Skipsi
Oleh
TATAM
NIM: 104024000848
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H./2008
KRITIK ATAS TERJEMAHAN HADIS
(Studi Kasus Terjemahan Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî)
Skipsi
Oleh
TATAM
NIM: 104024000848
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H./2008
ii
PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tatam
NIM: 104024000848
iii
KRITIK ATAS TERJEMAHAN HADIS
Skipsi
Oleh
Tata m
NIM: 104024000848
Pembimbing
JURUSAN TARJAMAH
1429 H./2008
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Sidang Munaqasyah
Anggota,
v
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah mencurahkan
dapat disesaikan dengan baik. Salawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan
kepada panutan alam, Nabi Muhammad Saw., dan juga kepada para sahabat,
keluarga, dan kita sebagai umatnya yang mudah-mudahan kelak di Hari Kiamat
mendapatkan syafaatnya.
Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr.
Abdul Chaer, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi,
Tarjamah.
tingginya kepada kepada Moch. Syarif Hidayatullah, Lc., M. Hum, yang telah
dan mengarahkan penyusunan skripi ini. Semoga Allah Swt. membalas amal
dalam memberikan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, Penulis selalu berdoa
semoga semua ilmu yang telah diserap Penulis dari mereka menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi bekal kelak di masa depan. Hanya kepada Allah-lah
vi
Penulis memohon semoga amal baik mereka mendapat pembalasan yang berlipat
ganda.
kepada orang yang sangat berjasa, yaitu kedua orang tua tercinta Bapak Ukar dan
Ibu Unasih, yang tak henti-hentinya mencurahkan segenap usaha dan kemampuan
untuk terus memotivasi Penulis dalam menyelesaikan studi ini, diiringi panjatan
doa, memohon kepada Allah agar Penulis senantiasa diberikan kemudahan dan
kelancaran dalam segala urusan. Ucapan terima kasih juga Penulis ucapkan
menyelesaikan skripsi ini, di antaranya Kang Erwan, Jang Ade, Jang Ali, Alhafiz,
Semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi siapa
saja, terutama bagi yang tertarik dalam dunia penerjemahan. Saran, kritik, dan
masukan yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini, sangat Penulis
harapkan.
vii
DAFTAR ISI
2.1. Pengantar................................................................................................10
2.2.1.1. Pendahuluan................................................................... 10
viii
2.2.1.3. Kriteria Penilaian........................................................ 11
2.2.2.1. Pendahuluan.................................................................... 15
ix
2.2.4.7. Membandingkan Pemahaman Pembaca BSu dan BSa......... 27
x
4.11. Penerjemahan Hadis…………………………………………………..73
LAMPIRAN ……………………………………………………………….110
xi
DAFTAR GAMBAR
4 Proses penerjemahan
xii
DAFTAR TABEL
3 Perbandingan
metode penerjemahan semantik dan komunikatif 43
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf
A. Konsonan
ا a ط th
ب b ظ zh
ث ts غ gh
ج j ف f
ح h ق q
خ kh ك k
د d ل l
ذ dz م m
ر r ن n
ز z و w
س s ة h
ص sh ي y
ض dh
xiv
B. Vokal
Vokal bahasa Arab tidak berbeda dengan vocal bahasa Indonesia terdiri dari
1. Vokal tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang dilambangkan berupa tanda atau harakat,
----َ----- /fathah/ a
----ِ----- /kasrah/ i
----ُ----- /dhammah/ u
"$%: /nashara/
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat
*ق+ : /fauqa/
xv
C. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang dilambangkan berupa harakat dan huruf
D. Ta Marbutah
1. Ta marbutah asimilatif
Jika ada suatu kata yang diakhiri dengan ta marbutah dan diawali dengan
kata sandang al serta bacaan kata itu terpisah, maka ta marbutah itu
xvi
E. Syaddah atau Tasydîd
Syaddah atau tasydîd dalam bahasa Arab dilambangkan dengan sebuah tanda,
F. Artikel
menandakan kata ma'rifat (definitive). Akan tetapi, cara penulisan artikel ini
dibedakan menjadi dua bergantung pada huruf yang ada setelahnya, apakah huruf
syamsiah (huruf asimilatif) atau huruf qamariah (huruf tak asimilatif). Cara
ا)@?ر: /an-nâr/
cara dengan tak asimilatif terhadap huruf dari nomina yang disandangnya.
xvii
G. Hamzah dan Ain
Hamzah dan ain ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Akan tetapi, tanda
tersebut berlaku untuk hamzah dan 'ain yang berada di tengah dan di akhir kata.
Sementara itu, hamzah dan 'ain yang berada di awal kata tidak dilambangkan.
dapun yang membedakan tanda apostrof hamzah dan 'ain adalah hamzah
xviii
SINGKATAN
xix
GLOSARIUM
xx
Nomima Kata benda.
Objek Nomina atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba
tertentu.
Paralelisme Pemakaian yang berulang-ulang ujaran yang sam dalam bunyi,
tata bahasa, makna, atau gabungan dari kesemuanya; ciri khas
dari bahasa puitis.
pleonasme Pemakaian kata-kata lebih daripada yang diperlukan.
Pragmatik Syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian
bahasa dalam komunikasi.
Predikat Bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh
pembicara tentang subjek.
Preposisi Partikel yang biasanya terletak di depan nomina dan
menghubungkannya dengan kata lain.
Pronomina Kata yang menggantikan nomina atau frasa nominal.
readability Keterbacaan.
Retorika Keterampilan berbahasa secara efektif; sistem dan penyelidikan
mengenai alat stilistis ragam bahasa resmi.
Semantik Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara.
Sinonim Bentuk bahasa yang yang maknanya mirip atau sama dengan
bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, keompok kata,
kalimat meski pada umumnya yang dianggap sama hanyalah
kata-kata saja.
Stilistika Ilmu yang menyelediki bahasa yang dipergunakan dalam karya
sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan.
Subjek Bagian klausa berwujud nomina atau frasa nomina yang
menandai apa yang dikatakan pembicara.
Taksa Ambigu.
Tautologi Penggunaan kelimpahan/kata yang berlebihan dalam bahasa
Transliterasi Penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang
lain.
Transpoisisi Pergeseran bentuk; suatu prosedur penerjemahan yang
melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari Bsu ke Bsa.
Validitas Keabsahan.
Verba Kata kerja.
Slang Ragam bahasa yang tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya
musiman, dipakai oleh para remaja atau kelompok sosial tertentu
untuk komunikasi intern dengan maksud agar yang bukan
kelompok tdak mengerti.
xxi
ABSTRAK
TATAM
Kritik atas Terjemahan Hadis (Studi Kasus Terjemahan Mukhtashar Shahîh
Al-Bukhârî), (di bawah bimbingan Moch. Syarif Hidayatullah, Lc., M. Hum.)
Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xxii
ا
ـــ
ا ا
)درا" وا
ﻡ اري( )) ،إ'اف
ﻡ 'ی .های ا +ا
*( *
ا
آ ا4دب وا2م ا0ﻥ*ﻥ
ﻡ 'ی .های ا
+آ
ازده"ت /(10Fا) JD51) /0G"DاIﺱ /(36ﺏA%Lو C5) ،?(2%ذ)< آ?ن O1Fﺡ?2ب *Gدة
ا) JD5ا) /R(D@+. /0G"D0ذ)< و*Gد آ C3 "(:ا) JD5ا) /0G"D0ا) S ODیTال ?U@FﺱVال
*G /UG C3دﺕ .?UوهXا ا "38ی" YGإ) Oأﺱ>?ب [ /1^ : ?U@3 ODا ]?>D%Sﺏ?)@ />2إ)O
ا) _G"D0و^A3 "$ة )` /(10ا) /0G"Dو ^ /1ا)AaDی" ا)Aa0م إ)( C3 .bأ ;Gذ)< CB% ،ا)(*م
O+ﺡ??3 /Gﺱ /إ) Oﺕ *G A(U0ا) /0G"Dإ) Oﺕ"^(*G /دة ا) JD5ا)./0G"D0
C3ا)?B0وSت ا)*a% ODم ﺏ ?Uﺕ ]?RهXا ا)"cض إی?Rد ا)?fﺏ eا)Xي ی"Ddك g+
"3ا^>*G /دة ا) JD5ا) ./0G"D0وﺏXUا ا "38ﺱ "UhDدر*G /Gدة ا) JD5ورداءﺕ .?Uﺏ(@،?0
أن *Gدة ا) JD5ا) /0G"D0ﺕ`"ف "k CFق "k CF ?U@3 ،/i1Dj3ی lﺕAaی_ ا)@.?U(1F Aa
وا)@ Aaی`@ OﺕAaی_ ا)AaDی" ) /0G"D3 JD5وﺕ ،?U0((aوT3 e>#ای?ه? و .?U$m?a%ا)@Aa
ﺕ`"ف ﺏ bراﺏ /nا) ln@0ﺏ( Cا)@"hی /وا) g+ /(a(>nDا) /0G"Dوﺏ("[ Cا ?Unmو?a3ی?U2
?`3
ه ]Xا)"ﺱ?) /ﺕAaم "kق ا)@ Aaوا) /R(D@) _((aDا) /0G"Dا) gDﺡ?0U(1F ;$
ا)o0هّ*1ن .ﺏ(@ ،?0أن *#*3ع هXا ا)> pBﺕ" "$Dj3 " /0Gﺹ r(Bا)>?jري " ا)Xى
ﺕ" b0Gأﺱ` Aی?ﺱ( Cو أی"h@)?+ ،/i(n) g1ی /ا)"h% b(+ /3AjD20ی /ا)@ Aaوا)A0B0) _((aD
["ی uهAای /ا .tوﺕ*5ن ا)"nی /aا)"k /3AjD20ی /aاSﺱ – g+?d5DاSﺱ .gG?D@DDوأ?3
"kی /aاSﺱ gU+ g+?d5Dا) O1F ud5ا) /15d0ا)ARیAة ،وا)*#*3 g+ /15d0ع ا)>pB
/15d3ﺕ" /0Gا)ABی g+ pآ?Dب " "$Dj3ﺹ r(Bا)>?jري" وﺕ ?Ui(@$ﺏ@?ء g1F
ا)> pBوأهAا .?U+ﺏ(@ ?0ﺕ*5ن ا)"nی /aاSﺱ /(G?D@DDﺕ`>(" ا) /15d0ﺙ_ ﺕAaی_ ا)@g1F Aa
ﺕ" "$Dj3 " /0Gﺹ r(Bا)>?jري " وﺕ ?U0((aﺏ@"hة /(01Fﺕ@?ﺱ ?U) Jوا)?(aم ﺏ?)AaDی"
وا) _((aDﺏ?)@ />2إ)( ?Uﺡ?2ﺏ(?.
