Anda di halaman 1dari 3

TUGAS AKHIR

SISTEM HUKUM INDONESIA


Analisis mengenai kasus pembubaran HTI
dan
Gerakan bebaskan Ahok

Darwin
E11116507

UNIVERSITAS HASANUDDIN
ILMU POLITIK
2016
Berikut ini analisis terkait mengenai kasus pembubaran HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) serta
“Gerakan bebaskan ahok”. Beberapa artikel serta berita yang telah saya lihat dan dengarkan selama
beberapa bulan ini, mengenai kasus kedua tersebut dapat dikatakan bahwa ada keterkaitan secara
tidak langsung. Kompromi politik keseimbangan yang terjadi, yang berupa indikatornya
respresentasi koservatif, yaitu HTI dibubarkan, sehingga untuk meredam kasus tersebut mungkin
pemerintah vonis ahok, sebagai pengalihan isu agar kegaduhan di masyarakat tidak terus terjadi.

Kegaduhan masyarakat mengenai kasus pembubaran HTI setelah dilakukan pengamatan,


hanya dapat diredam atau mengurangi kegaduhannya dengan vonis yang dijatuhkan pengadilan
negeri kepada ahok terpidana kasus penodaan agama. Namun kita bisa lihat antara kedua peristiwa
tersebut, disini mengungkapkan bahwa hukum yang berada di negera indonesia lalu dijalankan oleh
pemerintah, tidak sesuai dengan penerapan hukum yang berkeadilan. Terlebih lagi apabila kita
melihat vonis yang diberikan oleh majelis hakim pengadilan negeri jakarta utara kepada ahok selama
2 tahun penjara karena adanya desakan paksa dari massa. Sedangkan pembubaran HTI merupakan
pernyataan sepihak yang dilakukan oleh pemerintah. Disinilah dapat melihat dugaan kompromi
politik keseimbangan terjadi.

Dalam kasus mengenai ahok, kita tidak melihat bahwa adanya intensi kesengajaan penodaan
terhadap agama, kita hanya melihat bahwa adanya tekanan massa sehingga membuat hakim
semakin dilema hingga terpengaruh. Kita lihat HTI pula, yang seharusnya ada pengujian secara ketat
yang harus dilakukan oleh pemerintah, karena apabila kita hanya melihat dari sudut pandang bahwa
HTI melawan Pancasila-NKRI mungkin itu hanya pendapat secara umum, maka dari itu pemerintah
harus membuktikan secara rinci dan lebih mendalam lagi

Sekarang kita bisa lihat yang terjadi saat ini, yang membuktikan bahwa negara dan
pemerintahan Indonesia tak lagi menjadikan hukum sebagai yang tertinggi kedudukannya. Dimana,
sekelompok massa lebih dapat menentukan sikap pemerintah, seperti dalam kasus pembubaran
Ormas HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) serta Kasus Penistaan agama yang menjerat Basuki Tjaja
Purnama (ahok). Pemerintahan jokowi saat ini sangat melecehkan demokrasi dan keadilan, karena
atas kasus kedua tersebut merupakan kemenangan sekelompok massa tanpa mengindahkan prinsip
hukum. Hal itu bertentangan dengan idonesia yang berlandaskan sebagai negara demokrasi yang
sangat menjunjung tinggi penegakan hukum berkeadilan.

Pembubaran HTI oleh pemerintah melalui menteri Politik Hukum dan Keamanan, telsh resmi
dibubarkan dikarenakan HTI sangat kuat terindikasi bertentangan dengan ideologi bangsa yang
berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945. Nah, dikarenakan hal ini dilakukan secara sepihak oleh
pemerintah, maka ini menjadi wajah buruk dari demokrasi karena sangat bertentangan dengan isi-isi
demokrasi itu sendiri. Seharusnya pemerintah melakukan upaya terlebih dahulu dan pembubaran
merupakan keputusan akhir, karena pemerintah sebagai bagian dari penegak hukum, dan
pembubaran pun tidak seharusnya dilakukan begitu saja karena apabila ormas terindikasi melakukan
pelanggaran hukum mengancam keamanan negara sehingga membuat masyarakat menjadi resah
atapun melakukan tindak kejahatan atau pelanggaran yang diancam tindak pidana maka harus
dibuktikan melalui peradilan yang adil.

Seperti kita ketahui bahwa NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah negara rech
staat yang berarti negara hukum bukan malah mach staat (negara kekuasaan) yang tidak
sepantasnya seseorang harus tunduk pada pendapat sekelompok massa baik terhadap hukum
maupun otoritas pemerintahan. Ketika negara sudah tidak tunduk dan taat lagi pada prinsip yang
dijadikan sebagai landasan yaitu rule of law pada saat itu pula negara serta pemerintahan sedang
merobohkan demokrasi serta ketidakadilan yang ada.

Semoga kasus yang terkait antara kedua masalah tersebut yaitu pembubaran HTI serta
“Gerakan bebaskan ahok” tidak adanya unsur Kompromi politik yang terjadi, karena apabila adanya
unsur kompromi politik yang terjadi, maka cap politis, bakal melekat dan menjadi proses
penyelesaian ketika negara tengah coba mengatasi persoalan yang terjadi, dan negara pun selalu
menyelesaikan masalah dengan cara politik bukan dengan cara prinsip hukum yang seharusnya
digunakan. Dan inipun sudah mencoreng landasan negara Indonesia sebagai negara demokrasi yang
berlandaskan pada pancasila dan Undang Undang dasar 1945.

Demikianlah analisis saya terkait mengenai kasus kedua tersebut, semoga negara Indonesia
serta pemerintah dalam melakukan segala sesuatu dengan demokrasi dan melalui prinsip hukum
yang sesuai dengan pancasila dan UUD 1945 yang sebagaimana manjadi ideologi bangsa Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai