Anda di halaman 1dari 10

Kata Pengantar

Alhamdulilah dan Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.

Karena dengan anugerah dan kemudahan yang diberikannya lah kami dapat

menyelesaikan tugas “Hakekat Manusia Menurut Islam” ini dengan baik.

Kepercayaan yang besar yang diberikan kepada kami, membuat kami harus lebih

menjaga dan bertanggung jawab atas kepercayaan tersebut, karena dengan kepercayaan

senantiasa meningkatkan prestasi dan pengalaman kami.

Kami ingin berterimakasih kepada Bapak Sofyan selaku dosen mata kuliah agama

islam kami yang telah memberikan tugas ini dan senantiasa membimbing kami untuk

kearah yang lebih baik. Juga kepada teman-teman teknik sipil 2007 yang telah

memberikan dukungan kepada kami.

Kita semua tahu bahwa kita semua adalah mahkluk social yang tidak luput dari

kesalahan, maka jika ada tulisan dan kata-kata yang membuat hati pembaca tidak

menyenangkan maka kami mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Maka

dari itu kami menerima saran dan kritik dari pembaca untuk dapat kami perbaiki.

Atas segala kekurangan dan kelebihannya kami ucapkan banyak terimakasih.

Palembang, Oktober 2007

Penulis

1
Daftar Isi
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Masalah

1.3 Tujuan

BAB II Isi

1. Konsep Manusia

a. Siapakah Manusia

b. Persamaan dan Perbedaan Manusia Dengan Mahkluk lain

2. Eksistensi dan Martabat Manusia

a. Tujuan Penciptaan Manusia

b. Fungsi dan Peranan Yang Diberikan Allah SWT Kepada

Manusia

BAB III Penutup

1.1 Kesimpulan

1.2 Saran

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang
berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang
berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat
lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru
disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata
dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki,
kemampuan berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia.
Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan makhluk yang
lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting
psikologis situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dari karya
yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah.

1.2 Masalah

1. Konsep Manusia

a. Siapakah manusia

b. Persamaan dan perbedaan manusia dengan mahkluk lain

2. Eksistensi dan Martabat Manusia

a. Tujuan penciptaan manusia

b. Fungsi dan peranan manusia yang diberikan Allah SWT kepada manusia

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Hakekat Manusia Menurut


Islam” adalah agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang hakekatnya sebagai

3
manusia. Dan agar mahasiswa bisa menambah keimanan terhadap Allah SWT
sehingga kita tidak bermalas-malas lagi untuk menjalankan perintahnya.

BAB II
ISI

Konsep Manusia

Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai
macam perfektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional)
dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia
sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia
mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-
simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber
dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja.
Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan
“mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia
berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai
dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusai juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut
dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya.

Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya,


seperti dalam pandangan monoteisme, yang menccari unsur pokok yang menentujkan
yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani
dalam pandangan spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang
menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan
nyaitu materi dan rohani, nyakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan
pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada
dalam pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur,
ataukah mono pluralism yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang
membentuknya. Manusia secara individu tidak pernah menciptakan dirinya , kan tetapi

4
bukan berarti bahwa ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan
eksistensinya dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu,
akan memberikan andil atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan
perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.

a. Siapakah Manusia

Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia tidaklah muncul


dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran surat al-'Alaq ayat 2
menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah; Al-Quran surat
al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah; Al-Quran surat al-
Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan
manusia. Masih banyak sekali ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa yang menjadikan
manusia adalah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah.
Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan; kemampuan
itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadis itu adalah potensi.
Potensi adalah kemampuan; jadi, fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan.

b. Persamaan dan perbedaan manusia dengan mahkluk lain

Persamaan manusia dengan mahkluk lain adalah sama-sama ciptaan Allah SWT.
Sedangkan pebedaan manusia dengan mahkluk lain yang kita ambil contoh binatang
adalah perbedaan antara manusia dengan binatang tentang kebutuhannya, binatang
langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya. Sedangkan manusia membuat kerja
hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Binatang berproduksi hanya apa
yang ia butuhkan secara langsung bagi dirinya dan keturunnya, sedangkan manusia
berproduksi secara universal bebas dari kebutuhan fisik, ia baru produksi dari yang
sesungguhnya dalam kebebasan dari kebutuhannya. Manusia berhadapan bebas dari
produknya dan binatang berproduksi menurut ukuran dan kebutuhan jenis produksinya,
manusia berproduksi mnurut berbagai jenis dan ukuran dengan objek yang inheren,
dikarenakan manusia berproduksi menurut hukum-hukum keindahan. Manusia dalam
bekerja secara bebas dan universal, bebas I dapat bekerja meskipun tidak merasakan

5
kebutuhan langsung, universal dikarenakan ia dapat memakai beberapa cara untuk tujuan
yang sama. Dipihak yang lain ia dapat menghadapi alam tidak hanya dalam kerangka
salah satu kebutuhan.

Eksistensi Dan Martabat Manusia

Bagan Esensi dan Eksistensi Manusia

No Eksistensi Esensi Kesadaran Fitrah Basic Human Kebutuhan


manusia Values Dasar

1 Al Insan Rasa ingin tahu Intelektual Intelektual

2 Al Basyar Rasa lapar, haus, dingin Biologis Biologis

3 Abdullah Sara ingin berterimakasih Spiritual Spiritual


dan bersykur kepada tuhan

4 An-Nas Rasa tahan sendiri dan Sosial Sosial


menderita dalam kesepian

5 Khalifah fil Butuh keamanan, Estetika Estetika


ardli ketertiban, kedamaian,
kemakmuran, keadilan dan
keindahan lingkungan

Dalam filsafat pembagian dalam melihat sesuatu materi yang terbagi menjadi dua
macam esensi dan eksistensi. Begitu pula manusia dilihat sebagai materi yang memiliki
dua macam bagian esensi dan eksistensi. Esensi dan eksistensi manusia hadir dalam
dunia merupakan bagian yang berada dalam diri manusia. Esensi dan eksistensi manusia
ini yang menjadikan manusia ada dalam muka bumi. Esensi dan eksistensi bersifat
berjalan secara bersamaan dan dalam perjalananya dalam diri manusia ada yang
mendahulukan esensi dan juga eksistensi. Manusia yang menjalankan esensi menjadikan
ia bersifat tidak bergerak dan menunjau lebih dalam saja tanpa melakukan aktualisasi.
Begitu pula manusia yang menjalankan eksistensi tanpa melihat esensi maka yang terjadi
ia hanya ada tetapi tidak dapat mengada. Seperti yang telah dikekmukakan oleh ‘Ali
Syariati bahwa esensi manusia merupakan dialektika antara ruh Tuhan dengan lempung

6
dari dialektika tersebut menjadikan manusia ada dalam mengada. Proses mengadanya
manusia merupakan refleksi kritis terhadap manusia dan realitas sekitar. Sebagaimana
perkataan bijak yang dilontarkan oleh socrates bahwa hidup yang tak direfleksikan tak
pantas untuk dijalanani. Refleksi tersebut menjadikan manusia dapat memahami diri
sendiri, realitas alam dan Tuhan. Manusia yang memahami tentang dirinya sendiri ma ia
akan memahami Penciptanya. Proses pemahaman diri dengan pencipta menjadikan
manusia berproses menuju kesempurnaan yang berada dalam diri manusia. Proses
pemahaman diri dengan refleksi kristis diri, agama dan realitas, hal tersebut menjadikan
diri manusia menjadi insan kamil atau manusia sempurna.

a. Tujuan Penciptaan Manusia

Kita diciptakan oleh Allah SWT. bukan semata untuk hidup di dunia, bukan pula
untuk sekedar makan dan minum. Apalagi berfoya-foya untuk memenuhi setiap
keinginan hawa nafsu kita. Allah SWT. berfirman:

‫ت اولنجلن يووانلون ي‬
‫س إنلل لنييوعبدددوونن‬ ‫يويماَ يخليوق د‬
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa kita diciptakan untuk suatu tujuan yang besar dan
sangat mulia. Allah SWT. ingin memuliakan hamba-hamba-Nya, yang mewujudkan
tujuan penciptaan dirinya, yaitu beribadah hanya kepada Allah SWT. Allah SWT. tidak
membutuhkan hal itu sedikitpun dari hamba-hamba-Nya. Akan tetapi ibadah yang Allah
SWT. perintahkan kepada kita adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah SWT.
berfirman:

