Anda di halaman 1dari 13

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.

2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A


PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN YELLOWFIN TUNA
(Thunnus albacares) DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA
BAGIAN SELATAN

Effect of Sea Surface Temperature and Chlorophyll-a Distributions


On Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) Catch In The Waters of
Southern Halmahera Sea

Umar Tangke1), John Ch Karuwal1), Mukti Zainuddin2), Achmar Mallawa2)

1) Staf Pengajar pada FAPERTA UMMU-Ternate


2) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar

Diterima: 30 Desember 2014; Disetujui: 1 April 2015

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2015 dengan tujuan untuk
melihat sebaran temporal dan spasial suhu permukaan laut di perairan selatan Laut
Halmahera dan pengaruhnya terhadap hasil tangkapan ikan yellowfin tuna, dengan
menggunakan data lapangan dan data citra yang dianalisis dengan analisis deskriptif,
statistik dan analisis sistim informasi geografis (SIG) sehingga hasil penelitian yang didapat
adalah sebaran suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a serta hubungannya terhadap hasil
tangkapan yellowfin tuna. Citra satelit bulan Februari-April 2015 menunjukan bahwa
sebaran suhu permukaan laut (SPL) di perairan Laut Halmahera pada bulan februari dan
maret hampir sama yakni pada kisaran 29,0-31,5oC, sedangkan suhu permukaan laut bulan
april lebih tinggi dari kedua bulan sebelumnya. Untuk klorofil-a juga mengalami fluktuasi
dengan nilai sebaran klorofil-a tertinggi terdapat pada bulan Maret 2015. Hasil analisis
statistik menunjukan bahwa baik secara bersama-sama maupun secara individu kedua
parameter oseanografi (SPL dan klorofil-a) berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan
yellowfin tuna di Laut Halmahera bagian selatan.

Kata kunci: yellowfin tuna, suhu permukaan laut, klorfil-a, laut halmahera

___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 248
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

ABSTRACT
This study aimed to describe spatio-temporal distribution of sea surface temperature
(SST) and chlorophyll-a (Chl-a) derived from satellite images and its effect on yellowfin tuna
catch in the southern Halmahera Sea during February-April 2015. The satellite and catch
data were analyzed descriptive and quantitatively and used spatial analysis of Geographic
Information System (GIS). Results indicated that SST distribution for the period of February-
April tended to be constant at approximately 29.0-31.5oC. SST In April was higher than two
previous months. While, Chl-a tended to be highly variable and reached the peak in March.
Statistical analysis showed that all the oceanographic parameters (SST and Chl-a) explained
significantly the variability of yellowfin tuna catch in the southern Halmahera Sea.

Keywords: yellowfin tuna, sea surface temperature, chl-a, halmahera sea

____________________________________________________
Contact person : Umar Tangke
Email: umar_tangke@gmail.com

PENDAHULUAN
Perairan laut Halmahera bagian hidup di permukaan laut sampai pada
selatan terletak antara Propinsi Maluku batas atas lapisan termoklin dan
Utara dan Propinsi Papua Barat dengan merupakan jenis ikan ekonomis penting
produksi perikanan yang sangat potensial yang oleh masyarakat Maluku Utara lebih
diantaranya ikan pelagis besar, ikan dikenal dengan nama ikan madidihang.
pelagis kecil dan ikan demersal. Jenis ikan Produksi ikan yellowfin tuna di Propinsi
pelagis besar yang dominan pada Maluku Utara pada tahun 2012 mengalami
kegiatan perikanan tangkap adalah peningkatan, ini dipengaruhi oleh
yellowfin tuna (Thunnus albacares), peningkatan jumlah unit penangkapan
cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan sehinggatotal produksi pada tahun 2012
tongkol (Euthynnus affinis). mencapai 150.655,5 Ton dengan tingkat
Yellowfin tuna (Thunnus albacares) eksploitasi (E) sebesar 0,3.
(Gambar 1) adalah jenis ikan pelagis yang

Gambar 1. Ikan Yellowfin tuna (Thunnus albacares)

Untuk mendapatkan tingkat termanfaatkan secara optimal.


