Anda di halaman 1dari 22

I.

JUDUL

PERBEDAAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI MENJELASKAN PROSES-PROSES


MESIN KONVERSI ENERGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
SNOWBALL THROWING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
Komentar: Masuk dalam penelitian kuantitatif dengan jenis eksperimental.
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING (X1), MODEL
PEMBELAJARAN LANGSUNG(X2), KOMPETENSI MENJELASKAN PROSES-
PROSES MESIN KONVERSI ENERGI(Y)

II. ABSTRAK

Zudi Irawan. 2014. Perbedaan Hasil Belajar Kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin
Konversi Energi Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing dengan Model
Pembelajaran Langsung. Drs. Agus Suharmanto, M. Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan dan peningkatan hasil
belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran
Snowball Throwing dan kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran langsung pada
kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi.
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan
pendekatan static group comparison. Populasi penelitian adalah siswa kelas X Teknik
Kendaraan Ringan (X TKR) SMK N 10 Semarang tahun ajaran 2013/2014. Sampel
ditentukan menggunakan teknik cluster random sampling dan diperoleh kelas X TKR 2
sebagai kelompok eksperimen dan kelas X TKR 3 sebagai kelompok kontrol. Hasil analisis
data menunjukkan nilai rata-rata data awal untuk kelompok eksperimen 51,68 kemudian
setelah eksperimen meningkat menjadi 65,33 yang berarti terjadi peningkatan 13,65 (26%)
dan untuk kelompok kontrol nilai rata-rata data awal 53,94 kemudian setelah eksperimen
meningkat menjadi 63,97 yang berarti terjadi peningkatan 10,03 (19%).
Sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan dan peningkatan hasil belajar yang
signifikan, walaupun demikian penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing telah
lebih baik dari pembelajaran langsung karena peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen
lebih besar dari kelompok kontrol.

Kata kunci : hasil belajar, Snowball Throwing, pembelajaran langsung, konversi energi

Komentar:
Paragraf 1 : sudah berisikan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Paragraf 2 : pada paragraf kedua metode penelitiannya menggunakan kuantitatif
dengan desain penelitian pre eksperimental design dan pendekatan static
group comparison. Untuk prosedur penelitian memakai teknik analisis data
regresi ganda dan untuk variabel-variabel menggunakan metode
dokumentasi dan tes.
Paragraf 3: untuk kesimpulannya langsung mengarah pada tujuan yang akan dicapai
yaitu hasil belajarnya bagaimana?
.
BAB I

III. LATAR BELAKANG MASALAH

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Pengertian tersebut menyiratkan
makna bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku yang merupakan hasil pengalamannya sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.

Proses belajar mengajar terjadi manakala ada interaksi antara guru dengan siswa dan
antara siswa dengan siswa. Dalam interaksi tersebut, guru memerankan fungsi sebagai
pengajar atau pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai
pelajar atau individu yang belajar. Menurut Gagne dalam Rifa’i dan Anni (2010: 84) belajar
merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai unsur yang saling kait-mengait
sehingga menghasilkan perubahan perilaku.

Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa.
Kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai kompetensi yang
diharapkan, karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan siswa dalam menguasai
materi. Hal ini tidak terlepas dari kemampun guru dalam memilih dan menggunakan metode
dan media yang tepat dan efektif.

Proses pembelajaran merupakan kegiatan untuk melaksanakan kurikulum suatu


lembaga pendidikan agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Pada proses pengajaran terdapat proses belajar mengajar. Ada berbagai macam metode yang
diterapkan dalam proses belajar mengajar, namun suatu metode belajar mengajar yang cocok
diterapkan untuk kompetensi tertentu belum tentu cocok pula diterapkan untuk kompetensi
yang lain.

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan dan pengalaman penulis selama
melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK N 10 Semarang diperoleh data
bahwa pembelajaran pada kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi
pada siswa kelas X program keahlian Teknik Kendaraan Ringan masih terpusat pada guru.
Guru cenderung lebih aktif dan selama pembelajaran berlangsung metode yang digunakan
adalah ceramah dan penugasan sehingga menjadikan pembelajaran terkesan membosankan
dan siswa menjadi kurang aktif.
Berdasarkan konsultasi peneliti dengan guru pengampu mata pelajaran Teknologi

Dasar Otomotif di SMK N 10 Semarang menyatakan bahwa sebagian besar hasil belajar

siswa kelas X program keahlian Teknik Kendaraan Ringan pada semester gasal tahun ajaran

2013/2014 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini diketahui dari nilai

rata-rata ulangan harian dari dua kompetensi dasar yang telah dipelajari siswa selama satu

semester yaitu kompetensi dasar Menjelaskan Konsep Motor Bakar dan Menjelaskan Konsep

Refrijerasi dengan nilai rata-rata sebesar 52 sedangkan KKM nya adalah 75. Sehingga

pembelajaran yang masih terpusat pada guru perlu diganti dengan model pembelajaran yang

lebih sesuai untuk kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi yaitu

model pembelajaran yang lebih memprioritaskan keaktifan siswa, memberikan suasana yang

lebih nyaman dan menyenangkan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa

untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

Pembelajaran yang diperlukan adalah pembelajaran yang kreatif dan inovatif, yaitu

salah satunya mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran

kooperatif. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Snowball Throwing. Menurut Huda (2013: 226), strategi pembelajaran Snowball

Throwing merupakan pembelajaran untuk melatih siswa lebih tanggap menerima pesan dari

orang lain, menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya, dan merupakan

salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan

merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik.

Dalam model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing siswa akan lebih mudah

memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka mendapatkan penjelasan dari temannya

sendiri dan dipicu untuk saling membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari

temannya. Untuk itu dengan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


Berdasarkan hasil penelitian Dian Nor Ekowati (2010: 32) menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing berbantuan LKS

efektif terhadap pencapaian hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Dari hasil penelitian Tri

Widayanti (2013: 94-95) juga menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran Snowball Throwing berbantuan CD interaktif efektif terhadap kemampuan

pemecahan masalah materi turunan fungsi.

Komentar: di latarbelakang ini masih banyak yang berteori harusnya penulis mengulas

berbagai macam masalah yang terjadi, kemudian juga bisa didukung

dengan data atau bukti dari hasil belajar mata pelajaran sebelumnya.

IV. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Agar tidak terjadi penyimpangan dengan tujuan yang telah ditetapkan maka peneliti
perlu membatasi masalah yang akan diangkat. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada
upaya untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan hasil belajar antara siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dan model pembelajaran
langsung pada kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi. Kompetensi
Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi terbagi menjadi 6 kompetensi dasar yaitu:
(1) Menjelaskan konsep motor bakar; (4) Menjelaskan konsep pompa fluida;
(2) Menjelaskan konsep motor listrik; (5) Menjelaskan konsep kompresor; dan
(3) Menjelaskan generator listrik; (6) Menjelaskan konsep refrijerasi
Pada penelitian ini, fokus materi yang akan digunakan peneliti saat pembelajaran
adalah kompetensi dasar Menjelaskan Konsep Pompa Fluida. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
(1) Apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan pada kompetensi Menjelaskan
Proses-Proses Mesin Konversi Energi antara siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran Snowball Throwing dan model pembelajaran langsung ?
(2) Apakah ada peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kompetensi Menjelaskan
Proses-Proses Mesin Konversi Energi antara siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran Snowball Throwing dan model pembelajaran langsung ?
Komentar: Pembatasan masalah disini dilakukan agar tidak menyimpang dari tujuan

penelitian yaitu: peneliti ingin mengetahui ada perbedaan hasil belajar

yang signifikan dan ada peningkatan hasil belajar yang signifikan pada

kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi antara

siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Snowball

Throwing dan model pembelajaran langsung. Sehingga dapat diambil

sebuah rumusan masalah yang sesuai seperti diatas.

