Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PAK BONASIR DENGAN

SKZOFRENIA PARANOID DI BANSAL GATOT KACA RSJD DR. ARIF


ZAINUDIN

Disusun Oleh:

Beny hermawan

J230170079

PROGRAM PROFESI NERS XVIII

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Nama : Beny hermawa Shift : Pagi


Stase : Keperawatan jiwa Tempat/Ruang : RSJ Dr. Arif Zainudin

Pre Planning
NamaKlien : Pak Bonasir (laki-laki)
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Ponorogo
Diagnosa medis : Skrizofrenia paranoid
Tgl/Jam Pengkajian : 5 September 2017
Sumber Pengkajian : Pasien

Fase Pre Interaksi


Pasien dibawa ke RSJD Dr.Arif Zainudin masuk yang ke 2 kalinya pada
tanggal13 agustus 2017 di bangsal puntadewa lalu padatanggal 5 september 2017
dipindah ke gatotkaca. Pasien dibawa ke RSJ menggunakan mobil oleh kakak ipar
dan istri karena pasien sering bingungdan bicara sendiri.

Fase Orientasi Respon Klien


 Making Obsevation
Selamat pagi pak, hari ini bapak S: “pagi mas, iya mas tadi habis mandi
terlihat bersemangat dan segar lalu makan setelah makan lalu
sekali. berjemur, supaya cepet sembuh
mas”
O: pasien tersenyum

 Broad opening
Hari ini saya akan menemani bapak S: “iya mas”
untuk berbincang-bincang, bagai O: pandangan pasien kedepan,
mana pak? menjawab dengan tegas

 Giving Recognition
Perkenlakan nama saya perawat S: “iya mas, nama saya Pak Bonasir,
Beny Hermawan, Bapak siapa biasa di panggil Pak Bonasir”
namanya, biasa dipanggil bapak “umur saya sekitar 29 tahun mas”
siapa? “rumah saya ponorogo mas”
Umur berapa pak? O: pasien terlihat menundukan kepala
Rumah dimana pak?

 Reinforceement
Wah luar biasa nama bapak bagus S: “iya mas, biyar cepet sembuh, biyar
sekali, bapak masih terlihat cepet pulang”
bersemangat diusia yang sekarang O: pandangan pasien kedepan
ini.

 Offering self
Hari ini saya akan menemani bapak S: “baik mas”
untuk mendiskusikan hal-hal yang O: pasien menjawab dengan nada yg
mengganggu pikiran bapak tegas
Fase Kerja Respon Klien
 Exploring
Pak, sebelumnya tahu tidak kenapa S:”saya di bawa ke mari karena sering
bapak di bawa kemari? sering bingung, bicara dan tertawa
sendiri.”
O: menjawab dengan menundukan
kepala
 Validation
Jadi bapak masuk RSJ karen sering S:”iya mas”
bingung dan bicara sendiri O:menjawab dengan menundukan
kepala

3
 Exploring
Mengapa bapak sering bicara S:”sebenarnya saya tidak berbiacar
sendiri? sendiri mas, tapi saya membaca
tulisan ditubuh orang, saya bisa
meramal seseorang dari tulisan yang
saya lihat di tubuh orang yang saya
lihat.
O: pasien terlihat cemas
 Exploring
Bapak kesini diantar siapa? S: “saya kesini dibawa oleh istri dan
kakak ipar, katanya mau diantar
kontrol ke rsj mas”
O: menjawab tanpa melakukan kontak
mata
 Exploring
Disini sudah berapa lama pak? S: “saya dibawa kesini sejak tanggal 13
agustus, sebelumnya saya masuk
ruang sadewa tetapi di pindah ke
ruang lalu masuk keruang gatot
kaca”
O: expresi muka sedikit sedih

 Exploring
Oh begitu, sudah berapa kali S:” keluarga selama ini belum ada
keluarga membesuk? yang menjenguk saya”
O: pasien menundukan kepala

 Exploring
Sebelumya apakah bapak pernah S:”sudah pernah mas”
masuk RSJ? O: pasien menundukan kepala

 Exploring
Coba bapak ingat kembali kapan S:”dulu saya mengalami hal yang sama
dulu bapak masuk siniDulu dibawa dengan saat ini mas, tapi sempat

ke RSJ kenapa pak? sembuh”

4
O: pandangan pasien kedepan

 Exploring
Kira-kira kapan itu pak waktunya S:”kurang lebih hampir setahun mas,
bapak dulu di bawa kesini? tapi sempet sembuh mas”
O: pandangan pasien kedepan
 Giving Recognition
“Bagus ya bapak mau S:”iya mas terimakasih”
mengungkapkanya dengan saya” O: pasien menundukan kepala
(giving

 Exploring
Bapak apakah sudah menikah? S: “sudah mas”
O: exspresi muka berubah, nada
terdengar pelan

 Exploring
Saya lihat bapak bicara sendiri dan S:”iya mas, karena saya melihat tulisan
terkadang senyum-senyum sendiri pada tubuh orang lain yang saya

kenapa pak? baca kadang tulisanya kadang


mengganggu saya”
O: menjawab dengan pandangan ke
bawah, nada bicara sedikit pelan

 Exploring
Tulisan itu bapak baca biasanya S:”munculnya dibagian seluruh tubuh
muncul di bagian tubuh sebalah mas”

mana? O: menjawab dengan santai

 Exploring
Situasi yang seperti apa tulisan itu S:”tulisanya sering muncul tidak pasti
sering muncul pak? mas situasina”
O: menjawab dengan santai

5
 Exploring
Berapa kali tulisan yang mas lihat S:”sering mas”
itu muncu dalam satu hari? O: menjawab dengan pandangan
kedepan
 Exploring
Apakah bapak merasa terganggu S:”iya mas, terkadang tulisan itu
dengan tulisan itu itu? membuat saya kurang
konsentrasijika diajak bicara orang
lain”
O: tidak ada kontak mata
 Exploring
Apakah bapak mengikuti atau S:”iya mas, saya terkadang percaya
percaya dengan adanya tulisan itu? dengan tulisan itu, saya jadi tahu
orang itu jahat atau baik”
O: menundukan kepala

 Exploring
Apa yang bapak lakukan jika tulisa S:”saya biasanya saya istigfar atau
itu muncul dan mengganggu pergi ke tempat yang lebih meng

konsentrasi bapak? hibur saya mas”


O: tidak ada kontak mata pasien
menundukan kepala

 Validation
Oh selama ini yang bisa bapak S:”iya mas”
lakukan untuk mengatasi munculnya O: tidak ada kontak mata pasien
tulisan yang menggagu konsentrasi menundukan kepala

bapak dengan cara istigfar atau pergi


ketempat yg menghibur.

 Exploring
Oh begitu, jika boleh tau apa S:”sebelumya saya bekerja buat batu
pekerjaan bapak di rumah? bata, tapi sekarang nganggur mas”
O: pandangan ke depan

6
 Exploring
Dirumah tinggal dengan siapa pak? S:”saya tinggal dengan istri dan ibu
saya”
O: menjawab dengan tenang
 Exploring
Bapak dengan keluarga hubunganya S:”hubungan baik mas”
bagai mana pak? O: pandangan kedepan

 Giving Reinforcerment
Bagus pak, jadi hubungan dengan S:”iya mas, saya paling dekat dengan
keluarga dekat semua ya pak, paling istri saya”
dekat dengan siapa pak O: pasien tersenyum

Fase Terminasi Respon Klien


 Summarizing
Baiklah, kita tadi sudah berdiskusi S:”iya mas, seneng mas bisa ngobrol-
tentang apa yang dirasakan serta yang ngobrol dengan mas”
dialami pak son, bagaimana perasaan O: pasien tersenyum
bapak setelah ngobrol-ngobrol dengan
saya?

 Reinforcement
Iya pak, bagus sekali pak, sudah mau S:”iya mas”
mengobrol-ngobrol dan menjawab O: pasien tersenyum
pertanyaan saya

 Reflecting
Saya sangat senang bisa beragi dengan S:”iya mas”
bapak, apakah bapak merasa lebih lega O: pasien melihat kedepan
setelah berbincang dengan saya?

