Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial
yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan
saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan
jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis - saham (efek ekuitas) -
dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk meningkatkan modal
bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui pasar primer (primary
market) atau pasar sekunder (secondary market).

Pasar yang di dalamnya berjalan usaha jual-beli saham disebut Bursa, dimana
didalamnya juga melibatkan para broker yang menjadi perantara antara penjual
dengan pembeli. Disebut sebagai bursa karena dinisbatkan kepada sebuah hotel di
Belgia dimana kalangan konglomerat dan para broker berkumpul untuk melakukan
operasi kerja mereka. Atau dinisbatkan kepada sorang lelaki Belgia bernama Deer
Bursiah, yang memiliki sebuah istana tempat berkumpulnya kaum konglomerat dan
para broker untuk tujuan yang sama.

Target bursa adalah menciptakan pasar simultan dan kontinu dimana penawaran
dan permintaan serta orang-orang yang hendak melakukan perjanjian jual-beli
dipertemukan. Tentunya semua itu dapat menggiring kepada berbagai keuntungan.

Saham diperjualbelikan di pasar modal. Salah satu pasar modal yang cukup
dikenal oleh masyarakat adalah bursa saham. Selain saham, bursa saham juga
menyediakan sarana untuk perdagangan sekuritas dan instrumen finansial lainnya,
seperti obligasi, reksa dana, mata uang, ORI, dll. Untuk dapat memperjualbelikan
sahamnya dalam suatu bursa saham, perusahaan yang bersangkutan harus
mendaftarkan sahamnya terlebih dahulu di bursa saham.

Untuk berinvestasi di saham, disarankan untuk melakukan teknik evaluasi


terlebih dahulu dan uang yang hendak diinvestasikan disebar di dalam beberapa
saham, agar resiko bisa dibagi. Selain itu, banyak ahli menyarankan agar berinvestasi
di dalam saham dilakukan dalam jangka panjang. Mereka menyarankan rentang
waktu antara 10-20 tahun untuk bisa mendapatkan hasil yang signifikan dalam
berinvestasi di dalam saham.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan pada latar belakang masalah di atas,
maka penulis merumuskan pokok permasalahan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan saham ?
2. Bagaimana konsep dari saham tersebut ?
3. Apa saja jenis saham berdasarkan cara peralihan hak ?
4. Apa saja jenis saham berdasarkan hak tagihan (klaim) ?
5. Apa saja jenis penilaian saham ?
6. Bagaimana strategi dari portofolio saham ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui:


1. Untuk megetahui apa yang dimaksud dengan saham.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari saham.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis saham berdasarkan cara peralihan hak.
4. Untuk mengetahui apa saja jenis saham berdasarkan hak tagihan.
5. Untuk mengetahui apa saja jenis penilaian saham.
6. Untuk mengetahui bagaimana strategi portofolio saham.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Saham

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan


sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang
dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Menurut Husnan (2005:29),
“saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang
memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu
dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi.

Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah


menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil
penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa
besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut (Darmadji, 2001:5).
Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam
memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik
perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak
tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan
hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. Pada dasarnya saham dapat
digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama sebagaimana yang
dikemukakan oleh Kertonegoro (2000:108) yaitu:

a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal,


sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif
lainnya.
b. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka
panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh
capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat dividen.

c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan


dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan
hasil tinggi.

2.1.1 Jenis-Jenis Saham

Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang
paling dominan diperdagangkan. Menurut Darmadji (2001:6), ada beberapa sudut
pandang untuk membedakan jenis-jenis saham yaitu:

a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:

1) Saham Biasa (common stock) Saham biasa merupakan saham yang memiliki
hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi
likuidasi, pemegang saham biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam
pembagian dividen dari penjualan asset perusahaan. Menurut Siamat (2004:385),
ciri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:

 Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.


 Memiliki hak suara (one share one vote).
 Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila bangkrut
setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.

2) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen merupakan saham dengan


bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka
pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil
atas penjualan asset. Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi
dan saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen menurut Siamat
(2004:385) adalah:
 Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden.
 Tidak memiliki hak suara.
 Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan
pengurus.
 Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah
kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.

b. Ditinjau dari cara peralihan:

1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham atas unjuk tidak tertulis nama
pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.
Secara hukum, siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui sebagai
pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

2) Saham Atas Nama (Registered Stocks) Saham atas nama merupakan saham
yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus
melalui prosedur tertentu.

c. Ditinjau dari kinerja perdagangan:

1) Blue Chip Stocks Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi
tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar dividen.

2) Income Stocks Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan


membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan
yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak
suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.

3) Growth Stocks Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan


pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai
reputasi tinggi.
4) Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

5) Counter Cyclical Stocks Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi
makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga
saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang
tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan
yang tinggi pada masa resesi.

2.1.2 Harga Saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu


perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik saham (berapapun porsinya/jumlahnya) dari
suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham
mempunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmodjo (2000:13), harga saham dapat
dibedakan sebagai berikut:

a. Harga Nominal
Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena deviden yang
dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa
efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut
dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana
biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan
demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada
masyarakat.
c. Harga pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek.
Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga
inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga
yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada
transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara
investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di
surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu
penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia.

2.1.3 Struktur Modal Perusahaan


Saham yang dikeluarkan perusahaan nantinya merupakan bukti penyertaan
pemegang saham kadalam perusahaan. Jumlah yang terakumulasi dalam perusahaan
dinamakan dengan nama modal saham. Modal saham dapat dibagi atas tiga macam
yaitu:

1. Modal dasar. Dalam anggaran dasar perseroan akan dicantumkan modal dasar
yang menggambarkan estimasi modal yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.
Modal dasar ini dibagi dalam sejumlah saham dengan nilai nominal tertentu.
Semakin kecil nilai nominal lembar saham akan semakin banyak lembar saham
yang harus dikeluarkan oleh perseroan.
2. Modal ditempatkan. Jika modal yang ditempatkan kurang dari batas minimal
yang ditetapkan maka perseroan tidak akan diakui atau disahkan oleh pemerintah
dan keberadaannya tidak dianggap sebagai perseroan terbatas tetapi akan tunduk
pada ketentuan perusahaan persekutuan. Jika sudah demikian, antara harta
peribadi dan harta perusahaan tidak akan terpisah dan para pemilik perusahaan
mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan segala kewajibannya meskipun
seluruh harta pribadinya tidak mencukupi.
3. Modal disetor. Semua pendiri perseroan terbatas bertanggung jawab terhadap
seluruh modal ditempatkan akan tetapi walaupun demikian tidak harus setoran
kedalam perusahaan dilakukan pada saat perusahaan baru beroperasi. Ada batas
kontribusi minimal besarnya uang yang harus disetor kadalam perusahaan dan
setiap negara mempunyai kebijakan sendiri.

Nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat konsep yang memberikan
makna yang berbeda. Yaitu:

1. Suatu saham memiliki nilai nominal yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan
dengan kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nominal tidak mengukur nilai riil
suatu saham, akan tetapi hanya digunakan untuk menentukan besarnya modal
disetor penuh dalam neraca.
2. Nilai buku perlembar saham, yaitu total ekuitas dibagi jumlah saham beredar.
Nilai buku perlembar saham menunjukkan nilai aktiva bersih perlembar saham
yang dimiliki oleh pemegangnya.
3. Nilai pasar, yaitu nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham di bursa saham. Harga pasar saham inilah yang menentukan
indeks harga saham gabungan ( IHSG ).
4. Nilai fundamental atau nilai intrinsik saham, yaitu menentukan harga wajar suatu
saham agar harga saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya
sehingga tidak terlalu mahal.

2.1.4 Macam-macam Transaksi Pasar Bursa


Pertama, ditinjau dari sisi waktunya :

a. Transaksi instan. Yakni transaksi dimana dua pihak pelaku transaksi melakukan
serah-terima jual-beli secara langsung atau paling lambat 2×24 jam.
b. Transaksi berjangka. Yakni transaksi yang diputuskan setelah beberapa waktu
kemudian yang ditentukan dan disepakati saat transaksi. Terkadang harus
diklarifikasi lagi pada hari-hari yang telah ditetapkan oleh komite bursa dan
ditentukan serah-terimanya di muka.
Transaksi instan adalah serah-terima barang sungguhan, bukan sekedar
transaksi semu, atau bukan sekedar jual-beli tanpa ada barang, atau bisa diartikan ada
serah-terima riil.

Transaksi berjangka tujuannya pada umumnya adalah hanya semacam investasi


terhadap berbagai jenis harga tanpa keinginan untuk melakukan jual-beli secara riil,
dimana jual-beli ini pada umumnya hanya transaksi pada naik turun harga-harga itu
saja.

Baik transaksi instan maupun transaksi berjangka terkadang menggunakan


kertas-kertas berharga, terkadang menggunakan barang-barang dagangan.

Bahkan diantara transaksi berjangka ada yang bersifat permanen bagi kedua
pihak pelaku. Ada juga yang memberikan beberapa bentuk hak pilih sesuai dengan
bentuk transaksi. Transaksi yang memberikan hak pilih ini memiliki perbedaan dari
transaksi lain, bahwa orang yang mendapatkan hak pilih harus membayar biaya
kompensasi bila ia menggunakan hak pilih tersebut.

Kedua ditinjau dari sisi objek

Dari sisi objeknya transaksi bursa efek ini terbagi menjadi dua:

a. Transaksi yang menggunakan barang-barang komoditi (Bursa komoditi).


b. Transaksi yang menggunakan kertas-kertas berharga (Bursa efek).

Dalam bursa komoditi yang umumnya berasal dari hasil alam, barang-barang
tersebut tidak hadir. Barter itu dilakukan dengan menggunakan barang contoh atau
berdasarkan nama dari satu jenis komoditi yang disepakati dengan penyerahan
tertunda.

Bursa efek sendiri objeknya adalah saham dan giro. Kebanyakan transaksi bursa
itu menggunakan kertas-kertas saham tersebut. Giro yang dimaksud di sini adalah cek
yang berisi perjanjian dari pihak yang mengeluarkannya, yakni pihak bank atau
perusahaan untuk orang yang membawanya agar ditukar dengan sejumlah uang yang
ditentukan pada tanggal yang ditentukan pula dengan jaminan bunga tetap, namun
tidak ada hubungannya sama sekali dengan pergulatan harga pasar.

2.1.5 Nilai-Nilai Saham


Ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi yang berkaitan dengan
harga saham, yaitu:

a. Analisis Fundamental - Analisis ini beranggapan bahwa setiap investor adalah


makhluk rasional, karena itu analisis ini mencoba mempelajari hubungan antara
harga saham dengankondisi perubahaan yang tercermin pada nilai kekayaan
bersih perusahaan itu.
b. Analisis Teknikal - Analisis ini beranggapan bahwa penawaran dan permintaan
menentukan harga saham. Para analis teknikal lebih banyak menggunakan
informasi yang timbul dari luar perusahaan yang memiliki dampak terhadap
perusahaan dari pada informasi intern perusahaan.

2.2 Penilaian Saham

Setiap aset, baik itu aset finansial maupun aset riil memiliki nilai atau value
(Damodaran, 2002). Mengetahui nilai suatu aset dan faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai suatu aset merupakan syarat dalam suatu pengambilan keputusan
bisnis yang baik, misalnya memilih investasi yang tepat dalam suatu portofolio,
menentukan harga yang layak dalam suatu penjualan atau pembelian perusahaan dan
saham, atau dalam merestrukturisasi suatu perusahaan.

Penilaian (valuation) adalah proses penentuan berapa harga yang wajar untuk
suatu saham (Parahita,2008). Pendekatan nilai yang dipakai merupakan salah satu
enentuan nilai intrinsik sekuritas, yang nilai sekuritas seharusnya berdasarkan fakta.
Nilai ini adalah nilai sekarang dari arus kas yang disediakan untuk
investor,didiskontokan pada tingkat pengembalian yang ditentukan sesuai dengan
jumlah risiko yang menyertainya.
Secara umum dikenal adanya tiga jenis saham , yaitu :

1) Nilai buku, merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan


perusahaan penerbit saham (emiten).
2) Nilai pasar adalah harga suatu saham di pasar.
3) Nilai intrinsic/nilai teoritis adalah nilai saham yang sesungguhnya atau yang
seharusnya terjadi.

