Anda di halaman 1dari 6

Hipotesis yang dikemukakan oleh Louis Victor duc de Broglie (perancis,

1924) yaitu suatu partikel (proton dan electron) juga dapat bersifat sebagai
gelombang. Salah satu besaran yang merupakan ciri gelombang adalah
panjang gelombangnya. Panjang gelombang (λ) partikel mempunyai
hubungan yang sama berpengaruh terhadap momentum (p) dalam radiasi
elektromagnetik. Besarnya panjang gelombang dirumuskan :

λ=h/p
λ : panjang gelombang (m)
h : konstanta Planck (6,63 x 10-34 J.s)
p : momentum partikel (kg.m/s)

Louis de Broglie : Perintis Kuantum Terakhir


Hans J. Wospakrik (Fisika ITB)
Pengantar

Berpulangnya Duc Prinz Louis de Broglie, fisikawan teori Perancis, bulan


Maret lalu pada usia 94 tahun, mengakhiri kehadiran perintis teori kuantum
yang hidup di tengah kita. Mereka adalah pendobrak ilmu dengan gagasan-
gagasan revolusioner pada awal abad ini yang memberi wajah baru bagi
fisika, guna memahami alam atom yang mini. Ini, pada gilirannya, membuka
jalan ke berbagai temuan teknologi menakjubkan, seperti transistor dan
laser, yang tidak diduga sebelumnya. Untuk mengenang perintis kuantum
terakhir ini, tulisan berikut mencoba memberi gambaran sekilas tentang
karya dan biografinya.

Adalah Max Planck (1858-1947), ilmuwan fisika teori Jerman, yang


mencetuskan gagasan awal tentang teori kuantum. Ini lahir dari upayanya
untuk menjelaskan teka-teki fisika yang berkaitan dengan pancaran tenaga
(energi) gelombang elektromagnet oleh benda (hitam) panas.
Pemecahannya ia temukan pada 1901 dengan anggapan bahwa "tenaga
gelombang elektromagnet dipancarkan dan diserap bahan dalam bentuk
catu-catu tenaga (diskrit) yang sebanding dengan frekuensi gelombang
elektromagnet".

Catu tenaga ini disebutnya kuanta (latin: sekian banyak: kuantum, bentuk
tunggalnya). Dengan demikian, tahun 1901 dicatat sebagai awal bergilirnya
bola teori kuantum. Namun, para fisikawan seangkatannya memandang
gagasan Planck ini tidak mempunyai makna fisika yang jauh melainkan
sekadar sebagai suatu kiat matematika belaka.
Empat tahun kemudian, pemuda Albert Einstein (1879-1955) mencatat
dirinya sebagai orang pertama yang menerapkan gagasan Planck lebih jauh
dalam fisika. Salah satunya, berkaitan dengan "efek fotolistrik", yaitu teka-
teki terbebaskannya elektron-elektron dari permukaan logam bila disinari
cahaya (gelombang elektromagnet).

Penjelasannya, karena elektron-elektron itu ditumbuk dan ditendang keluar


oleh kuanta-kuanta cahaya yang berperilaku sebagai partikel (zarah). Kuanta
cahaya ini disebut Einstein, foton. Dengan demikian, cahaya (gelombang
elektromagnet) yang mulanya dipandang sebagai gelombang, kini
diperlakukan pula sebagai partikel oleh Einstein.

Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard,
kemudian dibuktikan dengan percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962)
dari Amerika Serikat pada 1923, yang mengabadikan namanya dengan
peristiwa itu.

Gelombang partikel

Gagasan foton Einstein kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922,


sebelum Compton membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896).
Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak
dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100
milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini
ternyata memberi dampak yang berkesan bagi de Broglie.

Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul


gagasan untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup
pula alam partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan
bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang".
Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan
pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.

Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis
doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris.
Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein
untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang
"berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri,
sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang
gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan
Planck, tetapan Planck.

Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku


untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang
partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron, momentum p
adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu,
panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju
partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang
gelombangnya sekitar 0,7 mm.

Tantangan

Tesis ini kemudian diterbitkan pada awal 1925 dalam jurnal vak fisika
Perancis, Annales de Physique. Namun, luput dari perhatian para fisikawan.
Bahkan, para penguji de Broglie hanya terkesan dengan penalaran
matematikanya tetapi tidak mempercayai segi fisikanya.

Promotornya, Paul Langevin (1872-1946), kemudian mengirimkan satu kopi


kepada Einstein di Berlin, yang ternyata memberi rekasi mendukung. Ia
memandangnya lebih daripada permainan matematika dengan menekankan
bahwa gelombang partikel haruslah nyata. Berita ini kemudian ia teruskan
kepada Max Born (1882-1970), fisikawan teori Jerman, di Gottingen.

Born kemudian menanyakan kemungkinan eksperimentalnya kepada James


Franck (1882-1964), rekan sekerjanya, yang memberi tanggapan mendukung
dengan menunjuk pada teka-teki hasil percobaan Clinton J. Davisson (1881-
1958) dan asistennya Charles H. Kunsman dari Amerika Serikat pada 1922
dan 1923. Keduanya mengamati bahwa permukaan logam yang ditembaki
dengan berkas elektron selain memancarkan kembali elektron-elektron
dengan tenaga yang sangat rendah, ternyata ada pula yang memiliki tenaga
sama dengan elektron semula.

Teka-teki ini kemudian terjelaskan oleh Walter Elsaser, mahasiswa Born, pada
tahun 1925 dalam sebuah makalah ringkas dengan menggunakan gagasan
gelombang de Broglie. Namun sayang, para fisikawan eksperimen tidak
terkesan dengan tafsir ulang ini terhadap data percobaan mereka - apalagi
oleh seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sama sekali belum dikenal.

Dukungan dan hadiah Nobel

Pada tahun 1926 barulah nampak suatu terang! Erwin Schrodinger (1887-
1961), fisikawan teori Austria, merumuskan suatu persamaan matematika
yang mengendalikan kelakuan rambatan gelombang partikel dalam berbagai
sistem fisika. Ini sama halnya dengan persamaan gerak Newton dalam
mekanika Newton (klasik) yang mengendalikan kelakuan gerak partikel.

Karya Schrodinger ini melahirkan mekanika baru yang dikenal sebagai


mekanika gelombang atau lazimnya disebut mekanika kuantum.
Penerapannya pada struktur atom berhasil menjelaskan berbagai data
pengamatan dengan begitu mengesankan, tanpa dipaksa, sehingga
menyentakkan para fisikawan untuk menerima gagasan de Broglie.
Dukungan berikutnya datang dari Amerika Serikat, oleh Clinton J. Davisson
dan Lester H. Germer (1896 - ?.), yang menerbitkan hasil percobaan mereka
pada 1927, bahwa elektron memang memperlihatkan perilaku gelombang.
Bukti yang sama tetapi dengan metode percobaan yang berbeda juga
dilaporkan oleh George P. Thomson (1892-1975) dari Inggris pada waktu itu.

Dukungan bukti-bukti percobaan ini kemudian mengukuhkan penerimaan


gelombang partikel yang diikuti dengan dianugerahkannya hadiah Nobel
Fisika (tunggal) 1929 bagi Louis de Broglie. Suatu penghargaan keilmuan
bergengsi yang patut bagi karya ilmiahnya yang begitu revolusioner.

Duc Prinz Louis de Broglie

Louis Victor Pierre Raymon de Broglie lahir pada 15 Agustus 1892 di Dieppe,
Perancis. Keturunan de Broglie, yang berasal dari Piedmont, Italia barat laut
cukup dikenal dalam sejarah Perancis karena mereka telah melayani raja-raja
Perancis baik dalam perang dan jabatan diplomatik selama beratus tahun.

Pada 1740, Raja Louis XI mengangkat salah satu anggota keluarga de


Broglie, Francois Marie (1671-1745) sebagai Duc (seperti Duke di Inggris),
suatu gelar keturunan yang hanya disandang oleh anggota keluarga tertua.
Putra Duc pertama ini ternyata membantu Austria dalam Perang Tujuh Tahun
(1756-1763). Karena itu, Kaisar Perancis I dari Austria menganugerahkan
gelar Prinz yang berhak disandang seluruh anggota keluarga de Broglie.

Dengan meninggalnya saudara tertua Louis, Maurice, juga fisikawan


(eksperimen), pada 1960, maka Louis serempak menjadi Duc Perancis (ke-7)
dan Prinz Austria.

Louis mulanya belajar pada Lycee Janson de Sailly di Paris dan memperoleh
gelar dalam sejarah pada 1909. Ia menjadi tertarik pada ilmu pengetahuan
alam karena katanya, "terpengaruh oleh filsafat dan buku-buku Henry
Poincare (1854-1912)", matematikawan besar Perancis.

Pada 1910, Louis memasuki Universitas Paris untuk menyalurkan minatnya


dalam ilmu pengetahuan. Tahun 1913 ia peroleh licence dalam ilmu
pengetahuan dari Faculte des Sciences. Studinya kemudian terputus karena
berkecamuknya Perang Dunia I. Barulah pada usia 32, Louis meraih gelar
doktornya dalam fisika teori dengan tesis tentang gelombang partikel di
atas. Ia kemudian memulai karier mengajarnya di Universitas Paris dan
Institut Henry Poincare pada 1928.

Atom untuk perdamaian

Pada 1945, Louis dan kakaknya Maurice diangkat sebagai anggota dewan
Komisi Tinggi Tenaga Atom Perancis. Mereka menaruh perhatian besar pada
pengembangan tenaga atom untuk tujuan damai dan mempererat pertalian
antara ilmu dan industri.

Hingga akhir hidupnya, Louis de Broglie menjabat sebagai sekretaris tetap


pada Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Dalam jabatannya ini ia tetap
mendesak badan tersebut mempertimbangkan secara mendalam berbagai
akibat berbahaya dari ledakan bom hidrogen (termonuklir).

Perhatiannya yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan dan perdamaian


membuat ia patut dikenang oleh setiap pecinta ilmu dan perdamaian!

Sumber : Kompas (8 Juli 1987)

Sifat Dualisme Gelombang Materi


Pada tahun 1924, Louis de Broglie, seorang ahli fisika dari prancis
mengemukakan hipotesis tentang gelombang materi. Gagasan ini adalh
timbale balik daripada gagasab partikel cahaya yang dikemukakan Max
Planck. Louis de Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui eksperimen
difraksi berkas elektron. Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan “materi
mempunyai sifat gelombang di samping partikel”, yang dikenal dengan
prinsip dualitas.

Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang
tampak jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie
dengan dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya.
Pertikel yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung
teori ini adalah petir dan kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir.
Kilat menunjukan sifat gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir
menunjukan sifat pertikel berbentuk suara.

Gelombang Materi

Hipotesis tentang gelombang materi berasal dari gagasan foton Einstein.


Kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton
membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan
bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak dipancarkan
benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar kali suhu
mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi
dampak yang berkesan bagi de Broglie.

Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul


gagasan untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup
pula alam partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan
bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang".
Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan
pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.

Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis
doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris.
Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein
untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang
"berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri,
sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang
gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan
Planck, tetapan Planck.

Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku


untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang
partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron, momentum p
adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu,
panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju
partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang
gelombangnya sekitar 0,7 mm.

Menurut de Broglie, partikel yang bergerak sangat cepat, mempunyai cirri-


ciri gelombang. Sifat-sifat gelombang dari partikel dinyatakan dalam
persamaan:

λ = h/mv

dimana: λ = panjang gelombang

m = massa partikel

v = kecepatan

h = tetapan Planck

persamaan diatas dikenal dengan nama persamaan de Broglie dimana


persamaan ini dapat dipergunakan untuk menghitung besarnya panjang
gelombang dari suatu partikel yang bergerak dengan kecepatan v.

Anda mungkin juga menyukai