eksploitasi yang maksimal dengan tetap Peningkatan tingkat eksploitasi dapat
menjaga kelestarian sumberdaya ikan dilakukan dengan menambah jumlah
yellowfin tuna tersebut, maka perlu armada/unit dan trip penangkapan.
adanya peningkatan tingkat eksploitasi (E) Jumlah trip dapat di tingkatkan jika
sampai mencapai 0,5 sehingga MSY dapat penyebaran daerah penangkapan telah
___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 249
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

diprediksi sebelum kegiatan operasi jauh untuk informasi daerah


penangkapan dilakukan. Dengan penangkapan ikan diharapkan dapat
memprediksi daerah penangkapan meningkatkan kepastian hasil tangkapan
sebelum operasi penangkapan dilakukan, atau berbekal informasi tentang daerah
maka efisiensi dan efektifitas dapat penangkapan ikan, maka tidak ada lagi
tercapai sehingga nelayan ke laut bukan istilah bagi nelayan untuk mencari ikan
untuk mencari tetapi untuk menangkap namun nelayan melaut untuk menangkap
ikan. ikan.
Usaha untuk memprediksi daerah Penelitian ini bertujuan untuk
penangkapan ikan (fishing ground) dapat melihat sebaran temporal dan spasial
dilakukan melalui pendekatan kondisi suhu permukaan laut dan klorofil-a di
fisika oseanografi. Hampir semua populasi perairan laut Halmahera bagian selatan
ikan yang hidup di perairan laut dan pengaruhnya terhadap hasil
mempunyai kisaran suhu dan klorofil-a tangkapan ikan yellowfin tuna. Manfaat
yang optimum untuk kehidupannya (Hela yang diharapkan dari penelitian ini adalah
dan Laevastu, 1970). Dengan mengetahui memberikan informasi kepada pihak-pihak
parameter oseanografi terutama suhu dan terkait mengenai daerah penangkapan
klorofil-a optimum dari suatu spesies ikan yellowfin tuna yang potensial di perairan
pada suatu perairan, maka kita dapat laut Halmahera bagian selatan dan dapat
menduga keberadaan kelompok ikan dan memperkaya pengetahuan pada bidang
dapat digunakan untuk tujuan penginderaan jauh dan pemetaan daerah
penangkapan (eksploitasi). penangkapan ikan.
Pengukuran suhu permukaan laut
dan klorofil-a dapat dilakukan secara DATA DAN METODE
langsung (insitu) dan tidak langsung yaitu Penelitian ini dilaksanakan pada
melalui teknologi penginderaan jauh bulan Februari - April 2015 bertempat di
dengan menggunakan satelit. Teknik laut Halmahera bagian selatan (Gambar 2).
penginderaan jauh melalui satelit Alat yang digunakan dalam
merupakan metode yang efisien untuk penelitian ini adalah satu unit kapal Tuna
mengetahui sebaran suhu permukaan laut Hand Line, GPS, kamera digital, timbangan
dan sebaran klorofil-a. Data dari satelit duduk, thermometer, TDS serta alat tulis
sangat membantu dalam penentuan suhu menulis. Sedangkan bahan yang
dan klorofil-a optimum yang disenangi digunakan adalah peta topografi
ikan. Suhu permukaan laut dan klorofil-a Indonesia skala 1:1.000.000 Bakosurtanal
tersebut kemudian dapat (peta digital) sebagai acuan koreksi
diimplementasikan untuk memprediksi geometrik, citra satelit Aqua/Modis level 3,
daerah penangkapan ikan. Perkembangan Beam 4.9, Envi 4.5, ArcView dan SPSS 20.
teknologi pada bidang penginderaan

___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 250
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

Gambar 2. Lokasi Penelitian (Laut Halmahera Bagian Selatan)

