Anda di halaman 1dari 26

PEMELIHARAAN PERANGKAT HUBUNG BAGI

TEGANGAN RENDAH DI GTT (GARDU TRAFO


TIANG) NO.164 POLITEKNIK NEGERI
MALANG

PROPOSAL
LAPORAN AKHIR

Disusun Oleh :
Chandra Trio Pamungkas NIM. 1531120022
Fariz Dimas B S NIM. 1531120090
Syahrul Munir Kurniawan NIM. 1531120086

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................................... 4
1.4 Tujuan.......................................................................................................................... 5
1.5 Sistematika Proposal ................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
TIINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 6
2.1 Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB - TR).................................................. 6
2.1.1 Pengertian Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah ( PHB – TR ) ...................... 6
2.1.2 Fungsi PHB – TR ...................................................................................................... 6
2.1.3 Desain PHB – TR ...................................................................................................... 6
2.1.4 Persyaratan Khusus.................................................................................................. 13
2.1.5 Penandaaan .............................................................................................................. 14
2.1.6 Pengujian ................................................................................................................. 15
2.2 Pemeliharaan Jaringan Distribusi ................................................................................... 16
2.2.1 Pengertian Pemeliharaan ......................................................................................... 16
2.2.2 Tujuan Pemeliharaan ............................................................................................... 16
2.2.3 Macam – macam Pemeliharaan ............................................................................... 16
BAB III .................................................................................................................................... 19
METODOLOGI PEELITIAN ................................................................................................. 19
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................................ 19
3.2 Metode Pengambilan Data ............................................................................................. 19
3.3 Diagram Alur Pengerjaan Laporan Akhir ...................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 24
Lampiran 1 : Perlengkapan hubung Bagi 2 Jurusan Gardu Cantol/Portal ........................... 24
Lampiran 2 : Diagram Pengawatan Perangkat Hubung Bagi-TR Gardu Portal ................. 25
Lampiran 3 : Single Line Perangkat Hubung Bagi-TR Gardu Portal .................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini penyaluran energi listrik di Indonesia masih terus berkembang dan
dituntut untuk selalu meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan serta
keandalannya.

Sistem distribusi merupakan salah satu sistem yang berperan penting sebagai
media penyaluran energi listrik. Terutama penyaluran dari jaringan tegangan
menengah menuju konsumen baik industri maupun rumah tangga. Kebutuhan akan
energi listrik yang terus berkembang menghendaki suatu kontinuitas suplai listrik
serta kualitas dari suplai listrik itu sendiri. Oleh karena itu, kualitas daya listrik
harus selalu terjaga keandalannya.

Pada proses penyaluran energi listrik tidak luput dari adanya gangguan.
Gangguan – gangguan yang terjadi akan berdampak langsung pada beban
(konsumen). Jika hal ini terjadi, maka penyaluran listrik ke beban juga akan
terputus.

Kebakaran yang terjadi sering kali disebabkan oleh arus pendek listrik
dikarenakan pemakaian listrik yang melebihi kapasitas instalasi yang telah
ditentukan dan juga disebabkan karena penambahan pemasangan instalasi yang
tidak mengikuti prosedur serta dilakukan sendiri tanpa sepengetahuan instalatur
resmi. Selain itu, alat pengaman yang tidak berfungsi ketika terjadi gangguan beban
lebih dan gangguan hubung singkat. Selanjutnya, gangguan listrik yang disebabkan
umur instalasi yang sudah lama atau kadaluarsa.

Maka untuk menghindari agar gangguan tersebut tidak membahayakan


peralatan dan manusia gangguan terebut harus dipisahkan dari beban. Untuk
memisahkan gangguan tersebut dari beban dan untuk menghindari segala resiko
pemutusan listrik secara tiba – tiba serta untuk mempertahankan kontinuitas
pelayanan maka perlu dirancang sebuah sistem penyalur yang handal
Dalam jaringan distribusi peralatan yang menghubungkan dari jaringan
tegangan menengah menuju konsumen terdiri dari trafo pada GTT dan PHB-TR
(Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah), dimana didalam PHB-TR terdapat
beberapa komponen-komponen kelistrikan yang berfungsi sebagai penghubung,
pengaman, pembagi, penyuplai, dan pengontrol.

Pada Laporan Akhir ini akan dilakukan pemeliharaan PHB-TR di GTT(Gardu


Trafo Tiang) no.164 Politeknik Negeri Malang. Hasil dari pemeliharaan ini berguna
untuk mengetahui apakah PHB-TR tersebut keandalan dan keamanannya sudah
baik (sesuai dengan standar) atau belum (tidak sesuai dengan standar).

Oleh karena itu dalam Laporan Akhir ini penulis mengambil judul
“PEMELIHARAAN PERANGKAT HUBUNG BAGI TEGANGAN RENDAH DI
GTT(Gardu Trafo Tiang) no.164 POLITEKNIK NEGERI MALANG”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dengan latar belakang yang telah diuraikan, pembahasan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa pengertian Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) ?


2. Apa komponen komponen yang ada di PHB TR?
3. Bagaimana cara SOP(Standart Operating procedure) pemeliharaan pada
Perangkat Hubung Bagi (PHB-TR) ?

1.3 Batasan Masalah


Agar pembahasan lebih jelas dan terarah maka perlu adanya batasan – batasan
masalah dalam pengerjaan laporan akhir ini. Adapun pembatasan masalah dalam
penulisan Laporan Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Penulis hanya mengambil data yang berlokasi di GTT (gardu trafo tiang) no 164
Politeknik Negeri Malang.
2. Pengertian Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) beserta
komponennya
3. Langkah – langkah pemeliharaan PHB-TR pada GTT(Gardu Trafo Tiang)
no.164 Politeknik Negeri Malang.

1.4 Tujuan
Tujuan dalam penulisan Laporan Akhir ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari Perangkat Hubung Bagi Tegangan


Rendah (PHB-TR).
2. Mengetahui komponen apa saja yang terdapat dalam Perangkat
HubungBagi Tegangan Rendah (PHB-TR).
3. Mengetahui cara pemeliharaan pada PHB-TR sesuai Peraturan /
SOP.

1.5 Sistematika Proposal


Proposal Laporan Akhir ini terdiri dari lima bab, yaitu :

1. Bab I Pendahuluan. Berisi tentang pemaparan latar belakang, rumusan


masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka. Membahas tentang dasar teori penunjang yang
sesuai dan dibutuhkan untuk pemeliharaan PHB TR di GTT(Gardu
Trafo Tiang) no.164 Politeknik Negeri Malang.
3. Bab III Metodologi. Membahas tentang pemeliharaan PHB-TR di
GTT(Gardu Trafo Tiang) no.164 Politeknik Negeri Malang
4. Daftar Pustaka.
5. Lampiran. Berisi tentang data single line diagram, data pengukuran, foto
lokasi, suraat penerima observasi data, data sheet peralatan atau
komponen, gambar rancangan (wiring diagram).
BAB II
TIINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB - TR)

2.1.1 Pengertian Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah ( PHB – TR )


Perangkat hubung bagi tegangan rendah yang disingkat dengan PHB-TR
adalah suatu rumah peralatan dari kombinasi beberapa peralatan switching
tegangan rendah dengan peralatan kontrol, ukur, pengaman dan pengaturan yang
saling berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem pengawatan
dan interkoneksi mekanis serta bagian – bagian penyanganya.

2.1.2 Fungsi PHB – TR


Fungsi PHB TR adalah :

a. Sebagai alat penghubung antara sumber tenaga listrik dari out put trafo sisi
tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan diteruskan ke Jaringan Tegangan
Rendah ( JTR ) melalui kabel jurusan ( opsty cable ) yang diamankan oleh
NH fuse jurusan masing – masing.
b. Sebagai alat pembagi tenaga listrik ke instalasi pemanfaatan tenaga listrik.

2.1.3 Desain PHB – TR

2.1.3.1 Kontruksi
Menurut konstruksinya PBH – TR dibagi menjadi 2 (dua) macam konstruksi yaitu:

a. Konstruksi PHB TR 2 jurusan


b. Konstruksi PHB TR 4 jurusan
Gambar 2.1 Kontruksi PHB TR 2 Jurusan (atas) dan Kontruksi PHB TR 4 Jurusan
(bawah)

Setiap PHB TR kerangkanya terbuat dari besi, kanal U atau pipa baja
cetakan. Ukuran minimum komponen yang digunakan untuk kerangka PHB adalah
sebagai berikut :

Pelat baja : 2 mm

Besi siku : 50 x 50 x 5 mm ( untuk indoor ) dan untuk 40 x 40 x 4 mm ( untuk


outdoor )

Besi kanal U : 50 x 38 x 5 mm

Unit kerangka harus cukup kuat menahan perlakuan normal operasi dan
gerakan– gerakan lainnya tanpa menunjukkan adanya kelemahan / kerusakan.
Khususnya jika saklar utama dioperasikan atau pada saat penghubung pengaman
lebur dimasukkan atau dikeluarkan.

Empat jurusan dapat dimodifikasi menjadi delapan jurusan keluaran hanya


dengan menambah kerangka tambahan yang dibuat pada kerangka pertama.
Tambahan tersebut dilakukan tanpa banyak modifikasi dari peralatan semula.

Susunan mencegah terjadinya loop magnet pada kerangka, dapat dipilih


sistem pencegahan seperti pemakaian bahan anti magnet atau menyisipkan isolator
diantara komponen baja. Penopang silang dibagian bawah kerangka diperlukan
untuk tempat penyangga ujung kabel keluaran, lengkap dengan klem kabel.

2.1.3.2 Proteksi terhadap korosi


a. Kerangka

Semua bagian kerangka harus dilindungi dengan cat anti karat ( Zinc
Chromate atau Red Lead ) dua lapis atas dengan galvanis celup panas ( hot dip
galvanizing ). Tebal lapisan minimum 500 gram per m2, atau dengan ketebalan
± 70 mikron.

b. Perlengkapan Listrik

Semua tembaga untuk hubungan listrik harus dilapisi timah atau perak
dengan katebalan minimum 8 mikron. Semua mur dan baut termasuk bagian
lainnya untuk perlengkapan hubungan listrik harus dilapisi Cadmium dengan
ketebalan minimum 8 mikron.

2.1.3.3 Bagian – Bagian PHB TR


a. Unit Masukan
Sirkuit unit masukan dilengkapi dengan pemutus beban tiga kutub yang di
desain untuk tegangan nominal 400 V dengan unit – unit pemutus yang dapat
terlihat atau dengan unit –unit pemutus di dalam suatu kotak tertutup dengan
indikator posisi buka / tutup yang dapat dijamin keandalannya. Untuk hubungan
kabel dari transformator harus dilengkapi pelat/terminal penghubung.

Saklar pemutus beban dalam posisi terbuka dapat dikunci dan dapat
dioperasikan buka/ tertutup dengan tangkai operasi (handle) yang terletak didepan
atau disebelah kanan jika dilihat dari depan saklar.

Jika saklar pemutus beban merupakan jenis putar, maka pusat tangkai putar
tidak boleh melebihi tinggi 1 meter dari dasar PHB untuk PHB pasangan dalam dan
0,5 meter untuk PHB pasangan luar. Tangkai operasi dalam posisi tertutup harus
membentuk sudut kurang dari 30° dengan ventilasi.
b. Sistem busbar
Sistem busbar terbuat dari Tembaga Elektrolit. Pemasangan dan penyambungan
hanya dapat dilakukan dengan mur – baut. Pemboran lubang berulir pada tembaga
tidak dianjurkan.

Kerangka harus disesuaikan untuk pemasangan busbar sebagai berikut :

1. Empat busbar kolektor ( Netral ditempatkan paling bawah atau paling kiri
), khusus untuk PHB pasang dalam, setiap ujung busbar disebelah kanan
dibor dengan empat buah lubang untuk kemungkinan perluasan dengan
empat keluaran PHB tambahan.

Penyambungan dua PHB tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :

- Menggunakan batang tembaga ukuran yang sama dengan busbar


kolektor
- Menggunakan pelat / pita tembaga anyaman dengan ukuran yang sama
dengan busbar kolektor
- Menggunakan kabel dengan konektor.
2. Tiga busbar penghubung untuk menghubungkan busbar kolektor ke saklar
pemutus beban. Busbar netral ditempatkan paling kiri jika dilihat dari depan
PHB.
3. Setiap keluaran tertuju ke dasar kerangka dengan tiga busbar fasa vertikal.
Dalam hal ini konduktor netral tersambung pada bagian bawah penjepit
pemisah netral keluaran.

Jarak bebas dan jarak rambat untuk busbar tembaga dan hubungannya
sekurang-kurangnya harus sesuai dengan jarak bebas dan jarak rambat pada
peralatan yang langsung berhubungan dengannya (sebagai contoh : sakelar utama).
Jarak tersebut harus tetap dipertahankan sepanjang bingkai dan harus terpasang
kuat pada dudukannya sehingga tidak akan berubah jika terjadi gaya dinamis dan
termis akibat hubung singkat.

Busbar tembaga harus dicat dengan warna sebagai berikut :

- Busbar Fasa : Merah, kuning, hitam


- Busbar Netral : Biru
- Busbar Pembumian : Hijau dengan strip kuning
- Busbar sambung harus diberi lapisan timah atau perak
c. Unit Keluaran
1. Pengaman lebur NH-Fuse

Sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan
rendah 220 V, untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang
disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena
beban lebih

2. Penghubung netral

Nilai pengenal arus dan penghubung netral harus sama dengan nilai pengenal
nominal unit pengaman lebur untuk fase. Jepitan harus sama juga dengan urut
pengaman lebur untuk fase.

3. Hubungan keluaran

Hubungan keluaran melalui bagian bawah dari perangkat hubung bagi dan
harus terdiri dari tiga terminal penghubung fase dan satu terminal penghubung
netral. Terminal penghubung harus didesain sehingga dapat digunakan untuk kabel
tembaga dengan luas penampang maksimum 150 mm2 dan harus disediakan lubang
yang sesuai dengan diameter 13 mm lengkap dengan ring dan mur baut.

4. Pemisah isolasi

Setiap dua atau lebih unit-unit pengaman lebur kutub tunggal fase yang sama,
harus dipisahkan dari fase-fase lainnya dengan pemisah isolasi. Di bagian bawah
PHB, pemisah vertikal harus dipasang untuk memisahkan setiap keluaran.
Pemisah vertikal tersebut dapat dipindahkan sepanjang palang isolasi dan terbuat
dari bahan yang kokoh dan tahan air.

5. Penghalang

Penghalang di desain untuk menutup setiap keluaran utama jika tiga buah
pelebur HRC dilepas. Terbuat dari bahan yang kokoh dan tahan air serta dapat
diukur untuk pengamanan.
6. Pemeriksaan

Pemeriksaan harus dapat dilakukan dengan memasukkan tang-ampere meter


pada setiap fase keluaran, tepat di bawah setelah penjepit bawah urut pengaman
lebur. Untuk maksud tersebut harus tersedia ruang bebas sepanjang 50 mm.

7. Penandaan

Netral dan fase dari setiap keluaran harus diberi penandaan yang sesuai : N ; 1
; 2 ; 3 / N ; R ; S ; T / Biru, Merah, Kuning, Hitam. Penulisan tanda harus
ditempatkan dekat dengan terminal kabel dan harus tetap terlihat jika konektor
kabel terpasang pada terminal keluaran. Di atas setiap unit keluaran harus terpasang
tempat label / penandaan yang terbuat dari bahan tahan karat dengan ukuran 80 x
30 mm.

2.1.3.4 Peralatan Bantu

Suatu panel secara permanen terpasang pada kerangka perangkat hubung


bagi untuk menampung atau tempat pemasangan berapa peralatan sebagai berikut :

a. Satu keluaran untuk lampu penerangan gardu distnbusi


b. Satu keluaran untuk lampu penerangan umum
c. Tiga Amperemeter kebutuhan maksimum
d. Satu keluaran untuk lampu indikator hubung singkat
e. Kotak-kontak dan lain-lain.

2.1.3.5 Hubungan Pembumian

Terminal pembumian harus terpasang pada kerangka yang terbuat dari


tembaga atau kuningan dan dilengkapi dengan dua buah mur dan tiga buah ring.
Sesuai untuk hubungan konduktor pembumian tembaga 50 mm2. Terminal
pembumian tersebut ditempatkan dipermukaan bagian depan salah satu dari
kerangka penopang pada ketinggian 30 cm dari dasar PHB.

2.1.3.6 Pengawatan

Kabel tembaga berisolasi PVC sekurang – kurangnya 2,5 mm2 untuk


rangkaian kontrol dan 4 mm2 untuk pengukuran harus digunakan untuk semua
instalasi di dalam PHB. Kabel tembaga harus memiliki warna yang sama atau
penandaan yang sama dengan penandaan fase atau label yang dihubungkan.

2.1.3.7 Perlengkapan

Setiap perangkat hubung bagi harus dikirim sebagai satu kesatuan dengan
semua perlengkapan yang diperlukan, antara lain sebagai berikut :

a. Satu kunci berisolasi untuk menyetel penjepit unit pengaman lebur


b. Empat penghalang
c. Satu alat berisolasi untuk memasang dan melepas unit pengaman lebur.

2.1.3.8 Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Dalam

PHB tegangan rendah pasangan dalam (tidak berselungkup) akan


ditempatkan secara khusus dalam suatu bangunan Gardu Distribusi sehingga harus
sesuai untuk pemasangan di atas lantai dan dinding beton atau tembok. Empat
saluran keluaran dapat dimodifikasi menjadi 8 saluran keluaran hanya
menggunakan kerangka tambahan yang dibaut dengan kerangka PHB utama.
Penopang silang pada bagian bawah dari kerangka akan digunakan untuk menahan
ujung kabel keluaran.

PHB tegangan rendah pasangan dalam terdiri atas :

a. Satu unit masukan 400A, 500A, 630A, 800A, 1200A, atau 2000A.
b. Sistem busbar 400A, 500A, 630A, 800A, 1200A, atau 2000A
c. Empat unit keluaran utama
d. Satu keluaran untuk penerangan Gardu Distribusi
e. Satu keluaran untuk penerangan umum
f. Satu keluaran untuk lampu indikator hubung singkat
g. Tiga ampere meter kebutuhan maksimum dan trasformator arus 600–800–
1200-2000/5A
h. Dua kotak – kontak 32/6A

2.1.3.9 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Luar

PHB tegangan rendah pasang luar harus dilengkapi dengan kabinet kedap
air dan akan terpasang di luar bangunan sebagai gardu distribusi pasangan tiang
pada ketinggian 1,2 m dari permukaan tanah. Kabinet harus dilengkapi dengan
gantungan perangkat dan perlengkapan lain yang sesuai termasuk mur dan baut
untuk pemasangan pada lengan penopang yang terpasang pada tiang beton atau
besi. Konstruksi kabinet harus kokoh dan kedap air. Terbuat dari pelat baja dengan
ketebalan tidak kurang dari 3 mm. Kabinet harus memiliki pintu yang dilengkapi
engsel di bagian depan dan harus bisa dikunci. Kabinet harus dibuat sedemikian
sehingga air, rayap, dan burung tidak dapat masuk kedalamnya.

2.1.4 Persyaratan Khusus

2.1.4.1 Kondisi Pelayanan Normal

Papan Hubung Bagi ( PHB ) berdasarkan standart ini digunakan dalam


kondisi pelayanan sebagai berikut :

a. Suhu udara sekitar

Suhu udara sekitar tidak melebihi + 40°C dan rata – ratanya dalam 24 jam tidak
lebih 35°C

b. Suhu udara sekitar untuk pasangan luar

Suhuh udara sekitar tidak melebihi + 40°C dan rata – rata dalam 24 jam tidak
melebihi + 35°C.

2.1.4.2 Kondisi Udara Untuk Pasangan Dalam

Kondisi udara harus bersih dan kelembaban nisbinya tidak melebihi 50%
pada suhu maksimum +40°C. Kelembaban nisbi yang lebih tinggi diijinkan pada
suhu yang lebih rendah, misalnya 90% pada +20°C. Harus diperhatikan bahwa
pengembunan sewaktu – waktu dapat terjadi karena perubahan suhu.

2.1.4.3 Kondisi udara untuk pasangan luar

Kelembaban nisbinya boleh mencapai 100% pada suhu maksimum + 25°C.

2.1.4.4 Tinggi Tempat

Ketinggian tempat pemasangan tidak boleh melebihi 1000 m diatas


permukaan laut.
2.1.4.5 Kondisi Selama Pengangkutan, Penyimpanan, dan Pemasangan

Bila kondisi selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasangan tidak


sesuai, maka harus dibuat persetujuan terlebih dahulu antara pemakai dan pembuat.
Jika tidak ada ketentuan lain, maka julat suhu selama pengangkutan, penyimpanan,
dan pemasangan diantara -25°C dan +55°C. Untuk periode waktu singkat tidak
melebihi 24 jam dijinkan sampai dengan +70°C.

2.1.4.6 Karateristik Listrik


a. Tegangan pengenal : 230 / 440 V
b. Frekuensi pengenal : 50 Hz
c. Tingkat isolasi dasar ( puncak ) : 6 kV
d. Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik :
- PHB 250/500/630 A : 15 kA
- PHB 800 A : 20 kA
- PHB 1200 A : 25 kA
- PHB 2000A : 35 kA
e. Nilai pengenal arus busbar :
- 250/400/500/630/800/2000A
f. Kapasitas pengaman lebur HRC : 25 kA/400 V
g. Tegangan ketahanan frekuensi daya selama 1 menit : 2,5 kV

2.1.5 Penandaaan

PHB tegangan rendah untuk Gardu Distribusi harus dilengkapi pelat nama
yang terbuat dari logam, terpasang pada posisi yang dapat / mudah terlihat. Semua
informasi harus jelas, tidak mudah lepas dan tidak mudah terhapus dengan digravir.

Informasi yang harus diberikan adalah sebagai berikut :

a. Jenis / tipe PHB tegangan rendah


b. Nama pabrik pembuat
c. Nomor seri
d. Tahun pembuatan
e. Tegangan pengenal
f. Frekuensi pengenal
g. Arus pengenal
h. Diagram kutub tunggal
i. Standart desain

2.1.6 Pengujian

Metode uji dan kriteria penerimaan Panel Hubung Bagi :

2.1.6.1 Uji Jenis


a. Uji jenis meliputi :
- Pemeriksaan tampak fisik
- Pengukuran jarak bebas dan jarak rambat
- Pengukuran tahanan sirkuit utama
- Uji kenaikan suhu
b. Uji dielektrik meliputi :
- Uji ketahanan hubungan singkat
- Uji kontinuitas sirkit pengaman
- Uji operasi mekanis
- Uji tingkat pengaman selungkup

2.1.6.2 Uji Rutin

Uji rutin dimaksud untuk mendeteksi adanya gangguan pada hasil suatu
pekerjaan. Pengujian ini dilakukan pada setiap pekerjaan baru hasil dari rakitan atau
setiap unit bagian.

Uji rutin meliputi :


a. Pemeriksaan sifat tampak
b. Pemeriksaan data komponen dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi
c. Pemeriksaan rakitan termasuk pengawatan dan jika perlu uji operasi elektrik
d. Pemeriksaan tingkat pengaman
e. Uji operasi mekanis
f. Uji tegangan 2,5 kV 50Hz, 1 menit
2.1.6.3 Uji Serah Terima

Uji serah terima adalah pengujian yang dilakukan terhadap sejumlah barang
(kelompok) untuk menentukan apakah kelompok tersebut diterima atau ditolak
karena tidak memenuhi kriteria yang sebelumnya ditetapkan. Pengujian ini
bertujuan menguji kembali hal – hal yang seharusnya telah dilakukan oleh pabrikan
pada waktu pengujian rutin.

2.2 Pemeliharaan Jaringan Distribusi

2.2.1 Pengertian Pemeliharaan


Pemeliharaan adalah kegiatan yang meliputi rangkaian tahapan kerja mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian dan evaluasi pekerjaan
pemeliharaan instalasi dan sistem distribusi yang dilakukan secara terjadwal
(schedule) ataupun tanpa jadwal.

2.2.2 Tujuan Pemeliharaan


Tujuan pemeliharaan adalah mendapatkan simpati serta kepuasan
pelanggan dalam pelayanan tenaga listrik. Tujuan pemeliharaan ini adalah agar
instalasi jaringan distribuasi beroperasi dengan :

a. Aman (safe) bagi manusia dan lingkungannya


b. Andal (Reliable)
c. Kesiapan (Avaibility) tinggi
d. Unjuk kerja (Performance) baik
e. Umur (Live Time) sesuai desain
f. Waktu pemeliharaan (Down time) Efektif
g. Biaya pemeliharaan (Cost) Efisien/Ekonomis

2.2.3 Macam – macam Pemeliharaan

2.2.3.1 Berdasarkan waktu pelaksanaannya


a. Pemeliharaan terencana (Forced Maintenance) : Preventive
b. Pemeliharaan tidak direncanakan (Corrective Maintenance)

2.2.3.2 Berdasarkan metodenya


a. Pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Based Maintenance)
b. Pemeliharaan berdasarkan kondisi (On Condition Based Maintenance)
c. Pemeliharaan Darurat/Khusus (Emergency Maintenance)

Bila dari macam-macam pemeliharaan tersebut digabungkan, maka


pemeliharaan dibedakan menjadi :

a. Pemeliharaan Rutin (Preventive Maintenance)

Disebut juga dengan pemeliharaan preventive, yaitu pemeliharaan untuk


mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang lebih parah dan untuk
mempertahankan unjuk kerja jaringan agar tetap beroperasi dengan keandalan dan
efisiensi yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi kegiatan :

- Pemeriksaan/inspeksi rutin
- Pemeliharaan rutin
- Pemeriksaan prediktif
- Perbaikan/penggantian peralatan
- Perubahan/penyempurnaan jaringan

Contoh pemeliharaan rutin antara lain :

- Pengecatan tiang pada SUTM dan SUTR.


- Pemotongan ranting/dahan pada pohon yang dapat mengganngu SUTM.
- Pengecatan gardu sipil.
b. Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan dengan maksud untuk


memperbaiki kerusakan yaitu suatu usaha untuk memperbaiki kerusakan hingga
kembali kepada kondisi/kapasitas semula dan perbaikan untuk penyempurnaan
yaitu suatu usaha untuk meningkatkan/ penyempurnaan jaringan dengan cara
mengganti/mengubah jaringan agar dicapai daya guna atau keandalan yang lebih
baik dengan tidak mengubah kapasitas semula.

Contoh perbaikan kerusakan :

- Penggantian jointing yang rusak


- Perbaikan defansi andongan.
- Penggantian bushing trafo distribusi yang pecah
- Penggantian tiang yang bengkok tertabrak mobil
c. Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance)

Pemeliharaan ini bersifat mendadak, tidak terencana yang disebabkan karena


gangguan atau kerusakan atau hal-hal lain di luar kemampuan, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan atau pengecekan perbaikan maupun penggantian peralatan.
Contoh pemeliharaan darurat :

- Perbaikan atau penggantian JTR yg rusak akibat kebakaran.


- Perbaikan atau penggantian instalasi gardu yang rusak akibat banjir.
- Perbaikan atau penggantian gardu dan jaringan yang rusak akibat huru-hara.

3.1.4 Jadwal Pemeliharaan

Pemeliharaan rutin / terencana adalah cara yang baik untuk mencapai suatu
tujuan pemeliharaan karena mencegah dan menghindari kerusakan peralatan.
Dalam pelaksanaan pemeliharaan rutin perlu direncanakan dengan baik
berdasarkan hasil pengamatan dan catatan serta pengalaman pemeliharaan
terdahulu sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Agar pemeliharaan
mendapatkan hasil yang baik, perlu dibuat jadwal pemeliharaan.

Jadwal pemeliharaan dalam kurun waktu yang berbeda sesuai dengan


kebutuhan dan umur dari peralatan yang di pelihara, waktu tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Pemeliharaan Mingguan
b. Pemeliharaan Bulanan
c. Pemeliharaan Triwulan
d. Pemeliharaan Semesteran
e. Pemeliharaan Tahunan
BAB III
METODOLOGI PEELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian : Selama semester genap tahun ajaran 2017/2018
Tempat penelitian : GTT(Gardu Trafo Tiang) no.164 Politeknik Negeri Malang

3.2 Metode Pengambilan Data


Dalam penyusunan laporan akhir ini, metode penelitian yang akan
dilakukan diantaranya :

1. Studi Literatur

Studi literatur ini ditujukan untuk mendapatkan teori-teori yang akan dijadikan
sebagai landasan dari penelitian ini dan mencari referensi teori yang relefan dengan
kasus atau permasalahan yang ditemukan. Studi ini meliputi tentang pemahaman
teori, konsep dan metode yang cocok untuk membentuk kerangka berfikir yang
logis dan lebih terarah. Literatur ini berupa buku, karya-karya ilmiah, jurnal dan
melalui artikel di internet yang berhubungan dengan penulisan laporan akhir.

2. Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara observasi atau kunjungan langsung pada
tempat-tempat pengambilan data yaitu di Gedung AJ Politeknik Negeri Malang
yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data-data yang akan digunakan
untuk Studi Perancangan Ulang Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah di Gardu
Distribusi

3. Wawancara

Wawancara dengan pihak yang berkaitan lagsung bertujuan untuk memperoleh


informasi yang valid mengenai suatu objek dengan narasumber yang terpercaya.
3.3 Diagram Alur Pengerjaan Laporan Akhir

MULAI

KONSULTASI

OBSERVASI & WAWANCARA

SALAH DALAM
PENGUMPULAN
PENENTUAN
STUDI LITERATUR STANDAR

ADA
PENGUMPULAN DATA DI PERUBAHAN
LAPANGAN DATA DI
LAPANGAN

JIKA
PEMELIHARAAN PHB TR
PERHITUNGAN
SALAH
SESUAI

TIDAK SESUAI
APAKAH PEMELIHARAAN
SESUAI DENGAN STANDAR
YANG BERLAKU DAN
BENAR?

KESIMPULAN dan SARAN

SELESAI
Uraian diagram alur pengerjan laporan akhir :

1. Pengerjaan laporan akhir dimulai dengan konsultasi pada dosen tentang


permasalahan yang akan diangkat sebagai bahasan Laporan Akhir.
2. Melakukan observasi guna mendapatkan informasi yang lebih detail dan
menemukan permasalahan yang terjadi di lapangan. Serta wawancara
kepada staf, technician operator yang bersangkutan dengan pembahasan.
3. Mengumpulkan studi literatur untuk menambah wawasan tentang bahasan
yang akan diangkat dan juga sebagai referensi penunjang topik
permasalahannya. Studi literatur yang dilakukan dengan membaca referensi
yang kebenaran tulisannya dapat dipertanggungjawabkan. Jika studi
literatur tidak sesuai maka melakukan pencarian studi literatur kembali.
4. Melakukan survey lapangan tentang data-data yang diperlukan dalam
permasalahan., serta melalui inspeksi di lapangan. Untuk data-data yang
dibutuhkan dalam laporan akhir ini adalah:
5. Data beban yang direncakan
6. Kebutuhan suplai daya listrik di GTT(Gardu Trafo Tiang) no.164 Politeknik
Negeri Malang
7. Perencanaan ulang gardu distribusi sesuai daya kebutuhan pada GTT(Gardu
Trafo Tiang) no.164 Politeknik Negeri Malang
8. Data yang telah didapat melalui survey lapangan dan juga studi literatur
dikumpulkan menjadi satu.
9. Jika data yang didapat telah sesuai dengan pokok permasalahan maka data
dapat langsung diolah untuk dihitung, jika data tidak sesuai atau berubah
maka kembali ke tahap pengumpulan data di lapangan untuk mendapatkan
data yang terbaru.
10. Melakukan perancangan dan perhitungan sesuai dengan rumusan masalah
yang dibahas dalam topik permasalahan. Data yang telah sesuai dengan
permasalahan dihitung menggunakan Ms. Excel.
11. Jika perancangan dan perhitungan tidak sesuai maka kembali ke tahap
perancangan dan perhitungan.
12. Menyimpulkan analisa-analisa yang telah dilakukan agar sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.
13. Selesai
DAFTAR PUSTAKA

[1] PT PLN (Persero), Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gardu Hubung
Tenaga Listrik, Jakarta, 2010.

[2] PT PLN (Persero), Standar Perusahaan Listrik Negara 118-3-1, Jakarta, 1996.
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Perlengkapan hubung Bagi 2 Jurusan Gardu Cantol/Portal


Lampiran 2 : Diagram Pengawatan Perangkat Hubung Bagi-TR Gardu
Portal

Lampiran 3 Single Line Perangkat Hubung Bagi-TR Gardu Portal

Anda mungkin juga menyukai