‫إنون تيوكفددرووا أيونتدوم يويمون نفي واليور ن‬


‫ض يجنمويععاَ فيإ نلن اي لييغننيي يحنمويدد‬
“Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi ini seluruhnya kufur kepada Allah,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (Ibrahim: 8)

7
Pada hakikatnya tujuan manusia dalam menjalankan kehidupannya mencapai perjumpaan
kembali dengan Penciptanya. Perjumpaan kembali tersebut seperti kembalinya air hujan
kelaut. Kembalinya manusia sesuai dengan asalnya sebagaimana dalam dimensi manusia
yang berasal dari Pencipta maka ia kembali kepada Tuhan sesuai dengan bentuknya
misalkan dalam bentuk imateri maka kembali kepada pencinta dalam bentuk imateri
sedangkan unsur mteri yang berada dalam diri manusia akan kembali kepada materi yang
membentuk jasad manusia.

b. Fungsi Dan Peranan Yang Diberikan Allah SWT. Kepada Manusia

Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan kedudukan


yang sangat mulia. Tetapi sebelum membahas tentang peran dan kedudukan, pengulangan
kembali tentang esensi dan eksistensi manusia. Manusia yang memiliki eksistensi dalam
hidupnya sebagai abdullah, an-nas, al insan, al basyar dan khalifah. Kedudukan dan peran
manusia adalah memerankan ia dalam kelima eksistensi tersebut. Misalkan sebagai
khalifah dimuka bumi sebagai pengganti Tuhan manusia disini harus bersentuha dengan
sejarah dan membuat sejarah dengan mengembangkan esensi ingin tahu menjadikan ia
bersifat kreatif dan dengan di semangati nilai-nilai trasendensi. Manusia dengan Tuhan
memiliki kedudukan sebagai hamba, yang memiliki inspirasi nilai-nilai ke-Tuhan-an
yang tertanam sebagai penganti Tuhan dalam muka bumi. Manusia dengan manusia yang
lain memiliki korelasi yang seimbang dan saling berkerjasama dala rangka
memakmurkan bumi. Manusia dengan alam sekitar merupakan sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dan rasa syukur kita terhadap Tuhan dan bertugas menjadikan
alam sebagai subjek dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Setiap apa yang
dilakukan oleh manusia dalam pelaksana pengganti Tuhan sesuai dengan maqasid asy-
syari’ah. Maqasid asy-syari’ah merupakan tujuan utama diciptanya sebuah hukum atau
mungkin nilai-esensi dari hukum, dimana harus menjaga agama, jiwa, keturunan, harta,
akal dan, ekologi. Manusia yang memegang amanah sebagai khalifah dalam melakukan
keputusan dan tindakannya sesuai dengan maqasid asy-syari’ah.

8
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Tidak ada manusia yang sempurna di bumi ini, setiap manusia mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Dengan kelebihan yang dimiliki manusia tersebut insya
Allah akan menutupi kekurangannya. Manusia diciptakan Allah SWT. dengan tujuan
agar beribadah kepadanya. Bukan semata-mata ingin disembah melainkan ingin
memuliakan hamba-hamba-Nya, yang mewujudkan tujuan penciptaan dirinya, yaitu
beribadah hanya kepada Allah SWT.

Dan berdasarkan ini, maka barangsiapa yang membelakangi Rabbnya dan


enggan beribadah kepada-Nya, berarti ia telah mencampakkan hikmah penciptaan
para hamba, dan perbuatannya itu berarti persaksiannya bahwa Allah Ta’ala telah
menciptakan makhluk dengan sia-sia, kendati hal itu tidak dinyata-kannya, namun
telah menunjukkan keangkuhan dan kesombongannya untuk taat kepada Rabbnya.

1.2 Saran

Manusia diciptakan oleh Allah SWT. untuk beribadah kepadanya, jadi kita
sebagai manusia wajib untuk beribadah dengan sungguh-sungguh dan ihklas. Insya
Allah dengan beribadah sunguh-sungguh kita dapat menemukan jalan terbaik dan
akan bahagia di dunia dan akhirat.

9
10

Anda mungkin juga menyukai