktu
r = 8,505x10-4 s-1
b. Run 2
Run 2
0.5 y = -8.505E-04x + 4.498E-01
Absorbansi R² = 9.999E-01
0
0 50 100 150
Waktu
r = 8,505x10-4 s-1
c. Run 3
Run 3
0.6
Absorbansi
0.4
y = -8.257E-04x + 5.595E-01
0.2 R² = 9.994E-01
0
0 50 100 150
Waktu
r = 8,257x10-4 s-1
d. Run 4
Run 4
y = -8.514E-04x + 6.821E-01
0.8 R² = 9.995E-01
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
0 50 100 150
Waktu
r = 8,514x10-4 s-1
e. Run 5
Run 5
y = -5.305E-04x + 5.985E-01
Absorbansi 0.6 R² = 9.994E-01
0.55
0.5
0.45
0 50 100 150
Waktu
r = 5,305x10-4 s-1
f. Run 6
Run 6
0.6
Absorbansi
0.4
y = -9.352E-04x + 5.765E-01
0.2 R² = 9.986E-01
0
0 50 100 150 200
Waktu
r = 9,352x10-4 s-1
g. Run 7
Run 7
0.6
Absorbansi
0.4
0.2 y = -1.447E-03x + 5.491E-01
R² = 9.996E-01
0
0 50 100 150
Waktu
r = 1,447x10-3 s-1
h. Run 8
Run 8
Abosrbansi 0.6 y = -1.928E-03x + 5.421E-01
R² = 9.991E-01
0.4
0.2
0
0 50 100 150
Waktu
r = 1,928x10-3 s-1
i. Run 9
Run 9
y = -4.362E-04x + 4.805E-01
0.5
R² = 9.984E-01
Absorbansi
0.45
0.4
0.35
0 50 100 150
Waktu
r = 4,362x10-4 s-1
j. Run 10
Run 10
0.5
Absorbansi
0.4
0.3 y = -8.162E-04x + 4.595E-01
0.2 R² = 9.994E-01
0.1
0
0 50 100 150
Waktu
r = 8,162x10-4 s-1
k. Run 11
Run 11
0.5
0.4
Absorbansi
0.3
0.2 y = -1.303E-03x + 5.075E-01
0.1 R² = 9.997E-01
0
0 50 100 150
Waktu
r = 1,303x10-3 s-1
l. Run 12
Run 12
0.57 y = -9.905E-05x + 5.691E-01
Absorbansi
0.565 R² = 9.346E-01
0.56
0.555
0.55
0.545
0 50 100 150
Waktu
r = 9,905x10-5 s-1
Vambil [M]
[M]′ =
Vtotal
Vambil [aseton] 6 mL x 3 M
[aseton]′ = = = 0,6 M
Vtotal 30 mL
Berdasarkan rumus di atas diperoleh berbagai konsentrasi reaktan yang digunakan sebagai
berikut :
Pada run 1-4, nilai konsentrasi I2 divariasikan, dengan hukum laju reaksinya ditulis sebagai
berikut.
r = [I2 ]x
ln r = x ln [I2 ]
y = -0.014x - 7.1906
R² = 0.0777 -7.09
-7.1
-7.11
ln [I2]
Diperoleh:
z = -0.014 ≈ 0
Penentuan Orde Reaksi [HCl]
Pada run 5-8, nilai konsentrasi HCl divariasikan, dengan hukum laju reaksinya ditulis sebagai
berikut.
r = [HCl]m
ln r = m ln [HCl]
-4
-6
-8
ln [HCl]
Diperoleh:
y = 0.9328 ≈ 1
Pada run 9-12, nilai konsentrasiHCl divariasikan, dengan hukum laju reaksinya ditulis sebagai
berikut.
r = [aseton]n
ln r = n ln [aseton]
R² = 0.9956
-6
-8
-10
ln [aseton]
Pada data run 12 terdapat anomali sehingga tidak dimasukkan ke dalam persamaan.
x = 0,9862 ≈ 1
Penentuan nilai k
Nilai penyerapan yang terjadi dinyatakan dalam besaran absorbansi. Berdasarkan hukum
Lambert-Beer, dinyatakan bahwa nilai dari suatu absorbansi akan sebanding ( berbanding lurus )
dengan nilai konsentrasi dari suatu larutan yang diuji. Persamaan dari hukum Lambert-Beer
adalah sebagai berikut : A = a b c, dimana jika konsentrasi berada dalam satuan mol/L maka nilai
a (adsorptivitas) dapat digantikan dengan ε (absorptivitas molar) , dengan b merupakan jarak
yang dilalui oleh sinar pada suatu sampel atau sering juga dikatakan nilai b adalah tebal dari
kuvet, sedangkan c merupakan konsentrasi dari larutan sampel tersebut.