 Broad opening
Baiklah pak, jika nanti atau besok- S:”baik mas”
7
besok bapakk masih melihat tulisan- O: pasien terlihat bersemangat sambil
tuisan itu lagi dan merasa terganggu berdiri
dengan tulisan itu, bapak bisa panggil
perawat untuk bisa membantu bapak.
Baik pak nanti atau besok kita akan
berbincang-bincang lagi ya pak bagai
mana caranya mengendalikan apa yg
bapak lihat tidak nyata atau menggagu
bapak.

8
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PAK BONASIR DI BANSAL GATOT
KACA RSJD DR. ARIF ZAINUDIN

Nama : Beny hermawa Shift : Pagi


Stase : Keperawatan jiwa Tempat/Ruang : RSJD Dr. Arif
Zainudin

A. Gambaran Kasus
1) Pendahuluan :
Pasien bernama Pak Bonasir 29 tahun, berjenis kelamin laki-laki, pasien
berasal dari suku jawa dan beragama islam. Pak paryanto masuk pada tanggal 13
agustus 2017 dengan halusinasi visual (penglihatan) dari bangsal sadewa dan
kemudian tanggal 5 September di pindah ke bangsal gatot kaca. Pasien masuk
RSJD Dr. Arif Zainudin karena sering bingung, bicara dan tertawa sendiri.

Gambaran kasus yang di peroleh dari informasi wawancara dengan pasien,


catatan medis dan informasi dari perawat. Namun sebagian besar informasi di
peroleh dari wawancara dengan pasien. Teknik wawancara yang dilakukan dengan
pasien adalah komunikasi terapeutik,. Teknik komunikasi terapiutik pada fase
orientasi Validasi, Giving Rcognitif, Broad Opening, Making Observation, General
Leads, dan Clarification. Pada fase terminasi menggunakan komunikasi
summarizing, Giving Recognition, Broad Opening dan Repeating.

2) Pengkajian konsep diri


Saat saya menanyakan gambaran diri pada pasien, pasien mengatakan bahwa
“saya menyukai semua bagian tubuh saya, karena mau bagaimana lagi mas semua
itu pemberian dari tuhan jadi harus di syukuri”. Pasien juga mengatakan “tidak ada
bagian tubuh saya yang saya benci, semua saya suka”.

Saya bertanya pada pasien tentang identitas dirinya, pasien menjelaskan “saya
di rumah kerjanya serbutan mas, terakhir saya kerja buat batu bata” pasien juga

9
menjelaskan jika keluar dari sini rencana mau kerja jualan mihun atau jual makanan
heg.

Saat saya bertanya tentang peran pasien pada keluarga, pasien mengatakan
“saya tinggal serumah dengan istri dan ibu kandung saya, Pekerjaan saya kerja
masih serabutan, belum punya pekerjaan tetap, biasana di rumah saya kerja
membuat batu bata, saya pengen punya pekerjaan tetap mas untuk mencukupi
kebutuhan hidup keluarga saya mas.

Saat saya bertanya tentang ideal diri kepada pasien, pasien mengatakan “kadang
saya merasakan sedih karena kakak saya kurang perhatian kepada saya, padahal
mereka semua sudah sukses tapi tidak pernah nawarin pekerjaan atau kasih modal
usaha kepada saya”

Saat saya bertanya kepada pasien tentang harga dirinya, pasien mengatakan
“saya senang dengan diri saya saat ini karena masih ada orang yang peduli dengan
saya”

3) Riwayat Penyakit Pasien


a. Faktor predisposisi
Hasil wawancara dengan Pak Bonasir di dapatkan hasil jika “saya di
rumah kerjanya serabutan, semua saya lakukan asalkan hasilnya halal dan dapat
memenuhi kebutuhan, yang terakhir saya kerja bikin batu bata” setelah keluar
dari sini saya pengen punya pekerjaan tetap mas untuk memenuhi kebutuhan
keluarga”. Ketika saya menayai mengenai masa lalu pasien mengatakan
“keluarga saya tidak ada yang masuk ke rumah sakit jiwa, pasien mengatakan
ini ke 2 kalinya pasien masuk rumah sakit jiwa.
b. Faktor presipitasi
Pada tanggal 13 agustus 2017 pasien dibawa ke RSJD Dr. Arif Zainudin
surakarta dan untuk yang ke 2 kalina pasien dirawat di rumah sakit jiwa. Saat
ditanya apakah sebelumnya pernah di bawa RSJ Pasien mengatakan ”sudah
pernah mas, dulu saya mengalami hal yang sama dengan saat ini mas saya di

10
bawa ke mari karena sering sering bingung, bicara sendiri, tapi sempat
sembuh”. Saat ditanya kenapa bapak sering bicara sendiri pasien menjawab
“”iya mas, karena saya melihat tulisan pada tubuh orang lain, yang saya baca
kadang tulisanya kadang mengganggu konsentrasi saya”.

4) Gambaran status mental pasien saat ini.


a. Penampilan
Bersih, cukup rapi, kuku terpotong pendek, rambur terpotong pendek dan
beruban, segar dan cukup bersemangat
b. pembicaraan
pasien dapat menjawab semua pertanyaan, pasien dapat menceritakan dengen
baik tentang dirinya, koperatif.
c. Aktivitas Motorik
Pasien dapat menggerakan anggota tubuhnya dengan sempurna tanpa ada
keluhan atau alat bantu fisik.
d. Intraksi Selama Interview
Pasien mampu menjawab dengan baik pertanyan perawat, pasien mampu
berkomunikasi dengan efekti dengan perawat, pasien ampu bercerita dengan
baik dan jelas dengan perawat, namun kontak mata mata kurang baik dengan
lawan bicaranya.

5) Proses keperawatan
Interaksi selama wawan cara kooperatif namun kontak mata kurang tidak
mau menatapa lawan bicara, terkadang pasien menundukan kepala jika disinggung
tentang dirinya masuk RSJ, paien berbicara dengan semangat karena ingin lekas
sembuh dan cepat pulang.

Dari data diatas dapat dimunculkan diagnosa keperawatan perubahan


persepsi sensori halusinasi penglihatan dengan mengekspresikan diri secara
objektif dalam perubahan peristiwa hidup. Perasaan tidak nyaman atau
kekakawtiran yang samar dengan respon autonom. Rencana tindakan: (a) Bina
hubungan saling percaya (b)beri dukungan emosional (c) ajarkan teknik untuk
nafas dalam (d)ajarkan teknik untuk menghardik (e)diskusikan dengan pasien

11
beberapak aktivitas yang dapat dan dipilih sebagai kegiatan akan pasien lakukan
sehari-hari (Yosep.2009).

B. PEMBAHASAN
Halusiansi adalah gangguan persepsi sensory seseorang, dimana tidak terdapat
simulus (Yosep.2009). Diagnosa keperawatan sudah diterapkan yaitu dengan
mengajarkan cara mengontrol stres teknik nafas dalam dan menghardik.hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Brown et al (2013) yang berjudul “Breating
Practices for Treatment of Psychiatric and Stress-Related Medical Conditions”
penelitian intervensi tersebut dilakukan selama tiga bulan. Yang efektif dalam
meredam gejala stress, anxiety, insomnia, posttraumatic stress disorder, obsessive
schizophrenia. Tindakann diimplementsikan selama 3 hari, dengan terapi ini pasien
menjadi tenang dan dapat mengontrol rasa cemas.

Menurut Yadav (2014) dalam penelitianya yang berjudul “Efficac of Social Skill
Training in schizophrenia”. Pada penelitian tersebeut, inervensi dilakukan selama 5
bulan dengan hasil bahwa dengan memberikan latihan sosisalisasi terbukti efektif
secara statistik dalam menurunkan cemas dan takut pasien, latihan ini sudah di
terapkan selama 3 hari kepada pasien dengan hasil pasien mau dan mampu
bersosialisasi dengan pasien lain serta rasa cemas dan khawatir berkurang tetapi pasien
masih meraskan cemas dengan keberadaanya saat ini, pasien mengatakan ingin cepat
pulang.

DAFTAR PUSTAKA

Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama.


http://eprints.ums.ac.id/25898/8/06

Yadav. 2014. Efficac of Social Skill Training in schizophrenia. India: International


Journal of Physiotherapy and Research, Int J Physiother, Vol 2(5):712-18.

Stepen, C., Ukpabi, C., Esihe, T. E., & Brown, N., 2013, Breating Practices for
Treatment of Psychiatric and Stress-Related Medical Conditions Journal, 1
(1), 01-05.

12
PEDOMAN WAWANCARA PADA ORANG TUA

DENGAN ANAK GANGGUAN OTHER HYPERKINETIC DISORDER

Disusun Oleh:

Beny hermawan

J230170079

PROGRAM PROFESI NERS XVIII

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
13
A. Data demografi Anak

Nama Anak : Wahyu Nurahman


Tgl lahir/Usia : 14 mei 2014
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Other Hyperkinetic Disorder (R.90.8 )
Informan : Ibu pasin (marlan) 31 Tahun
Informasi lain : Ayah pasien (Ahmad) 39 Tahun

B. Ringkasan riwayat tumbuh kembang anak

No Usia Pertumbuhan dan Perkembangan psikologis


kemampuan fisiologis

1 Bayi 0-1
tahun NORNAL NORMAL

2 Todler
1-3 NORMAL NORMAL
tahun

3 Pre- Pertumbuhan dan Mengalami gangguan ketidak


school 4- kemampuan fisik normal mampuan memusatkan perhatian,
6 tahun tidak ada gangguan kesulitan mengendalikan impuls
dan hiperaktifitas

Ringkasan Perkembangan Anak: pertumbuhan dan kemampuan fisiologis


anak normal dari bayi usia 0-1 tahun sampau dengan preschool 4-6 tahun,
perkembangan pesikologis anak bayi 0-1 tahun sampai todler 1-3 tahun normal,
mengalami gangguan perbahan perkembangan perkembangan psikologis pada usia

14
pre-school 4-5 tahun yaitu ketidak mampuan memusatkan perhatian, kesulitan
mengendalikan impuls dan hiperaktifitas

C. Riwayat penyakit dan pengobatan anak


1. Menurut pendapat orang tua, mengapa bisa terjadi gangguan jiwa pada
anaknya?
Ibu Dari Wahyu Nurahman mengatakan karena perhatian kepada anak kurang
karena sibuk dengan pekerjaan, terkadang tanpa sadar pernah bertengkar
dengan suami didepan anak.

2. Jenis penyembuh apa saja (dokter, mantri, dukun, psikolog) yang telah
digunakan orang tua untuk anaknya yang mengalami gangguan jiwa?
Mengapa?
Ibu Dari Wahyu Nurahman mengatakan Jenis peneyembuhan yang selama ini
digunakan oleh orang tua untuk anaknya adalah membawa ke dokter, dan poli
psikiater anak, agar anak dapat kembali normal dan dapat mengontrol
emosional.

3. Apa alasan orang tua membawa anaknya yang gangguan jiwa berobat ke
penyembuh?
Ibu Dari Wahyu Nurahman mengatakan berharap anaknya lekas sembuh, dan
dapat memperhatikan jika di ingatkan oleh orang tua.

4. Tanda dan gejala apa saja yang muncul pada anaknya yang mengalami
gangguan jiwa
Ibu Wahyu Nurahman Dari Wahyu Nurahman mengatakan anak tidak sibuk
sendiri bermain, kadang jika di panggi tidak pernah memperhatikan, semaunya
sendir tidak bisa diatur, selalu marah jika apa yang dikehendahi tidak dibiarkan
atau di turuti.

5. Menurut orang tua, kapan gejala itu mulai muncul? Mulai uisa berapa?
Ibu Dari Wahyu Nurahman mengatakan tanda gejala itu muncul belum lama,
An.w seperti tidak mau diam jika sudah mulai bangun tidur, mulai usia 5 tahun
15
6. Bagaimanakah pola hidup pasien di rumah (dalam ADL)
Ibu Dari Wahyu Nurahman mengatakan Wahyu Nurahman jika makan harus di
suapi jika tidak di suapi diya sibuk sendiri tidak ingat makan, toileting sudah
ketoilet sendiri jika pipis, tapi jika tidur malam selalu mengompol.

Catatan: Poin B no 3, Menurut Hidayat, Aziz Alimul. (2005) kurang


konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi,
sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang
sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan
(hiperaktivitas).
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan
gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit mental
(hiperaktivitas), kurang konsentrasi

E. NTERVENSI
a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan
(hiperaktivitas).
NOC : Ketrampilan interaksi social
Tujuan : Pasien mampu menunjukan interaksi social yang baik.
Kriteria Hasil :
1) Menunjukan perilaku yang dapat meningkatkan atau memperbaiki interaksi
social
2) Mendapatakan atau meningkatkan ketrampilan interaksi social (misalnya:
kedekatan, kerja sama, sensitivitas dan sebagainya).
3) Mengungkapkan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain.
4) Indicator skala :

16
1. Tidak ada
2. Terbatas
3. Sedang
4. Banyak

NIC : Peningkatan sosialisasi, aktivitas keperawatan :

1. Anjurkan pasien untuk bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain
dan menghargai hak orang lain.
2. Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik.
3. Bantu pasien meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan keterbatasan
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
4. Berikan umpan balik yang positif jika pasien dapat berinteraksi dengan
orang lain.
b. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
NOC : Konsentrasi
Tujuan : Pasien dapat berkonsentrasi secara penuh terhadap obyek atau benda-
benda disekitarnya
Kriteria Hasil :
1) Menunjukan proses pikir yang logis, terorganisasi.
2) Tidak mudah terganggu / focus terhadap sesuatu
3) Berespon dengan baik terhadap stimulus.
4) Indikator skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten

NIC : Pengelolaan Konsentrasi, aktivitas keperawatan :

1. Berikan pada anak yang membutuhkan ketrampilan dan perhatian


2. Kurangi stimulus yang berlebihan terhadap orang-orang dan lingkungan dan
orang/bebda-benda disekitarnya.
3. Berikan umpan balik yang positif dan perilaku yang sesuai.
17
4. Bantu anak untuk mengidentifikasikan benda-benda disekitarnya seperti,
memberikan permainan-permainan yang dapat merangsang pusat
konsentrasi.
5. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi obat stimulan untuk anak dengan
gangguan pusat konsentrasi.

c. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan
gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
NOC : Menjadi orang tua
Tujuan : Orang tua mampu menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi
terhadap anak dengan hiperaktivitas.
Kriteria Hasil :
1) Mempunyai harapan peran orang tua yang realistis
2) Mengidentifikasi factor-faktor resiko dirinya yang dapat mengarah menjadi
orang tua yang tidak efektif.
3) Mengungkapkan dengan kata-kata sifat positif dari anak.
4) Indikator skala :
1. Tidak sama sekali
2. Sedikit
3. Sedang
4. Kuat
5. Adekuat total

NIC : Peningkatan Perkembangan, aktivitas keperawatan :

1. Berikan informasi kepada orang tua tentang bagaimana cara mengatasi


perilaku anak yang hiperaktif.
2. Ajarkan pada orang tua tentang tahapan penting perkembangan normal dan
perilaku anak.
3. Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku anak yang
positif.
4. Bantu keluarga dalam membuat perubahan dalam lingkungan rumah yang
dapat menurunkan perilaku negative anak.

18
d. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
NOC : Pengendalian Resiko
Tujuan : Klien dapat terhindar dari resiko cedera
Kriteria Hasil :
1) Mengubah gaya hidup untuk mengurangii resiko.
2) Pasien/keluarga akan mengidentifikasikan resiko yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap cedera.
3) Orang tua akan memilih permainan, memberi perawatan dan kontak social
lingkungannya dengan baik.
4) Indikator skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten

NIC : Mencegah Jatuh, aktivitas keperawatan :

1. Identifikasikan factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya:


perubahan status mental, keletihan setelah beraktivitas, dll.
2. Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan tindakan
untuk mencegah cedera.
3. Berikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan karakteristiknya
(misalnya : naik tangga, kolam renang jalan raya, dll )
4. Hindarkan benda-benda disekitar pasien yang dapat membahayakan dan
menyebabkan cidera.
5. Ajarkan kepada pasien untuk berhati-hati dengan alat permainannya dan
intruksikan kepada keluarga untuk memilih permainan yang sesuai dan
tidak menimbulkan cedera.

e. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan. penyakit mental


(hiperaktivitas), kurang konsentrasi.
NOC: Child Development
Tujuan: Pasien tidak mengalami keterlambatan perkembangan

19
Kriteria Hasil:
1) Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan yaitu tidak mengalami
keterlambatan 25 % atau lebih area sosial/perilaku pengaturan diri atau
kognitif , bahasa, keterampilan motorik halus dan motorik kasar.
2) Indikator skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten

NIC: Meningkatan Perkembangan

1. Lakukan pengkajian kesehatan yang seksama (misalnya, riwayat anak,


temperamen, budaya, lingkungan keluarga, skrining perkembangan) untuk
menentukan tingkat fungsional.
2. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktivitas dengan anak
lain.
3. Kaji adanya faktor resiko pada saat prenatal dan pasca natal.
4. Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada
perkembangannya.
5. Berikan penguatan yang positif/umpan balik terhadap usaha-usaha
mengekspresikan diri.
6. Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam perkembangan
anak.

DAFTAR PUSTAKA

Jhonson, Marion, dkk. 2011. NOC. Jakarta: Morsby.

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika.

NANDA. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

20
McCloskey, Cjoane, dkk. 2011 .NIC. Jakarta: Morsby

21
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PAK PARYANTO DENGAN
SKZOFRENIA PARANOID DI BANSAL PUNTODEWO RSJD DR. ARIF
ZAINUDIN

Disusun Oleh:

Beny hermawan

J230170079

PROGRAM PROFESI NERS XVIII

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
22
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Nama : Beny hermawa Shift : Pagi


Stase : Keperawatan jiwa Tempat/Ruang : RSJ Dr. Arif Zainudin

Pre Planning
Nama Klien : Pak Paryanto (laki-laki)
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Sidomulyo
Tgl/Jam Pengkajian : 31 Agustus 2017
Sumber Pengkajian : Pasien

Fase Pre Interaksi


Pasien dibawa ke RSJD Arif Zainudin pertama kalinya pada tanggal 2 Agustus
2017. Pasien dibawa ke RSJ menggunakan mobil oleh ibu kandung dan bapak Rt
dan Tetangga sekitar rumahnya karena pasien sering bingung, tertawa dan
berbicara sendiri.

Fase Orientasi Respon Klien


 Making Obsevation
Selamat pagi pak, hari ini bapak terlihat S: “pagi mas, iya mas tadi habis mandi lalu
bersemangat dan segar sekali. makan setelah makan lalu berjemur,
supaya cepet sembuh mas”
O: pasien tersenyum
 Broad opening
Hari ini saya akan menemani bapak S: “iya mas”
untuk berbincang-bincang, bagai mana O: pandangan pasien kedepan, menjawab
pak? dengan tegas
 Giving Recognition
Perkenlakan nama saya perawat Beny S: “iya mas, nama saya Pak Paryanto, biasa
Hermawan, Bapak siapa namanya, biasa di panggil bapak Pak Paryanto”
dipanggil bapak siapa? “umur saya sekitar 41 tahun mas”
Umur berapa pak? “rumah saya sidomulyo mas”
Rumah dimana pak? O: pasien terlihat bersemangat

 Reinforceement
Wah luar biasa nama bapak bagus S: “iya mas, biyar cepet sembuh, biyar cepet
sekali, bapak masih terlihat bersemangat pulang”
diusia yang sekarang ini. O: pasien terliahat bersemangat

 Offering self
Hari ini saya akan menemani bapak S: “baik mas”
untuk mendiskusikan hal-hal yang O: pasien menjawab dengan nada yg tegas
mengganggu pikiran bapak
Fase Kerja Respon Klien
 Exploring
Pak, sebelumnya tahu tidak kenapa S:”saya di bawa ke mari karena sering
bapak di bawa kemari? merasa ada yang membisiki telinga saya”
O: menjawab dengan menundukan kepala

Disini sudah berapa lama pak? S: “saya kesini dibawa oleh ibu dan pak RT
beserta tetangga, katana mau diajak ke
toko matrial beli matrial bangunan tapi
malah dibawa kesini mas”
O: menjawab tanpa melakukan kontak mata

Disini sudah berapa lama pak? S: “saya dibawa kesini sejak tanggal 2
agustus, sebelumnya saya masuk ruang
abimanyu tetapi di pindah ke ruang
puntodewo”
O: expresi muka sedikit sedih
24
Oh begitu, sudah berapa kali keluarga S:” sudah 2 kali mas ibu dan adik saya
membesuk? menjenguk saya”
O: ada kontak mata

Bapak apakah sudah menikah? S: “sudah mas, tapi istri saya meninggal
seminggu setelah melahirkan anak saya
O: exspresi muka berubah, nada terdengar
pelan

Saya lihat bapak bicara sendiri dan S:”iya mas, ada membisiki telinga saya
terkadang senyum-senyum sendiri kadang kata-katanya lucu dan sering
kenapa pak? sperti memberitahu sesuatu kepda saya”
O: menjawab dengan pandangan ke bawah,
nada bicara sedikit pelan

Apakah bapak mengenali suara itu? S:”tidak mas, tapi suarana seperti ora tua
mas”
O: menjawab dengan santai

Kapan suara itu sering muncul pak? S:”suara muncul tidak pasti mas waktunya,
tapi paling sering saat mau tidur atau
istirat”
O: menjawab dengan santai

Situasi yang seperti apa suara itu sering S:”suara iu sering muncul tidak pasti mas
muncul pak? situasina”
O: menjawab dengan santai

Berapa kali suara-suara itu muncu dalam S:”sering mas”


satu hari? O: menjawab dengan pandangan kedepan

25
Apakah bapak merasa terganggu dengan S:”iya mas, terkadang suara itu membuat
suara-suara itu? saya kurang konsentrasi”
O: ada kontak mata

Apakah bapak mengikuti suara-suara S:”iya mas, saya terkadang percaya dengan
itu? suara-suara itu”
O: menundukan kepala

Apa yang bapak lakukan jika suara- S:”saya biasanya pergi ke tempat yang lebih
suara itu muncul dan mengganggu meng hibur saya mas”
konsentrasi bapak? O: ada kontak mata

Oh begitu, jika boleh tau apa pekerjaan S:”sebelumya saya kuli bangunan mas, tapi
bapak di rumah? sekarang nganggur mas”
O: pandangan ke depan

Dirumah tinggal dengan siapa pak? S:”saya tinggal dengan nenek, ibu, dan anak
saya mas”
O: menjawab dengan kontak mata

Bapak dengan keluarga hubunganya S:”hubungan baik mas”


bagai mana pak? O: ada kontak mata

 reinforcerment
Bagus pak, jadi hubungan dengan S:”iya mas, saya paling dekat dengan anak
keluarga dekat semua ya pak, paling saya dan ibu saya mas”
dekat dengan siapa pak O: pasien tersenyum

Fase Terminasi Respon Klien

26
 Summarizing
Baiklah, kita tadi sudah berdiskusi tentang S:”iya mas, seneng mas bisa ngobrol-
apa yang dirasakan serta yang dialami pak ngobrol dengan mas”
batu, bagaiman perasaab bapak setelah O: pasien tersenyum
ngobrol-ngobrol dengan saya?

 Reinforcement
Iya pak, bagus sekali pak, sudah mau S:”iya mas”
mengobrol-ngobrol dan menjawab O: pasien tersenyum
pertanyaan saya

 Reflecting
Saya sangat senang bisa beragi dengan S:”iya mas”
bapak, apakah bapak merasa lebih lega O: pasien melihat kedepan
setelah berbincang dengan saya?

 Broad opening
Baiklah pak, jika nanti atau besok-besok S:”baik mas”
masih mendengarkan suara-sauara itu lagi, O: pasien terlihat bersemangat sambil
bapak bisa panggil perawat untuk bisa berdiri

membantu bapak.
Baik pak nanti atau besok kita akan
berbincang-bincang lagi ya pak bagai mana
caranya mengendalikan suara-suara itu.

27
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN, BATU DI BANSAL PUNTODEWO
RSJD DR. ARIF ZAINUDIN

Nama : Beny hermawa Shift : Pagi


Stase : Keperawatan jiwa Tempat/Ruang : RSJ Dr. Arif Zainudin

C. Gambaran Kasus
6) Pendahuluan :
Pasien bernama Pak Paryanto berusia 41 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
pasien berasal dari suku jawa dan beragama islam. Tn, batu masuk pada tanggal 2
agustus 2017 dengan halusinasi auditorial yang di bawa keruang abimannyu dan
kemudian tanggal 30 agustus di pindah keruang puntadewa karena sering sekali
mendengar suara-suara.

Gambaran kasus yang di peroleh dari informasi wawancara dengan pasien,


catatan medis dan informasi dari perawat. Namu sebagian besar informasi di
peroleh dari wawancara dengan pasien. Teknik wawancara yang dilakukan dengan
pasien adalah komunikasi terapeutik,. Teknik komunikasi terapiutik pada fase
orientasi Validasi, Giving Rcognitif, Broad Opening, Making Observation, General
Leads, dan Clarification. Pada fase terminasi menggunakan komunikasi
summarizing, Giving Recognition, Broad Opening dan Repeating.

7) Pengkajian konsep diri


Saat saya menanyakan gambaran diri pada pasien, pasien mengatakan bahwa
“saya menyukai semua bagian tubuh saya, karena mau bagaimana lagi mas semua
itu pemberian dari tuhan jadi harus di syukuri”. Pasien juga mengatakan “tidak
adabagian tubuh saya yang saa benci, semua saya suka”.

Saya bertanya pada pasien tentang identitas dirinya, pasien menjelaskan “saya
di rumah kerjanya serbutan mas, gx pasti yg jelas saya nganggur setelah kerja di
bangunan, kurang lebih saya dulu sudah 15 tahun kerja di proyek bangunan” pasien
juga menjelaskan jika keluar dari sini rencana mau kerja ternak atau jual makannan
heg.
28
Saat saya bertanya tentang peran pasien pada keluarga, pasien mengatakan
“saya tinggal serumah dengan anak, ibu kandung saya, nenek saya. Anak saya
sekarang sudah sekolah SMP sedangkan saya kerja masih serabutan, belum punya
pekerjaan tetap, di rumah saya membantu ibu saya jualan makan heg, anak saya
sekolah yang mbayarin ibu saya, saya pengen punya pekerjaan tetap mas untuk
pekerjaan tetap dan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga saya mas, saya
juga pengen punya istri lagi.

Saat saya bertanya tentang ideal diri kepada pasien, pasien mengatakan “kadang
saya merasakan sedih karena adik-adik saya kurang perhatian kepada saya, padahal
mereka semua sudah sukses tapi tidak pernah nawarin pekerjaan atau kasih modal
usaha kepada saya”

Saat saya bertanya kepada pasien tentang harga dirinya, pasien mengatakan
“saya senang dengan diri saya saat ini karena masih ada orang yang peduli dengan
saya”

8) Riwayat Penyakit Pasien


c. Faktor predisposisi
Hasil wawancara dengan Tn.Batu di dapatkan hasil jika “saya di rumah
kerjanya serabutan, semua saya lakukan asalkan hasilnya halal dan dapat
memenuhi kebutuhan, yang terakhir saya kerja di proyek bangunan mas, kurang
lebih 15 tahun” setelah keluar dari sini saya pengen punya pekerjaan tetap mas
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membayari sekolah anak saya”.
Ketika saya menayai mengenai masa lalu pasien mengatakan “keluarga saya
tidak ada yang masuk ke rumah sakit jiwa, dan ini baru pertamanya saya masuk
masuk rumah sakit jiwa.
d. Faktor presipitasi
Pada tanggal 2 agustus 2017 pasien dibawa ke RSJD Dr. Arif Zainudin
surakarta dan untuk yang pertamakalinya pasien dirawat di rumah sakit jiwa.
Pasien mengatakan “saya di bawa kesini oleh ibu saya, pak RT dan tetangga
saya katanya mau diajak beli material banguan”, pasien juga menjelaskan
sebelum di bawa kesini sering mendengarkan suara-suara bisikan.

29
9) Gambaran status mental pasien saat ini.
a. Penampilan
Bersih, cukup rapi, kuku terpotong pendek, rambur terpotong pendek dan
beruban, segar dan cukup bersemangat
b. pembicaraan
pasien dapat menjawab semua pertanyaan, pasien dapat menceritakan dengen
baik tentang dirinya, koperatif.
c. Aktivitas Motorik
Pasien dapat menggerakan anggota tubuhnya dengan sempurna tanpa ada
keluhan atau alat bantu fisik.
d. Intraksi Selama Interview
Pasien mampu menjawab dengan baik pertanyan perawat, pasien mampu
berkomunikasi dengan efekti dengan perawat, pasien ampu bercerita dengan
baik dan jelas dengan perawat, namun kontak mata cukup baik dengan lawan
bicaranya.

30
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NON DESTIANA GANGGUAN
MENTAL ORGANIK RUANG ECT RSJD DR. ARIF ZAINUDIN

Disusun Oleh:

Beny hermawan

J230170079

PROGRAM PROFESI NERS XVIII

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

31
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Nama : Beny hermawa Shift : Pagi


Stase : Keperawatan jiwa Tempat/Ruang : RSJ Dr. Arif Zainudin

Pre Planning
Nama Klien :Non Destiana (perempuan)
Umur : 19 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Polokarto
Tgl/Jam Pengkajian : 6 September 2017 (09.25)
Sumber Pengkajian : ibu pasien

Fase Pre Interaksi


Hasil wawancara dengan keluarga pasien Non Destiana diruang ECT. Pasien
dibawa ke RSJD Arif Zainudin pertama kalinya pada tanggal 5 september 2017.
Pasien dibawa ke RSJ oleh ibu pasien karena pasien sering bingung dan
mengamuk.

Fase Orientasi Respon Klien


 Making Obsevation
Selamat pagi ibu, apakah ibu S: “pagi mas, iya mas saya ibu
keluarga Non Destiana. kandung dari Non Destiana”
O: Pasien berdiam diri disamping
ibunya, pasien tidak ada kontak mata
dengan perawat
 Broad opening
Hari ini saya akan menemani ibu S: “iya mas”
dan Non Destiana untuk berbincang- O: pandangan pasien kedepan,
bincang, bagai mana ibu? keluarga pasien yang menjawab.
 Giving Recognition
Perkenlakan nama saya perawat S: “iya mas, nama anak saya Non
Beny Hermawan, anak ibu siapa Destiana umur saya sekitar 19 tahun
namanya siapa namanya, biasa mas rumah saya polokarto mas”
dipanggil mbak siapa? O: pasien terlihat menundukan kepala,
Umur anak ibu berapa? keluarga pasien yang menjawab
Rumah ibu dimana ?

 Reinforceement
Wah luar biasa nama Non Destiana S: “iya mas, anak saya sejak mulai
bagus sekali, kenapa mbaknya dari sakit susah diajak diajak bicara
tadi kok diam saja? dengan orang yang tidak dikenal,
kadang dengan saya sendiri saja
susah”
O: pandangan pasien kedepan, ibu dari
pasien yang menjawab.
 Offering self
Hari ini saya akan menemani Non.D S: “baik mas”
dan ibu untuk mendiskusikan hal- O: pasien hanya diam dengan
hal yang mengganggu pikiran Non menundukan kepala, ibu pasien
Destiana apakah ibu bersedia yang mejawab
mendampingi An.D untuk menjawab
beberapa pertanyaan dari saya ?
Fase Kerja Respon Klien
 Exploring
Kenapa anak ibu di bawa ke RSJ? S:”anak saya di rumah sering melamun
dan kadang mengamuk mas.”
O: pasien hanya diam dengan
menundukan kepala, ibu pasien
yang mejawab

Mengapa anak ibu mengamuk? S:”anak saya pernah bilang, kalok diya
sering mendengar suara-suara terus
33
menggagu diya.
O: pasien hanya diam, ibu pasien yang
menjawab

mbaknya masuk RSJ diantar siapa S: “yang mengantar anak saya ke RSJ
bu? saya sendiri mas”
O: tidak ada kontak mata dengan
pasien, ibu pasien yang menjawab
pertanyaan

Disini sudah berapa lama mbaknya? S: “saya mengantarkan anak saya ke


RSJ selasa sore, sudah dua hari”
O: : pasien hanya diam, ibu pasien
yang menjawab

Sebelumya apakah mbaknya pernah S:”belum pernah mas”


masuk RSJ? O: pasien menundukan kepala dan
tersenyum sendiri, ibu pasien yang
menjawab

Apakah ada dalam keluarga yang S:”dulu saya mengalami hal yang sama
mengalami hal yang sama seperti seperti anak saya mas, tapi sempat
mbaknya? sembuh”
O: tidak ada kontak mata dengan
pasien, ibu pasien yang menjawab
pertanyaan

Jadi ibu juga pernah mengalami hal S:”iya mas, dulu saya juga masuk RSJ”
yang sama seperti mbaknya? O: ibu pasien yang menjawab

Kira-kira kapan itu ibu waktunya ibu S:”kurang lebih hampir setahun mas,

34
dulu di bawa kesini? tapi sempet sembuh mas”
O: ibu pasien yang menjawab

Saya lihat mbaknya tadi sempat S:”iya mas, anak saya sering betu
senyum sendiri dan bicara sendir tertawa sendiri kalok di rumah
sendiri kenapa ya bu? kadang marah-marah sendiri”
O: pasien menundukan kepala dan
tersenyum sendiri, ibu pasien yang
menjawab

Apakah anak ibu pernahcerita S:”pernah mas, anak saya pernah cerita
kepada ibu, apa suara-suara yg bahwa diya mendengar ada meng
didengarkan anak ibu? olok-olok namanya”
O: ibu pasien yang menjawab

Apakah ibu tahu Kapan suara itu S:”saya tidak tahu mas”
sering muncul? O: ibu pasien yang menjawab

Oh begitu, jika boleh tau mbaknya S:”anak saya tamatan SMP mas, dia
masih sekolah apa sudah kerja? sudah kerja di konter hp”
O: pasien menundukan kepala dan
tersenyum sendiri, ibu pasien yang
menjawab pertanyaan

Dirumah tinggal dengan siapa S:”anak saya di rumah tinggal dengan


mbaknya? saya dan bapaknya”
O: pasien menundukan kepala dan
tersenyum sendiri, ibu pasien yang
menjawab pertanyaan

Dengan keluarga embaknya S:”hubungan baik mas”


hubunganya bagai mana ? O: ibu pasien yang menjawab

35
 reinforcerment
Bagus ibu, jadi embaknya hubungan S:”iya mas, anak saya paling dekat
dengan keluarga dekat semua baik dengan saya”
ya bu, paling dekat dengan siapa O: ibu pasien yang menjawab
buk?
Fase Terminasi Respon Klien
 Summarizing
Baiklah, kita tadi sudah berdiskusi S:”iya mas, seneng mas bisa ngobrol-
tentang apa yang dirasakan serta yang ngobrol dengan mas”
dialami anak ibu, terimakasih sudah O: ibu pasien yang menjawab
membantu meberikan penjelasan
tentang anak ibu?

 Reinforcement
Iya ibu, bagus sekali ibu, sudah mau S:”iya mas”
mengobrol-ngobrol dan menjawab O: pasien menundukan kepala dan
pertanyaan saya tersenyum sendiri, ibu pasien yang
menjawab pertanyaan

 Broad opening
Baiklah ibu, jika nanti atau besok-besok S:”baik mas, walaikumsalam”
masih ada keluhan pada mbaknya ibu O: ibu pasien yang menjawab
bisa panggil perawat untuk bisa
membantu mbaknya.
Baik ibu saya cukup, hari ini tentang
anak ibu barangli lain waktu insyaalah
kita berbincang-bincang lagi,
assalamualaikum

36
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NON DESTIANA D RUANG ECT RSJD
DR. ARIF ZAINUDIN

Nama : Beny hermawa Shift : Pagi


Stase : Keperawatan jiwa Tempat/Ruang : RSJD Dr. Arif
Zainudin
D. Gambaran Kasus
10) Pendahuluan :
Pasien bernama Non Destiana umur 19 tahun, berjenis kelamin perempuan,
pasien berasal dari suku jawa dan beragama islam. An.d masuk pada tanggal 5
September 2017 dengan halusinasi auditorial, pengkajian dilakukan di ruang ECT
Pasien masuk RSJD Dr. Arif Zainudin karena sering bingung, sering marah-marah.

Gambaran kasus yang di peroleh dari informasi wawancara dengan keluarga


pasien yaitu ibu kandung pasien, catatan. Teknik wawancara yang dilakukan
dengan keluarga pasien adalah komunikasi terapeutik,. Teknik komunikasi
terapiutik pada fase orientasi Validasi, Giving Rcognitif, Broad Opening, Making
Observation, General Leads, dan Clarification. Pada fase terminasi menggunakan
komunikasi summarizing, Giving Recognition, Broad Opening dan Repeating.

11) Pengkajian konsep diri


Saat saya menanyakan gambaran diri pada pasien pada ibu pasien, ibu pasien
mengatakan bahwa “menurut saya anak saya menyukai semua bagian tubuhnya,
karena saat diya sehat sering berias wajah”.

Saya bertanya pada ibu pasien tentang identitas dirinya, ibu pasien menjelaskan
“anak saya sudah tidak sekolah lagi, anak saya tamatan SMP, saat sebelum masuk
RSJ anak saa biasa bekerja di konter”.

Saat saya bertanya tentang peran pasien pada keluarga pada ibu pasien, ibu
pasien mengatakan “anak saya tepe orang yang pendiam dan penyayang dalam
keluarga, di bekerja hasilnya sebagian ada yang dibeerikan kepada saya untuk
berbelanja sayauran”.

37
Saat saya bertanya tentang ideal diripasien kepada ibu pasien, ibu pasien
mengatakan “anak saya seorang pendiam, diya selalu menurut apa akata orang tua”

Saat saya bertanya kepada ibu pasien tentang harga diri anaknya, pasien
mengatakan “anak saya orangnya sangat sopan selalu menghargai orang tua dan
sayang pada adiknya”

12) Riwayat Penyakit Pasien


e. Faktor predisposisi
Hasil wawancara dengan keluarga Non Destiana didapatkan hasil “Non
Destiana sekolah tamatan SMP, sebelum sebelum sakit bekerja di konter hp,
sebagian dari penghasilan kerja diberiakan kepada orang tua, tipe anak yang
pendiam, selalu sopan kepada orang lebih tua”.
f. Faktor presipitasi
Pada tanggal 5 September 2017 pasien dibawa ke RSJD Dr. Arif Zainudin
surakarta dan untuk yang pertama kalina pasien dirawat di rumah sakit jiwa.
Saat ditanya apakah sebelumnya pernah di bawa RSJ keluarga Pasien
mengatakan ”baru pertamakali masuk RSJ, pasien sering melamun dan marah-
marah sendiri”

13) Gambaran status mental pasien saat ini.


a. Penampilan
Bersih, cukup rapi, kuku terpotong pendek, rambur terpotong pendek dan
beruban, segar dan cukup bersemangat
b. pembicaraan
pasien tidak mau diajak bicara, keluarga pasien yang membantu dalam
menjelaskan keadaan pasien.
c. Aktivitas Motorik
Pasien duduk diam, merespon perkataan, kondi saat dikaji pasien duduk di
kursi roda.
d. Intraksi Selama Interview
Pasien tidak mau diajak bicara, pasien tidak merespon perkataan, kontak mata
mata kurang baik dengan lawan bicaranya.

