Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH TERAPI BERMAIN DALAM MENURUNKAN

KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5TAHUN) YANG


MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TUGUREJO SEMARANG

Katinawati*)
Ns. Sri Haryani, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes, Biomed**)

*)
Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
**)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
**)
Dosen Ilmu Statistik dan Metodologi Politeknik Kesehatan Semarang
ABSTRAK

Peran perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak sangat penting.
Pendekatan psikologis pada pasien yang mengalami distres hospitalisasi salah satunya
dengan menggunakan model pendekatan asuhan keperawatan berupa terapi bermain. Bermain
adalah penting untuk kesehatan mental, emosi, dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh terapi bermain teknik bercerita dalam menurunkan kecemasan
anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum
Daerah Tugurejo Semarang. Desain penelitian ini adalah eksperimen semu, dengan jumlah
sampel 15 responden yang diperoleh dengan teknik total sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Untuk mengetahui perbedaan
kecemasan antara sebelum dan sesudah perlakuan di gunakan uji t berpasangan. Dengan hasil
menunjukkan nilai p 0,000 sehingga dapat di simpulkan bahwa terapi bermain dengan teknik
bercerita mampu menurunkan kecemasan anak. Rekomendasi dari hasil penelitian ini di
harapkan perawat agar memberikan terapi bermain terhadap anak usia prasekolah yang
mengalami kecemasan hospitalisasi.

Kata Kunci : Terapi bermain, kecemasan anak, hospitalisasi

ABSTRACT

The roles of nurses is important in minimizing the stressful condition of hospitalized children.
One of the psychological approaches to the patients experiencing the hospitalized distress is
using nursing care approach model. It is called playing therapy. Plasing is essential for
mental, emotional and social health. This research is determined to describe the influence of
playing therapy in reducing hospitalized pre – school aged (3 – 5 years old) children’s
anxiety in General Hospital in Tugurejo Area of Semarang. the design of the research is the
apparent experiment, using samples of 15 respondents with total sampling tecnique. The data
was collected using a questionnaire instrument. Anxiety to know the difference between
before and after treatment in the use paired t test. With results showing p value of 0.000 so
that it can be concluded that play therapy techniques can reduce anxiety to tell the child.
Recommendations from the results of this study is expected nurses to provide play therapy
for preschool children who experience anxiety hospitalization.

Key Words : Playing therapy, children’s anxiety, hospitalization

1
PENDAHULUAN Purwandari, 2009, ¶2). Berdasarkan studi
Anak adalah individu yang masih pendahuluan yang dilakukan di Rumah
bergantung pada orang dewasa dan Sakit Umum Daerah Tugurejo didapatkan
lingkungannya, artinya membutuhkan data pada tahun 2006 jumlah anak
lingkungan yang dapat memfasilitasi prasekolah yang mengalami hospitalisasi
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan sebanyak 122 anak, 2007 jumlah anak 642,
untuk belajar mandiri (Supartini, 2004, 2008 jumlah anak 977, 2009 jumlah anak
hlm.5). Anak adalah individu yang unik 929, 2010 jumlah anak 223, 2011 jumlah
dan bukan miniatur orang dewasa. Orang 181 anak. Kecemasan merupakan perasaan
tua bertanggung jawab untuk menjaga dan yang paling umum yang dialami oleh
mengupayakan anak dalam kondisi sehat pasien anak terutama usia prasekolah yang
yang optimal, karena masa depan bangsa di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah
bergantung pada anak. Tugurejo. Kecemasan yang sering dialami
seperti menangis, takut pada orang baru.
Supartini (2004, hlm.5) mengemukakan Respon anak yang cemas tergantung dari
bahwa sehat dalam keperawatan anak tahapan usia. Perilaku kehilangan kontrol
adalah sehat dalam rentang sehat-sakit. menjadi lebih jelas pada toddler dan
Sehat adalah keadaan kesejahteraan prasekolah, yang mungkin memiliki
optimal antara fisik, mental, dan sosial temper tantrum yang berulang atau
yang harus dicapai sepanjang kehidupan memperlihatkan perilaku yang mengalami
anak dalam rangka mencapai tingkat kemunduran. Ketakutan tentang bagian
pertumbuhan dan perkembangan yang tubuh disakiti dan nyeri terjadi pada
optimal sesuai dengan usianya. Dengan seluruh anak-anak, termasuk bayi lahir.
demikian, apabila anak sakit, hal ini akan Usia prasekolah protes dengan keras dan
mempengaruhi pertumbuhan dan dapat menjadi agresif secara fisik dan
perkembangan fisik, psikologis, verbal (Wong, 1995, dalam Potter & Perry,
intelektual, sosial dan spiritual. Apalagi 2005, hlm.666-667). Perawat anak
kalau anak sampai harus mengalami mempunyai peran penting dalam
hospitalisasi. menurunkan kecemasan anak yang
mengalami hospitalisasi. Sehingga anak
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang akan berperilaku lebih kooperatif. Media
karena suatu alasan yang berencana atau paling efektif yang dapat dilakukan
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal perawat adalah melalui terapi bermain
di rumah sakit, menjalani terapi dan (Supartini, 2004, hlm.186).
perawatan sampai pemulangannya kembali
ke rumah. Selama proses ini anak dan Sedangkan bermain merupakan cara
orang tua dapat mengalami berbagai ilmiah bagi seorang anak untuk
kejadian yang menurut beberapa penelitian mengungkapkan konflik yang ada dalam
ditunjukkan dengan pengalaman yang dirinya yang pada awalnya anak belum
sangat traumatik dan penuh dengan stres sadar bahwa dirinya sedang mengalami
(Supartini, 2004, hlm.188). konflik (Miller, 1983, dalam Riyadi &
Sukarmin, 2009, hlm.21). Melalui bermain
Di Indonesia jumlah anak usia prasekolah anak dapat mengekspresikan pikiran,
(3-5 tahun) berdasarkan Survei Ekonomi perasaan, fantasi serta daya kreasi dengan
Nasional (SUSENAS) tahun 2001 sebesar tetap mengembangkan kreatifitasnya dan
20, 72% dari jumlah total penduduk beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai
Indonesia (Badan Perencanaan Nasional, sumber stres (Riyadi & Sukarmin, 2009,
2004, dalam Purwandari, 2009, ¶2). Dan hlm.21).
diperkirakan 35 per 100 anak menjalani
hospitalisasi (Sumaryoko, 2008, dalam

2
Ada beberapa jenis terapi bermain, salah hospitalisasi) diobservasi dan dinilai
satunya adalah terapi bermain teknik terlebih dahulu bagaimana kecemasan
bercerita. Menurut Supartini (2004, hlm. sebelum diberikan terapi bermain teknik
86-87) dengan bercerita kita bisa bercerita, kemudian setelah diberikan
menyampaikan pesan tertentu pada anak. perlakuan sampel tersebut diobservasi dan
Menurut Nurgiyantoro (2005, dalam di nilai kembali bagaimana kecemasannya,
Asiskayanti, 2009, ¶31) cerita dapat apakah menunjukkan perbedaan dengan
bermanfaat sebagai obat untuk sebelum diberikan terapi bermain teknik
menyembuhkan sakit. Cerita juga harus bercerita.
diterima sebagai kegiatan yang Perlakuan pada penelitian ini adalah
menyembuhkan. Cerita membawa suasana peneliti mengobservasi responden sebelum
yang Cerita akan membuat spirit, sugesti diberikan terapi bermain kemudian
dan juga sedikit hipnotis sehingga akan diobservasi lagi setelah diberikan terapi
mendorong anak yang sedang mengalami bermain.
perawatan di rumah sakit untuk cepat
sembuh. Cerita yang akan digunakan Teknik yang digunakan dalam penelitian
adalah cerita dongeng, dongeng adalah ini menggunakan total sampling, karena
cerita tentang tokoh yang mengalami suka diperkirakan jumlah anak yang mengalami
dan duka kehidupan (Indrawati & hospitalisasi dalam satu bulan adalah 15
Durianto, 2007, hlm.65). Dongeng dapat anak.
dipahami sebagai cerita yang tidak benar-
benar terjadi dan banyak hal sering tidak Pengumpulan data pada penelitian ini
masuk akal, namun dari sudut pandang ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner.
cerita dongeng dapat dipandang sebagai Dan untuk mengetahui kecemasan anak
cerita fantasi, cerita yang mengikuti daya usia prasekolah yang mengalami
fantasi (Nurgiyantoro, 2005, dalam hospitalisasi, kuesioner yang digunakan
Asiskayanti, 2009, hlm.26-29) dan bersifat adalah kuesioner tertutup dengan
sangat khayal (Soedjono, 2007, dalam alternative pilihan 2 jawaban (ya/tidak).
Asiskayanti, 2009, hal.33). Skala pengukuran pengetahuan adalah jika
jawaban ya diberi nilai atau skor 1 dan bila
Tujuan penelitian ini adalah untuk jawaban tidak diberi nilai atau skor 0.
mengetahui pengaruh terapi bermain
dalam menurunkan kecemasan anak usia Untuk uji normalitas data menggunakan
prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami uji One-Sample-Kolmogorow-Smirnov-
hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Test. Sedangkan untuk uji hipotesis
Daerah Tugurejo Semarang. penelitian “pengaruh terapi bermain dalam
menurunkan kecemasan pada anak usia
METODE PENELITIAN presekolah yang mengalami hospitalisasi”
Desain yang digunakan dalam penelitian di gunakan uji Paired Sample T-test.
ini adalah eksperimen, khususnya
eksperimen semu, dengan pendekatan one
group pre and post test. Rancangan ini
tidak menggunakan kelompok
pembanding, tetapi sudah dilakukan
observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah
adanya eksperimen atau perlakuan
(Notoatmojdo, 2005, hlm.164). Sampel
(anak usia prasekolah yang mengalami

3
bahwa perempuan lebih mudah
HASIL PENELITIAN DAN dipengaruhi oleh tekanan-tekanan
PEMBAHASAN lingkungan daripada laki-laki. Hal ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian yang
1. Karakteristik Usia Responden menunjukkan bahwa jumlah jenis kelamin
Tabel 1 laki-laki lebih banyak daripada
Distribusi Frekuensi Berdasar Umur perempuan, yaitu sebanyak 12 anak (80%).
Responden Dalam Penelitian Di Ruang Dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
Melati Rumah Sakit Umum Daerah pengaruh jenis kelamin anak usia
Tugurejo Semarang (n=15) prasekolah dengan kecemasan.

Umur Frekuensi Presentase(%) 3. Distribusi frekuensi responden


3 Tahun 7 46,6 berdasarkan kategori kecemasan
4 Tahun 5 33,3 sebelum diberikan terapi dapat dilihat
5 Tahun 3 20 pada tabel 3
Total 15 100 Tabel 3
Distribusi frekuensi Responden
Berdasarkan Kategori Kecemasan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
Sebelum Diberikan Terapi Di Ruang
diketahui paling banyak berumur 3 tahun
Melati Rumah Sakit Umum Daerah
yaitu 7(46,6%) pasien, yang berumur 4
Tugurejo Semarang (n=15)
tahun sebanyak 5 (33,3%) pasien dan yang
berumur 5 tahun sebanyak (33,3%) pasien.
No kategori Frekuensi Presentas
Menurut Nurhaeni (1999, dalam
e(%)
Purwandari, Mulyono, & Sucipto, 2010)
1 Cemas - -
anak usia prasekolah menganggap bahwa Ringan
hospitalisasi merupakan hukuman, dan 2 Cemas 12 80
pemisahan dari orangtua, sebagai rasa Sedang
kehilangan cinta. Dampak dari kondisi ini 3 Cemas 3 20
adalah kecemasan perpisahan pada anak. Berat
Fakta menunjukkan, anak usia prasekolah Total 15 100
yang mengalami hospitalisasi akan
mengalami kecemasan perpisahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
kategori kecemasan sebelum diberikan
terapi bermain sebanyak 12 anak termasuk
2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden cemas sedang (80%) dan sebanyak 3 anak
Tabel 2 termasuk cemas berat (20%).
Distribusi frekuensi Berdasarkan Jenis
Kelamin Responden Dalam Penelitian Di 4. Distribusi frekuensi responden
Ruang Melati Rumah Sakit Umum berdasarkan kategori kecemasan
Daerah Tugurejo Semarang. sesudah diberikan terapi dapat dilihat
(n=15) pada tabel 4.
Tabel 4
Jenis Frekuensi Presentase
Berdasarkan tabel diatas proporsi jenis
kelamin (%)
kelamin pada 15 responden yang
Laki-laki 12 80
dilakukan penelitian ini yaitu 12 (80%)
responden laki-laki, dan 3 (20%) Perempuan 3 20
responden perempuan. Berkaitan dengan Total 15 100
kecemasan pada pria dan wanita, James
(dalam Miraz, 2010, ¶12) mengemukakan