Laju reaksi didefinisikan sebagai laju konsumsi reaktan atau laju bertambahnya hasil
reaksi dari waktu ke waktu. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi.
Dalam menentukan hukum laju reaksi, maka harus diketahui terlebih dahulu nilai konsentrasi
dari suatu sampel atau produk. Nilai konsentrasi tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan
dengan menggunakan absorbansi yang diperoleh dari spektrofotometri.
Pada percobaan ini, dilakukan untuk menentukan hukum laju halogenasi aseton dengan
katalisator asam. Fungsi dari HCl yang digunakan pada percobaan ini adalah dijadikan sebagai
katalisator asam sehingga dapat digunakan untuk memprotonasi aseton sehingga pada aseton
akan terjadi resonansi. Digunakan reagen I2 sebagai reaktan untuk iodinasi. Laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi iodin sebagai reaktan. Dengan menggunakan
spektrofotometri maka konsentrasi dari iodin pada waktu tertentu dapat ditentukan. Fungsi
penambahan KI adalah untuk menstabilkan I2 membentuk triiodida (I3-) karena I2 mudah
menguap sehingga konsentrasi I2 dalam larutan akan berkurang. Digunakan iodin dalam
percobaan ini dikarenakan warna dari iodin yang khas dan mudah diamati, laju reaksinya cukup
cepat sehingga dapat dilakukan pengulangan namun juga tidak sulit untuk diukur.
Pada percobaan dibedakan menjadi 12 run, dengan konsentrasi salah satu reaktan
divariasikan, Alasan dibedakan menjadi 12 run karena untuk menentukan orde reaksi dari tiap
reaktan diperlukan variasi konsentrasi yang berbeda di saat konsentrasi reaktan lainnya tetap.
Dengan memvariasikan konsentrasi dari reaktan yang ingin diketahui orde maka dapat
ditentukan orde reaksi dari reaktan tersebut dan reaktan lainnya dibuat tetap. Kemudian dibuat
kurva antara hubungan ln laju awal terhadap ln dari konsentrasi reaktan tersebut maka orde
reaksi dapat diketahui. Dengan diketahui nilai dari orde reaksi setiap reaktan maka konstanta
hukum laju reaksi dapat ditettukan.
Mekanisme reaksi halogenasi aseton dengan katalis asam adalah sebagai berikut:
Mekanisme reaksi halogenasi aseton dengan katalis basa adalah sebagai berikut :
Pada percobaan ini, diperoleh orde reaksi dari I2 adalah negatif, jika orde reaksi negatif
maka memiliki sifat inhibitor, padahal I2 merupakan reaktan yang digunakan untuk melakukan
halogenasi sehingga orde reaksi dapat dianggap nol. Karena berorde nol maka konsentrasi dari I2
tidak akan mempengaruhi laju reaksi. Sedangkan orde reaksi dari aseton dan asam klorida adalah
satu , sehingga besarnya nilai konsentrasi dari aseton dan asam klorida maka akan
mempengaruhi besarnya laju reaksi pula. Reaksi protonasi aseton oleh H+ merupakan penentu
laju reaksi karena reaksi berlangsung/ berjalan lambat.
Pada data run ke 12 terdapat anomali. Pola nilai absorbansinya sangat berbeda dari run
yang sebelumnya. Nilai absorbansinya cenderung konstan dengan perubahannya sangat kecil.
Hal tersebut dikarenakan kesalahan dalam penyiapan larutan yang tidak ditambahkan HCl
sehingga reaksi yang berlangsung sangat lambat.
Laju dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suhu, luas permukaan, konsentrasi reaktan
dan keberadaaan katalis. Suhu atau temperatur yang tinggi menjadikan laju reaksi juga tinggi, hal
tersebut dikarenakan pada suhu tinggi akan terjadi tumbukan antar molekul sehingga reaksi akan
berlangsung lebih cepat. Pada luas permukaan yang besar maka nilai laju reaksinya juga akan
besar, hal itu juga dipengaruhi oleh faktor interaksi antar molekulnya. Semakin besar konsentrasi
dari reaktan dan keberadaan katalis juga akan dapat mempercepat laju reaksi. Semakin besar
konsentrasi kemungkinan interaksi antar molekulnya makin besar dan adanya katalis dapat
menjadikan energi yang dibutuhkan semakin rendah namun reaksinya dapat berlangsung lebih
cepat.
Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan titrasi konduktometri. Pada reaksi
halogenasi akan dihasilkan H+ yang memiliki konduktivitas tinggi sehingga laju bertambahnya
H+ dapat ditentukan dengan laju bertambahnya konduktasi pada sistem. Orde reaksi dapat
diketahui dengan menentukan perubahan konsentrasi dari produk.
VI. Kesimpulan
Pada percobaan diperoleh hukum lajunya adalah r = k [aseton] [H+], dan nilai tetapan laju k
adalah 0,069788 M-1s-1.