Metode Pengambilan data terkoreksi dan ditampilkan dalam bentuk


Sesuai dengan tujuan penelitian, format gambar JPEG. Suhu Permukaan
maka penelitian ini menggunakan data Laut (SPL) dan klorofil-a pada daerah
primer yang merupakan data hasil penangkapan ikan pada saat trip operasi
pengamatan langsung dilapangan dengan penangkapan dapat dihitung dengan
mengikuti operasi penangkapan ikan menggunakan software ENVI 4.5. Citra SPL
meliputi jumlah hasil tangkapan dan posisi selanjutnya diolah untuk mendapat
daerah penangkapan yellowfin tuna, serta konsentrasi berdasarkan posisi
data sekunder meliputi citra sebaran suhu penangkapan di perairan laut Halmahera
permukaan laut dan klorofil-a level 3 bagian selatan dan kemudian
Aqua/Modis didownload dari database diproyeksikan.
NASA
(http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov). Hasil Tangkapan
Data hasil tangkapan yang dipakai
Citra Suhu Permukaan Laut dan meliputi berat hasil tangkapan selama
Klorofil-a bulan Februari - April 2015 dianalisis
Citra yang dipilih untuk diolah dengan cara dihitung berat per trip
adalah citra bulanan standar map resolusi penangkapan sehingga dapat diamati
4 km bulan Februari - April 2015. Data fluktuasi hasil tangkapan berdasarkan
sebaran SPL dan klorofil-a secara waktu (temporal) dan lokasi penangkapan
horizontal dihitung menggunakan data (spasial). Data hasil tangkapan selanjutnya
citra SPL yang telah dikoreksi baik secara dianalisa secara deskriptif dan disajikan
atmosferik maupun geometrik, kemudian dalam bentuk tabel atau grafik.
diinterpretasikan berdasarkan karakteristik
variasi menurut kenampakannya. Data Analisis Data
sebaran suhu permukaan laut dan klorofil- 1. Analisis deskriptif digunakan untuk
a diketahui dengan melakukan analisis membahas hasil tangkapan dan citra
visual terhadap citra MODIS yang telah suhu dengan menggunakan bantuan

___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 251
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

grafik dari data hasil tangkapan, suhu untuk memetakan sebaran hasil
permukaan laut dan klorofil-a. tangkapan yellowfin tuna dengan citra
2. Analisis regresi linier berganda parameter oseanografi (SPL dan
(Wallpole, 1995) dengan formula Y = a Klorofil-a) bulan Februari -April 2015,
+ bX, dengan menggunakan bantuan dengan tujuan untuk menghasilkan
Softwere SPSS 20 untuk melihat informasi tentang hubungan kedua
pengaruh SPL dan klorofil-a terhadap variable tersebut.
Hasil Tangkapan ikan yellowfin tuna
digunakan untuk menganalisis HASIL DAN PEMBAHASAN
hubungan suhu permukaan laut dan Produksi Ikan Madidihang (Yellowfin
klorofil-abaik secara bersama maupun Tuna)
secara secara individual (uji F) dan Uji Produksi ikan madidihang
(t). Hubungan antara hasil tangkapan (yellowfin tuna) selama penelitian yang
dengan SPL dan Klorofil-a dapat dilihat dikumpulkan kapal hand line selama 54
pada koefisien korelasi yang dihasilkan trip mulai bulan Februari - April 2015
dari analisis regresi berganda. terlihat fluktuatif. Produksi Bulan Februari
3. Jika secara individual nilai SPL dan 2015 mencapai 4.160 kg dengan rata-rata
Klorofil-a berpengaruh terhadap hail hasil tangkapan 297,14 kg/trip. Produksi
tangkapan yellowfin tuna maka akan bulan Maret meningkat menjadi 19.440 kg
dilanjutkan dengan regresi non linear dengan rata-rata hasil tangkapan 845,22
(Analisis regresi polynomial) dengan kg/trip. Pada Bulan April produksi turun
formula Y = a + bX + cX2. besarnya menjadi 5.000 kg dengan rata-rata 294,12
pengaruh yang dapat dilihat pada kg/trip. Produksi ikan madidihang
koefisin determinasi (KP) = r2 x 100 %. (yellowfin tuna) selama penelitian dapat
4. Analisis SIG dengan menggunakan dilihat pada Gambar 3.
perangkat lunak Arc-view, digunakan

Gambar 3. Produksi Ikan Madidihang (Yellowfin Tuna) Bulan Feb. - Apr. 2015

___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 252
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

Sebaran Hasil Tangkapan Yellowfin di dominasi oleh kisaran yang hampir


Tuna dengan Kondisi Oseanografi sama dengan citra bulan Februari 2015 (29
Suhu Permukaan Laut (SPL) – 31,5 oC) dan terdapat spot-spot kecil
Hasil analisis citra satelit suhu dengan nilai suhu permukaan laut kurang
permukaan laut bulan Februari sampai dari 29oC pada daerah penangkapan
April 2015 (Gambar 4), menunjukan (0°14'24.0"- 0°19'48.0" N,129°10'12.0" -
adanya fluktuasi suhu permukaan laut 129°32'24.0" E) serta bagian selatan dan
secara spasial dan temporal selama bulan utara agak ke timur dari daerah
Februari - April 2015. Citra satelit bulan penangkapan. Hasil tangkapan tertinggi
Februari 2015 menunjukan sebaran suhu pada bulan Maret adalah 1.880 kg pada
permukaan laut yang umumnya suhu 28,95 oC.
didominasi oleh kisaran suhu 29 – 31,5oC Citra satelit bulan April 2015
dan terdapat spot suhu permukaan laut menunjukan nilai suhu permukaan laut
yang lebih kecil dari 29oC pada daerah lebih tinggi dari bulan sebelumnya
penangkapan (0°12'0.0" - 0°18'0.0" N, dengan nilai kisaran suhu permukaan laut
129°10'48.0" -129°31'12.0" E) dengan arah 29 – 31,5 oC, dengan spot suhu
sebaran secara vertikal kearah utara laut permukaan laut tertinggi berada pada
Halmahera. Jumlah hasil tangkapan arah barat daya daerah penangkapan (0°
selama bulan Februari 2015 adalah 4.160 7'48.0" - 0°19'48.0" N,129° 7'48.0" -
kg yang tertangkap pada kisaran suhu 129°32'24.0" E). Hasil tangkapan tertinggi
28,12 – 29,98 oC, dengan hasil tangkapan pada bulan Maret adalah 520 kg pada
tertinggi adalah 440 kg pada suhu 28,4 oC. suhu 30,2 oC.
Citra satelit bulan Maret 2015
menunjukan sebaran suhu permukaan laut

Gambar 4. Peta Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Hasil Tangkapan Bulan Feb-April 2015

___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 253
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

Fluktuasi suhu permukaan laut daerah penangkapan selama bulan


yang terjadi secara spasial dan temporal Februari berkisar antara 0,165-0,183
selama penelitian diduga karena pengaruh mg/m3, dengan hasil tangkapan yellowfin
pola musiman intraseasonal (1-3 bulan) tuna tertinggi (440 kg) berada pada nilai
dan musiman (12 bulan), dimana variasi klorofil-a 0,18 mg/m3.
bulanan suhu permukaan laut di daerah ini Citra satelit bulan Maret 2015
menyerupai variasi bulanan SPL di terlihat bahwa nilai konsentrasi klorofil-a
Samudera Pasifik bagian selatan yang pada bagian utara laut Halmahera
sesuai dengan hasil penelitian Savitria et al cenderung tinggi dari bagian selatan laut
(2013) dan juga diduga dipengaruhi oleh Halmahera. Nilai konsentrasi tertinggi
faktor meteorologi. Kida dan Wijffels membentuk spot dan menyebar
(2012), menyatakan bahwa variasi SPL mendekati pesisir pulau Halmahera bagian
yang tinggi di perairan laut Halmahera timur dan bagian utara Pulau Gebe
disebabkan oleh faktor meteorologi dengan nilai klorofil-a berada pada kisaran
diantaranya kecepatan angin, suhu udara 0,2 – 0,35 mg/m3, konsentrasi klorofil-a
dan fluks panas yang berubah- pada bagian selatan pulau Halmahera dan
ubah.Variasi SPL juga dapat dipengaruhi pulau Gebe berada pada kisaran kurang
oleh faktor oseanografi yaitu arus, pasang dari 0,15 mg/m3. Kisaran klorofil-a selama
surut, faktor meteorologi, dan faktor lokal bulan Maret pada daerah penangkapan
seperti topografi dasar laut maupun faktor adalah 0,138 – 0,33 mg/m3, dengan hasil
meteorologi seperti monsun, suhu udara, tangkapan tertinggi (1.880 kg) berada
dan fluks panas. Menurut Kida and Richard pada nilai klorofil-a 0,306 mg/m3. Citra
(2008) monsun memainkan peranan satelit bulan April 2015 terlihat bahwa nilai
dominan dalam variasi suhu permukaan konsentrasi klorofil-a pada bagian timur
laut secara spasial. laut dan barat daya daerah penangkapan
kurang dari 0,15 mg/m3, sedangkan pada
Sebaran Klorofil-a daerah pesisir pulau Halmahera bagian
Hasil analisis citra satelit untuk timur (barat laut daerah penangkapan)
distribusi klorofil-a bulan Februari - April konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran
2015 (Gambar 5), terlihat bahwa sebaran 0,15 – 0,35 mg.m3, dengan nilai
konsentrasi klorofil-a pada perairan laut konsentrasi tertinggi mendekati pulau
Halmahera adalah 0,1 – 0,35 mg/m3. Citra Halmahera. Nilai konsentrasi klorofil-a
bulan Februari 2015 menunjukan bahwa pada daerah penangkapan selama bulan
terdapat spot-spot konsentrasi klorofil-a April 2015 adalah 0,112-0,169, dengan
yang tersebar hampir merata pada semua hasil tangkapan tertinggi (520 kg) terdapat
perairan, dengan dengan nilai konsentrasi pada konsentrasi klorofil-a 0,17 mg/m3.
tertinggi terdapat pada daerah pesisir
pulau Halmahera. Sebaran klorofil-a pada

___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 254
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

Gambar 5. Peta sebaran Klorofil-a dan hasil tangkapan Bulan Feb-April 2015

Fluktuasi klorofil-a yang terjadi dari dua Samudera yang berbeda. Massa
selama bulan Februari - April 2015 diduga air tersebut meliputi suhu, salinitas,
karena pengaruh angin mosun yang oksigen, klorofil, dan tracer lainnya yang
menyebabkan pola sirkulasi massa air dapat dijadikan indikator kesuburan
yang berbeda dan bervariasi antara musim perairan (Tomascik et al., 1997).
dimana pengaruh angin muson ini juga
diduga mengakibatkan terjadinya Analisis Hubungan Hasil Tangkapan
penaikan massa air (upwelling) di laut Yellowfin Tuna Dengan Parameter Suhu
Halmahera (Wyrtki, 1961 dan Schalk, 1987 Permukaan Laut dan Klorofil-a
dalam Rasyid, 2009). Disamping itu Hubungan kondisi oseanografi
pengaruh massa air lautan Pasifik yang dengan hasil tangkapan yellowfin tuna
melintasi perairan Indonesia menuju dianalisis menggunakan regresi linier
lautan Hindia melalui sistem arus lintas berganda dengan hasil tangkapan sebagai
Indonesia juga mempengaruhi terjadinya variable dependent, suhu permukaan laut
fluktuasi sebaran konsentrasi klorofil-a, dan klorofil-a dijadikan sebagai variabel
dimana ketika massa air melewati perairan bebas. Persyaratan yang harus dipenuhi
Indonesia, maka massa air Arlindo akan untuk mendapatkan model regresi terbaik
bercampur dengan massa air lainnya, diantaranya uji normalitas dan uji
sehingga terjadi percampuran massa air multikolinieritas data.

___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 255
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

Hasil uji normalitas data Analisis varians (Uji F) dipakai


menunjukan bahwa ketiga data variabel untuk melihat pengaruh suhu permukaan
tersebut tidak terdistribusi secara normal laut dan klorofil-a secara bersama-sama
sehingga ketiga data tersebut di logaritma terhadap hasil tangkan ikan yellowfin tuna,
naturalkan (Ln). Setelah data dilon, maka hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1.
ketiga data variabel tersebut telah Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai
memenuhi persyaratan distribusi normal signifikansi yang diperoleh 0,000 kurang 
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari (0,05) dengan Fhit27,421 (> Ftab(0.05)= 3,172),
0,05. Hasil uji multikolinieritas menunjukan ini menunjukan bahwa secara bersama-
bahwa tidak terjadi hubungan sama suhu permukaan laut dan klorofil-a
multikolinieritas antara suhu permukaan berpengaruhnya nyata terhadap hasil
laut dengan klorofil-a dengan nilai tangkapan yellowfin tuna.
toleransi 0,748 (> 0.1)dan nilai VIF 1,336
(<10).

Tabel 1. Hasil uji F hasil tangkapan dengan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a

Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square

Regression 15.66 2 7.583 27.421 .000b

1 Residual 14.104 51 .277

Total 29.270 53

a. Dependent Variable: Catch

b. Predictors: (Constant), Klorofil-a, SPL

Nilai koefisien korelasi digunakan dan klorofil-a dan 48,2 % dipengaruhi oleh
untuk mengetahui besarnya proporsi faktor lain.
variabel tidak bebas terhadap variabel Model regresi yang digunakan
bebas, nilai koefisien korelasi (R) yang untuk menjelaskan hubungan parameter
didapat adalah 0,720, Hal ini berarti oseanografi dengan hasil tangkapan
hubungan antara hasil tangkapan yellowfin tuna di laut Halmahera bagian
yellowfin tuna dengan parameter selatan adalah Y = -4;093 + 4,18 X1 +
oseanografi (suhu permukaan laut dan 2,274 X2, dengan X1 adalah suhu
klorofil-a) sebesar 72%. Koefisien permukaan laut dan X2 adalah klorofil-a.
2
determinasi (R ) adalah 0,518, artinya 51,8 Gambar 6 menunjukan grafik Hubungan
% pengaruh terhadap hasil tangkapan antara hasil tangkapan lapangan dan hasil
disebabkan oleh suhu permukaan laut tangkapan prediksi.

___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 256
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

Gambar 6. Grafik hubungan antara hasil tangkapan lapangan dengan tangkapan prediksi

Uji t dipakai untuk melihat dengan nilai suhu permukaan laut 0,020
pengaruh faktor oseanografi terhadap dan klorofil-a 0,000 sehingga hasil
hasil tangkapan yellowfin tuna secara tersebut menunjukan bahwa secara
individual. Hasil uji t digunakan dengan individual parameter oseanografi
memasukan parameter oseanografi berpengaruh nyata terhadap hasil
sebagai variabel bebas (X) dan hasil tangkapan ikan yellowfin tuna.
tangkapan sebagai variabel tak bebas (Y).
Nilai signifikansi suhu permukaan laut dan
klorofil (Tabel 2) lebih kecil dari  (0.05)

Tabel 2. Hasil Uji t Hasil Tangkapan dengan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a

Unstandardized Standardized Collinearity


Model Coefficients Coefficients T Sig. Statistics

B Std. Error Beta Tolerance

(Constant) -4.093 10.659 -.384 .703


1
SPL 4.118 3.234 .143 1.273 .020 .748
Klorofil-a 2.274 .327 .781 6.950 .000 .748

Hasil analisis dengan dengan koefisien determinasi 0,295


menggunakan regresi polinomial untuk artinya 29,5 % hasil tangkapan yellowfin
melihat besarnya pengaruh dari suhu tuna dipengaruhi suhu permukaan laut.
permukaan laut dan klorofil-a terhadap Garis trendline polinomial pada Gambar
hasil tangkapan yellowfin tuna dapat 7a memperlihatkan kecenderungan
dijelaskan sebagai berikut. Hasil analisis perubahan suhu terhadap hasil tangkapan
polinomial menunjukan adanya hubungan yellowfin tuna, dimana hasil tangkapan
antara suhu permukaan laut dan hasil cenderung meningkat pada suhu 28,6oC
tangkapan yellowfin tuna (Gambar 7a), dan menurun pada suhu diatas 29,5 oC.
___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 257
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

Frekuensi penangkapan dalam tuna juga diduga disebabkan karena


hubungannya dengan suhu permukaan yellowfin tuna pada umumnya merupakan
laut (Gambar 7c) menunjukan bahwa pada predator yang selalu berada di lapisan
laut Halmahera bagian selatan, ikan permukaan pada siang hari untuk berburu
yellowfin tuna umumnya tertangkap pada mangsanya (Gradieff, 2003). Menurut
kisaran suhu permukaan laut 28,0-30,5 oC Laevastu dan Hela (1970), yellowfin tuna
dengan hasil tangkapan tertinggi berada merupakan jenis ikan pelagis yang dalam
pada kisaran 28,6-29,5 oC, nilai SPL ini kelompok ruayanya akan muncul sedikit
masih berada dalam kisaran yang disukai diatas lapisan termoklin pada siang hari
oleh yellowfin tuna yaitu 18 - 31oC (FAO, dan akan beruaya ke lapisan permukaan
2003). Hubungan yang signifikan antara pada sore hari.
SPL dan hasil tangkapan ikan yellowfin

a. Pengaruh SPL Terhadap Hasil b. Pengaruh Klorofil-a Terhadap Hasil


Tangkapan yellowfin tuna. Tangkapan yellowfin tuna.

c. Frekuensi hasil tangkapan yellowfin d. Frekuensi hasil tangkapan yellowfin


tuna Hubungannya dengan SPL tuna Hubungannya dengan Klorofil-a

Gambar 7. Pengaruh dan Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Terhadap
Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

Hubungan klorofil-a dengan hasil sebesar 47,8 %. Garis trendline polinomial


tangkapan yellowfin tuna dapat dilihat pada Gambar 7b menunjukan bahwa
pada Gambar 7b, dengan nilai koefisien naiknya konsentrasi klorofil-a di ikuti
determinasi 4,78 artinya pengaruh yang dengan naiknya jumlah hasil tangkapan
diberikan klorofil-a terhadap hasil yellowfin tuna. Frekuensi penangkapan
tangkapan ikan yellowfin tuna adalah dalam hubungannya dengan klorofil-a
___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 258
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

(Gambar 7d) menunjukan bahwa di laut


Halmahera bagian selatan, ikan yellowfin KESIMPULAN
tuna umumnya tertangkap pada kisaran Sebaran parameter oseanografi
klorofil-a 0,1 – 0,35 mg/m3 dengan (suhu permukaan laut dan klorofil-a) di
tangkapan tertinggi berada pada kisaran laut Halmahera terlihat fluktuatif dan
klorofil-a 0,16-0,25 mg/m3. kondisi ini juga terlihat mempengaruhi
Konsentrasi klorofil yang terdapat hasil tangkapan yellowfin tuna, hal ini
di perairan tidak langsung mempengaruhi diketahui dengan melihat hasil analisis
jumlah ikan yang berada pada daerah parameter oseanografi (suhu permukaan
tersebut. Terdapat lag atau waktu laut dan klorofil-a) yang secara bersama
dimana konsentrasi klorofil yang (uji F) maupun secara individual (uji t)
terdapat di wilayah perairan terlebih berpengaruh terhadap hasil tangkapan
dahulu dimakan oleh struktur organisme yellowfin tuna.
herbivora, sebagai contohnya Mengacu pada keterbatasan
zooplankton, atau crustacea kecil selama penelitian dilaksanakan, maka
(juvenil), dan selanjutnya dimakan oleh penulis menyarankan perlu dilakukan
tingkat trofik diatasnya (Girsang, 2008 penelitian lanjut untuk mendapatkan data
dalam Mujib et al, 2013). Pengaruh yang yang lebih banyak terhadap kedua
nyata antara konsentrasi klorofil-a dengan parameter oseanografi tersebut dan
hasil tangkapan ikan yellowfin tuna, parameter oseanografi lainnya setiap
diduga karena nilai rerata konsentrasi musim sehingga akurasi dan validitas hasil
klorofil-a pada lapisan permukaan dan menghasilkan luaran yang valid dan
perairan laut Halmahera cukup tinggi dapat digunakan oleh nelayan dalam
hingga mendekati 0,35 mg/m3. Menurut melakukan proses penangkapan.
Loukos et al. (2003), bahwa fitoplankton
bukan merupakan makanan alami tuna DAFTAR PUSTAKA
tetapi sebagai rantai dasar makanan tuna. Blackburn, M. 1965. Oceanography and
Produksi tersier dan sekunder membuat The Ecology of Tunas. In H. Barnes
makanan tuna (forage) bergantung pada (editor), Oceanography Marine
produktivitas primer fitoplankton. Biology Ann. Rev. 3. George Allen
Menurut Nontji (2002), bahwa perairan and Unwin LTD. London.
yang produktivitas primer planktonnya
tinggi akan mempunyai sumberdaya Edwards EF., 1992. Energetics of
hayati perairan yang besar pula. Dalam Associateds Tunas and Dolphins in
rantai makanan fitoplankton akan dimakan The Eastern Tropical Pasific Ocean:
oleh hewan herbivora yang kemudian A Basis For the Bond. Fish Bull 90:
dimangsa oleh karnivora dan selanjutnya 678-690
pada tropik level yang lebih tinggi.
Dengan demikian fitoplankton sebagai FAO, 2003. FAO Species Catalogue Vol. 2
produsen primer, merupakan fundamen Scombrids of The World An
dalam rantai makanan yang mendukung Annotated And llustratted
Cataloque of Tunas, Mackerel,
kehidupan biota laut lainnya. sehingga
Bonitas and Related Species
peningkatan klorofil-a yang merupakan
Known to Date. Rome. UN.
kandungan pigmen dari fitoplankton,
berdampak terdapat hasil tangkapan yang
meningkat.
___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 259
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 248-260 ISSN: 2355-729X