و /R(D%ه ]Xا)"ﺱ?)/+"`3 /آ( /(iا)@ Aaوا) /0G"D1) _((aDو*G /+"`3دة ﺕ"" /0G
"$Dj3ﺹ r(Bا)>?jري " ،وﺕ*5ن ﺕ" "$Dj3" /0Gﺹ r(Bا)>?jري " *#*3ع هXا
ا)>*+ C3 .pBق ذ)< إن هXا ا)> pBﺕ@A3 O1F Aaى "3ا /Fا) _G"D0ا) O%?`0ا)*1n0ﺏ/
O+ا)?D5ب ا8ﺹ g1وA3ى ?@3ﺱ> /ا) /c1ا) _G"D0إ)( ?Uوو*#ﺡ?ﺕ?U
xxiii
ABSTRACT
TATAM
Critics on Hadits Translation (A Case Study on Mukhtashar Shahîh Al-
Bukhârî Translation) Guided by : Moch. Syarif Hidayatullah, Lc., M. Hum.
Tarjamah Department, Adab and Humanitarian Faculty in the State Islamic
University of Syarif Hidayatullah Jakarta
Efforts to translate some Islamic books have been getting increasing in Indonesia,
but its quality is doubly and still far from satisfaction. There are many factors that
made it happen such as translator error, short deadline and minimum appreciation
from user. However, other efforts need to be done in order to translation
circumstance in Indonesia getting better and sharp.
One of effort to make translation circumstance better in Indonesia can start
with make one institution that has function as part of quality control for every
translation result (piece). The effort can make the quality of book translation more
measurable. There are many ways to control such as by giving critic and
assessment. The critic refers to give objectively appreciation and good remark, or
show correction from positive and negative aspect. These are ways can make
translation dynamical both theory and practice or translation standard and
requirement in giving assessment more balance and able to be known.
This research (skripsi) will focus on delivering some ways to critic and
assessment translation piece (book). This will be taken from an expert piece and
as source of data. The data refers to Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî that is
translated by As'ad Yasin and Elly Latifa, than for critical and assessment will be
used Moch. Syarif Hidayatullah view and explorative-inferential method. The
explorative means trying to find out newly mistake in the translation hadits book
(Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî). The inferential means show the mistake and
than giving deep critical and assessment extensive-intensively. After all the
process will be gain accuracy of message articulation, clearness, and proper
meaning from the translation hadits book critically.
xxiv
PERNYATAAN
4. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tatam
NIM: 104024000848
xxv
KRITIK ATAS TERJEMAHAN HADIS
Skipsi
Oleh
Tata m
NIM: 104024000848
Pembimbing
xxvi
JURUSAN TARJAMAH
1429 H./2008
Sidang Munaqasyah
Anggota,
xxvii
Drs. Abdullah, M.Ag.
NIP: 150262446
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah mencurahkan
dapat disesaikan dengan baik. Salawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan
kepada panutan alam, Nabi Muhammad Saw., dan juga kepada para sahabat,
keluarga, dan kita sebagai umatnya yang mudah-mudahan kelak di Hari Kiamat
mendapatkan syafaatnya.
Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr.
Abdul Chaer, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi,
Tarjamah.
tingginya kepada kepada Moch. Syarif Hidayatullah, Lc., M. Hum, yang telah
dan mengarahkan penyusunan skripi ini. Semoga Allah Swt. membalas amal
xxviii
dosen di Jurusan Tarjamah yang telah mencurahkan segenap kemampuannya
dalam memberikan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, Penulis selalu berdoa
semoga semua ilmu yang telah diserap Penulis dari mereka menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi bekal kelak di masa depan. Hanya kepada Allah-lah
Penulis memohon semoga amal baik mereka mendapat pembalasan yang berlipat
ganda.
kepada orang yang sangat berjasa, yaitu kedua orang tua tercinta Bapak Ukar dan
Ibu Unasih, yang tak henti-hentinya mencurahkan segenap usaha dan kemampuan
untuk terus memotivasi Penulis dalam menyelesaikan studi ini, diiringi panjatan
doa, memohon kepada Allah agar Penulis senantiasa diberikan kemudahan dan
kelancaran dalam segala urusan. Ucapan terima kasih juga Penulis ucapkan
menyelesaikan skripsi ini, di antaranya Kang Erwan, Jang Ade, Jang Ali, Alhafiz,
Semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi siapa
saja, terutama bagi yang tertarik dalam dunia penerjemahan. Saran, kritik, dan
masukan yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini, sangat Penulis
harapkan.
xxix
Jakarta, 18 Juni 2008
DAFTAR ISI
2.3. Pengantar................................................................................................10
xxx
2.4. Kajian Terdahulu tentang Kritik dan Penilaian Terjemahan ................ 10
2.2.1.1. Pendahuluan................................................................... 10
2.2.2.1. Pendahuluan.................................................................... 15
xxxi
2.2.4.3. Membandingkan Teks BSu dengan BSa ......................26
33
35
41
44
45
47
51
xxxii
BAB IV IHWAL HADIS ...................................................................... 56
xxxiii
5.3.8. Isi Buku ……………………………………………………..... 82
LAMPIRAN ……………………………………………………………….110
DAFTAR GAMBAR
4 Proses penerjemahan
xxxiv
DAFTAR TABEL
3 Perbandingan
metode penerjemahan semantik dan komunikatif 43
xxxv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf
H. Konsonan
ا a ط th
ب b ظ zh
ث ts غ gh
ج j ف f
ح h ق q
خ kh ك k
د d ل l
ذ dz م m
ر r ن n
ز z و w
س s ة h
ص sh ي y
ض dh
xxxvi
I. Vokal
Vokal bahasa Arab tidak berbeda dengan vocal bahasa Indonesia terdiri dari
3. Vokal tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang dilambangkan berupa tanda atau harakat,
----َ----- /fathah/ a
----ِ----- /kasrah/ i
----ُ----- /dhammah/ u
"$%: /nashara/
4. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat
*ق+ : /fauqa/
xxxvii
J. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang dilambangkan berupa harakat dan huruf
K. Ta Marbutah
1. Ta marbutah asimilatif
Jika ada suatu kata yang diakhiri dengan ta marbutah dan diawali dengan
kata sandang al serta bacaan kata itu terpisah, maka ta marbutah itu
xxxviii
L. Syaddah atau Tasydîd
Syaddah atau tasydîd dalam bahasa Arab dilambangkan dengan sebuah tanda,
M. Artikel
menandakan kata ma'rifat (definitive). Akan tetapi, cara penulisan artikel ini
dibedakan menjadi dua bergantung pada huruf yang ada setelahnya, apakah huruf
syamsiah (huruf asimilatif) atau huruf qamariah (huruf tak asimilatif). Cara
ا)@?ر: /an-nâr/
cara dengan tak asimilatif terhadap huruf dari nomina yang disandangnya.
xxxix
N. Hamzah dan Ain
Hamzah dan ain ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Akan tetapi, tanda
tersebut berlaku untuk hamzah dan 'ain yang berada di tengah dan di akhir kata.
