Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemerdekaan adalah suatu keadaan yang sangat diimpikan oleh

semua bangsa terutama bagi bangsa Indonesia yang hampir 3,5 abad dijajah

oleh bangsa Belanda dan Jepang. Kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah

dari para penjajah. Kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan para

pahlawan dan juga rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Waktu penjajahan yang sangat lama membuat bangsa Indonesia

berpikir keras untuk keluar dari era tersebut. Setiap ada kesempatan pasti

digunakan sebaik mungkin meskipun nyawa taruhannya. Sejarah panjang

perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dengan pengucapan

proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno pada tanggal 17

Agustus 1945.

Indonesia adalah Negara yang baru lahir sehingga masih rentan

dengan penjajahan bangsa asing maupun pemberontakan bangsa sendiri. Agar

kemerdekaan bangsa Indonesia bisa bertahan, maka diperlukan suatu

pemerintahan yang kokoh yang mencerminkan jiwa, kepribadian bangsa

Indonesia. Dengan proklamasi kemerdekaan yang dinyatakan pada tanggal 17

Agustus 1945, terbentuklah Negara Indonesia. Metamorfosis bentuk

pemerintahan sejak Indonesia merdeka telah mencapai paripurna yang

ditetapkan bentuk Negara dan sistem pemerintahan Indonesia. Mengacu pada

UUD 1945, dapat diketahui bahwa Negara Indonesia adalah Negara kesatuan
2

yang berbentuk Republik dengan kedaulatan berada di tangan rakyat dan

dilaksanakan menurut UUD 1945. Hal ini sebagaimana tertera dalam UUD

1945 pasal I ayat 1 dan 2.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persiapan Negara Indonesia untuk merdeka?

2. Apa saja peristiwa penting sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini

untuk:

1. Mengetahui latar belakang persiapan kemerdekaan Indonesia.

2. Mengetahui peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Janji Perdana Menteri Koiso

Pada awal perang Dunia II Jepang selalu mendapat kemenangan

melawan Sekutu, tetapi pada tahun 1942 Jepang mulai mendapatkan

kekealahan dari Sekutu. Jepang yang semula berjaya menguasai Asia Selatan

dan Asia Tenggara mulai terdesak oleh pasukan Sekutu. Tahun 1944,

kekalahan Jepang di Asia Pasifik tinggal menunggu waktu. Pada situasi

demikian, perlawanan rakyat di daerah jajahan semakin menyala. Keadaan

tersebut diperburuk oleh turunyya moril prajurit , krisis ekonomi dan politik

di dalam negeri Jepang sendiri.

Tanggal 17 Juli 1944, Jendral Hideki Tojo meletakkan jabatan sebagai

perdana menteri. Ia digantikan oleh Jenderal Kunaiki Koiso. Koiso

mempunyai tugas berat memulihkan kewibawaan Jepang dimata bangsa-

bangsa Asia. Untuk menarik hati bangsa Indonesia, maka pada tanggal 7

September 1944 dalam sidang parlemen jepang, perdana menteri kuniaki

koiso mengumumkan bahwa daerah hindia timur (Indonesia) diperkenankan

merdeka “kelak dikemudian hari”.

Sejak diikrarkan janji kemerdekaan, di kantor-kantor boleh dikibarkan

sang Merah Putih yang berdampingan dengan Bendera Jepang (Hinomaru)

dan diperkenakan menggunakan bahasa Indonesia di kantor, sekolah dan

media masa.
4

B. Pembentukkan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia)

Setelah Jepang memberikan janji kemerdekaan dikemudian hari

kepada bangsa Indonesia, para pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia

segera menuntut janji tersebut untuk diwujudkan. Akibat desakan para

pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia dan kedudukan jepang yang

semakin terdesak, maka Letnan Jenderal Kumakici Harada (pimpinan tentara

Jepang di Jawa) pada tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan pembentukan

badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu

Junbi Cosakai), Dr. K.R.T.

