Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum KI3121

Analisis Spektrometri

Percobaan 4

Penentuan Kekeruhan Air secara Turbimetri

Nama : Dedy Wicaksono

NIM : 10515009

Tanggal Percobaan : 14 September 2017

Tanggal Pengumpulan : 28 September 2017

Asisten : Aria Pinandita

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2017
Percobaan 4

Penentuan Kekeruhan Air secara Turbimetri

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan kekeruhan sampel air secara turbidimetri dengan 3 metode
2. Menentukan nilai galat yang dihasilkan dari 3 metode

B. Teori Dasar
Turbidimetri merupakan pengukuran konsentrasi partikulat pada suatu suspensi yang
didasarkan pada hamburan elastis cahaya oleh partikel. Turbidimetri mengukur penurunan
intensitas cahaya yang diteruskan karena adanya hamburan. Zat dalam larutan harus
disuspensikan terlebih dahulu dengan mereaksikan zat pengendap dan seringkali ditambahkan
zat aktif permukaan untuk mencegah koagulasi berlebihan. Persamaan dalam turbidimetri adalah


log =
0

Dengan keterangan :

I = intensitas cahaya yang diteruskan

I0 = intensitas cahaya yang datang

k = konstanta perbandingan

b = panjang jalan sinar

c = konsentrasi partikel

Larutan standar yang digunakan ialah larutan suspensi hidrazin sulfat dan hexamine (5
mL larutan hidrazin sulfat 1% (dalam air) + 5 mL hexamine 10% (dalam air) dan diencerkan
hingga 100 mL, kemudian didiamkan 8 jam hingga terbentuk kekeruhan) yang ditentukan
sebagai larutan 400 NTU (Nefelo Turbidans Unit).
C. Alat dan Bahan
Alat

1. Spectronic-20 dan kuvet


2. Labu takar 50 mL
3. Labu takar 25 mL
4. Buret 25 mL dan buret mikro 10 mL
5. Pipet tetes
6. Gelas kimia 50.0 mL
7. Statif dan klem
8. Botol semprot

Bahan

1. Sampel air
2. Larutan standar 400 NTU
3. Aqua dm

D. Cara Kerja
Pada metode pertama, dibuat larutan standar dengan konsentrasi 40 NTU, 60 NTU, 80 NTU, 100
NTU, 120 NTU dari larutan standar 400 NTU dan masing-masing laurtan dimasukkan ke labu
takar 50,0 mL. Larutan standar yang telah disiapkan kemudian didiamkan selama 10 menit.
Larutan standar yang telah dibuat diukur turbidansinya pada panjang gelombang 500 nm dengan
aqua dm sebagai blanko. Larutan sampel diukur juga turbidansinya pada panjang gelombang
tersebut.

Pada metode kedua, larutan sampel dipipet sebanyak 10 mL dan diletakkan di dalam gelas kimia
50 mL. Kemudian ditambahkan larutan standar 400 NTU sebanyak 1 mL ke dalam gelas kimia
yang berisi larutan sampel. Larutan dalam gelas kimia diaduk dengan batang pengaduk magnet.
Sedikit dari larutan tersebut dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur turbidansinya.

Larutan di dalam kuret dimasukkan kembali ke dalam gelas kimia 50 mL dan ditambahkan 1 mL
larutan standar. Larutan dalam gelas kimia diaduk dengan batang pengaduk magnet. Kuvet
dibilas dengan larutan tersebut hingga tiga kali dan diisi dengan larutan tersebut. Penambahan
standar dilakukan hingga total empat kali. Kurva antara turbidansi terkoreksi dan volume standar
dibuat.

Pada metode ketiga, larutan sampel 10 mL dimasukkan ke dalam lima labu ukur 25 mL. Larutan
standar berturut-turut sebanyak 0 mL; 2,5mL; 4,0 mL; 5,0 mL; dan 7,5 mL dimasukkan ke dalam
labu ukur tersebut. Larutan di dalam labu takar kemudian diencerkan hingga tanda batas dan
diukur turbidansinya. Kurva antara turbidansi dan volume standar dibuat.