38
14) Proses keperawatan
Interaksi selama wawacara denagn pasien tidak kooperatif dan kontak mata
tidak mau menatapa lawan bicara, terkadang pasien menundukan kepala jika
disinggung tentang dirinya masuk RSJ, paien hanya diam saja.

Dari data diatas dapat dimunculkan diagnosa keperawatan perubahan


persepsi sensori halusinasi auditori dengan mengekspresikan diri secara objektif
dalam perubahan peristiwa hidup. (Domain 7, koping/toleransi stress, kelas 2:
respon koping) Perasaan tidak nyaman atau kekakawtiran yang samar dengan
respon autonom. Rencana tindakan: (a) Bina hubungan saling percaya (b)beri
dukungan emosional (c) ajarkan teknik untuk nafas dalam (d)ajarkan teknik untuk
menghardik (e)diskusikan dengan pasien beberapak aktivitas yang dapat dan
dipilih sebagai kegiatan akan pasien lakukan sehari-hari (Yosep.2009).

E. PEMBAHASAN
Halusiansi adalah gangguan persepsi sensory seseorang, dimana tidak terdapat
simulus (Yosep.2009). Diagnosa keperawatan sudah diterapkan yaitu dengan
mengajarkan cara mengontrol stres teknik nafas dalam dan menghardik.hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Brown et al (2013) yang berjudul “Breating
Practices for Treatment of Psychiatric and Stress-Related Medical Conditions”
penelitian intervensi tersebut dilakukan selama tiga bulan. Yang efektif dalam
meredam gejala stress, anxiety, insomnia, posttraumatic stress disorder, obsessive
schizophrenia. Harapan selah Tindakann diimplementsikan selama 3 hari, dengan
terapi ini pasien menjadi tenang dan dapat mengontrol rasa cemas.

Menurut Yadav (2014) dalam penelitianya yang berjudul “Efficac of Social Skill
Training in schizophrenia”. Pada penelitian tersebeut, inervensi dilakukan selama 5
bulan dengan hasil bahwa dengan memberikan latihan sosisalisasi terbukti efektif
secara statistik dalam menurunkan cemas dan takut pasien, Harapan selah Tindakan
diimplementsikan selama 3 hari, dengan terapi ini pasien mampu bersosialisasi dengan
pasien lain dan dapat mengurangi rasa taku dan khawatir.

DAFTAR PUSTAKA

39
Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama.
http://eprints.ums.ac.id/25898/8/06

Yadav. 2014. Efficac of Social Skill Training in schizophrenia. India: International


Journal of Physiotherapy and Research, Int J Physiother, Vol 2(5):712-18.

Stepen, C., Ukpabi, C., Esihe, T. E., & Brown, N., 2013, Breating Practices for
Treatment of Psychiatric and Stress-Related Medical Conditions Journal, 1
(1), 01-05.

40
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA BAPAK ATMO DENGAN
PERUBAHAN SENSORI: GANGGUAN MENTAL ORGANIK GATOT KACA
RSJD DR. ARIF ZAINUDIN

Disusun Oleh:

Beny hermawan

J230170079

PROGRAM PROFESI NERS XVIII

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
41
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Nama : Beny hermawa Shift : Pagi


Stase : Keperawatan jiwa Tempat/Ruang : RSJ Dr. Arif Zainudin

Pre Planning
Nama Klien :Pak Atmo (laki-laki)
Umur : 42 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Polokarto
Tgl/Jam Pengkajian : 9 September 2017 (09.25)
Sumber Pengkajian : istri pasien

Fase Pre Interaksi


Hasil wawancara dengan Istri pasien Pak Atmo diruang IGD. Pasien dibawa ke
RSJD Arif Zainudin pertama kalinya pada tanggal 8 september 2017. Pasien
dibawa ke RSJ oleh istri dan kakak kandung pasien karena pasien sering bingung
dan mengamuk.

Fase Orientasi Respon Klien


 Making Obsevation
Selamat pagi ibu, apakah ibu S: “pagi mas, iya mas saya ibu
keluarga Pak Atmo. kandung dari Pak Atmo”
O: Pasien berdiam diri disamping
istrinya, pasien tidak ada kontak mata
dengan perawat

 Broad opening
Hari ini saya akan menemani ibu S: “iya mas”

42
dan Pak Atmo untuk berbincang- O: pandangan pasien kedepan,
bincang, bagai mana ibu? keluarga pasien yang menjawab.

 Giving Recognition
Perkenlakan nama saya perawat S: “iya mas, nama suami saya Pak
Beny Hermawan, suami ibu siapa Atmo”
namanya siapa namanya, biasa “umur saya sekitar 42 tahun mas”
dipanggil mbak siapa? “rumah saya polokarto mas”
Umur bapaknya berapa? O: pasien terlihat menundukan kepala,
Rumah bapaknya dimana ? keluarga pasien yang menjawab

 Reinforceement
Wah luar biasa nama Pak Atmo S: “iya mas, suami saya sejak mulai
bagus sekali, kenapa bapaknya dari sakit susah diajak diajak bicara
tadi kok diam saja? dengan orang yang tidak dikenal,
kadang dengan saya sendiri saja
susah”
O: pandangan pasien kedepan, istri dari
pasien yang menjawab.
 Offering self
Hari ini saya akan menemani Pak S: “baik mas”
Atmo dan ibu untuk mendiskusikan O: pasien hanya diam dengan
hal-hal yang mengganggu pikiran menundukan kepala, istri pasien
Pak Atmo, apakah ibu bersedia yang mejawab
mendampingi An.D untuk menjawab
beberapa pertanyaan dari saya ?
Fase Kerja Respon Klien
 Exploring
Kenapa bapaknya di bawa ke RSJ? S:”suami saya di rumah sering
melamun dan kadang mengamuk
mas.”
O: pasien hanya diam dengan
43
menundukan kepala, istri pasien
yang mejawab

Mengapa bapaknya mengamuk? S:” istri saya pernah bilang, kalok diya
sering mendengar suara-suara terus
menggagu diya.
O: pasien hanya diam, istri pasien yang
menjawab

Sebelunya apakah bapaknya pernah S:”belum pernah mas”


masuk RSJ? O: pasien menundukan kepala dan
tersenyum sendiri, istri pasien yang
menjawab

Apakah ada dalam keluarga yang S:”dulu saya mengalami hal yang sama
mengalami hal yang sama seperti seperti suami saya mas, tapi sempat
bapaknya? sembuh”
O: tidak ada kontak mata dengan
pasien, istri pasien yang menjawab
pertanyaan

Jadi ibu juga pernah mengalami hal S:”iya mas, dulu saya juga masuk RSJ”
yang sama seperti bapaknya? O: istri pasien yang menjawab

Kira-kira kapan itu ibu waktunya ibu S:”kurang lebih hampir setahun mas,
dulu di bawa kesini? tapi sempet sembuh mas”
O: istri pasien yang menjawab

Saya lihat bapaknya tadi sempat S:”iya mas, suami saya sering betu
senyum sendiri dan bicara sendir tertawa sendiri kalok di rumah
sendiri kenapa ya bu? kadang marah-marah sendiri”

44
O: pasien menundukan kepala dan
tersenyum sendiri, istri pasien yang
menjawab

Apakah bapak pernah cerita kepada S:”pernah mas, suami saya pernah
ibu, apa suara-suara yg didengarkan cerita bahwa diya mendengar ada
anak ibu? meng olok-olok namanya”
O: istri pasien yang menjawab

Apakah ibu tahu Kapan suara itu S:”saya tidak tahu mas”
sering muncul? O: ibu pasien yang menjawab

Oh begitu, jika boleh tau bapaknya S:”suami saya tamatan SMP mas,
pendidikan tamatan apa bu? pekerjaan petani”
O: pasien menundukan kepala dan
tersenyum sendiri, istri pasien yang
menjawab pertanyaan

Dirumah tinggal dengan siapa S:”suami saya di rumah tinggal dengan


bapaknya? saya dan ibu saya”
O: pasien menundukan kepala dan
tersenyum sendiri, istri pasien yang
menjawab pertanyaan

Dengan keluarga bapaknya S:”hubungan baik mas”


hubunganya bagai mana ? O: istri pasien yang menjawab

 reinforcerment
Bagus ibu, jadi bapaknya hubungan S:”iya mas, suami saya paling dekat
dengan keluarga dekat semua baik dengan saya”
ya bu, paling dekat dengan siapa O: istri pasien yang menjawab
buk?

45
Fase Terminasi Respon Klien
 Summarizing
Baiklah, kita tadi sudah berdiskusi S:”iya mas, seneng mas bisa ngobrol-
tentang apa yang dirasakan serta yang ngobrol dengan mas”
dialami suami ibu, terimakasih sudah O: istri pasien yang menjawab
membantu meberikan penjelasan
tentang anak ibu?

 Reinforcement
Iya ibu, bagus sekali ibu, sudah mau S:”iya mas”
mengobrol-ngobrol dan menjawab O: pasien menundukan kepala dan
pertanyaan saya tersenyum sendiri, istri pasien yang
menjawab pertanyaan

 Broad opening
Baiklah ibu, jika nanti atau besok-besok S:”baik mas, walaikumsalam”
masih ada keluhan pada bapaknya ibu O: istri pasien yang menjawab
bisa panggil perawat untuk bisa
membantu mbaknya.
Baik ibu saya cukup, hari ini tentang
anak ibu barangli lain waktu insyaalah
kita berbincang-bincang lagi,
assalamualaikum

46
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PAK ATMO NON. D RUANG ECT RSJD
DR. ARIF ZAINUDIN

Nama : Beny hermawa Shift : Pagi


Stase : Keperawatan jiwa Tempat/Ruang : RSJD Dr. Arif
Zainudin
F. Gambaran Kasus
15) Pendahuluan :
Pasien bernama Pak Atmo, umur 42 tahun, berjenis kelamin laki-laki, pasien
berasal dari suku jawa dan beragama islam. Pak Atmo masuk pada tanggal 8
September 2017 dengan halusinasi auditorial, pengkajian dilakukan di ruang ECT
Pasien masuk RSJD Dr. Arif Zainudin karena sering bingung, sering marah-marah.

Gambaran kasus yang di peroleh dari informasi wawancara dengan keluarga


pasien yaitu istri pasien, catatan. Teknik wawancara yang dilakukan dengan
keluarga pasien adalah komunikasi terapeutik,. Teknik komunikasi terapiutik pada
fase orientasi Validasi, Giving Rcognitif, Broad Opening, Making Observation,
General Leads, dan Clarification. Pada fase terminasi menggunakan komunikasi
summarizing, Giving Recognition, Broad Opening dan Repeating.

16) Pengkajian konsep diri


Saat saya menanyakan gambaran pasien pada istri pasien, istri pasien
mengatakan bahwa “menurut saya suami saya menyukai semua bagian tubuhnya,
karena saat diya sehat sering bekerja”.

Saya bertanya pada istri pasien tentang identitas dirinya, istri pasien
menjelaskan “suami saya tamatan SMP, saat sebelum masuk RSJ suami saya biasa
bekerja di sawah”.

Saat saya bertanya tentang peran pasien pada keluarga pada istri pasien, istri
pasien mengatakan “suami saya tepe orang yang pendiam dan penyayang dalam
keluarga, di bekerja hasilnya sebagian ada yang dibeerikan kepada saya untuk
berbelanja sayauran”.

47
Saat saya bertanya tentang ideal diri pasien kepada istri pasien, istri pasien
mengatakan “suami saya seorang pendiam, diya selalu menurut apa akata orang
tua”

Saat saya bertanya kepada istri pasien tentang harga diri suaminyanya, istri
pasien mengatakan “suami saya orangnya sangat sopan selalu menghargai orang
tua dan sayang pada keluarga”

17) Riwayat Penyakit Pasien


g. Faktor predisposisi
Hasil wawancara dengan keluarga Pak Atmo didapatkan hasil “Pak
Atmo sekolah tamatan SMP, sebelum sebelum sakit bekerja di sawah, sebagian
dari penghasilan kerja diberiakan kepada istri, tipe yang pendiam, selalu sopan
kepada orang lebih tua dan sayang kepada keluarga”.
h. Faktor presipitasi
Pada tanggal 8 September 2017 pasien dibawa ke RSJD Dr. Arif Zainudin
surakarta dan untuk yang pertama kalina pasien dirawat di rumah sakit jiwa.
Saat ditanya apakah sebelumnya pernah di bawa RSJ keluarga Pasien
mengatakan ”baru pertamakali masuk RSJ, pasien sering melamun dan marah-
marah sendiri”

18) Gambaran status mental pasien saat ini.


a. Penampilan
Bersih, cukup rapi, kuku terpotong pendek, rambur terpotong pendek dan
beruban, segar dan cukup bersemangat
b. pembicaraan
pasien tidak mau diajak bicara, keluarga pasien yang membantu dalam
menjelaskan keadaan pasien.
c. Aktivitas Motorik
Pasien duduk diam, merespon perkataan, kondi saat dikaji pasien duduk di
kursi roda.
d. Intraksi Selama Interview
Pasien tidak mau diajak bicara, pasien tidak merespon perkataan, kontak mata
mata kurang baik dengan lawan bicaranya.

48
19) Proses keperawatan
Interaksi selama wawacara denagn pasien tidak kooperatif dan kontak mata
tidak mau menatapa lawan bicara, terkadang pasien menundukan kepala jika
disinggung tentang dirinya masuk RSJ, paien hanya diam saja.

Dari data diatas dapat dimunculkan diagnosa keperawatan perubahan


persepsi sensori halusinasi auditori dengan mengekspresikan diri secara objektif
dalam perubahan peristiwa hidup. (Domain 7, koping/toleransi stress, kelas 2:
respon koping) Perasaan tidak nyaman atau kekakawtiran yang samar dengan
respon autonom. Rencana tindakan: (a) Bina hubungan saling percaya (b)beri
dukungan emosional (c) ajarkan teknik untuk nafas dalam (d)ajarkan teknik untuk
menghardik (e)diskusikan dengan pasien beberapak aktivitas yang dapat dan
dipilih sebagai kegiatan akan pasien lakukan sehari-hari (Yosep.2009).

G. PEMBAHASAN
Halusiansi adalah gangguan persepsi sensory seseorang, dimana tidak terdapat
simulus (Yosep.2009). Diagnosa keperawatan sudah diterapkan yaitu dengan
mengajarkan cara mengontrol stres teknik nafas dalam dan menghardik.hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Brown et al (2013) yang berjudul “Breating
Practices for Treatment of Psychiatric and Stress-Related Medical Conditions”
penelitian intervensi tersebut dilakukan selama tiga bulan. Yang efektif dalam
meredam gejala stress, anxiety, insomnia, posttraumatic stress disorder, obsessive
schizophrenia. Harapan selah Tindakann diimplementsikan selama 3 hari, dengan
terapi ini pasien menjadi tenang dan dapat mengontrol rasa cemas.

Menurut Yadav (2014) dalam penelitianya yang berjudul “Efficac of Social Skill
Training in schizophrenia”. Pada penelitian tersebeut, inervensi dilakukan selama 5
bulan dengan hasil bahwa dengan memberikan latihan sosisalisasi terbukti efektif
secara statistik dalam menurunkan cemas dan takut pasien, Harapan selah Tindakan
diimplementsikan selama 3 hari, dengan terapi ini pasien mampu bersosialisasi dengan
pasien lain dan dapat mengurangi rasa taku dan khawatir.

DAFTAR PUSTAKA

49
Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama.
http://eprints.ums.ac.id/25898/8/06

Yadav. 2014. Efficac of Social Skill Training in schizophrenia. India: International


Journal of Physiotherapy and Research, Int J Physiother, Vol 2(5):712-18.

Stepen, C., Ukpabi, C., Esihe, T. E., & Brown, N., 2013, Breating Practices for
Treatment of Psychiatric and Stress-Related Medical Conditions Journal, 1
(1), 01-05.

50

Anda mungkin juga menyukai