Pengambilan keputusan investasi yang dilakukan investor akan melibatkan informasi


nilai saham tersebut:

 Apabila nilai intrsinsik saham > nilai pasar maka saham dikatakan
undervalued dan ini merupakan indicator beli.
 Apabila nilai intrinsic saham < nilai pasar maka saham dikatakan overvalued
dan ini merupakan indicator jual.

Secara umum terdapat dua model yang digunakan untuk melakukan analisis dan
penilaian terhadap suatu saham, yakni analisis fundamental dan analisis teknikal.

Analisis saham bertujuan untuk menafsir nilai suatu saham dan kemudian
membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price). Nilai intrinsik
(NI) menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham ersebut.
Pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) NI < harga pasar saat ini: Undervalued (harga terlalu murah atau rendah)

b) NI > harga pasar saat ini: Overvalued (harga terlalu mahal atau tinggi)

c) NI = harga pasar saat ini: harganya wajar

Nilai suatu aset adalah nilai sekarang (present value) dari arus kas imbal-hasil yang
diharapkan (expected cash flows). Dengan kata lain, suatu aset dapat memberikan
aliran cash flows selama investor memiliki saham perusahaan tersebut. Untuk
mengkonversi aliran cash flows menjadi sebuah nilai saham, investor harus
mendiskontokan aliran tersebut dengan tingkat bunga yang diinginkan investor
(required rate of return) (Porman,2008). Proses penilaian (valuation) meliputi dua
estimasi utama, yaitu:

1. Perkiraan aliran arus kas (the stream of expected cash flows)

2. Tingkat return yang diinginkan (required rate of return) atas sebuah investasi.

Selain faktor inflasi, tingkat return yang diharapkan (required rate of return) yang
akan menimbulkan ketidakpastian imbal-hasil (uncertainly of returns).

2.3 Proses Penilaian (Valuasi)

Menurut Porman (2008), ada tiga hal penting yang harus dianalisis sebagai
bagian proses penilaian (valuasi) sebelum memutuskan untuk berinvestasi, yaitu:

1. Perekonomian

Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah suatu
negara akan mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan di negara tersebut,
yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kegiatan seluruh industri dan
perusahaan. Maka disarankan sebelum berinvestasi pada suatu negara, melakukan
analisis kondisi perekonomiannya secara mendalam, seperti kebijakan fiskal,
moneter, tingkat inflasi, dan suhu politiknya.

2. Industri

Proses berikut dari tahap penilaian adalah mengidentifikasi industri-industri


yang mengalami kemakmuran atau menderita dalam siklus perekonomian. Reaksi
industri terhadap perubahan perekonomian akan berbeda-beda pada titik siklus bisnis
(business cycle) tertentu. Dalam proses ini, diharapkan investor menganalisis secara
dalam bidang industri yang berprospek cerah di masa mendatang, sehingga investor
dapat memilih bidang industri mana yang layak dimasuki.
3. Analisis Perusahaan

Proses selanjutnya adalah menganalisis dan membandingkan kinerja perusahaan


dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan risiko sistematis. Menurut
(Yaya,2009) rasio keuangan dan resiko yang dapat digunakan antara lain :

a. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan


memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Ada 2 macam rasio likuiditas yaitu
dengan menggunakan rasio lancar (current ratio) dan quick ratio.

b. Rasio solvabilitas

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas dapat menggunakan
debt ratio,debt to equity ratio (DER) dan ratio time interest earned (TIE ratio).

c. Rasio aktivitas

Radio aktivitas adalah rasio untuk melihat tingkat aktivitas tertentu dalam
kegiatan tertentu.Terdapat beberapa macam rasio aktivitas diantaranya
yaiturasio rata-rata umurpiutang,rasio rata-rata umur persediaan, rasio
perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total aktiva .

d. Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur


kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada
tingkat penjualan asset dan modal saham tertentu. Ada beberapa jenis rasio
profitabilitas yaitu, net profit margin (NPV),return on asset (ROA),return on
equity,return on invesment.
e. Rasio pasar

Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Ada beberapa
rasio pasar diantaranya yaitu,earning per share (EPS),price earning ratio (PE
ratio),dividen payout ratio (DPR),book value per share (BVS ratio),price to
book ratio (PBV ratio).