Sementara itu, hamzah dan 'ain yang berada di awal kata tidak dilambangkan.
dapun yang membedakan tanda apostrof hamzah dan 'ain adalah hamzah
SINGKATAN
xl
GLOSARIUM
xli
Paralelisme Pemakaian yang berulang-ulang ujaran yang sam dalam bunyi,
tata bahasa, makna, atau gabungan dari kesemuanya; ciri khas
dari bahasa puitis.
pleonasme Pemakaian kata-kata lebih daripada yang diperlukan.
Pragmatik Syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian
bahasa dalam komunikasi.
Predikat Bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh
pembicara tentang subjek.
Preposisi Partikel yang biasanya terletak di depan nomina dan
menghubungkannya dengan kata lain.
Pronomina Kata yang menggantikan nomina atau frasa nominal.
readability Keterbacaan.
Retorika Keterampilan berbahasa secara efektif; sistem dan penyelidikan
mengenai alat stilistis ragam bahasa resmi.
Semantik Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara.
Sinonim Bentuk bahasa yang yang maknanya mirip atau sama dengan
bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, keompok kata,
kalimat meski pada umumnya yang dianggap sama hanyalah
kata-kata saja.
Stilistika Ilmu yang menyelediki bahasa yang dipergunakan dalam karya
sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan.
Subjek Bagian klausa berwujud nomina atau frasa nomina yang
menandai apa yang dikatakan pembicara.
Taksa Ambigu.
Tautologi Penggunaan kelimpahan/kata yang berlebihan dalam bahasa
Transliterasi Penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang
lain.
Transpoisisi Pergeseran bentuk; suatu prosedur penerjemahan yang
melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari Bsu ke Bsa.
Validitas Keabsahan.
Verba Kata kerja.
Slang Ragam bahasa yang tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya
musiman, dipakai oleh para remaja atau kelompok sosial tertentu
untuk komunikasi intern dengan maksud agar yang bukan
kelompok tdak mengerti.
xlii
ABSTRAK
TATAM
Kritik atas Terjemahan Hadis (Studi Kasus Terjemahan Mukhtashar Shahîh
Al-Bukhârî), (di bawah bimbingan Moch. Syarif Hidayatullah, Lc., M. Hum.)
Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xliii
ا
ـــ
ا ا
)درا" وا
ﻡ اري( )) ،إ'اف
ﻡ 'ی .های ا +ا
*( *
ا
آ ا4دب وا2م ا0ﻥ*ﻥ
ﻡ 'ی .های ا
+آ
ازده"ت /(10Fا) JD51) /0G"DاIﺱ /(36ﺏA%Lو C5) ،?(2%ذ)< آ?ن O1Fﺡ?2ب *Gدة
ا) JD5ا) /R(D@+. /0G"D0ذ)< و*Gد آ C3 "(:ا) JD5ا) /0G"D0ا) S ODیTال ?U@FﺱVال
*G /UG C3دﺕ .?UوهXا ا "38ی" YGإ) Oأﺱ>?ب [ /1^ : ?U@3 ODا ]?>D%Sﺏ?)@ />2إ)O
ا) _G"D0و^A3 "$ة )` /(10ا) /0G"Dو ^ /1ا)AaDی" ا)Aa0م إ)( C3 .bأ ;Gذ)< CB% ،ا)(*م
O+ﺡ??3 /Gﺱ /إ) Oﺕ *G A(U0ا) /0G"Dإ) Oﺕ"^(*G /دة ا) JD5ا)./0G"D0
C3ا)?B0وSت ا)*a% ODم ﺏ ?Uﺕ ]?RهXا ا)"cض إی?Rد ا)?fﺏ eا)Xي ی"Ddك g+
"3ا^>*G /دة ا) JD5ا) ./0G"D0وﺏXUا ا "38ﺱ "UhDدر*G /Gدة ا) JD5ورداءﺕ .?Uﺏ(@،?0
أن *Gدة ا) JD5ا) /0G"D0ﺕ`"ف "k CFق "k CF ?U@3 ،/i1Dj3ی lﺕAaی_ ا)@.?U(1F Aa
وا)@ Aaی`@ OﺕAaی_ ا)AaDی" ) /0G"D3 JD5وﺕ ،?U0((aوT3 e>#ای?ه? و .?U$m?a%ا)@Aa
ﺕ`"ف ﺏ bراﺏ /nا) ln@0ﺏ( Cا)@"hی /وا) g+ /(a(>nDا) /0G"Dوﺏ("[ Cا ?Unmو?a3ی?U2
?`3
ه ]Xا)"ﺱ?) /ﺕAaم "kق ا)@ Aaوا) /R(D@) _((aDا) /0G"Dا) gDﺡ?0U(1F ;$
ا)o0هّ*1ن .ﺏ(@ ،?0أن *#*3ع هXا ا)> pBﺕ" "$Dj3 " /0Gﺹ r(Bا)>?jري " ا)Xى
ﺕ" b0Gأﺱ` Aی?ﺱ( Cو أی"h@)?+ ،/i(n) g1ی /ا)"h% b(+ /3AjD20ی /ا)@ Aaوا)A0B0) _((aD
["ی uهAای /ا .tوﺕ*5ن ا)"nی /aا)"k /3AjD20ی /aاSﺱ – g+?d5DاSﺱ .gG?D@DDوأ?3
"kی /aاSﺱ gU+ g+?d5Dا) O1F ud5ا) /15d0ا)ARیAة ،وا)*#*3 g+ /15d0ع ا)>pB
/15d3ﺕ" /0Gا)ABی g+ pآ?Dب " "$Dj3ﺹ r(Bا)>?jري" وﺕ ?Ui(@$ﺏ@?ء g1F
ا)> pBوأهAا .?U+ﺏ(@ ?0ﺕ*5ن ا)"nی /aاSﺱ /(G?D@DDﺕ`>(" ا) /15d0ﺙ_ ﺕAaی_ ا)@g1F Aa
ﺕ" "$Dj3 " /0Gﺹ r(Bا)>?jري " وﺕ ?U0((aﺏ@"hة /(01Fﺕ@?ﺱ ?U) Jوا)?(aم ﺏ?)AaDی"
وا) _((aDﺏ?)@ />2إ)( ?Uﺡ?2ﺏ(?.
و /R(D%ه ]Xا)"ﺱ?)/+"`3 /آ( /(iا)@ Aaوا) /0G"D1) _((aDو*G /+"`3دة ﺕ"" /0G
"$Dj3ﺹ r(Bا)>?jري " ،وﺕ*5ن ﺕ" "$Dj3" /0Gﺹ r(Bا)>?jري " *#*3ع هXا
ا)>*+ C3 .pBق ذ)< إن هXا ا)> pBﺕ@A3 O1F Aaى "3ا /Fا) _G"D0ا) O%?`0ا)*1n0ﺏ/
O+ا)?D5ب ا8ﺹ g1وA3ى ?@3ﺱ> /ا) /c1ا) _G"D0إ)( ?Uوو*#ﺡ?ﺕ?U
xliv
ABSTRACT
TATAM
Critics on Hadits Translation (A Case Study on Mukhtashar Shahîh Al-
Bukhârî Translation) Guided by : Moch. Syarif Hidayatullah, Lc., M. Hum.
Tarjamah Department, Adab and Humanitarian Faculty in the State Islamic
University of Syarif Hidayatullah Jakarta
Efforts to translate some Islamic books have been getting increasing in Indonesia,
but its quality is doubly and still far from satisfaction. There are many factors that
made it happen such as translator error, short deadline and minimum appreciation
from user. However, other efforts need to be done in order to translation
circumstance in Indonesia getting better and sharp.
One of effort to make translation circumstance better in Indonesia can start
with make one institution that has function as part of quality control for every
translation result (piece). The effort can make the quality of book translation more
measurable. There are many ways to control such as by giving critic and
assessment. The critic refers to give objectively appreciation and good remark, or
show correction from positive and negative aspect. These are ways can make
translation dynamical both theory and practice or translation standard and
requirement in giving assessment more balance and able to be known.
This research (skripsi) will focus on delivering some ways to critic and
assessment translation piece (book). This will be taken from an expert piece and
as source of data. The data refers to Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî that is
translated by As'ad Yasin and Elly Latifa, than for critical and assessment will be
used Moch. Syarif Hidayatullah view and explorative-inferential method. The
explorative means trying to find out newly mistake in the translation hadits book
(Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî). The inferential means show the mistake and
than giving deep critical and assessment extensive-intensively. After all the
process will be gain accuracy of message articulation, clearness, and proper
meaning from the translation hadits book critically.
xlv
BAB I
PENDAHULUAN
Arab, sebagai transfer budaya dan ilmu pengetahauan, telah dilakukan oleh
Indonesia terdahulu.2
buku-buku terjemahan dengan beragam jenisnya, mulai dari terjemahan kitab suci
1
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 1.