Radjiman Wedyodiningrat ditunjuk sebagai ketua BPUPKI dengan

anggota sebanyak 64 orang. Setelah susunan pengurus BPUPKI terbentuk,

maka pada tanggal 28 Mei 1945 diresmikan oleh pemerintah bala tentara

Jepang, sekaligus dilangsungkan upacara persiapan BPUPKI di gedung Cuo

Sangi In, jalan Pejambon Jakarta (Sekarang Gedung Departemen Luar

Negeri). Pada waktu itu dilakukan upacara pengibaran

bendera Hinomaru oleh M.R. A.R. Pringgodigdo yang kemudian disusul

pengibaran bendera sang saka merah putih oleh Toyohiko Masuda.

Peristiwa tersebut membangkitkan semangat para anggota BPUPKI

dalam usahanya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Selain

membangkitkan semangat anggota BPUPKI, juga menggugah semangat

Bangsa Indonesia untuk berjuang memperoleh kemerdekaan. Dalam

perjalanannya BPUPKI menyelenggarakan dua kali sidang.


5

1. Sidang pertama BPUPKI (29 Mei 1945-1 Juni 1945)

Dalam sidang pertama membahas tentang dasar negara. Ketua

BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam pembukaannya meminta

pandangan dari anggota mengenai dasar Negara Indonesia. Sidang ini

menekankan bahwa sesuatu yang akan dijadikan dasar negara hendaknya

dicari dan digali dari nilai-nilai yang sudah berakar kuat dari hati dan

pikiran rakyat. Selain itu agar dapat diterima secara bulat dan didukung

oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang

yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato

singkatnya mengemukakan lima asas yaitu:

a. Peri kebangsaan

b. Peri kemanusiaan

c. Peri ke tuhanan

d. Peri kerakyatan

e. Kesejahteraan rakyat

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan

lima asas, yaitu:

a. Persatuan

b. Keseimbangan lahir dan batin

c. Kekeluargaan

d. Keadilan rakyat

e. Musyawarah
6

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula

yang disebut Pancasila yaitu:

a. Nasionalisme dan kebangsaan Indonesia

b. Internasionalisme dan peri kemanusiaan

c. Mufakat atau demokrasi

d. Kesejahteraan sosial

e. Ketuhanan yang Maha Esa

Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau

bilamana diperlukan dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:

a. Sosionasionalisme

b. Sosiodemokrasi

c. Ketuhanan yang berkebudayaan

Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila

diperas kembali disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong

royongmerupakan upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep

tersebut adalah dalam satu-kesatuan. Selanjutnya lima asas tersebut kini

dikenal dengan istilah Pancasila.

Dalam rapat 1 Juni 1945, nama yang dipilih untuk dasar Negara

Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945

diperingati sebagai hari lahirnya pancasila. Dengan berakhirnya rapat

pada tanggal 1 juni 1945, maka selesailah pelaksanaan persidangan

pertama BPUPKI.
7

Piagam Jakarta / Jakarta Charter

Dalam masa istirahat(reses) pada tanggal 22 Juni 1945 dibentuk

lagi panitia kecil yang beranggotakan sembilan orang sehingga disebut

panitia sembilan. Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula

sebagai Panitia Sembilan dengan susunan sebagai berikut:

a. Ir. Soekarno (ketua)

b. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)

c. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)

d. Mr. Muhammad Yamin (anggota)

e. KH. Wachid Hasyim (anggota)

f. Abdul Kahar Muzakir (anggota)

g. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)

h. H. Agus Salim (anggota)

i. Mr. A.A. Maramis (anggota)

Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan

menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta

(Jakarta Charter) yang berisikan:

a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab

c. Persatuan Indonesia

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan
8

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan

mengambil tiga alenia pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep

Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat

Piagam Jakarta.

2. Sidang Keudua BPUPKI (10-17 Juli 1945)

Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan

bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-

Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan

dan pengajaran.

Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar

beranggotakan 19 orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan

Tanah Air dengan ketua Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi

dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta.

Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia

merdeka yakni wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan

Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis, dan pulau-pulau

sekitarnya

Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi

panitia kecil beranggotakan 7 orang yaitu:

a. Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota)

b. Mr. Wongsonegoro

c. Mr. Achmad Soebardj


9

d. Mr. A.A. Maramis

e. Mr. A.A. Maramis

f. Mr. R.P. Singgih

g. H. Agus Salim

h. Dr. Soekiman

Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan

sidang untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD

tersebut dan pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima

laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno.

Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu:

a. Pernyataan Indonesia merdeka

b. Pembukaan UUD

c. Batang tubuh UUD yang didalamnya mengesahkan tentang wilayah

Negara, bentuk Negara kesatuan, pemerintahan Republik, bendera

nasional Merah Putih dan bahasa Nasional bahasa Indonesia.

Pada tanggal 07 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan diganti

dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia.

C. Pembentukkan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)

Tanggal 7 agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah

selesai menyelesaikan tugasnya, dan digantikan dengan PPKI (Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepangnya, Dokoritzu

Djunbi Inkai. PPKI dibentuk atas usulan Jendral Terauchi. Tugas PPKI
10

adalah untuk Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pemindahan kekuasaan dari jepang ke Indonesia dan menetapkan UUD 1945.

Keanggotaannya dilantik pada tanggal 9 Agustus 1945 di Dallat,

Vietnam Selatan oleh Jendral Terauchi, dengan Ir. Sukarno sebagai Ketua,

Drs. Moh. Hatta sebagai wakil. Pada awalnya PPKI beranggotakan 21

orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1

orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1

orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai

berikut

1. Ir. Soekarno (Ketua)

2. Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)

3. Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)

4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)

5. R. P. Soeroso (Anggota)

6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)

7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)

8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)

9. Otto Iskandardinata (Anggota)

10. Abdoel Kadir (Anggota)

11. Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)

12. Pangeran Poerbojo (Anggota)

13. Dr. Mohammad Amir (Anggota)

14. Mr. Abdul Maghfar (Anggota)


11

15. Mr. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)

16. Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)

17. Andi Pangerang (Anggota)

18. A.H. Hamidan (Anggota)

19. I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)

20. Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)

21. Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)

Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6

yaitu :

1. Achmad Soebardjo (Penasehat)

2. Sajoeti Melik (Anggota)

3. Ki Hadjar Dewantara (Anggota)

4. R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)

5. Kasman Singodimedjo (Anggota)

6. Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)

Pada tanggal 09 Agustus 1945, tiga tokoh PPKI, yaitu

Ir.Soekarno,Drs.Moh.Hatta dan Dr.Radjiman Widyodiningrat di panggil ke

Dalath,Vietnam Selatan oleh Jendral Terauchi untuk dilantik.Pada tangggal

15 Agustus 1945 , ketiga tokoh tersebut pulang ke Indonesia tanpa

mengetahui Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota

Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral

semangat tentara Jepang di seluruh dunia dan pada tanggal 9 Agustus 1945,
12

bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang

menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.

Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan

Syahrir telah mendengar berita lewat radio gelapnya bahwa Jepang telah

menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bersiap-siap memproklamasikan

kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai

hadiah Jepang.

Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat,

Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan

kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu

muslihat Jepang, karena Jepang sudah harus menyerah kepada Sekutu dan

demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan

pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di

Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan

proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah

yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia

belum siap.

Akhirnya, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada

Sekutu. Golongan muda mendesak golongan tua untuk segera

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin

terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada

saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI.

Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah
13

badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas

usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

PPKI mengadakan siding sebanyak dua kali. Sidang pertama pada

tanggal 18 Agustus 1945. Hasilnya adalah sebagai berikut

1. Menetapkan UUD 1945

2. Memilih Ir. Sukarno sebagai presiden dan Mr. Moh Hatta sebagai wakil

presiden

3. Untuk sementara tugas presiden dibantu oleh Komite Nasional sebelum

terbentuknya MPR

Pada sidang ini, dilakukan pengesahan dasar Negara yang sebelumnya

dirumuskan oleh panitia Sembilan. Pengesahan ini dilakukan dengan

mencoret/mengganti bunyi sila pertama “ Dengan kewajiban menjalankan

syariat islam bagi pemeluk – pemeluknya” menjadi “ Ketuhana yang maha

esa”

Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI melaksanakan sidang keduanya

yang menghasilkan dua buah keputusan, yaitu :

1. Menetapkan 12 kementrian dalam lingkungan pemerintahan yaitu,

Kementrian Dalam Negeri, Luar Negeri, Kehakiman, Keuangan,

Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran, Sosial, Pertahanan, Penerangan,

Perhubungan, dan Pekerjaan Umum.