4
Distribusi frekuensi Responden Daerah Tugurejo Semarang. berdasarkan
Berdasarkan Kategori Kecemasan uji Paired Sample T-Test diperoleh nilai p
Setelah Diberikan Terapi Di Ruang Melati sebesar 0,000 (>0,05)
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang (n=15) SARAN
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah
No Kategori Frekuensi Presentase
(%) Tugurejo Semarang
1 Cemas 13 86,7 Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Ringan dapat menggunakan pemberian terapi
2 Cemas 2 13,3 bermain sebagai alternatif dalam
Sedang menurunkan kecemasan pada pasien
3 Cemas - - anak yang mengalami hospitalisasi
Berat dengan membuat jadwal tetap
Total 15 100 pelaksanaan terapi bermain di ruang
Kategori kecemasan sesudah diberikan anak.
terapi bermain sebanyak 13 anak termasuk 2. Bagi institusi keperawatan dalam
cemas ringan (86,7%) dan sebanyak 2 pendidikan kesehatan
anak termasuk cemas sedang (13,3%) . Hasil penelitian tersebut dapat
Wong (2008, hlm 756) mengatakan bahwa dijadikan sebagai tambahan referensi
hospitalisasi pada anak seringkali bagi institusi dalam pendidikan
menyebabkan munculnya stressor-stressor kesehatan
yang dapat mengganggu perkembangan 3. Bagi peneliti
anak. Kemampuan koping anak tersebut Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang berkaitan dengan anak usia
tersebut antara lain tingkat perkembangan prasekolah yang sebelumnya pernah
umur, pengalaman sakit sebelumnya, mendapat perawatan di rumah sakit
perpisahan atau hospitalisasi, terdapatnya lebih dari 3-5 kali dalam setahun
suport system atau dukungan dari sehingga akan mendapatkan hasil
lingkungan sekitar. penelitian yang lebih bervariasi dan
penelitian lanjutan mengenai pengaruh
terapi bermain dalam menurunkan
KESIMPULAN kecemasan anak usia presekolah yang
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mengalami hospitalisasi.
paling banyak responden berumur 3 tahun
yaitu 7 (46,6%) responden. Sedangkan
Berdasarkan proporsi jenis kelamin pada DAFTAR PUSTAKA
15 responden didapatkan 12 (80%) Asiskayanti. (2009). Pengaruh cerita
responden laki-laki, dan 3 (20%) sebelum tidur terhadap kuantitas dan
responden perempuan. Sebelum diberikan kualitas tidur pada anak usia
terapi bermain sebagian besar responden prasekolah (3-6 tahun) di TK Miftahul
mengalami cemas sedang 11 (73,33%) Huda kelas B Desa Sumolawang,
anak dan cemas berat 4 (26,66%) anak. Kecamatan Puri, Kabupaten
Sedangkan kecemasan sesudah diberikan Mojokerto.
terapi bermain menurun yaitu cemas file:///D:/skripsi/terapi%20bermaen/ku
ringan 13 (86,6) anak dan cemas sedang 2 mpulan%20cerita/Manfaat-cerita-
(13,3) anak. Ada pengaruh yang signifikan bagi-anak.htm diperoleh tanggal 16
pemberian terapi bermain dengan juni 2011
penurunan kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami Indrawati, Dewi,. & Durianto, Didik.
hospitalisasi di Rumah Sakit Umum (2007). Aktif berbahasa indonesia.

5
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Miraz, Latifa. (2010). Konsep kecemasan.
http://morningcamp.com/?p=237
diperolah tanggal 7 oktober 2011
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).
Metodelogi penelitian kesehatan.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Purwandari, Haryatiningsih., Mulyono,
Wastu Adi., & Sucipto, Ucip. (2010).
Terapi bermain untuk menurunkan
kecemasan perpisahan pada anak
prasekolah yang mengalami
hospitalisasi.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/2110
5259 2085-8930.pdf diperoleh 21 april
2012
Supartini, Yupi. (2004). Buku ajar konsep
dasar keperawatan anak. Jakarta :
EGC
Wong, Diana L. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Volume 1.
Jakarta: EGC
.

Anda mungkin juga menyukai