1924) yaitu suatu partikel (proton dan electron) juga dapat bersifat sebagai
gelombang. Salah satu besaran yang merupakan ciri gelombang adalah
panjang gelombangnya. Panjang gelombang (λ) partikel mempunyai
hubungan yang sama berpengaruh terhadap momentum (p) dalam radiasi
elektromagnetik. Besarnya panjang gelombang dirumuskan :
λ=h/p
λ : panjang gelombang (m)
h : konstanta Planck (6,63 x 10-34 J.s)
p : momentum partikel (kg.m/s)
Catu tenaga ini disebutnya kuanta (latin: sekian banyak: kuantum, bentuk
tunggalnya). Dengan demikian, tahun 1901 dicatat sebagai awal bergilirnya
bola teori kuantum. Namun, para fisikawan seangkatannya memandang
gagasan Planck ini tidak mempunyai makna fisika yang jauh melainkan
sekadar sebagai suatu kiat matematika belaka.
Empat tahun kemudian, pemuda Albert Einstein (1879-1955) mencatat
dirinya sebagai orang pertama yang menerapkan gagasan Planck lebih jauh
dalam fisika. Salah satunya, berkaitan dengan "efek fotolistrik", yaitu teka-
teki terbebaskannya elektron-elektron dari permukaan logam bila disinari
cahaya (gelombang elektromagnet).
Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard,
kemudian dibuktikan dengan percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962)
dari Amerika Serikat pada 1923, yang mengabadikan namanya dengan
peristiwa itu.
Gelombang partikel
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis
doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris.
Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein
untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang
"berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri,
sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang
gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan
Planck, tetapan Planck.
Tantangan
Tesis ini kemudian diterbitkan pada awal 1925 dalam jurnal vak fisika
Perancis, Annales de Physique. Namun, luput dari perhatian para fisikawan.
Bahkan, para penguji de Broglie hanya terkesan dengan penalaran
matematikanya tetapi tidak mempercayai segi fisikanya.
Teka-teki ini kemudian terjelaskan oleh Walter Elsaser, mahasiswa Born, pada
tahun 1925 dalam sebuah makalah ringkas dengan menggunakan gagasan
gelombang de Broglie. Namun sayang, para fisikawan eksperimen tidak
terkesan dengan tafsir ulang ini terhadap data percobaan mereka - apalagi
oleh seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sama sekali belum dikenal.
Pada tahun 1926 barulah nampak suatu terang! Erwin Schrodinger (1887-
1961), fisikawan teori Austria, merumuskan suatu persamaan matematika
yang mengendalikan kelakuan rambatan gelombang partikel dalam berbagai
sistem fisika. Ini sama halnya dengan persamaan gerak Newton dalam
mekanika Newton (klasik) yang mengendalikan kelakuan gerak partikel.
Louis Victor Pierre Raymon de Broglie lahir pada 15 Agustus 1892 di Dieppe,
Perancis. Keturunan de Broglie, yang berasal dari Piedmont, Italia barat laut
cukup dikenal dalam sejarah Perancis karena mereka telah melayani raja-raja
Perancis baik dalam perang dan jabatan diplomatik selama beratus tahun.
Louis mulanya belajar pada Lycee Janson de Sailly di Paris dan memperoleh
gelar dalam sejarah pada 1909. Ia menjadi tertarik pada ilmu pengetahuan
alam karena katanya, "terpengaruh oleh filsafat dan buku-buku Henry
Poincare (1854-1912)", matematikawan besar Perancis.
Pada 1945, Louis dan kakaknya Maurice diangkat sebagai anggota dewan
Komisi Tinggi Tenaga Atom Perancis. Mereka menaruh perhatian besar pada
pengembangan tenaga atom untuk tujuan damai dan mempererat pertalian
antara ilmu dan industri.
Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang
tampak jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie
dengan dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya.
Pertikel yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung
teori ini adalah petir dan kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir.
Kilat menunjukan sifat gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir
menunjukan sifat pertikel berbentuk suara.
Gelombang Materi
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis
doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris.
Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein
untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang
"berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri,
sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang
gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan
Planck, tetapan Planck.
λ = h/mv
m = massa partikel
v = kecepatan
h = tetapan Planck