E. Data Pengamatan
Metode 1 (Kurva Kalibrasi)

Konsentrasi standar
%Transmitan
(NTU)
40 66,4
60 54,4
80 45,4
100 36,6
120 30,8
Sampel 52,0
Metode 2 (Penambahan standar ganda)

Volume standar (mL) %Transmitan

1,0 42,0

2,0 34,8

3,0 30,4

4,0 26,0

Metode 3 (Penambahan standar tunggal)

Volume standar (mL) %Transmitan

0 76,4
2,5 52,0
4,0 42,8
5,0 37,4
7,5 26,6
F. Pengolahan Data
Metode 1
Berdasarkan rumus S = 2 log %T maka pada konsentrasi standar 40 NTU, nilai S = 2 log
66,4 = 0,1778 .
Dengan rumus diatas maka nilai S pada konsentrasi lain diperoleh sebagai berikut
C standar
%T S
(NTU)
40 66,4 0,1778
60 54,4 0,2644
80 45,4 0,3429
100 36,6 0,4365
120 30,8 0,5114
Kemudian dengan melakukan plot antara nilai konsentrasi standar dengan nilai turbidensi, diperoleh
nilai kurva kalibrasi sebagai berikut :

Metode I
0.6
0.5 y = 0.0042x + 0.0109
R = 0.9991
0.4
S ukur

0.3
Metode I
0.2
Linear
0.1
0
0 20 40 60 80 100 120
C (NTU)

Berdasarkan pada kurva di atas diperoleh nilai m = 0,0042 dan b = 0,0109

Dengan diketahui nilai m dan b maka nilai konsentrasi pada sampel dapat dihitung yaitu dengan rumus

S sampelb (2log%T)b (2log52,0)0,0109


C sampel = = = = 65,02 NTU
m m 0,0042

Nilai % galatnya dapat dihitung sebagai berikut :

72 65,02
%galat = | | 100% = | | 100% = 9,69%
72
Metode 2

Berdasarkan rumus S = 2 log %T maka penambahan V standar 1 mL, nilai S = 2 log 42 =


0,3768
V standar + V sampel
Kemudian turbidansi terkoreksi diperoleh dengan rumus S = S
V sampel

V standar + V sampel 1 + 10
Pada penambahan 1 mL, S = S= 0,3768 = 0,4144
V sampel 11

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai S dan S saat penambahan 1- 4 mL adalah

V standar (mL) %T S S'


1 42 0,3768 0,4144
2 34,8 0,4584 0,5501
3 30,4 0,5171 0,6723
4 26 0,5850 0,8190
Penurunan rumus hubungan turbidansi dengan konsentrasi sebagai berikut :

S= kC

k C (Vsampel + Vstandar ) = k Csampel Vsampel + kCstandar Vstandar

Vsampel + Vstandar kCstandar


kC ( ) = k Csampel + ( ) Vstandar
Vsampel Vsampel

Vsampel + Vstandar kCstandar


S( ) = k Csampel + ( ) Vstandar
Vsampel Vsampel

kCstandar
S = k Csampel + ( ) Vstandar
Vsampel

Kemudian apabila nilai S diplotkan terhadap V standar maka akan diperoleh kurva sebagai
berikut :
Metode II
1

0.8

0.6
S'

0.4 Metode II
y = 0.1336x + 0.28
R = 0.9988 Linear
0.2

0
0 1 2 3 4
V baku (mL)

Sehingga diperoleh nilai m = 0,1336 dan b = 0,28. Dari nilai tersebut maka konsentrasi sampel
yang diukur dapat dihitung besarnya :

k Cstandar m Vsampel
m= , maka k =
Vsampel Cstandar

b b b Cstandar 0,28 x 400


b = k Csampel , maka Csampel = = m Vsampel = = = 83,83 NTU
k ( ) m Vsampel 0,1336 x 10
Cstandar