V. TUJUAN

(1) Mengetahui perbedaan hasil belajar pada kompetensi menjelaskan proses-proses mesin
konversi energi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing dan model pembelajaran langsung.

(2) Mengetahui peningkatan hasil belajar pada kompetensi menjelaskan proses-proses mesin
konversi energi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing dan model pembelajaran langsung.

Komentar: Untuk tujuan sudah sama dengan rumusan masalah yaitu untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar dan peningkatan hasil belajar pada
kompetensi menjelaskan proses-proses mesin konversi energi antara siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing
dan model pembelajaran langsung

VI. MANFAAT

(1) Bagi siswa, dapat mempermudah pemahaman mengenai materi kompetensi menjelaskan
proses-proses mesin konversi energi, menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
dan bermakna, dan dapat meningkatkan hasil belajar.
(2) Bagi guru, dapat memberikan informasi tentang model pembelajaran kooperatif
Snowball Throwing serta sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan
profesionalisme kerja guru dalam mengelola pembelajaran.
(3) Bagi sekolah, dapat memberikan informasi mengenai model-model pembelajaran yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
di sekolah.
(4) Bagi peneliti, dapat memberikan gambaran mengenai penelitian tindakan kelas dan
sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman langsung dalam memilih strategi
pembelajaran.

Komentar: Manfaat secara teoritis dan praktisnya sudah ada dan langsung mengena
kepada dinas ataupun pihak terkait dengan penelitian ini.

BAB II

I. LANDASAN TEORI
1. Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Pengertian tersebut
menyiratkan makna bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu
yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang merupakan hasil pengalamannya
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Slavin dalam Rifa’i dan Anni (2010: 82), belajar merupakan perubahan
individu yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar terjadi karena
adanya suatu proses, belajar merupakan suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil
belajar bukan merupakan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Dari pengertian mengenai belajar yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati secara langsung
yang terjadi sebagai suatu latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.
Peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar dapat diamati dari perbedaan perilaku
setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar setiap orang berbeda sebab kinerja pada
setiap orang tidak sama sehingga perubahan yang terjadi bermacam-macam.

2. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri (Suyatno, 2009: 51). Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran (Isjoni, 2010: 14-15).

Menurut Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2010: 58) mengatakan bahwa
tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan. Lima
unsur tersebut adalah:

a. Positive Interdependence (Saling Ketergantungan Positif)


b. Personal Responsibility (Tanggung Jawab Perseorangan)
c. Face to Face Promotive Interaction (Interaksi Promotif)
d. Interpersonal Skill (Komunikasi Antaranggota)
e. Group Processing (Pemrosesan Kelompok)
Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 33), tiga konsep sentral yang menjadi
karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban
individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya atau orang lain. Di
dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya mempelajari materi saja,
tetapi juga harus belajar keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas.
Hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota
kelompok, sedangkan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok
selama kegiatan.
Didalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif seorang pendidik harus
memperhatikan, memahami, dan melaksanakan langkah-langkah yang harus dilalui sehingga
pembelajaran terlaksana dengan efektif. Langkah-langkah atau sintak yang harus dilalui
didalam model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2010: 65) adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
mempersiapkan peserta didik.

Fase 2 Mempresentasikan informasi kepada


Menyajikan informasi. peserta didik secara verbal.

Fase 3 Memberikan penjelasan kepada peserta


Mengorganisir peserta didik ke didik tentang tata cara pembentukan tim
dalam tim-tim belajar. belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien.

Fase 4 Membantu tim-tim belajar selama peserta


Membantu kerja tim dan belajar. didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5 Menguji pengetahuan peserta didik


Mengevaluasi mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 Mempersiapkan cara untuk mengakui


Memberikan pengakuan atau usaha dan prestai individu maupun
penghargaan. kelompok

Menurut Suprijono (2010: 66-67) lingkungan belajar dan sistem pengelolaan


pembelajaran kooperatif harus:
1. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi.
2. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan mengubah
norma-norma yang terkait dengan prestasi.
3. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai keterampilan
sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil.
4. Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam belajar dan
terjadinya dialog interaktif.
5. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif.
6. Memfasilitasi terjadinya learning to live together.
7. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok.
8. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan
kelompok.
9. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial dalam individunya.
Secara sosiologis pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran altruisme
dalam diri peserta didik. Kehidupan sosial adalah sisi penting dari kehidupan individual.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing
Menurut Huda (2013: 226), strategi pembelajaran Snowball Throwing merupakan
pembelajaran untuk melatih siswa lebih tanggap menerima pesan dari orang lain,
menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya, dan merupakan salah satu
modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan
pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan
kertas yang dibentuk seperti bola yang berisi pertanyaan untuk teman yang lain.
Menurut Safitri dalam Nico (2012) model pembelajaran Snowball Throwing memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu:
a. Kelebihan Model Pembelajaran Snowball Throwing
1) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan.
2) Siswa lebih memahami dan mengerti tentang materi pelajaran yang dipelajari.
3) Membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain
maupun guru.
4) Melatih siswa menjawab pertanyaan.
5) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang dibicarakan.
6) Mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya.
7) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu
masalah.
8) Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
9) Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Snowball Throwing
1) Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif.
2) Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain.
3) Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa saja.
Didalam pelaksanaan penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing pada
penelitian nanti, dibuat sebuah desain pembelajaran agar proses pembelajaran pada
kompetensi Menjelaskan Proses-Proses mesin Konversi Energi nantinya dapat berjalan
dengan efektif. Dimisalkan dalam satu kelas yang akan diberi perlakuan terdapat sejumlah 30
siswa dengan alokasi waktu pertemuan 3x (2x45 menit) untuk satu kompetensi dasar, maka
desain pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar sejumlah 6 kelompok yaitu kelompok I, II,
III, IV, V, dan VI yang masing-masing terdiri dari 5 siswa dengan 1 orang sebagai ketua
dan yang lainnya sebagai anggota.
2. Guru memanggil ketua dari setiap kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian setiap siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang
lain selama ± 15 menit.
6. Setelah siswa mendapatkan satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian.
7. Evaluasi.
8. Penutup.
Agar didalam pelaksanaannya tidak terjadi kegaduhan maka mekanisme pelemparan
bola pertanyaan dari satu siswa ke siswa lainnya digambarkan sebagai berikut:
1. Pertemuan Pertama

Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI

2. Pertemuan Kedua
Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI

3. Pertemuan Ketiga

Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI

4. Model Pembelajaran Langsung


Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching.
Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching. Penyebutan itu mengacu pada
gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta
didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas (Suprijono, 2010: 46-47).
Menurut Suyatno (2009: 73), pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural
yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara
pembelajaran langsung, dimana cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau
ekspositori (ceramah bervariasi). Menurut Djamarah dan Zain (2002: 110) metode ceramah
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:
1. Kelebihan Metode Ceramah
a) Guru mudah menguasai kelas.
b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
c) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
e) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
2. Kelemahan metode ceramah
a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
b) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar menerimanya.
c) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
d) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar
sekali.
e) Menyebabkan siswa menjadi pasif.
Pada penerapannya model pembelajaran langsung dapat diterapkan pada mata
pelajaran apapun, namun yang paling tepat untuk mata pelajaran yang berorientasi kinerja
atau performance, seperti membaca, menulis, matematika, bahasa, kesenian, biologi, fisika,
kimia, TIK (Teknologi Informatika dan Komputer), dan pendidikan jasmani. Selain itu juga
cocok untuk komponen-komponen keterampilan dalam mata pelajaran yang berorientasi pada
informasi seperti sejarah, sosiologi, dan sejenisnya (Suprijono, 2010: 53-54).

Ciri-ciri pengajaran langsung (Suyatno, 2009: 74) adalah sebagai berikut.

a. Perhatian: Pengamatan akan dapat memperlihatkan perilaku dengan baik apabila perilaku
tersebut jelas dan tidak terlalu kompleks.

b. Retensi: Suatu perilaku yang teramati dapat dimantapkan jika pengamatan dapat
menghubungkan pengalaman sebelumnya.

c. Produksi: Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengulang keterampilan baru secara
bergiliran.

d. Motivasi: Penguatan diberikan pada siswa dapat melakukan dengan baik dan benar.

Pembelajaran langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu

penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan baik dan penguasaan keterampilan.

Sehingga didalam pelaksanaannya harus mengacu pada sintak model pembelajaran langsung

yang ada. Menurut Suprijono (2010: 50) sintak model pembelajaran langsung terdiri dari 5

langkah seperti diperlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 2. Sintak Model Pembelajaran Langsung


FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran,
Menyampaikan tujuan dan informasi latar belakang pelajaran,
mempersiapkan peserta didik. mempersiapkan peserta didik untuk
belajar.

Fase 2 Mendemonstrasikan keterampilan yang


Mendemonstrasikan pengetahuan benar, menyajikan informasi tahap demi
atau keterampilan. tahap.

Fase 3 Merencanakan dan memberi pelatihan


Membimbing pelatihan. awal.

Fase 4 Mengecek apakah peserta didik telah


Mengecek pemahaman dan berhasil melakukan tugas dengan baik,
memberikan umpan balik. memberi umpan balik.

Fase 5 Mempersiapkan kesempatan melakukan


Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan, dengan perhatian
pelatihan lanjutan dan penerapan. khusus pada penerapan kepada situasi
lebih kompleks dalam kehidupan sehari-
hari.

5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah
mengalami kegiatan belajar (Rifa’i dan Anni, 2010: 85). Oleh karena itu hasil belajar bukan
ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang
dalam mengikuti program pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut.
Menurut Bloom dalam Rifa’i dan Anni (2010: 86-89), ada tiga taksonomi dalam
ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Pada ranah
kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual.
Ranah kognitif mencakup kategori berikut:
1) Pengetahuan (Knowledge)
2) Pemahaman (Comprehension)
3) Penerapan (Application)
4) Analisis (Analysis)
5) Sintesis (Synthesis)
6) Penilaian (Evaluation)
Pada ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan
peserta didikan afektif yaitu:

1) Penerimaan (Receiving)
2) Penanggapan (Responding)
3) Penilaian (Valuing)
4) Pengorganisasian (Organization)
5) Pembentukan Pola Hidup (Organization by a Value Complex)
Berdasarkan aspek ranah afektif di atas, aspek penilaian merupakan yang sesuai

dengan penelitian ini karena dalam hal ini terdapat nilai dari objek, fenomena atau

perilaku yang dilakukan yaitu berupa nilai hasil materi pelajaran Teknologi Dasar

Otomotif untuk standar kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi

pada kompetensi dasar Menjelaskan Konsep Pompa Fluida.

Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson


dalam Rifa’i dan Anni (2010: 89) adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan
terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks
(complex overt response), penyesuaian (adaption) dan kreativitas (originality).
6. Kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi
Kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi adalah salah satu
standar kompetensi produktif dasar kompetensi kejuruan untuk kelas X program keahlian
Teknik Kendaraan Ringan yang terdapat didalam kurikulum SMK Negeri 10 Semarang yang
mulai berlaku untuk tahun pembelajaran 2012/2013. Pada penelitian ini, fokus materi yang
akan digunakan saat pembelajaran yaitu kompetensi dasar Menjelaskan Konsep Pompa
Fluida yang merupakan kompetensi dasar pertama pada semester genap dengan alokasi waktu
lima kali pertemuan, sehingga kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan pada minggu
pertama sampai ke lima. Materi yang akan disampaikan untuk kompetensi dasar Menjelaskan
Konsep Pompa Fluida dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengertian pompa
b. Prinsip kerja pompa
c. Klasifikasi pompa
d. Gangguan operasi pompa
Komentar: Nah di kajian teori ini lah baru kita boleh berteori. Pada kajian teori di
atas sudah memfokuskan pada variabel apa saja yang ingin dibahas
seperti, model pembelajaran snowball throwing, model pembelajaran
langsung, hasil belajar kompetensi menjelaskan proses-proses mesin
konversi energi, serta dilengkapi pula dengan kelebihan dan kekurangan
dari model belajar yang diterapkan.
II. Kerangka Berfikir

Melalui model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing, siswa dirangsang


minatnya untuk aktif mengikuti pembelajaran dan dapat berpengaruh positif terhadap hasil
belajar siswa. Berikut adalah skema kerangka berfikir dari penelitian yang akan dilaksanakan:

 Pembelajaran terpusat pada guru.


 Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
Fakta yang  Kondisi belajar siswa membosankan.
ditemukan  Siswa kurang memahami pada materi pelajaran.
 Sebagian besar ketuntasan belajar siswa belum
mencapai standar KKM yang ditentukan oleh sekolah.

Perbaikan model pembelajaran dan Penggunaan model pembelajaran


perbaikan dalam tindak lanjut evaluasi Snowball Throwing

 Interaksi antara siswa dengan guru ada.


 Meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran.
 Membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan.

 Motivasi dan keaktifan siswa meningkat.


Hasil yang
 Suasana pembelajaran menyenangkan.
diharapkan
 Kemampuan pemahaman siswa meningkat.
 Ketuntasan belajar siswa mencapai standar KKM
yang ditentukan oleh sekolah

Gambar 1.Skema Kerangka Berfikir

Komentar: Kerangka berfikir disini menggambarkan dari BAB I. Mulai dari


latarbelakang masalah yang ada, rumusan masalah hingga timbul
penggunaan model belajar sebagai solusi, hingga hasil yang akan dicapai
denggan menggunakan model pembelajaran tersebut sebagai tujuan
akhir penelitian.

III. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian skripsi
ini dirumuskan hipotesis kerja (Ha) sebagai berikut :
(a) Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan pada kompetensi menjelaskan proses-proses
mesin konversi energi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Snowball Throwing dan model pembelajaran langsung.

(b) Ada peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kompetensi menjelaskan proses-
proses mesin konversi energi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Snowball Throwing dan model pembelajaran langsung.

Komentar: Hipotesis merupakan dugaan sementara, di penelitian ini hipotesis kerja


dilambangkan (Ha). Untuk hipotesis Ha disini berbunyi ada perbedaan dan
ada peningkatan jadi dugaan sementaranya Ha diterima dan bisa
dilanjutkan, jika Ha di tolak maka penelitian sudah berakhir atau selesai.

BAB III

I. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Arikunto (2006: 3), penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu
perlakuan.
II. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian pre experimental design
dengan pendekatan static group comparison. Alasan pemilihan pendekatan ini adalah bahwa
populasi cukup besar yakni 3 kelas diajar dengan kurikulum yang sama, mendapat materi
yang sama, duduk di tingkat kelas yang sama, diajar oleh guru yang sama dan pembagian
kelas tidak ada kelas unggulan sehingga peneliti mengambil kesimpulan bahwa populasi
dianggap homogen secara umum. Untuk pengujian parametriknya akan diuji dengan uji F
untuk mengetahui tingkat homogenitas sampel. Untuk mengetahui tingkat normalitasnya
digunakan rumus Chi-kuadrat karena aspek yang akan diteliti adalah hasil belajar siswa yang
merupakan jenis data interval, sehingga data-data yang akan diperoleh, nantinya dapat
dikelompokkan dalam interval nilai. Selain itu jumlah siswa di tiap kelasnya yang akan
menjadi sampel peneltian berjumlah lebih dari 30 orang, sehingga dengan menggunakan
rumus Chi-kuadrat perhitungannya akan menjadi lebih mudah. Adapun desain penelitian
yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Tes Akhir


(group) (treatment) (post-test)

E X O1
K Y O2

(Sumber: Arikunto, 2006 : 86)

Keterangan :

E = Kelompok eksperimen

K = Kelompok kontrol

X = Perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif

Snowball Throwing

Y = Perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran langsung

O1 = Hasil tes akhir kelompok eksperimen

O2 = Hasil tes akhir kelompok kontrol

Rancangan penelitian pre experimental design dengan pendekatan static group


comparison dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Menentukan kelompok sampel dengan cara mengacak dengan teknik cluster random
sampling dari populasi yang ada. Kelompok sampel pertama ditetapkan sebagai
kelompok eksperimen, sedangkan kolompok sampel kedua sebagai kelompok kontrol.
Dalam hal ini diperoleh untuk kelompok kontrol adalah kelas X TKR 3 dan kelompok
eksperimen adalah kelas X TKR 2. Kemudian menentukan kelompok uji coba di luar
sampel dan diperoleh kelas XI TKR 1.
2. Mengumpulkan data awal kemampuan siswa sebagai indikator atau tolok ukur untuk
mengetahui seberapa besar perbedaan dan peningkatan hasil belajar siswa setelah
mengalami eksperimen. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data nilai ulangan
harian siswa kelas X TKR 2 sebagai kelompok eksperimen dan X TKR 3 sebagai
kelompok kontrol pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Konsep Motor Bakar dan
Menjelaskan Konsep Refrijerasi pada standar kompetensi Menjelaskan Proses-Proses
Mesin Konversi Energi pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014.
3. Menentukan langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing dan model
pembelajaran langsung yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sesuai dengan silabus yang ada.
4. Menyusun instrumen penelitian dan menguji cobakannya kepada kelompok uji coba
untuk kemudian dianalisis validitas dan reliabilitas. Butir soal yang tidak memenuhi
syarat uji layak tidak digunakan dalam penelitian sedangkan soal yang memenuhi syarat
akan digunakan sebagai instrumen untuk pemberian post-test.
5. Pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Snowball
Throwing, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran langsung.
6. Pemberian tes akhir (post test) untuk kedua kelompok dengan menggunakan soal tes
yang sebelumnya telah diuji cobakan dan sudah valid dan reliabel. Selanjutnya dihitung
mean prestasi masing-masing kelompok.
7. Membandingkan secara statistik mean prestasi kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol berdasarkan data awal kemampuan siswa dan data akhir setelah perlakuan untuk
mengetahui perbedaan dan peningkatan hasil belajar kedua kelompok dengan
menggunakan uji t.
8. Mengambil kesimpulan akhir.
Adapun proses penelitian secara sistematis terlihat seperti pada gambar berikut ini :
Tidak Diterima

Penyusunan Instrumen Uji Coba XI Analisis Validitas


(Soal Tes) TKR 1 dan Reliabilitas

Diterima
Model Pemb. Snowball
X TKR 2
Throwing
Populasi Post- Hasil Kesimpulan
(Kelas X test
TKR) Model Pemb. Langsung
X TKR 3

Sampel Perlakuan
Pembelajaran

Gambar 2. Bagan Alur Penelitian

Komentar: Pada metode penelitian ini menggunkan jenis metode eksperimental yang
dilakukan dengan maksud untuk melihat suatu perlakuan dan dilengkapi
juga dengan desain rancangan penelitian yang akan diterapkan dan
dilakukan pada penelitian ini yaitu penelitian pre experimental design
dengan pendekatan static group comparison

III. Data dan Sumber Data


1) Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa nilai ulangan harian siswa
pada standar kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi pada semester
gasal tahun ajaran 2013/2014 dan nilai post-test setelah diberikan perlakuan yang bersumber
dari siswa Kelas X Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 10 Semarang
tahun ajaran 2013/2014 sebagai objek penelitian.

2) Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
(Arikunto, 2006: 129). Adapun sumber data yang digunakan adalah data internal yang
bersumber dari siswa sendiri yaitu siswa kelas X TKR SMK N 10 Semarang.

Komentar: Untuk data yang dari penelitian ini diambil dari nilai ulangan harian siswa
kelas X TKR di SMK Negeri 10 Semarang tahun ajaran 2013/2012,
kemudian sumber data diambil dari siswa kelas X TKR SMK N 10
Semarang

IV. Populasi dan Sampel

a) Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 10
Semarang tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari tiga kelas dengan rincian sebagai berikut:
1. Kelas X TKR 1 sebanyak 36 siswa
2. Kelas X TKR 2 sebanyak 36 siswa
3. Kelas X TKR 3 sebanyak 34 siswa
b) Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131).
Pengambilan sampel dari populasi yang ada dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster
random sampling. Dengan menggunakan teknik cluster random sampling diperoleh dua kelas
sebagai kelompok sampel dan satu kelas sebagai kelompok uji coba, yaitu:
a. Kelompok eksperimen : kelas X TKR 2 sebanyak 36 siswa
b. Kelompok kontrol : kelas X TKR 3 sebanyak 34 siswa
c. Kelompok uji coba : kelas XI TKR 1 sebanyak 35 siswa
Kelompok eksperimen adalah kelas yang dikenai pembelajaran dengan model
Snowball Throwing, sedangkan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran langsung.
Kedua kelompok tersebut duduk di tingkat kelas yang sama, diajar dengan kurikulum yang
sama, mendapat materi yang sama, diajar oleh guru yang sama dan pembagian kelas tidak ada
kelas unggulan sehingga peneliti mengambil kesimpulan bahwa populasi dianggap homogen
secara umum. Kelompok uji coba adalah kelas yang sudah mendapat materi pembelajaran
kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi Energi pada kompetensi dasar
Menjelaskan Konsep Pompa Fluida sehingga memenuhi syarat untuk diberikan soal uji coba
yang terdapat di dalam instrumen penelitian.

Komentar:
- Populasi dari penelitian ini berjumlah 106 siswa yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas
X TKR 1,2 dan 3 di SMK Negeri 10 Semarang.
- Untuk mengambil sampel dari populasi ini menggunakan teknik random sampling,
sehingga didapatkan dua kelas sebagai kelompok sampel dan satu kelas sebagai
kelompok uji coba, untuk pembagian kelompokn sampelnya untuk kelas X TKR 2
sebagai kelas eksperimental, kelas X TKR 3 sebagai kelas kontrol sedangkan kelas
XI TKR 1 sebagai kelompok uji coba karena sudah mendapatkan kompetensi
tersebut.
V. Variabel Penelitian
a) Variabel bebas (Independent variable)
Menurut Arikunto (2006: 119), variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel terikat atau variabel yang mempengaruhi terhadap gejala
dan disebut dengan variabel X. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yaitu
pembelajaran menggunakan model Snowball Throwing sebagai variabel X1 dan
pembelajaran langsung sebagai variabel X2.

b) Variabel terikat (Dependent variable)


Menurut Arikunto (2006: 119), variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas dan disebut dengan variabel Y. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel
terikatnya adalah hasil belajar siswa pada kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin
Konversi Energi.

Komentar:

 Variabel bebas
X1= Pembelajaran menggunkan model Snowball Throwing

X2= Pembelajaran menggunkan model pembelajaran langsung

 Variabel terikat
Y= Hasil belajar siswa pada kompetensi Menjelaskan Proses-Proses Mesin Konversi
Energi.

Anda mungkin juga menyukai