2.4 Penilaian Valuasi Saham

2.4.1 Penilaian (Valuasi) Saham Preferen

Menurut Porman (2008), dalam menghitung harga wajar saham preferen relatif
mudah, yaitu dengan mendiskontokan (discounting) dividen ke nilai sekarang
(present value) dengan required rate of return selama periode waktu yang tidak
terhingga (infinite) atau selama memiliki saham preferen tersebut. Rumusnya adalah :

𝐷
Vp=
𝑘

Keterangan:

V p = Nilai intrinsik (nilai wajar) saham preferen

D = Dividen tetap

k = required rate of return atau discount rate

2.4.2 Penialaian (Valuasi) Saham Biasa dengan Discounted CashFlow

Suatu teknik pembuatan model keuangan yang didasarkan pada asumsi prospek
arus kas suatu properti atau usaha. Sebagai metode yang dapat diterima dalam
pendekatan pendapatan, analisisdiscounted cash flowmelibatkan proyeksi arus kas
untuk suatu periode, baik untuk menilai properti operasional, properti pengembangan
atau bisnis. Proyeksi arus kas tersebut memerlukan diskonto pasar yang berlaku saat
ini untuk mendapatkan indikasi nilai kini dari arus kas dalam kaitannya dengan
properti atau bisnis. Metode ini didasarkan pada perhitungan pendapatan mendatang
(future return) dari perusahaan yang sedang berjalan.

Pendapatan mendatang yang dimaksud adalah dari arus kas bersih perusahaan
(free cash flow) setelah ditambah atau dikurangi dengan peningkatan atau
pengurangan kewajiban. Pendekatan discounted cash flow ini merupakan pondasi
dari semuaperhitungan valuasi perusahaan. Pendekatan ini mencoba mengestimasi
nilaiintrisik dari suatu aset berdasarkan fundamentalnya. Discounted cash flow
inidigunakan untuk menilai ekuitas dalam bisnis, menilai perusahaan
secarakeseluruhan,dan untuk menilai bagian kecil dari perusahaan (Damodaran,
2002).

2.4.3 Discounted Cash Flow Model / Present Value of Dividend Model

Nilai saham adalah PV manfaat yang akan diterima karena memiliki saham
tersebut. Bila investor membeli saham dan menyimpannya sampai waktu tak
terhingga maka :

𝐷1 𝐷2 𝐷3 𝐷∞
P0 = + + + .... +
(1+Ks) (1+𝐾𝑠) (1+𝐾𝑠) (1+𝐾𝑠)

𝐷𝑡
∑∞
𝑡=1 (1+𝑘)𝑡

Dengan Keterangan :

P0 = nilai intrisik saham

D1’ D2 ….. D∞ = dividen yang akan diterima

Ks = tk return yang diisyaratkan


Macam discounted cash flow model :

a. Model pertumbuhan nol/dividen tidak bertumbuh.


𝐷
P0 = 𝐾𝑠

P0 = nilai intrisik saham

D = dividen yang akan diterima

Ks = tk return yang diisyaratkan

b. Model pertumbuhan konstan. Pada umumnya dividen bertumbuh sesuai


dengan tingkat pertumbuhan perusahaan. Asumsi ini biasanya diterapkan
pada perusahaan yang telah mapan atau memasuki tahap kedewasaan.
𝐷0 (1+𝑔) 𝐷1
P0 = = 𝐾𝑠−𝑔
𝐾𝑠−𝑔

P0 = nilai intrisik saham

D = dividen yang akan diterima

g = tingkat pertumbuhan dividen

Ks = tk return yang diisyaratkan

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dividen adalah pertumbuhan earning


per share (EPS). Pertumbuhan EPS ini sendiri dipengaruhi oleh :

 Inflasi
 Jumlah penghasilan yang diivenstasikan kembali
 Tingkaat keuntungan modal sendiri (return on equity/ROE)

c. Model pertumbuhan tidak normal/ganda Dividen saham juga bisa tidak


bertumbuh konstan tapi berubah sesuai dengan daur hidup perusahaan. Pada
periode awal, pertumbuhan dividen biasanya berubah-ubah. Setalah
memasuki periode kedewasaan, pertumbuhan dividen cenderung konstan.