2
Ibid., h.2.
xlvi
Muslim di Indonesia karena mereka sangat terbantu dalam mengisi, melengkapi,
dimensinya. 3
secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari kualitas sebagian buku terjemahan yang
ditingkatkan. Salah satu caranya dengan melakukan kritik dan penilaian terhadap
diberikan kepada penerjemah. Upaya penilaian atas hasil terjemahan ini, menurut
Karena itulah usaha kritik dan penilaian terhadap hasil terjemahan ini harus
banyak dilakukan.
3
Ibid. h. 2.
4
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 108.
xlvii
Di sini Penulis akan mencoba melakukan kedua hal di atas—menilai dan
mengritisi hasil terjemahan. Sementara itu, karya terjemahan yang akan dijadikan
Karenanya, dari masa ke masa, hadis tidak akan pernah henti untuk terus dikaji,
dipelajari, dan dipahami oleh umat Islam, baik kalangan awam maupun kalangan
peranan penting dalam menjelaskan ayat-ayat Alquran yang masih global dan
Demikian beberapa masalah yang Penulis temukan dalam hasil terjemahan kitab
tentunya masih banyak masalah lain yang tidak penulis sebutkan di sini.
5
Muhamad Dede Rudliyana, Perkembangan Pemikiran Ulum A l-Hadist dari Klasik
sampai Modern (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 9.
6
Didi Junaedi HZ, "Mengenal Lebih Dekat Shahîh Al-Bukhârî," Islamia, Thn I No 6,
Juli –September 2005, h. 104.
xlviii
1. Apakah reproduksi pesan terjemahan Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî terbitan
GIP telah akurat serta bahasa sasaran yang dipergunakan wajar dan jelas?
dianggap fatal?
Penelitian yang penulis lakukan ini tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai.
terbitan GIP sebagai pertimbangan bahwa terjemahan buku ini perlu direvisi
atau tidak.
Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî terbitan GIP ini, penelitian ini juga diharapkan
Indonesia. Selain itu, setelah dilakukan penelitian ini, siapa pun yang ingin
xlix
kesepadanan strukur dan akurasi pesan. Sebab, kesetiaan penerjemah yang sangat
tinggi seringkali menghasilkan terjemahkan yang tidak wajar, kaku, tidak lazim,
bahkan janggal. Melalui ini pula, Penulis memberikan suatu gambaran bahwa
menerjemahkan itu harus memiliki kemahiran dan keahlian dalam memilih diksi
yang tepat dan sepadan yang dapat mengantarkan pesan sesuai maksud penulis
bahasa sumber.
3. Buku tata bahasa Indonesia, seperti Tata Bahasa Indonesia karya Hasan Alwi,
dkk., Komposisi karya Gorys Keraf, Diksi dan gaya Bahasa karya Gorys
l
Keraf, Argumentasi dan Narasi karya Gorys Keraf, Komposisi Bahasa
Putrayasa.
4. Buku tata bahasa Arab, seperti Syarh Ibnu Aqil karya Abdullah Ibnu Malik,
6. Kamus, seperti Kamus Kontemporer Arab Indonesia karya Attabik Ali dan
kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia karya J.S. Badudu, Kamus
Tanpa dibangun oleh landasan atau kerangka teori yang kuat, penelitian tidak
akan dapat dijalankan. Begitu pula penelitian ini. Karenanya, untuk kritik dan
penilaian hasil terjemahan ini, Penulis akan memakai teori penilaian terjemahan
Moch. Syarif Hidayatullah. Untuk lebih lengkapnya, landasan teori ini penulis
li
jadikan bab tersendiri.
sahih. Karena itu, kitab ini banyak menarik perhatian para ulama hadis untuk
dikaji, dipelajari, diberi syarah, dan dikritisi, bahkan, diringkas seperti yang
diterbitkan oleh penerbit Mizan dan GIP. Tujuannya agar semua lapisan
penerbit GIP masih bermasalah, bahasa terjemahannya banyak yang kaku dan
terjemahan ini. Oleh karena itu, hasil terjemahan GIP inilah yang dipilih sebagai
yang dipakai hingga ditemukan data yang tepat sebagai bahan penilaian, uji
lii
1.6.2. Analisis Data
dari sudut pandang ilmu yang relevan.8 Tidak hanya itu, penulis sekaligus
dianggap lebih mudah untuk memperoleh nilai matematis dari suatu penilaian
terhadap terjemahan.
7
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia, 1993), h. 11
8
Ibid., h. 10
liii
1.7. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam lima bab. Bab I menyajikan 'wadah' besar yang
memayungi topik penelitian ini. Selain itu, pada bab ini, dijelaskan pula latar
belakang atau alasan pemilihan topik penelitian ini, masalah mengemuka yang
penelitian.
oleh para ahli, seperti penilaian yang dilakukan oleh Rochayah Machali,
Zuchridin Suryawinata, Sugeng Hariyanto, dan Benny H. Hoed. Setelah itu, baru
penelitian ini berorientasi pada kritik atau penilaian, maka dipaparkan pula teori
Bab IV menyuguhkan hal yang terkait objek atau data penelitian ini, yaitu
kajian hadis. Selain itu, diuraikan pula biografi singkat Al-Bukhari dan
tersebut dilakukan kritik dan penilaian secara objektif menurut teori yang
liv
lampiran penting yang berhubungan dengan penelitian ini.
lv
BAB II
KAJIAN TERDAHULU
2.5. Pengantar
Dalam bab ini, Penulis akan menyebutkan cara-cara mengkritisi dan menilai hasil
terjemahan yang dikemukakan dan dirumuskan oleh para ahli, baik pada
terjemahan yang berbahasa sumber Inggris maupun Arab. Pembahasan ini dikutip
2.2.1.1. Pendahuluan
ini berdasarkan pada dua alasan utama: (1) untuk menciptakan hubungan dialektik
antara teori dan praktik penerjemahan; (2) untuk kepentingan kriteria dan standar
9
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 108.
lvi
Kemudian, Machali membagi penilaian terjemahan ini menjadi dua jenis:
penilaian umum dan penilaian khusus. Penilaian umum didasarkan pada kedua
terjemahan, paling tidak ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan: (1) segi-segi
bukan sekadar dari segi benar-salah, bagus-buruk, dan harfiah-bebas. Lebih dari
itu, terdapat segi-segi lain yang harus dipertimbangkan. Segi-segi yang dimaksud
antara lain, segi ketepatan pemadanan. Segi ketepatan pemadanan ini meliputi
validitas dan reliabilitas. Akan tetapi, karena penilaian karya terjemahan itu
tersebut dapat dipandang dari aspek content validity dan face validity. Alasannya
adalah karena menilai terjemahan berarti melihat aspek isi dan sekaligus juga
10
Ibid., h. 109.
lvii
aspek-aspek yang menyangkut keterbacaan, seperti ejaan. Dengan berdasar pada
dua jenis validity ini, diharapkan aspek reliabilitas akan dapat dicapai. 11
Sementara itu, kriteria lain yang diajukan Machali seprti yang terlihat pada
Tabel 1
Catatan:
(a) 'lokal maksudnya menyangkut beberapa kalimat dalam perbandingannya
dengan jumlah kalimat seluruh teks (persentase);
(b) 'total' maksudnya menyangkut 75 % atau lebih bila dibanding dengan
jumlah kalimat seluruh teks;
(c) runtut maksudnya sesuai/cocok dalam hal makna;
(d) wajar artinya alami, tidak kaku;
11
Ibid., h. 115.
lviii
'penyimpangan' tidak berarti 'perubahan'. Penyimpangan selalu menyiratkan
Cara penilaian hasil terjemahan ini dapat dilakukan dengan dua cara: cara umum
dan cara khusus. Cara umum adalah cara yang relatif dapat diterapkan pada segala
jenis terjemahan, sedangkan cara khusus terbatas hanya pada terjemahan tertentu.
(1) tidak ada hasil terjemahan yang sempurna, yang berarti tidak ada kehilangan
informasi, pergeseran makna, transposisi, atau modulasi. Dengan istilah lain, tidak
adalah penerjemahan yang mereproduksi pesan yang umum, wajar dan alami; (3)
'harga mati'. Kemudian, penilaian itu sendiri dapat dilakukan melalui 3 tahap.
Tahap pertama, penilaian fungsional. Artinya, kesan umum untuk melihat apakah
tujuan umum penulisan menyimpang. Bila tidak penilaian dapat dilanjutkan pada
kriteria di atas. Tahap ketiga, penilaian terinci pada tahap kedua di atas
digolongkan ke dalam skala kontinuum dan dapat diubah menjadi nilai. Untuk
lix
memudahkan penempatan golongan atau kategori, kriteria rinci pada tahap kedua
menjadi rentangan nilai yang didasarkan pada prinsip piramida. Artinya, semakin
baik suatu kategori (arahnya semakin ke atas), maka semakin kecil rentangan
Tabel 2
Terjemahan hampir 86-90 (A) Penyampaian wajar, hampir tidak terasa sebagai
sempurna karya terjemahan,, tidak ada kesalahan ejaan, tidak
ada kesalahan/ penyimpangan tata bhasa, tidak ada
kekruan pengguanaan istilah
terjemahan sangat baik 76-85 (B) tidak ada distorsi makna, tidak ada terjemahan
harfiah yang kaku, tidak ada kekeliruan pengguanaan
istilah, ada satu-dua kesalahan tata bahasa/ejaan
(untuk bahasa Arab tidak boleh ada kesalahan ejaan)
Terjemahan baik 61-75 (C) Tidak akad distorsi makna, tidak ada terjemahan
harfiah yang kaku, tetapi relatif tidak lebih dari 15 %
dari keseluruhan teks, sehingga tidak terlalu terasa
seperti terjemahan, kesalahan tata bahasa dan idio
relatif tidak lebih dari 15 % dari keseluruhan teks,
ada satu-dua pengguanan istilah yang tidak
baku/umum, ada satu-dua kesalahan tata ejaan (untuk
bahasa Rab tidak boleh ada kesalahan ejaan)
Terjemahan cukup 46-60 (D) terasa sebagai karya terjemahan, ada beberapa
terjemahan harfiah yang kaku, tetapi relatif tidak
lebih dari dari 25 %, ada beberapa kesalahan idiom
dan/tata bahasa, tetapi relatif tidak lebih dari 25 %
dari keseluruhan teks, ada satu-dua pengguanaan
istilah yang tidak baku/ tidak umum atau kurang
jelas.
Terjemahan buruk 20-45 (E) Sangat terasa sebagai karya terjemahan, terlalu
banyak terjemahan harfiah yang kaku (relatif lebih
dari 25 % dari keseluruhan teks), terdapat distorsi
makna dan kekeliruan pengguanaan istilah yang
lebih dari 25 % keseluruahn teks.
Catatan:
Nilai dalam kurung adalah nilai ekuivalen
Istilah 'wajar' dapat dipahami sebagai wajar dan komunikatif' 13
12
Ibid., h. 118
13
Ibid., 120.
lx
2.2.2 Tim Penerjemah Gunadarma
2.2.2.1. Pendahuluan
akurat. Ada tiga alasan menilai terjemahan, yaitu untuk melihat keakuratan,
dalam naskah sumber (NSu) disampaikan dengan benar dalam naskah sasaran
sasaran dapat dipahami dengan mudah pembaca sasaran. Makna yang ditangkap
pembaca NSu sama dengan makna yang ditangkap pembaca NSa. Kewajaran
pembaca naskah sasaran terkesan bahwa naskah yang dibacanya adalah naskah
asli yang ditulis dalam bahasanya sendiri. Sesuai dengan tujuan tersebut, ada
beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan, yaitu uji keakuratan, uji
kekonsistenan.14
Menurut Larson, paling tidak ada tiga alasan menilai terjemahan. Pertama,
mengkomunikasikan makna yang sama dengan makna dalam NSu. Makna yang
ditangkap pembaca NSu sama dengan makna yang ditangkap pembaca NSa.
14
library.gunadarma.ac.id/files/disk1/5/jbptgunadarma-gdl-course-2004-mashadisai-225-
penerjem-i.doc –(data ini diakses pada tanggal 30 Desember 2007)
lxi
Tidak terjadi penyimpangan atau distorsi makna. Penerjemah perlu meyakini
Artinya, pembaca sasaran dapat memahami terjemahan itu dengan baik. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang elegan, sederhana, dan mudah dipahami.
Terjemahannya mudah dibaca dan menggunakan tata bahasa dan gaya yang wajar
atau lazim digunakan oleh penutur BSa, alami atau tidak kaku. Penerjemah perlu
seolah membaca karangan yang ditulis dalam bahasanya sendiri, bukan hasil
terjemahan.
beberapa teknik terjemahan yang dapat digunakan, yaitu uji keakuratan, uji
lxii
kekonsistenan.
penerjemah adalah mengkomunikasikan makna secara akurat. Penerjemah tidak boleh mengabaikan, menambah, at`u
mengurangi makna yang terkandung dalam NSu, hanya karena terpengaruh oleh bentuk formal BSa. Untuk menyatakan
makna secara akurat, penerjemah bukan hanya boleh tetapi justru harus melakukan penyimpangan/perubahan bentuk atau
struktur gramatika. Mempertahankan makna ditegaskan oleh Nida dan Taber sebagai berikut:
tertinggal, tidak ada yang bertambah, dan tidak ada yang berbeda.
Teknik yang terbaik dilakukan dalam hal uji keakuratan adalah mengetik
draf dengan dua spasi dan dengan margin lebar, sehingga ada ruang yang dapat
lxiii
mengecek apakah makna dan dinamika NSu benar-benar telah dikomunikasikan
dalam terjemahan.
keterbacaan bahasa, yang ditentukan oleh pilihan kata, bangun kalimat, susunan
keterbacaan tata huruf, yang ditentukan oleh besar huruf, kerapatan baris, lebar
naskah terjemahan dengan keras. Naskah itu haruslah bagian lengkap, yaitu satu
unit. Begitu dia membaca, penilai memperhatikan di mana letak pembaca merasa
bimbang. Kalau ia berhenti dan membaca ulang kalimat itu, harus dicatat bahwa
tanya mengapa dikatakan seperti itu. Adakalanya juga pembaca menyebutkan kata
lxiv
2.2.2.3.3. Uji Kewajaran
Maksud uji kewajaran adalah melihat apakah bentuk dan gaya bahasa
terjemahan dapat diterima dengan wajar oleh pembaca sasaran. Pembaca tidak
merasa “asing” ketika membacanya. Pengujian ini harus dilakukan oleh penilai
membuat komentar dan saran-saran yang diperlukan. Akan lebih baik jika
penilaian dilakukan oleh orang yang memiliki keterampilan menulis yang baik
dalam bahasa sasaran. Beberapa di antaranya mungkin dwi bahasawan dalam BSu
dan BSa. Penilai terfokus pada tingkat kewajaran dan bagaimana meningkatkan
terjemahan yang dihasilkan dapat dimengerti dengan benar oleh penutur BSa atau
tidak. Uji keterpahaman ini terkait erat dengan masalah kesalahan referensial yang
Uji jenis ini dilakukan dengan meminta orang menceritakan ulang isi
pengujian terhadap responden. Para responden perlu diberitahukan bahwa tes itu
terjemahan. Tes itu bukan tes kemampuan, bukan pula menguji ingatan
responden. Tes itu semata-mata untuk melihat apakah terjemahan itu dapat
lxv
dipahami oleh pembaca sasaran atau tidak.
Cara lain menilai berhasil tidaknya suatu terjemahan adalah melalui terjemahan
balik. Tujuan utama terjemahan balik adalah untuk mengetahui apakah makna
yang dikomunikasikan sepadan dengan makna dalam NSu atau tidak, bukan pada
kewajaran terjemahan.
Teknik terjemahan balik adalah meminta orang lain yang menguasai BSu
bentuk wajar dan jelas; dalam penerjemahan balik, bentuk literal (harfiah)
Uji kekonsistenan sangat diperlukan dalam hal-hal yang bersifat teknis. Duff
menegaskan bahwa tidak ada aturan baku mengenai bagaimana cara yang terbaik
menyatakan ungkapan BSu. Namun, dapat dicatat bahwa ada beberapa kelemahan
NSu biasanya memiliki istilah kunci yang digunakan secara berulang-ulang. Jika
NSu panjang atau proses penyelesaian terjemahan memakan waktu lama, maka
lxvi
ada kemungkinan terjadinya ketidakkonsistenan penggunaan padanan kata untuk
istilah kunci.15
2.2.3.1. Pendahuluan
Quran Departemen Agama terbitan tahun 1990 sebagai bahan kritikannya. Dia
terbitan 1990 banyak mengandung kesalahan menurut tata bahasa Indonesia. Hal
efektif atau ungkapan yang lazim dan baku dalam bahasa penerima.
pesan-pesan yang terdapat dalam bahasa sumber secara efektif. Oleh karena itu,
penerjemah harus mampu menyusun kalimat yang efektif dalam bahasa penerima
yang dipakainya.16
15
Ibid.
16
Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan Al-Quran (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2001), h. 24.
lxvii
demi menemukan ketepatan makna yang terkandung di dalamnya. Di sisi lain,
pembimbing dan petunjuk bagi umat Islam, menjadi dasar utama bagi Ismail
untuk mencari terjemahan Al-Quran yang betul-betul akurat dan sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia. Karena itu, metode yang dipergunakan Ismail untuk
tersebut, di antaranya:
terjemahan;
6. dan lain-lain.
beberapa jaringan: (1) jaringan pleonasme; (2) jaringan gramtika; (3) jaringan
lxviii
1. Jaringan pleonasme, (pemakaian kata-kata yang berlebihan dalam
daripada.
sebagainya.
Di antara ciri terjemahan yang baik adalah terjemahan yang mempergunakan gaya
bahasa dan kalimat efektif. Oleh karena itu, penggunaan kalimat efektif dalam
terjemahan oleh Ismail sangat diutamakan. Tidak heran jika dalam menilai dan
dengan kalimat efektif, Ismail memakai strandar kalimat efektif yang ciri-cirinya
18
Ibid. h. 34.
lxix
1. Mengandung kesatuan gagasan
subjek atau predikat yang jelas; (2) tidak rancu, mengandung pleonasme atau
tautologi, dan membenarkan apa yang sudah benar; (3) ditandai dengan
pengguanaan tanda yang tepat dan sesuai kaidah yang telah disepakati.
dengan (1) penggunaan kata ganti (pronomina) yang tepat; (2) penggunaan
3. Memperhatikan paralelisme
untuk unsur-unsur kalimat yang sama menurut fungsinya. Jika satu gagasan
dinyatakan dengan menggunakan kata kerja berawalan me-, maka kata kerja
harus diterjemahkan apabila memiliki maksud dan tujuan yang sama. Dalam
saleh."
lxx
penilaian seperti yang dilakukan Rochayah Machali. Ismail hanya menunjukkan
2.2.4.1. Pendahuluan
terjemahan, tetapi yang jelas, semua metode ini bersifat deskriptif, bisa dalam
Sebuah penelitian yang ingin mencari korelasi antara latar belakang, pengetahan,
terhadap hasil atau kualitas terjemahan dapat dilakukan dengan banyak cara. Di
antara cara yang banyak dipakai adalah (1) membandingkan teks BSu dengan teks
BSa; (2) menerjemahkan balik; (3) melakukan prosedur cloze; (4) menguji
pemahaman dan pesan oleh pembaca teks BSa; (5) membandingkan pemahaman
dan pesan yang diperoleh oleh pembaca BSu dan pembaca teks BSa.19
19
Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta:Kanisius, 2003), h. 176.
lxxi
2.2.4.3. Membandingkan Teks BSu dengan BSa
Setiap kalimat BSu dibandingkan dengan kalimat BSa. Di samping itu, peneliti
dapat menganalisis makna dan pesan dalam BSu yang tidak tersmpaikan dalam
kembali secara harfiah BSa ke dalam BSu. Apabila teks BSu dan teks hasil
terjemahan balik memiliki pesan yang sama, maka terjemahan tersebut dapat
dapat diukur dengan suatu tolak ukur yang jelas dan baku. Terjemhan adalah
suatu proses yang uni-directional. Artinya, menuju satu arah: dari teks BSu ke
BSa. Karena itu, apabila kemudian BSa pertama diterjemahkan lagi, maka
hasilnya tidak lain adalah BSa kedua, dan hasilnya tidak sama dengan BSu
semula.
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengambil sepenggal teks BSa. Kemudian,
teks tersebut dihilangkan satu kata setiap hitungan kata tertentu (misalnya kata
dalam hitungan kesepuluh). Setelah itu, tempat-tempat yang kosong itu diisi
lxxii
kembali. Apabila hasilnya baik, maka terjemahan tersebut dianggap baik pula
Untuk menguji pemahaman pembaca BSa dapat dilakukan dengan cara menyuruh
seseorang untuk membaca BSa. Setelah itu, pemahaman pembaca tersebut dapat
diukur dengan cara menanyakan maksud isi teks yang dibacanya. Apabila teks
Cara yang terakhir ini dapat dilakukan dengan cara menyuruh dua orang pembaca.
Satu adalah pembaca BSa dan satu lagi pembaca BSu. Setelah keduanya
diperbandingkan. Apakah hasilnya sama atau tidak. Jika sama, maka itu
dan BSa; (2) mengetahui teori penerjemahan; (3) menguasi bidang ilmu yang
kalangan (1) agen terjemahan; (2) penerbit karya terjemahan; (3) klien
bahwa sebuah kritik terjemahan yang komprehensif harus mencakup lima hal: (1)
20
Ibid. h. 177.
lxxiii
analisis singkat teks BSu dengan penekanan pada maksud penulisan serta aspek
penerjemahan, dan pembaca teks BSa; (3) perbandingan yang selektif dan
representatif dari bagian teks BSu dan teks BSa; (4) evaluasi terjemahan; (5)
itu, menurut Hoed, dapat dibayangkan menilai sebuah terjemahan yang sifatnya
relatif itu. Dalam hal ini, ia mengadopsi pendapat Newmark yang menyebutkan
bahwa cara menilai terjemahan itu ada empat jenis.21 Berikut keempat jenis
1. Translation as a Science.
Dari sisi ini, benar dan salah terjemahan dinilai dari sisi kebahasaan murni.
Artinya, kesalahan dalam suatu terjemahan dilihat dari sisi ini bersifat "mutlak".
Kabin Paman Tom tidak bisa ditolelelir. Sebab, cabin di situ berarti 'gubuk' atau
'pondok'. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, kabin bermakna 'kamar kapal'
atau 'bagian pesawat terbang tempat para penumpang'. Oleh sebab itu, dilihat dari
2. Translation as a Craft.
21
Benny Hodoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2000), h.
91.
22
Ibid.
lxxiv
Dilihat dari sisi ini, terjemahan dipandang sebagai hasil suatu kiat. Artinya, upaya
Hoed. Oleh sebab itu, oleh bahasa menjadi sesuatu yang penting untuk
tidak terasa sebagai bahasa Indonesia yang berstruktur asing, kaku, dan
lagi dibicarakan betul dan salah. Di sinilah hasil terjemahan dapat dinilai sebagai
3. Translation as an Art
Dalam pandangan ini, suatu terjemahan lebih erat berhubungan nilai estetis.
juga sebagai penciptaan yang biasanya terjadi pada penerjemahan sastra atau
tulisan yang bersifat liris.24 Untuk kasus ini, mengambil salah satu kasus
ngkapan tersebut menurut, lebih dari makna yang tertulis. Karena itu, ungkapan
4. Translation as an Taste
23
Ibid., h. 93.
24
Ibid., h. 94.
25
Decentering adalah upaya sengaja memperkenalkan unsur khas dari teks sumber
kepada pembaca bahasa sasaran. Dalam penerjemahan bahasa Arab, kasus ini seperti istilah hadis
hasan. Istilah hadis hasan ini tidak dapat diterjemahkan menjadi hadis yang baik karena istilah itu
telah menjadi istilah tersendiri yang harus diperkenalkan kepada pembaca.
lxxv
Selanjutnya, pandangan terjemahan dari sisi ini bersifat personal. Artinya, pilihan
atau akan tetapi. Sebab, pertimbangannya lebih kepada selera penerjemah itu
sendiri. Namun dengan catatan kedua terjemahan itu tidak berakibat pada
Model Penilaian
yang berkisar dari 'non-pribadi' ke 'pribadi'. Jadi apabila digambar akan menjadi
Gambar 1
1 2 3 3
Catatan:
- Nilai = 0 – 100
pertanggungjawaban penerjemah
lxxvi
- Nilai yang diberikan kepada setiap kelompok berdasarkan persentase.
Jadi, kolom 1 = 80, artinya 80% dari semua kasus translation of science
adalah benar, kolom 3 = 80 artinya 80% dari semua kasus translation as an art
dapat dipertanggungjawabkan.26
dilakukan. Sementara itu, tujuan penilaian itu sendiri adalah mengetahui kualitas
dengan cara memberi penilaian secara matematis. Meski hasil terjemahan itu
bersifat relatif, tetapi penilaian secara matematis perlu dilakukan misalnya untuk
seperti ini juga dapat diterapkan kepada hasil terjemahan yang masuk pada suatu
pada Bab III Kerangka Teori mengingat teorinyalah yang akan dipergunakan
26
Ibid., h. 97.
27
Moch. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang penerjemah berpengalaman yang
menjadi staf pengajar di UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan
Tarjamah. Dalam hal ini Penulis termasuk salah satu mahasiwa yang selalu mengikuti
perkuliahannya. Sekarang ini, ia sekaligus menjadi dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.