2. Membagi daerah Republik Indonesia dalam 8 provinsi, yaitu Sumatra,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi,

dan Kalimantan.
14

Pada akhirnya, PPKI mengadakan sidangnya yang ketiga pada tanggal

22 Agustus 1945 dan berhasil mengambil keputusan untuk membentuk

Komita Nasional Indonesia Pusat dan Daerah, Partai Nasional Indonesia,

serta Badan Keamanan Rakyat.

Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang PPKI

Pada sidang pertama PPKI rancangan UUD hasil kerja BPUPKI

dibahas kembali. Pada pembahasannya terdapat usul perubahan yang

dilontarkan kelompok Hatta. Mereka mengusulkan dua perubahan.

Pertama, berkaitan dengan sila pertama yang semula berbunyi

”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya” diubah menjadi ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Kedua, Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi ”Presiden ialah

orang Indonesia yang beragama Islam” diubah menjadi ”Presiden ialah orang

Indonesia asli”. Semua usulan itu diterima peserta sidang. Hal itu

menunjukkan mereka sangat memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa.

Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli 1945

setelah disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang Dasar

Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945.

Keberadaan UUD 1945 diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun

ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 45–48.

Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada

Alenia ke-4 UUD 1945 tercantum Pancasila sebagai dasar negara yang

berbunyi sebagai berikut:


15

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan

peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan Penjelasan UUD 1945 terdiri atas

penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal. Susunan dan rumusan

Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan perjanjian

seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mulai saat itu bangsa Indonesia

membulatkan tekad menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

D. Persiapan Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan

a. Perbedaan Pendapat Antara Golongan Tua Dan Golongan Muda

Akibat menyerahnya jepang kepada sekutu Di Indonesia

terjadi Vacum Of Power, artinya tidak ada pemerintahan yang berkuasa.

Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa

Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Setelah mengetahui Jepang menyerah kepada sekutu, para

pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta Di Jalan

Pegangsaan Timur No 56 Jakarta. Dalam peremuan itu Sutan Sahrir

sebagai juru bicara para pemuda meminta agar Bung Karno Dan Bung
16

Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada saat itu

juga, lepas dari campur tangan jepang. Namun Bung Karno tidak

menyetujuai usul para pemuda karena proklamsi kemerdekaan perlu

dibicarakan terlebih dahulu dalam rapat PPKI. Alasannya, badan inilah

yang bertugas mempersiapakan kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda menolak pendapat Bung Karno. Para pemuda

berpendapat bahwa menyatakan kemerdekaan melalui PPKI tentu akan

dicap oleh sekutu bahwa kemerdekaan Indonesia hanyalah pemberian

jepang. Para pemuda tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia

dianggap sebagai hadiah dari Jepang. Dengan demikian, usaha para

pemuda dengan juru bicara sutan syahrir untuk membujuk Ir. Soekarno

agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia mengalami

kegagalan.

Karena belum berhasil membujuk Bung Karno, maka pada

tanggal. 15 Agustus 1945 pukul 22.00 WIB para pemuda kembali

mengadakan rapat Di Lembaga Bakteorologi Di Jalan Pegangsaan Timur

dengan dipimpin oleh Chaerul Shaleh. Keputusan rapat mengajukan

tuntutan radikal yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah

hak dan persoalan rakyat Indonesia sendiri dan tidak dapat digantungkan

pada orang lain dan kerajaan lain. Segala ikatan dan hubungan dengan

janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan.

Sebaliknya, diharapkan diadakan suatu perundingan dengan Ir.

Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta agar segera menyatakan


17

proklamasi. Hasil keputusan rapat disampaikan kepada Bung Karno Dan

Bung Hatta pada pukul 22.00 WIB oleh Darwis dan Wikana. Wikana

menghendaki agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dinyatakan oleh

Bung Karno pada keesokan harinya tanggal 16 Agustus 1945. Mereka

mengancam akan terjadi pertumpahan darah bila keinginan itu tidak

dilaksanakan.

Mendengar ancaman itu Bung Karno marah. Bung Karno sebagai

ketua PPKI tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya, sehingga

bersikeras ingin membicarakan terlebih dahulu dengan anggota PPKI

lainya. Suasana tegang anatara Darwis dan Wikana, dengan Bung Karno

disaksikan oleh para tokoh nasionalis golongan tua, seperti drs.

Mohammad Hatta, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, AR. Buntaran, Dr. Samsi,

dan Ahmad Soebardjo.

Tampak perbedaan pendapat mengenai pelaksanaan proklamasi

kemerdekaan Indonesia. Golongan tua menghendaki diadakan rapat

PPKI terlebih dahulu. Sementara itu, golongan pemuda bersikeras

menyatakan bahwa Proklamasi harus dilaksanakan pada tanggal 16

Agustus 1945.

b. Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan –

Wikana yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah

berdiskusi denganIbrahim gelar Datuk Tan Malaka– yang tergabung

dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari
18

tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang

anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno

(bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke

Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa

Rengasdengklok.

Ir.Soekarno dan Moh.Hatta ditempatkan di markas PETA

pimpinan Syudanco Subeno. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan

Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali

meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang

telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta,

golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo

melakukan perundingan.

Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk

mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Rombongan tiba di

Rengasdengklok pukul 17.30 WIB.Setelah melalui dialog antara dua

kelompok muda dan tua dan dengan jaminan Ahmad Subardjo akhirnya

dicapai kesepakatan, yaitu :

a. Soekarno dan Moh.Hatta diperbolehkan kembali ke Jakarta.

b. Proklamasi Kemerdekaan akan dilaksanakan di Jakarta selambat-

lambatnya pukul 12.00 keesokan harinya, yaitu pada tanggal 17

Agustus 1945.
19

E. Menyusun Kronologi Kemerdekaan Indonesia

Pada tanggal 16 Agustus 1945, sekitarn pukul 23.00 WIB rombongan

Soekarno-Hatta dan para pemuda tiba di Jakarta, untuk membicarakan

pelaksanaan proklamasi. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang

kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan

setelah pukul 10 malam, maka selanjutnya rombongan menujuke rumah

Jendral Mayor Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan

militer Jepang.

Mayor Jenderal Nishimura tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang

diantar oleh Tadashi Maeda, untuk menerima kedatangan rombongan

tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16

Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus

menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan

proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh

Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.

Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura

apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar

dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura

jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau.

Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan

ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah

Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut


20

(Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang

memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju

rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh

Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah

menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura,

Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks

Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan

disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik.

Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan

penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada

Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan

menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan

administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan

kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah,

Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim

Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik

naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor

perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada

awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun

berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan

Pegangsaan Timur 56(sekarang Jl. Proklamasi no. 1).


21

F. Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam

penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul

02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana

Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu

adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo.

Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang

depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni

mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir.

Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi

Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik.

Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan

Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar

Pringgodigdo, Tabranidan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan

pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa

teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati,

dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta

saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia

menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh

seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang

prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi

muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang
22

Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya.

Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai

saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen

Nasional.
23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa

kemerdekaan Republik Indonesia bukanlah pemberian dari negara penjajah,

melainkan hasil usaha para pejuang dengan semangat heroisme dan melalui

rintangan-rintangan yang membahayakan demi terlepasnya negara Indonesia

dari cengkraman para penjajah.

Dengan demikian, selaku warga negara yang baik haruslah mencintai

dan menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang dimedan perang

dengan mempertaruhkan nyawanya. Rasa nasionalisme dan patriotisme harus

kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran

Perjuangan para pejuang dalam mencapai kemerdekaan Indonesia

bukanlah hal yang dihadapi dengan kemalasan. Mereka berjuang dengangigih

dan semangat demi terciptanya negara yang merdeka, bebas dan berdaulat.

Sehingga sikap inilah yang harus ditiru generasi mendatang demi tetap

terjaganya persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.


24

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2012. Makalah Tentang Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia, [Online].


Tesedia: http://makalahcyber.blogspot.com. [28 Mei 2017]
Husniawati, Risti. 2013. Upaya Mempersiapkan Kemerdekaan RI, [Online]. Tersedia:
http://ristihusni.blogspot.com. [28 Mei 2017]
Fathoni, Muhammad. 2012. Persiapan Kemerdekaan Indonesia, [Online]. Tersedia:
http://silumanpisces.blogspot.com. [28 Mei 2017]
Tugino. 2012. Persiapan Kemerdekaan Indonesia, [Online]. Tersedia:
http://mastugino.blogspot.com. [28 Mei 2017]

Anda mungkin juga menyukai