𝑛 𝐷0(1+𝑔𝑡) 𝐷𝑛(1+𝑔𝑐) 1
P0 = ∑𝑡=1 +
(1+𝐾𝑠) 𝐾𝑠−𝑔𝑐 (1+𝐾𝑠)

P0 = nilai intrisik saham

n = jumlah tahun selama periode dividen supernormal

D0 = dividen saat ini

gt = pertumbuhan dividen supernormal

Dn = dividen akhir tahun pertumbuhan dividen supernormal

gc= pertumbuhan dividen konstan

Ks = tingkat keuntungan yang diisyaratkan

Model diskonto divieden di atas mengasumsikan bahwa dividen akan


dibayarkan sampai periode tak terhingga. Hal ini biasanya akan berlaku bila investor
memang lebih menyukai dividen sehingga tidak menjual sahamnya. Apabila saham
tidak selamanya dipegang investor sehingga terdapat capital gain, maka nilai
terminal/nilai jual saham akan dimasukkan dalam perhitungan nilai intrinsic : jika
investor menjual sahamnya pada periode ke-n sebesar Pn’ maka rumus nilai intrinsic
untuk saham menjadi :

𝐷1 𝐷2 𝐷3 𝐷𝑛 𝑃𝑛
P0 = + + + .... + +
(1+𝐾𝑠) (1+𝐾𝑠) (1+𝐾𝑠) (1+𝐾𝑠) (1+𝐾𝑠)

Keterangan :
P0 = nilai intrisik saham

D1’ D2 ….. D∞ = dividen yang akan diterima

Pn = harga jual saham

Ks = tk return yang diisyaratkan

2.4.4 Dividen Vield dan Capital Gains Vield

Dari pembelian saham investor mengharapkan adanya keuntungan yang bisa


diperoleh. Apabila menyimpan saham selamanya berarti investor megharapkan
dividen saham. Jika suatu saat saham yang telah dimiliki.

Ks = divden yield + capital gains yield

𝐷1
Dividen yield =
𝑃0

𝑃1+𝑃0
Capital Gains Yield =
𝑃0

2.4.5 Model Kelipatan Laba/Price Earning Ratio

Model ini lebih popular digunakan di kalangan analis saaham dan praktisi. Pada
pendekatan ini, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang
tercermin dalam harga suatu saham. PER adalah rasio yang menggambarkan
perbandingan antara harga saham dengan earning perusahaan. Rasio ini
menunjukkan berapa besar investor menilai harga saham terhadap kelipatan earning.

𝑃0
PER =
𝐸1
𝑃0 𝐷1/𝐸1
= 𝐾𝑠−𝑔
𝐸1

Dari rumus tersebut maka dapat dilihat faktor-faktor yang menimbulkan besarnya
PER adalah :

1) Rasio pembayaran diviiden terhadap earning (D1/E1), di mana PER akan


berhubungan positif.
2) Tingkat pembelian yang diisyaratkan (Ks), di mana PER akan berhubungan
negative.
3) Tingkat pertumbuhan dividen (g), di mana PER akan berhubungan positif.

2.5 Strategi Portofolio Saham

Strategi portofolio saham yang dapat dipilih investor dapat berupa strategi aktif
atau strategi pasif.

1) Strategi Aktif
Investor menjalankan strategi aktif dengan tujuan memperoleh return portofolio
saham yang lebih tinggi dibandingkan return yang didapat sesame investor lain.
Tiga strategi yang bisa dipilih untuk melakukan strategi aktif adalah :
a. Pemilihan Saham. Pemilihan saham merupakan strategi yang paling rasional
dan popular di mana investor secara aktif melakukan seleksi untuk
mendapatkan saham terbaik dengan mendasarkan pada analisis fundamental.
b. Rotasi Sektor, biasanya diterapkan oleh investor yang berivestasi di saham
dalam negeri. Duaa cara yang bisa dilakukan adalah pertama, berinvestasi
pada saham-saham perusahaan yang bergerak pada sector tertentu untuk
mengantisipasi perubahan siklus ekonomi di masa depan. Kedua,
memodifikasi bobot portofolio saham pada berbagai sector industri yang
berbeda sehingga dapat mengantisipasi perubahan siklus ekonomi,
pertumbuhan dan nilai perusahaan. Saham sector industri yang berprospek
cerah di masa depan akan ditambah bobotnya dan sebaliknya.
c. Momentum harga. Strategi ini didasari adanya kenyataan bahwa pada waktu
tertentu hargga pasar saham merefleksikan pergerakan pendapatan atau
pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, investor hnarus mencari
waktu/momentum yang tepat, agar pada saat terjadi perubahan harga bisa
mendapat keuntungan lewat pembelian atau penjualan saham tertentu.
2) Strategi Pasif
Strategi pasif dijalankan apabila investor percaya bahwa pasar benar-benar efisien
sehingga tidak ada satupun investor yang bisa memperoleh abnormal return. Di
sini berarti diyakini apabila harga pasar saham yang terjadi sudah mencerminkan
nilai intrinsiknya. Oleh karena itu, investor hanya berusaha untuk membentuk
potofolio yang kinerjanya menyerupai indeks pasar. Pilihan yang dapat dipilih
investor untuk menerapkan strategi pasif adalah :
a. Strategi beli dan simpan. Secara sederhana investor akan membeli saham dan
menahannya selama periode beberapa waktu. Tujuannya adalah untuk
membiayai biaya transaksi lain yang terlalu tinggi. Investor mengaharapkan
agar return yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan return dari strategi aktif
menjual dan membeli saham. Penerapan strategi ini harus memperlihatkan
pemilihan saham mana saja yang akan dimasukkan ke portofolionya. Apabila
ternyata komposisi yang telahn dibentuk mengalami perubahan kinerja
misalnya ada peningkatan risiko padahal return yang diteima relative sama
maka investor harus melakukan penyesuaian seperti mengubah komposisi
portofolio.
b. Strategi mengikuti indeks pasar. Investor dapat menerapkan strategi ini
dengan membeli instrument reksa dana atau dana pension. Lewat pembelian
reksa dana yang merupakan kumpulan dari berbagai saham, obligbasi atau
campuran keduanya investor berarap bisa mendapatkan return yang
sebandingb dengan return pasar.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Keimpulan
Dibutuhkan analisis saham yang bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham
dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini saham tersebut.nilai intrinsik
menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut.pedoman yang
dipergunakan adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai intrinsik > harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai undervalued
(harganya terlalu rendah)dan karenanya seharusnya dibeli atau ditahan Apabila saham
tersebut telah dimiliki
b. Apabila nilai intrinsik < harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai overvalued
(harganya terlalu mahal)dan karenanya seharusnya Dijual
c. Apabila nilai intrinsic = harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai wajar harganya
dan berada dalam kondisikeseimbangan.

Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel


ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (atau yang diamati) menjadi perkiraan
tentang harga saham.variabel-variabel ekonomi tersebut seperti laba perusahaan,dividen yang
dibagikan,variabilitas laba dan sebagainya.

3.2 Saran
Mengidentifikasikan suatu tren atau pola pergerakan harga saham yang berulang
adalah tujuan utama dari pada analis teknikal, tentunya dengan harapan agar dapat
menemukan sinyal untuk beli (buy), tahan (tahan) atau jual (sell). Dalam melakukan analisis
saham hanya ada beberapa data utama yang diperlukan, yaitu perubahan harga saham (atau
instrumen lainnya) dan nilai transakasi. Harga saham dapat naik dan turun secara cepat atau
pun secara berangsur-angsur sehingga pada grafik akan terlihat membentuk beberapa puncak,
lembah atau bisa juga mendatar (harga bergerak dalam kisaran sempit). Dalam upaya
menganalisa harga saham dan mengidentifikasikan suatu tren perubahan harga saham, para
chartist berpedoman pada dua asumsi penting.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai