Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

DEFINISI STANDAR

The Oxford Dictionary provides several key concepts for the definition of stadards. First,
it notes that standards are degrees of excellence. Second, it suggests that standards serve as
a basis of comparison. Third, it notes that standards are a minimum with which a community
may be reasonably content, and finally, that a standard is recognized as a model for
imitation. Standards are professionally developed expressions of the range acceptable
variations from a norm or criterion (Donabedian, 1980).
Standar merupakan derajat terbaik, diartikan bahwa standar sebagai model untuk dapat
ditiru dan sebagai suatu patokan pencapaian yang didasarkan kepada tingkat keinginan
terbaik.Standar sebagai suatu dasar perbandingan, diartikan bahwa suatu tolak ukur yang
memicu adanya perbandingan untuk disusun dan disepakati bersama serta dapat diterima
pada suatu organisasi. Standar adalah ekspresi dari berbagai macam variasi norma dan
kriteria yang dapat diterima dan dikembangkan secara profesional, diartikan bahwa alat yang
telah dibuat dan disepakati oleh suatu organisasi sebagai tolak ukur yang akan dikembangkan
secara profesional untuk mendapatkan manfaat yang besar.

Summary
Standard is the degree of excellence that comes from Development of various criteria in a
professional manner which is then mutually agreed upon as basic benchmark to assess
whether goals and objectives have been achieved.

1
BAB 2

FUNGSI DAN TUJUAN STANDAR

2.1. Fungsi Standar


Standard = guideline = a general rule, principle, or piece of advice. Standar
merupakan suatu hal yang digunakan sebagai ukuran atau pedoman untuk evaluasi.
Fungasi dari standar yaitu :

a. Untuk meningkatkan kualitas dan konsistensi dalam praktek, yang ditetapkan


dalam pedoman. Kualitas dan konsistensi yang tinggi dapat menghasilkan suatu hal
yang memiliki manfaat lebih besar, serta dapat mengurangi adanya risiko dan
dampak berbahaya.
b. Untuk menggambarkan kriteria pedoman praktik yang dievaluasi dan dikaji.
Kriteria sangatlah diperlukan untuk mempermudah dalam mencapai standar yang
ditetapkan. Adanya kriteria, untuk memberikan ciri-ciri yang baik sesuai dengan
standarnya.
c. Untuk membantu dalam mengembangkan pedoman secara luas sehingga
diterapkan pada berbagai bidang praktik yang belum memberikan spesifisitas yang
cukup untuk membantu praktisi dalam memberikan layanan psikologis berkualitas
tinggi.
d. Untuk bertindak secara fokus dalam mengendalikan kualitas, termasuk audit.
Tanpa adanya standar dapat menyebabkan suatu hal kurang dari apa yang ditetapkan
atau melebihi dari apa yang ditetapkan. Sehingga hal tersebut dapat menciptakan
kekacauan dan hilangnya tindakan secara terfokus.
e. Untuk menggambarkan perawatan yang tepat berdasarkan bukti ilmiah yang ada
dan konsensus yang luas. Dengan adanya bukti ilmiah dan konsensus, dapat
memberikan gambaran perawatan yang tepat, sehingga kesalahan dapat
diminimalkan dan dapat berjalan dengan lancar.
f. Untuk mengurangi variasi praktik yang tidak tepat. Praktik yang bervariasi
terkadang ada yang tidak tepat, sehingga fungsi standard sangat diperlukan karena
dapat menguragi variasi praktik yang tidak tepat.

2
g. Untuk mempromosikan penggunaan sumber daya secara efisien. Sumber daya
digunakan harus sesuai batasannya, tidak boleh melebihi dari batasannya karena
dapat merugikan di masa yang akan datang.

2.2. Tujuan Standar


Tujuan merupakan suatu hasil akhir yang ingin dan akan dicapai. Sehingga tujuan
standar yaitu :
a. Untuk memberikan pedoman yang jelas bagi para tenaga professional. Pada
setiap Rumah Sakit memiliki standar yang harus ditaati, sehingga dapat tercapi
tujuan dari standar itu sendiri.
b. Untuk mendidik dan menghasilkan informasi yang tepat. Suatu informasi yang
tepat merupakan suatu tujuan yang penting bagi suatu Rumah Sakit, karena apabila
informasi yang diberikan tidap tepat dapat menyebabkan pengevaluasian menjadi
tidak sesuai.
c. Untuk membentuk pergerakan menuju perawatan berbasis bukti. Bukti
merupakan hal yang dapat memperkuat keputusan. Keputusan yang tepat dapat
menyebabkan perawatan berjalan dengan baik dan sistematis.

Summary
The function of the standard is to facilitate quality measurement, maintaining performance
consistency, and realize the purpose of the standard itself. The purpose of the standard is to
provide clear guidelines and appropriate evidence-based information.

3
BAB 3

BENTUK DAN PRINSIP STANDAR

3.1. Bentuk Standar

SOP dapat ditulis untuk kegiatan teknis yang berulang, dan juga prosedur program
administratif atau fungsional apa pun, yang diikuti dalam sebuah organisasi.

a. Simple Steps
Ini mudah untuk ditulis dan diikuti dan bekerja dengan baik untuk tugas singkat,
sederhana, dan mudah. Ini digunakan dalam proses yang cukup berulang dengan
pengambilan keputusan yang sangat terbatas.

Keuntungan Kerugian
Mudah untuk menulis Kurang detail
Mudah diikuti Cenderung untuk mendapatkan panjang
jika detail disertakan
Aliran logika Menjaga semua langkah pada tingkat
yang sama
Tidak menangani keputusan dengan baik

b. Hierarchical Steps
Hierarchical steps adalah perpanjangan dari bentuk simple steps, bentuk ini bekerja
lebih baik untuk tugas yang memerlukan detail atau sub-langkah tambahan dalam
setiap langkah utama. Ini memungkinkan penggunaan langkah-langkah mudah
dibaca untuk pengguna berpengalaman, sementara menyertakan sub-langkah yang
lebih rinci juga.

Keuntungan Kerugian
Mudah untuk menulis Tidak menangani keputusan dengan baik
Mudah diikuti

4
Aliran logika
Menangani detail dengan sangat baik
Memungkinkan berbagai tingkat langkah

c. Graphic Format
Ini adalah versi grafis dari dua bentuk sebelumnya. Ini bekerja dengan baik untuk
tugas-tugas di mana kegiatan harus dilakukan dalam urutan tertentu dan dimana
pengingat yang mudah diikuti di tempat kerja berguna. Graphic format memecah
proses panjang menjadi sub-proses yang lebih pendek yang hanya terdiri dari
beberapa langkah. Pekerja dapat mempelajari beberapa sub-proses pendek dengan
lebih mudah daripada satu prosedur yang panjang.

Keuntungan Kekurangan
Mudah untuk menulis Tidak menangani keputusan dengan baik
Mudah diikuti
Aliran logika
Menangani prosedur yang panjang dengan
baik

d. Flowchart Formats
Flowchart hanyalah cara grafis untuk menyajikan langkah logis dalam proses
pengambilan keputusan. Flowchart menyediakan mekanisme yang mudah diikuti
untuk menjalankan pekerja melalui serangkaian keputusan logis dan langkah-
langkah yang harus diambil sebagai hasilnya.

Keuntungan Kerugian
Mudah diikut Lebih sulit untuk menulis
Aliran logika Tidak menangani keputusan dengan baik
Menangani keputusan dengan sangat baik

5
3.2. Prinsip Standar

a. Mudah dibaca
Hal ini didefinisikan sebagai kemudahan dimana pembaca dapat mengenali karakter
dan kata dalam sebuah teks yang ada di dalam standar operasional prosedur.
Posedur-prosedur standar yang akan disusun harus dengan mudah dapat dipahami
dan diterapkan oleh semua pengguna tanpa mengalami kendala dalam pelaksanaan
tugasnya.
b. Mudah dipahami
Hal ini mengacu agar prosedur-prosedur standar yang dibuat, dapat dengan mudah
memahami maksud dari teks dan mampu menggambarkan kesimpulannya dengan
benar.
c. Lengkap
Prosedur-prosedur standar yang dibuat harus mencakup semua informasi yang
diperlukan untuk melakukan prosedur sehingga tidak mengalami kesalahan dalam
pelaksanaannya.
d. Objektif
Prosedur-prosedur yang dibuat hanya berisi fakta. Informasi tambahan harus
dihapus dan dimasukkan ke dalam lampiran.
e. Koheren
Prosedur yang dibuat harus dapat dilaksanakan secara logis dan langkah-langkah
yang dibuat dapat menyelesaikan prosedur.