Nilai % galatnya dapat dihitung sebagai berikut :

72 83,83
%galat = | | 100% = | | 100% = 16,43%
72
Metode 3

Berdasarkan rumus S = 2 log %T maka penambahan V standar 0 mL, nilai S = 2 log 76,4 =
0,1169. Kemudian pada penambahan standar yang lain dihitung nilai S nya dan didapat nilai
pada tabel berikut :

V standar (mL) %T S
0 76,4 0,1169
2.5 52 0,2840
4 42,8 0,3686
5 37,4 0,4271
7.5 26,6 0,5751

Penurunan rumus yang menunjukkan hubungan antara turbidansi dengan konsentrasi adalah
sebagai berikut :
S= kC
k C = k Csampel Vsampel + kCstandar Vstandar
Vsampel kCstandar
k C = k Csampel +( ) Vstandar

Vsampel kCstandar
S = k Csampel +( ) Vstandar

Kemudian nilai S diplot kan dengan nilai C(konsentrasi) membentuk sebuah kurva, yaitu :
Metode III A
0.7
0.6 y = 0.0607x + 0.1236
R = 0.9988
S ukur 0.5
0.4
0.3 Metode III A
0.2 Linear
0.1
0
0 2.5 5 7.5
V baku (mL)

Sehingga di dapat nilai m sebesar 0,0607 dan nilai b sebesar 0,1236

Vsampel kCstandar
S = k Csampel +( ) Vstandar

kCstandar m V
Nilai m = maka k = C .
standar

Vsampel m V Vsampel
Sedangkan b = k Csampel = (C ) Csampel
standar

bC 0,1236 x 400
Maka Csampel = m Vstandar = = 81,45 NTU
sampel 0,0607 x 10

7281,45
Nilai % galatnya = |
| 100% = | 72
| 100% = 13,13%
G. Diskusi dan Pembahasan

Pada percobaan ini, untuk menentukan kekeruhan air dilakukan dengan metode turbidimetri.
Pada pengukuran secara turbidimetri didasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diteruskan
karena adanya hamburan. Metode turbidimetri cocok digunakan untuk mengukur sampel yang memiliki
konsentrasi besar atau partikel terlarut besar.

Nefelometri didasarkan banyaknya berkas sinar yang dihamburkan. Makin besar kadar analit
maka akan semakin banyak berkas sinar yang dihamburkan. Semakin sedikit kadar analit maka akan
semakin sedikit pula berkas sinar yang dihamburkan. Metoe nefelometri dilakukan untuk pengukuran
pada sistem larutan.

Pada percobaan ini digunakan tiga metode yang berbeda. Yang pertama adalah metode
penambahan eksternal ( kurva kalibrasi). Metode ini digunakan dengan syarat bahwa pengaruh matriks
pada sampel yang akan diuji sangat kecil atau dalam artian memiliki matriks yang sama dengan sampel
dan konsentrasi sampel berada pada rentang konsentrasi standar. Matriks adalah semua komponen
kecuali analit. Pada metode ini dibuat sebuah kurva kalibrasi dengan cara mengalurkan konsentrasi
standar terhadap turbidans sehingga akan diperoleh persamaan garis yang didapat dengan cara regresi.
Dengan mengetahui nilai turbidansnya maka akan diperoleh data konsentrasi sampel yang sedang
dianalisis. Pada metode pertama ini, terdapat kelebihan dan kekurangan yang dapat menjadi
pertimbangan dalam penggunaanya untuk menganalisis nilai konsentrasi pada sampel. Kelebihan dari
metode ini adalah waktu yang dibutuhkan tidak lama, dapat dilakukan pada beberapa konsentrasi
sampel yang berbeda-beda asalkan masih dalam rentang kurva kalibrasinya dan dalam penerapan
metode ini sangat mudah ( tidak rumit ). Pada metode ini, juga terdapat beberapa kekurangan yaitu
memerlukan larutan standar yang cukup banyak dan konsentrasi analit harus berada direntang kurva
kalibrasi, jika tidak maka tidak dapat dilakukan pengukuran ( pengukuran menjadi tidak sesuai yang
diinginkan).

Metode yang kedua adalah dengan penambahan standar secara berulang pada wadah yang
sama atau pada larutan yang sama. Metode penambahan standar berulang pada satu sampel ini dapat
dilakukan jika tidak memungkinkan untuk membuat standar matriks yang benar-benar sama dengan
sampel. Pada percobaan ini hanya dilakukan empat kali penambahan yang tiap penambahannya sekitar
1 mL. Nilai turbidans diukur setiap dilakukan penambahan standar pada analit. Metode ini merupakan
metode yang paling teliti diantara metode-metode yang lain. Hal itu disebabkan karena dapat mengukur
turbidans dari sampel yang konsentrasi partikulat penghamburnya sangat kecil. Dalam penentuan
konsentrasi dilakukan dengan membuat kurva antara konsentrasi dengan turbidans terkoreksi.
Kelebihan dari metode ini adalah sampel yang digunakan sedikit dan tidak ada komplikasi matriks
sedangkan kekurangannya tidak terdapat pembanding dan pelaksanaanya lebih rumit.

Metode ketiga adalah dengan penambahan standar tunggal. Perbedaan metode ini dengan
metode kedua adalah, standar yang ditambahkan hanya satu kali pada sampel namun dengan volume
yang berbeda-beda di tiap sampelnya. Metode ini digunakan jika pengaruh matriks yang terdapat dalam
larutan cukup besar. Kelebihan metode ini adalah gangguan matriks dan konsentrasi dapat ditentukan
dengan tepat. Namun pada metode ini, terdapat kekurangan yaitu diperlukan sampe yang cukup banyak
sehingga jika sampel dalam keadaan terbatas tidak dapat dilakukan pengukuran dengan metode ini.

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan pada tiga metode yang berbeda, diperoleh juga
nilai konsentrasi sampel dan galat yang berbeda-beda pula. Pada percobaan pertama nilai konsentrasi
yang diperoleh sebesar 65,02 NTU dan galatnya sebesar 9,69%.Hasil yang diperoleh lebih kecil dari hasil
nilai konsentrasi yang sebenarnya. Hal ini dipengaruhi dengan adanya matriks pada larutan sehingga
mengganggu pengukuran yang menyebabkan nilainya berbeda dengan yang asli. Kemudian pada
percobaan kedua dihasilkan nilai konsentrasi sebesar 83,83 NTU dan nilai galatnya sebesar 16,43%. Hal
ini bisa disebabkan karena penambahan yang berulang-ulang pada sampel menjadikan ketidaktelitian
yang dihasilkan pada metode ini cukup besar. Kemudian pada metode tiga diperoleh hasil konsentrasi
sebesar 81,45 NTU dan galatnya sebesar 13,13%.Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penyiapan
standar yang harus ditambahkan pada sampel nilainya tepat sehingga dapat mempengaruhi
pengukuran.

H. Kesimpulan
Kekeruhan pada sampel air berdasarkan metode 1, metode 2, dan metode 3 berturut-turut adalah
65,02 NTU ; 83,83 NTU; dan 81,45 NTU serta galat yang dihasilkan secara berturut-turut
sebesar 9,69% ; 16,43% dan 13,13%.

I. Daftar Pustaka
Kennedy, J. H., Analytical Principle, 2nd ed., Sounders College Publishing, New York, 1990
Skoog, Douglas. 2007. Prnciples of Instrumental Analysis. USA : Thomson Higher Education. (Hal.
230-250)
Harvey, David, 2000, Modern Analytical Chemistry, 2nd Edition, San Fransisco: Mc Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai