PENDAHULUAN
1
Stimulan yang paling berperan pada reseptor dopamine adalah D1 dalam
korteks prefrontal cortex dan reseptor D2 dalam striatum. Prevalensi ADHD di
seluruh dunia adalah 5% pada usia sekolah pada anak-anak. ADHD sering
bersifat komorbid dengan neuropsikiatrik lainnya dan gangguan
neurodevelopmental, termasuk gangguan pelaksanaan, anxietas, dan gangguan
depresi, perkembangan koordinasi, gangguan tidur, kesulitan belajar dan
gangguan penyalahgunaan. Pada tingkat molekular terdapat perubahan
neurotransmitter dopaminergik, adrenergik, serotoninergik dan jalur kolinergik.3,4
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai neurobiology ADHD, perlu
dilakukan pembahasan mendalam mengenai hal ini.
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
Attention Defisit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan
perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Gejala
intinya meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai
perkembangan serta perhatian yang terganggu. Anak dan remaja yang menderita
gangguan tersebut akan sukar menyesuaikan aktivitas mereka dengan norma yang
ada sehingga mereka sering dianggap sebagai anak yang tidak baik di mata orang
dewasa maupun teman sebayanya. Mereka sering gagal mencapai potensinya dan
memiliki banyak kesulitan komorbid seperti gangguan perkembangan, gangguan
belajar spesifik dan gangguan perilaku serta emosional lainnya.5
Definisi terbaru dari ADHD pada edisi keempat Diagnostik dan Statistik
Manual of Mental Disorders (DSM-IV; American Psychiatric Association, 1994)
membedakan antara subtipe diagnostik ditandai dengan tingkat maladaptif dari
kedua kurangnya perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas (tipe gabungan),
maladaptif tingkat kurangnya perhatian saja (tipe terutama lalai), dan tingkat
maladaptif dari hiperaktivitas-impulsivitas sendirian (tipe hiperaktif-impulsif
dominan).5
3
demikian mereka hanya mampu mempertahankan suatu aktivitas atau
tugas dalam jangka waktu yang pendek, sehingga akan mempengaruhi
proses penerimaan informasi dari lingkungannya.
2. Hiperaktif (gangguan dengan aktivitas yang berlebihan)
Hiperaktivitas adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan
yang dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi
mereka banyak bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika
dibandingkan dengan individu yang aktif tapi produktif, perilaku
hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka tidak mampu mengontrol dan
melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat
dibedakan gerakan yang penting dan tidak penting. Gerakannya
dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk memusatkan
perhatian.
3. Impulsivitas (gangguan pengendalian diri)
Impulsifitas adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang
tidak disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh
perasaannya sehingga sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk
memberi prioritas kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau
memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan ditampilkannya. Perilaku
ini biasanya menyulitkan yang bersangkutan maupun lingkungannya.
2.3 Epidemiologi
Prevalensi ADHD diperkirakan sebanyak 8-13%. Sebanyak 70% anak-
anak yang didiagnosa ADHD mengalami gejala ADHD hingga masa dewasa.
Prevalensi ADHD pada dewasa adalah 4,5%.6
4
2.4 Etiologi
Menurut Philips et al (2007), etiologi ADHD melibatkan saling
keterkaitan antara faktor genetik, lingkungan dan neurobiologis. 1,6
1. Pengaruh genetik
Gejala ADHD menunjukkan pengaruh genetik yang cukup kuat. Twin
studi menunjukkan bahwa sekitar 75% dari variasi gejala ADHD di dalam
populasi adalah karena faktor genetik (heritabilitas perkiraan 0,7-0,8).
Pengaruh genetik tampaknya mempengaruhi distribusi gejala ADHD di
seluruh penduduk dan bukan hanya dalam kelompok sub klinis. Bukti
penelitian menyatakan bahwa faktor genetika merupakan faktor penting
dalam memunculkan tingkah laku ADHD.
Satu pertiga dari anggota keluarga ADHD memiliki gangguan, yaitu
jika orang tua mengalami ADHD, maka anaknya beresiko ADHD sebesar
60 %. Pada anak kembar, jika salah satu mengalami. ADHD, maka
saudaranya 70-80 % juga beresiko mengalami ADHD. Pada studi gen
khusus beberapa penemuan menunjukkan bahwa molekul genetika gen-
gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD. Dengan demikian
temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu
menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan.
2. Pengaruh lingkungan
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan otak saat perinatal
dan anak usia dini berhubungan dengan peningkatan risiko ADHD tanpa
gangguan hiperaktif. Faktor biologis yang berpengaruh terhadap ADHD
yaitu ibu yang merokok, mengkonsumsi alkohol, dan mengkonsumsi
heroin selama kehamilan; berat lahir sangat rendah dan hipoksia janin;
cedera otak; dan terkena racun. Faktor risiko tidak bertindak dalam
isolasi, tapi berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh, risiko ADHD
terkait dengan konsumsi alkohol ibu pada kehamilan mungkin lebih kuat
pada anak-anak dengan gen transporter dopamin.
5
3. Faktor neurobiologis
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantaranya
bahwa terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD
dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus prefrontl. Demikian
juga penurunan kemampuan pada anak ADHD pada tes neuropsikologis
yang dihubungkan dengan fungsi lobus prefrontal. Temuan melalui MRI
(pemeriksaan otak dengan teknologi tinggi)menunjukan ada
ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini meliputi korteks
prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks
serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia. Bagian otak ini
berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan respons, dan
organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini memunculkan ciri-ciri
yang serupa dengan ciri-ciri pada ADHD. Informasi lain bahwa anak
ADHD mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibanding anak yang tidak
ADHD.
2.5 Diagnosis
Untuk menemukan kriteria diagnosisnya, penting untuk mengetahui gejala
di bawah ini : 5
1. Onsetnya sebelum usia 7 tahun (ADHD) atau 6 tahun (HKD)
2. Sudah jelas nampak minimal selama 6 bulan
3. Harus pervasif (ada pada lebih dari 1 setting, misal : rumah, sekolah,
lingkungan sosial)
4. Menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan
5. Tidak ada penyebab gangguan mental lainnya ( misal : gangguan
perkembangan pervasif, skizofrenia, gangguan psikotik lainnya,
depresi atau anxietas)
6. Morbiditas penyerta meliputi kegagalan akademis, perilaku antisosial,
delinquency/ kenakalan, dan peningkatan resiko kecelakaan lalulintas
pada remaja. Sebagai tambahan, dapat pula timbul pengaruh yang
dramatis di kehidupan keluarga.5
6
Kriteria diagnosis ADHD and HKD telah diubah dengan masing-
masing revisinya di DSM-IV-TR dan ICD10. Mungkin akan ada revisi
kriteria selanjutnya untuk menunjukkan permasalahan yang menonjol
seperti subtipe gangguan, usia onset dan aplikabilitas kriteria melewati
batas kehidupan. Kriteria DSM IV dan ICD-10 saat ini sama, dengan
perbedaan secara primer pada derajat beratnya gejala dan pervasiveness. 5
1. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak
teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.
Hiperaktivitas
1. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat di
tempat duduk
9
Tabel 2. Kriteria ICD-10 untuk gangguan hiperkinetik 2
1. Kekurangan perhatian - Setidaknya enam gejala perhatian telah
berlangsung selama minimal 6 bulan, untuk tingkat yang maladaptif
dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan anak:
10
lain di mana sisa duduk adalah diharapkan
12
Gambar 2.2 Ganglia Basalis dan Talamus9
13
Gambar 2.3 Representasi skematik sirkuit fungsional dalam patofisiologi
ADHD. Dalam gambar ini diringkaskan bahwa jaringan atensi/konsentrasi
(warna hijau), jaringan fronto-striatal (warna kuning),jaringan fungsi
eksekutif (warna black), jaringan fronto-cerebellar network (warna
merah),dan jaringan reward (warna biru). 3
Lobus Frontalis
Lobus frontal dibagi menjadi tiga kelompok regio secara umum yaitu:
motorik primer, premotorik, dan prefrontal. Kortek motor primer terutama untuk
gerakan gerakan volunter. Kerusakan pda daerah ini akan menyebabkan
kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan. Kortek premotor berhubungan
dengan kortek motor primer dan penting untuk integrasi dan program program
14
gerakan yang berurutan Korteks motorik berada di area 4. Korteks premotor
meliputi area 6 dan 8 yang dapat dibagi menjadi 4 regio yaitu: 10
1. Area lateral 6 korteks premotor
2. Area medial 6 korteks motorik supplementary
3. Area 8 frontal eye field (lapangan pandang)
4. Area 8A supplementary eye field
Pada manusia, area premotor lateral diperluas sebagai area Broca (area 44) 11
15
Terdapat lima sirkuit frontal subkortikal yaitu: 7
1. Sirkuit motorik dalam korteks motorik dan korteks premotorik
2. Unit okulomotorik dalam eye field frontal
3. Sirkuit prefrontal dorsolateral yang megatur fungsi eksekutif
4. Sirkuit anterior cingulate yang mangatur motivasi
5. Sirkuit orbitofrontal yang mengatur kontrol impuls dan tingkah laku
sosial.
20
BAB III
KESIMPULAN
21