3.3. Contoh Standar Rumah Sakit

3.3.1. Unit Farmasi

a. Standar profesional untuk apotik, ruang obat dan / atau ruang konsultasi
Di fasilitas ini terdapat adanya apotik yang ditunjuk, area yang sesuai untuk
memberikan saran dan area tunggu untuk pasien harus disediakan yang sesuai
dengan standar Good Pharmacy Practice (GPP). Tujuannya untuk menentukan
persyaratan fasilitas, peralatan dan literatur di apotek, ruang obat dan / atau
ruang konsultasi di fasilitas Puskesmas dan klinik keliling.

6
b. Lingkup praktik pemberian personil
Bertujuan untuk menentukan peran dan tanggung jawab yang terkait dengan
tingkat yang berbeda di mana layanan farmasi beroperasi dan memperjelas
tanggung jawab semua kategori staf yang terlibat dalam penyediaan layanan
farmasi di tingkat PHC
c. Pengendalian hama di ruang apotik atau obat
Bertujuan untuk memberikan panduan menjaga hama apotik atau obat-obatan
setiap saat
d. Harian rutin dan jam kerja
Bertujuan untuk mengatur dan membakukan cara pemberian layanan farmasi
dan memberikan kontrol kunci
e. Mengambil saham
Bertujuan untuk memastikan keakuratan catatan saham dengan membandingkan
persediaan aktual dengan catatan saham
f. Memesan stok
Bertujuan untuk mengatur dan menstandardisasi prosedur pemesanan
g. Menerima saham
Bertujuan untuk memastikan bahwa semua persediaan farmasi yang dikirim ke
fasilitas PHC oleh rumah sakit diterima dalam kondisi baik, untuk
memverifikasi bahwa stok yang diterima sesuai dengan stok yang dipesan;
Untuk memastikan bahwa stok yang tidak terkirim muncul pada daftar masalah
yang terlambat atau daftar pesanan kembali
h. Penanganan kelebihan stok
Bertujuan untuk memastikan pemanfaatan stok optimal dan untuk mencegah dan
meminimalkan kadaluarsa stok
i. Penolakan dan pembuangan stock using
Bertujuan untuk memastikan stok kadaluarsa, rusak atau usang tidak dibagikan
kepada publik; Stok usang itu dipisahkan dari persediaan yang dapat digunakan
dan dibuang dengan cara yang benar; Bahwa tidak ada pembuangan saham yang
akan dilakukan sebelum mendapat persetujuan dari Kepala Departemen dan
Perbendaharaan

7
j. Aman mengeluarkan obat
Bertujuan untuk mengeluarkan resep hukum sesuai persyaratan Praktik Apotek
yang Baik
k. Resep rujukan
Bertujuan untuk menetapkan, membakukan dan mengatur sistem resep rujukan
antara fasilitas PHC dan apotek rumah sakit; untuk memastikan bahwa
pengobatan kronis yang tidak termasuk dalam PHC EML tersedia di fasilitas
PHC terdekat dengan rumah pasien
l. Pengadaan, pengendalian dan penerbitan jadwal 5 dan 6 pengobatan
Bertujuan untuk menstandarkan dan mengatur pengelolaan jadwal 5 dan 6
pengobatan di fasilitas PHC
m. Melaporkan dan menangani reaksi yang merugikan
Bertujuan untuk memastikan bahwa ada sistem untuk mendokumentasikan dan
melaporkan reaksi obat yang merugikan
n. Penarikan produk
Bertujuan untuk memastikan bahwa obat segera dikembalikan setelah peringatan
atau penarikan produk
o. Rotasi saham yang efektif
Bertujuan untuk mencegah pemborosan dan memastikan persediaan obat secara
terus menerus setiap saat; untuk mencegah obat kadaluarsa di ruang apotik atau
obat-obatan
p. Pemisahan dan penanganan obat kembali dari pasien
Bertujuan untuk menangani pengobatan yang dikembalikan oleh pasien dengan
cara yang tidak akan membahayakan kualitas, khasiat dan keamanannya
q. Keamanan peralatan dan pengobatan
Bertujuan untuk memastikan bahwa peralatan disimpan dengan aman; Obat itu
aman; Prosedur penyimpanan yang disetujui dan sistem pengendalian stok yang
memadai dipertahankan
r. Nampan darurat
Bertujuan untuk memastikan ketersediaan pengobatan darurat secara konstan

8
s. Manajemen rantai dingin
Bertujuan untuk memastikan bahwa produk rantai dingin mencapai pasien dalam
kondisi yang aman, efektif dan optimal untuk pengobatan atau imunisasi

Summary

SOP can be presented in different format such as simple steps, hierarchical steps, graphic
format and flowchart format depends on the situation. The principles contained in the SOP
include easy to read, easy to understand, complete, objective and coherent so the
procedures made can be done well. Each unit in the hospital, including pharmaceutical unit,
has its own SOP. Those SOP are used to organize each unit’s performance and quality.

9
BAB 4

HOW TO

4.1. Tahap-tahap Pembuatan SOP


Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan unsur yang penting dalam suatu
institusi, termasuk rumah sakit. SOP berisikan proses kerja yang akan dilakukan secara
tahap demi tahap, serta berguna sebagai pedoman agar prosedur kerja berjalan secara
tepat (tanpa kesalahan). Tim pembuat SOP pada institusi sebaiknya tidak membuat
SOP secara asal-asalan karena akan berdampak buruk pada kinerja institusi tersebut.
Menurut Nichole Kee (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Standard Operating
Procedures for Clinical Research Department, tahap-tahap pembuatan SOP adalah
sebagai berikut:
a. Identify tasks that are repeated during the process or for each study conducted.
Tim pembuat SOP hendaknya membuat daftar tugas yang selalu diulang setiap
menjalankan suatu proses kerja tertentu. Daftar tugas ini berguna untuk melihat
prosedur umum yang harus dilaksanakan setiap akan melaksanakan suatu proses
kerja. Daftar tugas ini selanjutnya akan lebih diperinci pada bagian prosedur dalam
SOP.
b. Identify the purpose of the SOP.
Setiap SOP memiliki tujuan sesuai dengan jenis unit tempat SOP tersebut
diberlakukan. Sebagai contoh, SOP Pengadaan dan Penyediaan Obat di Instalasi
Gawat Darurat, maka tujuan dari SOP tersebut adalah mempermudah dan
memperjelas alur pengadaan obat agar dapat sampai di tangan pasien secara cepat
dan tepat.
c. Identify the person(s) responsible for the creation, maintenance, and
management of the SOP.
SOP merupakan salah satu “aturan” yang harus ditaati oleh seluruh pelaksana yang
akan menjalankan prosedur tersebut. Setiap SOP harus memiliki tim/orang yang
akan bertanggung jawab terhadap pembuatan, pemeliharaan, serta pelaksanaan
SOP tersebut. Hal ini berguna agar SOP tidak diterbitkan secara asal-asalan, ditaati

10
dengan baik oleh seluruh pelaksana selama belum ada perubahan, serta tidak ada
karyawan yang menganggap remeh SOP tersebut dan kemudian mengabaikannya.
d. Write high-level instructions for completing the task, but make them specific
enough.
Langkah terpenting dalam pembuatan SOP adalah menuliskan prosedur yang harus
dijalankan oleh pelaksana SOP. Prosedur harus dituliskan secara runtut, jelas, serta
spesifik. Penulisan secara runtut dimaksudkan agar pelaksana mampu melakukan
proses kerja tahap demi tahap tanpa ada yang terlewat atau menimbulkan
kesalahan. Penulisan secara jelas dimaksudkan untuk menghindari adanya
kekeliruan dari pelaksana dalam melakukan proses kerja karena kerancuan
perintah. Penulisan secara spesifik dimaksudkan agar pelaksana tidak merasa
bingung karena luasnya makna perintah yang tertulis dalam SOP.
e. List any other SOPs, unit, work instructions, or forms that may be related to this
SOP.
SOP dapat diberikan keterangan tambahan berupa daftar unit, daftar SOP, atau
lampiran yang terkait dengan pelaksanaan SOP tersebut. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan pelaksana apabila pelaksanaan SOP tersebut membutuhkan
kerjasama dengan unit lain ataupun membutuhkan kelengkapan lain yang
diperlukan (contoh, form pengisian data).
f. Ensure that the header and footer information are correct and include the
following information: title of SOP, revision letter, and effective date.
SOP wajib memuat informasi-informasi penting berupa judul SOP, dokumen revisi
(jika ada), serta tanggal berlaku SOP. Judul SOP diperlukan agar SOP antara proses
kerja yang satu tidak tertukar dengan proses kerja lainnya. Dokumen revisi
diperlukan agar pelaksana dapat melaksanakan instruksi sesuai dengan SOP
terbaru. Tanggal berlaku diperlukan agar pelaksana dapat melaksanakan prosedur
dalam SOP sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan, serta segera melakukan
revisi/pembaharuan jika tenggat waktu tersebut telah habis.