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan: Perairan Utara Nanggroe Aceh


Hubungannya Dengan Alat, Darussalam. E-Jurnal Ilmu dan
Metode dan Taktik Penangkapan. Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1,
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya No. 1, Hal 24-32.
Perikanan. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Cetakan
ketiga. Penerbit Djambatan. Jakarta
Gradieff S., 2003. Yellowfin tuna. 368 Halaman.
http://www.flmnh.ufl.edu. [diakses
12 Mei 2015]. Rasyid Abd. 2009. Distribusi Klorofil-a
http:Oceancolour.gsfc.nasa/cgi/level Pada Musim Peralihan Barat-
3.pl Timur di Perairan Spermonde
Prop. Sulawesi Selatan. J. Sains dan
Kida, S., and K. J. Richard, 2008. Seasonal Teknologi. Vol 9 No 2 : 125 – 132.
SeaSurface Temperature ISSN 1411-4674.
Variability in The Indonesia Seas,
J. Geophys. Res. 114, C06016, doi : Savitria, R.,Radjawane I. M., Mamengko
10.1029/2008JC005150. F.Y.S., 2013. Variabilitas Suhu
Permukaan Laut di Perairan Raja
Laevastu and Hela, I., 1970. Fisheries Ampat. Prosiding Pertemuan Ilmiah
oseanography. London: Fishing Nasional Tahunan X ISOI 2013 11-12
News Book Ltd. 238p. November 2013. Gedung II BPPT.
Jakarta.
Loukus H. P., L. B Monfry., and Lehodey.,
2003. Potensial Change in Setiawan A. N, Yayat Dhahiyat, Noir
Skipjack Tuna (Katsuwonus Primadona Purba, 2013. Variasi
pelamis) Habitat from a Global sebaran suhu dan klorofil-a akibat
Warming. Oceanography. pengaruh Arlindo terhadap
Blackwell Publishing. distribusi ikan cakalang di Selat
Lombok. Jurnal Depik, 2(2): 58-69,
Mujib z., Herry Boesono dan Aristi D. P.F., ISSN 2089-7790.
2013. Pemetaan Sebaran Ikan
Tongkol (Euthynnus Sp.) Dengan Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika.
Data Klorofil-Α Citra Modis Pada Diterjemahkkan oleh Bambang
Alat Tangkap Payang (Danish- Sumantri. PT. Gramedia Pustaka
Seine) Di Perairan Teluk Utama. Jakarta.
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa
Barat. Journal Of Fisheries Resources Wrytki, K., 1961. Physical Oceanography
Utilization Management and of The Southeast Asian Waters,
Technology. Vol 2 Nomor 2. Hal University of California, NAGA
150-160. Rept., No.2, 195 pp.

Muklis, Jonson L. G dan Domu S., 2009.


Pemetaan Daerah Potensial
Penangkapan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dan
Tongkol (Euthynnus affinis) di
___________________________________________________________________________________________________
Tangke dkk. 260

Anda mungkin juga menyukai