11
g. Have the SOP reviewed, signed, and dated by a member of the research
department that has the ability to approve SOPs.
SOP tidak dapat dijalankan apabila belum terdapat tanda tangan atau izin dari
petinggi institusi yang terkait dengan unit pelaksana SOP tersebut. Izin dapat
diberikan oleh top manager, middle manager, maupun low manager tergantung isi
dari SOP tersebut. Para manajer sebaiknya membaca, memahami, serta meninjau
ulang secara teliti setiap SOP yang diajukan sebelum memberi izin serta tanda
tangan.

4.2 Aplikasi SOP dalam Institusi


Proses kedua setelah pembuatan SOP adalah implementasi dari SOP tersebut. Menurut
buku terbitan Federal Emergency Management Agency United States Fire
Administration (1999) yang berjudul Developing Effective Standard Operating
Procedure, tahap-tahap implementasi SOP adalah sebagai berikut:
a. Make sure that everyone is informed.
Manajer perlu memastikan bahwa seluruh pelaksana/karyawan yang bekerja dalam
suatu unit tertentu mengetahui adanya SOP yang harus dijadikan pedoman. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketimpangan berupa adanya pelaksana
yang melaksanakan SOP, sedangkan ada pula yang tidak. Ketimpangan ini akan
memunculkan masalah tidak seragamnya luaran yang dihasilkan oleh unit tersebut.
b. Make sure that the copies of SOP are distributed and accessible.
Karyawan/pelaksana diharapkan tidak hanya mengetahui mengenai adanya SOP,
melainkan memiliki berkas dari SOP tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pelaksana
dapat setiap saat membaca kembali SOP yang ada apabila mereka lupa atau keliru
dalam melakukan sesuatu.
c. Held a training program.
Manajer hendaknya mengadakan suatu acara pelatihan mengenai SOP kepada para
pelaksana. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan kesamaan persepsi antara manajer
dengan seluruh pelaksana, serta untuk mengantisipasi adanya pelaksana yang masih
belum memahami tahap-tahap pengerjaan dalam SOP.
d. Monitor the performance.

12
Pengawasan bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh pelaksana/karyawan telah
menjalankan SOP dengan sebagaimana mestinya. Pengawasan juga berguna untuk
memberikan semangat kepada para pelaksana untuk melaksanakan SOP dengan
sebaik-baiknya. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara observasi secara
langsung, diskusi kelompok, wawancara terhadap pelaksana, maupun kuisioner.

4.3. Evaluasi SOP dalam Institusi


Proses ketiga setelah pengimplementasian SOP adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses
yang direncanakan dengan serangkaian langkah untuk menyediakan menilai apakah
tujuan dan sasaran SOP telah tercapai. Menurut buku terbitan Federal Emergency
Management Agency United States Fire Administration (1999) yang berjudul
Developing Effective Standard Operating Procedure, Evaluasi SOP perlu memberikan
jawaban atas pernyataan-pernyataan berikut:
a. Perilaku dan tindakan karyawan sebelum dan sesudah SOP
diimplementasikan.
Pernyataan ini berguna untuk menilai apakah SOP mampu membawa perubahan
perilaku yang positif terhadap karyawan. Contoh perubahan yang positif antara lain
karyawan yang dulunya asal-asalan dalam melaksanakan pekerjaan kini menjadi
lebih tertata setelah terbitnya SOP.
b. Tantangan administratif dan operasional yang mampu diatasi SOP.
SOP diharapkan mampu mengatasi tantangan baik yang bersifat administratif
maupun operasional. SOP dikatakan mampu mengatasi tantangan administratif
apabila memuat kejelasan mengenai mekanisme pencatatan, pelaporan, surat
menyurat dan sebagainya. SOP dikatakan mampu mengatasi tantangan operasional
apabila mampu menjabarkan tahap demi tahap proses kerja secara jelas dan tepat.
c. Hambatan dalam pelaksanaan SOP.
SOP yang tidak terlaksana dengan baik harus diteliti penyebabnya. SOP yang tidak
terlaksana kemungkinan mengalami beberapa kendala yang sulit untuk dipecahkan,
misalnya keterbatasan kualitas atau kuantitas SDM, tidak tersedianya dana, tidak
tersedianya sarana dan prasarana, dan berbagai kendala lainnya. Proses evaluasi

13
juga sekaligus dimaksudkan untuk mencari solusi atas kendala-kendala tersebut,
atau membuat pertimbangan untuk mengganti SOP lama dengan SOP yang baru.
Evaluasi merupakan umpan balik dalam proses manajemen SOP, dirancang untuk
membantu pembuat kebijakan rumah sakit untuk menilai kelayakan SOP baru atau
yang sudah ada. Evaluasi terdiri atas dua jenis, yaitu evaluasi berkala dan evaluasi
khusus. Evaluasi berkala memberikan mekanisme terstruktur dan berkelanjutan
untuk mengelola perubahan dalam layanan kesehatan. Evaluasi khusus adalah
penelitian yang ditujukan untuk mengatasi perubahan, kecenderungan, kekurangan
operasional, atau peluang yang diidentifikasi oleh manajemen.

Summary
Standard Operating Procedure (SOP) that applied within a company establish through
three processes, there are production, implementation, and evaluation. The company
should make sure that the SOPs it applied are spesific, knew by all employess, and
approprite with current issues.

14
BAB 5
KESIMPULAN

The conclusions of this paper are:

1. Standard is the degree of excellence that comes from Development of various criteria in
a professional manner which is then mutually agreed upon as basic benchmark to
assess whether goals and objectives have been achieved.
2. The function of the standard is to facilitate quality measurement, maintaining
performance consistency, and realize the purpose of the standard itself.
3. The purpose of the standard is to provide clear guidelines and appropriate evidence-
based information.
4. SOP can be presented in different format such as simple steps, hierarchical steps,
graphic format and flowchart format dependens on the situation.
5. The principles contained in the SOP include easy to read, easy to understand, complete,
objective and coherent so the procedures made can be done well.
6. Each unit in the hospital, including pharmaceutical unit, has its own SOP. Those SOP
are used to organize each unit’s performance and quality.
7. Standard Operating Procedure (SOP) that applied within a company establish through
three processes, there are production, implementation, and evaluation.
8. The company should make sure that the SOPs it applied are spesific, knew by all
employess, and approprite with current issues.

15
DAFTAR PUSTAKA
American Psychological Association. 2002. Criteria for Practice Guideline Development and
Evaluation.
Avedis Donabedian. 1988. Quality of Care.
Azeb Gebresilassie. 2014. Standard Precautions Practice among Health Care Workers in Public
Health Facilities of Mekelle Special Zone, Northern Ethiopia.
Barbe, B. (2016). The Art of Writing and Implementing.
Ecumenical Pharmaceutical Network. 2015. Standard Operating Procedure.
E. G. Heidemann. 1993. The Contenporary use of Standards in Health Care.
Federal Emergency Management Agency United States Fire Administration. 1999. Developing
Effective Standard Operating Procedure. United States: IOCAD Emergency Services
Group.
General Pharmaceutical Council. 2013. Standards for registered pharmacies: a short guide.
John Z. Ayanian. 2016. Donabedian’s lasting framework for health care quality, Massachusetts
Medical Society
Kee, A. N., 2012. Standard Operating Procedures for Clinical Research Departments. Physician
Issues, pp. 172 – 174.
Province Of the Eastern Cape Health. 2012. Pharmacy Toolkit Standard Operating Procedures
For Primary Healthcare Facilities.
WHO European, 2014, Standard for Health Promotion in Hospitals.

16

Anda mungkin juga menyukai