Sementara itu, teori penilaian di atas Penulis peroleh dari hasil wawancara dengannya yang
dilakukan pada tanggal 19 Mei 2008 di ruang kuliah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
lxxvii
2.7. Sintesis Pustaka
Dari pembahasan pustaka di atas, dapat diketahui bahwa setiap tokoh memiliki
cara yang berbeda dalam menilai hasil terjemahan. Namun, tujuan penilaian itu
menilai terjemahan ada yang bersifat matematis, ada pula yang tidak. Penilaian
yang dilakukan dengan cara matematis seperti yang dilakukan oleh Rochayah
Machali, Benny Hoedoro Hoed, dan Moch. Syarif Hidayatullah. Sementara itu,
penilaian yang tidak dilakukan secara matematis seperti yang dilakukan oleh
lxxviii
BAB III
KERANGKA TEORI
3.17. Pengantar
Meskipun praktik penerjemahan dengan pengertian tertentu telah dilakukan orang sejak
lama, bidang ilmu ini masih dianggap baru. Karena itu, Penulis memandang perlu
menjelaskan ihwal penerjemahan ini. Selain itu, pemahaman tentang masalah ini sangat
penting untuk memberikan arah kepada peminat atau peneliti dunia penerjemahan.
Pembahasan ini juga sekaligus menjadi kerangka teori dalam penelitian ini. Namun,
mengingat dunia penerjemahan cukup luas, Penulis membatasi pembahasan ini pada hal
tertentu saja, antara lain definisi terjemahan, proses penerjemahan, terjemahan ideal,
kepada teori yang dikemujakan oleh dosen pembimbing skripsi ini, yaitu Moch. Syarif
Hidayatullah, yang sekilas terorinya telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Penulis
memilih teori yang dijemukakan oleh Hidayatullah ini dengan pertimbangan praktis dan
matematis. Oleh karena itu, kualitas suatu hasil terjemahan dengan teori Hidayatullah ini
Banyak sekali definisi tentang terjemahan yang dikemukakan oleh para ahli. Tentunya,
ranah kajian yang tidak dapat dianggap mudah. Mengingat definisi ini sangat banyak,
lxxix
Istilah terjemah itu dipungut dari bahasa Arab, tarjamah. Menurut Didawi,
bahasa Arab sendiri memungut kata tersebut dari bahasa Armenia, tarjuman. Kata
turjuman sebentuk dengan tarjaman dan tarjuman yang berarti orang yang
.]A?ﺹa3 وb(%?`3 Y(0R?ء ﺏ+*) اY3 /c) C3 "7م أ6 آO@`3 CF "(>`D)ا
Definisi di atas pada dasarnya sama dengan definsi yang dikemukakan
oleh Benny Hoed. Namun, secara lebih rinci, tokoh ini membedakan pula
28
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 7.
29
Benny Hoedoro Hoed, Penerjemah dan Kebudayaan (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya,
2006), h. 23.
30
Ibid.
lxxx
Namun, beberapa definisi di atas pada hakikatnya sesuai dengan apa yang
mereproduksi amanat atau pesan bahasa sumber dengan padanan yang sedekat-
tidak akan dirasakan sebagai karya terjemahan, tetapi untuk memproduksi amanat
detailnya tanpa harus mempertahankan gaya bahasanya dan tidak harus ke dalam
hasil terjemahan yang baik, seorang penerjemah juga harus mengetahui bahwa
kegiatan menerjemahkan itu kompleks, merupakan suatu proses yang terdiri dari
yang menerangkan proses pikir (internal) yang dilakukan penerjemah pada saat
31
Syhabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 10.
32
Harimurti Kridalaksana menyebutkan bahwa yang dimaksud penyaduran adalah
pengalihbahasaan secara bebas suatu wacana ke dalam bahasa sasaran dengan jalan menyingkat,
mengubah tokoh-tokohnya, mengganti latar sosial budayanya, dan sebagainya.
lxxxi
dan dilakukan tanpa proses.33 Proses ini sering digambarkan dalam gambar
berikut.
Gambar 2.
menuliskan kembali teks BSu dalam teks BSa. Sekilas memang begitu
proses. Penerjemahan pun berlangsung satu arah. Akan tetapi, bagaimana jika kita
"نa) اu$D@3 X@3 "ت3 A^ /(دﺏ8 ا/fU@)ن اo"اف ﺏDFS اC3 A ﺏ6+ _ ﺙC3( و2)
O)و8 ا/(0)?`)"ب اB)ا/?یU% O)" إ0D2 وﺕ/i1Dj3 "اتDi ا{ن ﺏOD ﺡC3?:)ا
Dalam menerjemahkan kalimat (2) ini, kita tidak bisa secepat
menerjemahkan kalimat (1). Kita harus lebih hati-hati untuk mendapatkan makna
tanpa proses. Jawabannya tentu tidak. Pada saat diterjemahkan, kedua kalimat
tersebut mengalami proses. Hanya saja kalimat (1) diterjemahkan dengan proses
begitu cepat, sementara proses penerjemahan kalimat (2) cukup lambat. Kaitan
33
Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta:Kanisius, 2003), h. 17.
lxxxii
pendapatnya, di antaranya Nida dan Taber. Kedua tokoh ini menggambarkan
analisis restrukturisasi
Gambar 3
Dalam tahap analisis, penerjemah menganalisis teks BSu dalam hal (a) hubungan
gramatikal yang ada dan (b) makna kata dan rangkaian kata-kata untuk memahami
makna dan isi kalimat secara keseluruhan. Hasil tahap ini adalah makna Bsu yang
telah dipahami, ditransfer di dalam pikiran penerjemah dari Bsu ke dalam Bsa.
Setelah itu, dalam tahap restrukturisasi, makna tersebut dituangkan kembali dalam
BSa sesuai dengan kaidah atau aturan yang ada dalam Bsa.
lxxxiii
evaluasi dan revisi
proses eksternal
analisis restrukturisasi
proses internal
Gambar 4
Dalam tahap ini, struktur lahir dianalisis menurut hubungan gramatikal, sesuai
makna atau kombinasi kata, makna tekstual dan kontekstual. Inilah yang sering
Tahap transfer
Dalam tahap ini, materi yang sudah ada dianalisis dan dipahami maknanya diolah
dalam tahap ini belum dihasilkan rangkaian kata; semuanya hanya terjadi pada
benak penerjemah.
lxxxiv
Tahap restrukturisasi
Dalam tahap ini, penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan, dan
struktur kalimat yang tepat dalam BSa sehingga isi, konsep, makna, dan pesan
Tahap evaluasi
Setelah diperoleh hasil terjemahan dalam BSa, hasil tersebut dievaluasi atau
dicocokkan kembali dengan teks aslinya. Apabila dirasa kurang padan, maka
penerjemahan. Model tersebut secara garis besarnya sama, tetapi terlihat lebih
BSu BSa
TSu TSa
Gambar 5
dan konteks budaya untuk memahami makna yang ingin disampaikan oleh teks
BSu. Ini sama persis dengan tahap analisis menurut Nida dan Taber. Kemudian,
34
Ibid., h. 19.
lxxxv
kosakata dan struktur gramatikal BSa yang baik dan cocok dengan konteks
budaya BSa. Proses ini sama dengan proses restrukturisasi Nida dan Taber. Yang
berbeda adalah tahap transfer. Larson tidak mengemukakan secara terpisah tahap
ini. Akan tetapi, dari uraian dan skema di atas, tahap ini jelas ada.
adanya tahap transfer.35 Akan tetapi, Said menganggap bahwa skema yang
TSu TSa
pemahaman transfer
makna makna
MAKNA
Gambar 6
35
Ibid., h. 21.
lxxxvi
Berikutnya, tokoh yang mengajukan proses penerjemahan selain ketiga
bagian integral dari proses penerjemahan. Oleh karena itu, teori Ronal-lah yang
dianggap paling lengkap dan paling populer di kalangan sarjana yang mengampu
sebagai berikut:
1. tuning (penjajagan)
2. analysis (penguaraian)
3. understanding (pemahaman)
4. termonology (peristilahan)
5. restructuring (perakitan)
6. cheking (pengecekan)
7. discussion (pembicaraan)
sebagai satu model, di samping model-model yang telah dijabarkan oleh para ahli
36
A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 15.
37
Ibid., h. 18
lxxxvii
yang optimal dan ideal. Untuk itu, diperlukan pula metode penerjemahan yang
kominikatif. Dengan demikian, terjemahan yang baik dan ideal adalah terjemahan
yang memiliki ciri-ciri kedua metode tersebut. Secara teoritis, kedua metode ini
cukup sulit dibedakan, tetapi pada praktiknya, kedua metnde ini seringkali
38
Sudarya Permana, "Penerjemahan Ungkapan Idiomatis Berdasarkan Metode Semantis-
Komunikatif," artikel ini diakses pada 15 September 2007 dari http://
www.depdiknas.go.id/jurnal/59/j59_04.pdf
39
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 48
40
Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta:Kanisius, 2003), h. 54.
lxxxviii
Tabel 3
Perbandingan Metode Penerjemahan Semantik dan Komunikatif
lxxxix
• Sesuai dengan pendapat kaum relativis • Sesuai dengan pendapat universalis bahwa
bahwa penerjemahan sempurna tidak penerjemahan sempurna masih mungkin
mungkin
• Mengutamakan makna • Mengutamakan pesan
khusus untuk terjemahan yang berbahasa sumber Arab, terjemahan yang baik
d. menghindari bahasa yang sulit dipahami. Sekalipun ada, harus disertai dengan
e. membebaskan diri dari fi'l mâdhi dan mudhâri' jika tidak diperlukan;
h. kata bervariatif;
Ini berarti teks sumber hanya ada bila ada kegiatan penerjemahan dan
penyususnan teks sasaran dikendalai oleh adanya sebuah TSu. Oleh karena itu,
kendala utama dalam penerjemahan adalah perbedaan sistem dan struktur antara
41
Abdurrahman Suparno dan Mohammad Azhar, Mafaza:Pintar Menerjemahkan Bahasa
Arab-Indonesia (Yogyakarta: Absolut, 2005), h. 15.
xc
BSu dan BSa. Dalam konteks ini, Nida menyebutkan bahwa kendala dalam
penerjemhan adalah perbedaan dalam empat hal: (1) bahasa; (2) kebudayaan
sosial; (3) kebudayaan religi; (4) kebudayaan materiil.42 Sementara itu, secara
1. perbedaan sistem dan struktur antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran;
2. problema dalam pemahaman teks pada konteks tempat teks itu; diproduksikan
yang dijadikan pedoman dan arah oleh orang yang melakukan aneka kegiatan
ilmiah pada bidang tersebut. Demikian pula dalam bidang ilmu terjemahan
pendekatan yang dianut oleh para peneliti, praktisi, dan pengajar dalam
42
Benny Hoedoro Hoed, Penerjemah dan Kebudayaan (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya,
2006), h. 24.
43
Ibid. h. 7.
xci
Sebagai sebuah asumsi, pernyataan-pernyataan berikut ini terbuka untuk
dikritik dan dibantah karena dianggap belum teruji keadaannya sebagai sebuah
prinsip atau teori. Di samping itu, asumsi ini pun dapat diterapkan dalam
menerjemahkan teks tertentu, tetapi tidak mungkin diterapkan dalam teks lain.44
Di antara asumsi itu yang berlaku dalam kegiatan penerjemahan, baik pada
berikut.
2. Budaya suatu bangsa berbeda dengan budaya bangsa lain. Oleh karenanya,
bahasa suatu bahasa pun berbeda dengan bahasa yang lain. Dengan demikian,
seorang penerjemah.
pembaca. Dia sebagai pembaca yang menyelami makna dan maksud teks
kepada orang lain melalui sarana bahasa supaya orang lain itu memahaminya.
Penerjemah berada pada titik pertemuan antara antara maksud penulis dan
44
Syhabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 16.
xcii
pemhaman pembaca. Dengan begitu, penerjemah berpedoman pada
4. Terjemahan yang baik adalah terjemahan yang benar, jelas, dan wajar.
Benar berarti makna yang terdapat dalam bahasa sumber sama dengan makna
sedangkan wajar berarti terjemahan itu tidak terasa sebagai terjemahan dan
yang sama kepada pembaca seperti pengaruh yang ditimbulkan dalam teks
sumber.45
dituntut untuk bersikap jujur atau tidak khianat dan berpegang pada landasan
hukum.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa teori yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah teori dan metode penilaian Moch. Syarif Hidayatullah. Namun, di
antara poin penilaian yang dipergunakannya adalah diksi. Oleh karena itu,
Penulis tentu mengurai sekilas tentang diksi yang tentunya sangat erat dalam
45
Ibid. h. 17.
xciii
proses penerjemahan. Dalam pembahasan diksi ini, Penulis akan mengutip
Menurut Putrayasa, diksi atau pilihan kata sangat erat kaitannya dengan
penyususnan kalimat efektif.46 Di sisi lain, terjemahan yang baik itu di antaranya
terjemahan yang baik, penerjemah harus menguasai betul masalah disksi ini.
Pada praktiknya, kata yang bersininim ada yang saling menggantikan dan
ada yang tidak. Karena itu, penerjemah harus jeli dalam menempatkan
kata dalam suatu kalimat. Contohnya, kata dasar, pokok, asas dan prinsip
Kata pokok dan dasar dalam kedua kalimat di atas tidak dapat
dipertukarkan.
dan rasa berfungsi konotatif. Oleh karena itu, sebuah kata akan dinilai
46
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif, (Bandung: Rafika Aditama, 2007), h. 7.
xciv
tinggi, baik, sopan, lucu, biasa, rendah, kotor, porno atau sakral
Semakin luas ruang lingkup acuan makna sebuah kata, semakin umum
makin khusus pula sifatnya. Intinya, kata umum itu memberikan gambaran
yang kurang jelas, sedangkan kata khusus memberikan yang jelas. Karena
itu, seorang penerjemah harus menguasai betul makna sebuah kata, apakah
bersifat umum atau khusus. Berikut ini beberapa contoh kata yang
Penggunaan kata atau istilah asing dalam suatu kalimat dapat memberikan
daripada kata tipu daya. Namun, penggunaan kata-kata asing ini ada juga
xcv
untuk kepentingan decentering, artinya upaya sengaja untuk
hadis baik, karena telah menjadi istilah tersendiri dalam disiplin ilmu
hadis
sementara kata konkret adalah kata yang mempunyai referen berupa objek
yang dapat diamati.47 Dalam pengguanaan kata abstrak dan konkret ini,
kekurangan gizi.
47
Ibid., hlm. 15.
xcvi
dipergunakannya, berdasarkan segmen pembaca hasil terjemahannya.
termasuk jargon, bahasa percakapan, dan slang harus dihindari kcuali jika
H. Bahasa Prokem
prokem tersebut.
bokap 'bapak'
nyokap 'ibu'
cuek 'tidak acuh'
doi 'dia'
penyusunan kalimat efektif dalan suatu karangan. Tentunya, diksi ini juga
48
Ibid., h.17
xcvii
Hoed mengemukakan bahwa betul salah dalam penerjemahan bersifat relatif.
Lebih luas lagi, pendapat senada juga dikemukakan Machali dalam bukunya
asumsi berikut. Pertama, tidak ada penerjemahan yang sempurna, yang berarti
dalam teks Bsa itu sedikit pun tidak ada kehilangan informasi, pergeseran makna,
transposisi ataupun modulasi. Dengan kata lain, tidak ada complete congruence
terjemahan yang paling baik pun harus diartikan ‘hampir sempurna’ bukan
pesan yang umum, wajar dan alami dalam BSa; (3) penilaian penerjemahan kerap
'harga mati'. Artinya, bukan standar mutlak yang tidak dapat diubah.
Oleh karena itu, menurut Hoed, dapat dibayangkan betapa sulitnya menilai
untuk menyikapi masalah penilaian hasil terjemahan yang sifatnya relatif itu. Ia
berusaha menyederhanakan model penilaian yang dilakukan oleh para tokoh lain.
xcviii
kualitas hasil terjemahan. Ia menambahkan bahwa penilaian terjemahan selain
dapat dilakukan secara langsung mengamati dan membacanya secara cermat, juga
dapat dilakukan dengan cara memberikan penilaian secara matematis. Meski hasil
terjemahan itu bersifat relatif, tetapi penilaian secara matematis perlu dilakukan
Tentunya, penilaian seperti ini dapat diterapkan kepada terjemahan yang masuk
Tabel 4
diterjemahkan
Catatan:
1. Penilaian pada hasil terjemahan yang telah berbentuk buku dapat dilakukan
3. Setelah itu, hitunglah skor kesalahan sesuai dengan kategori dalam tabel.
xcix
6. Skor setiap halaman dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah halaman.
yang dinilai.
Akan tetapi, bentuk penilaian di atas baru hanya penilaian yang sifatnya
Sementara itu, Penulis dalam penelitian ini tidak hanya melakukan penilaian
terhadap hasil terjemahan yang sifatnya internal saja, tetapi juga sekaligus
penyajian hasil terjemahan itu sendiri yang sifatnya eksternal. Dalam hal ini
adalah bentuk buku terjemahannya. Sebab, sebagus apa pun isi sebuah buku,
tetapi tidak disajikan dengan baik, maka tetap buku tersebut tidak akan menarik.
Karena itu, Penulis selain akan menilai aspek internal buku terjemahan
Penerbitan Buku yang diterbitkan oleh penerbit Grasindo. Akan tetapi, penulis
membatasi penilaian eksternal ini pada aspek sistematika dan artistiknya saja.
Dalam masalah sistematika, dalam buku tersebut dipaparkan bahwa sebuah buku
Praisi
2. Halaman Prancis
6. Halaman Persembahan
c
7. Halaman Moto
8. Daftar Isi
9. Daftar Tabel
Isi
15. Pendahuluan
16. Bab-bab
Pascaisi
21. Lampiran
22. Indeks
49
Tim Grasidno, Buku Pintar Penerbitan Buku (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 78.
ci
dikritisi Penulis dalam menilai buku terjemahan Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî
ini.
cii
BAB IV
IHWAL HADIS
4.1. Pengantar
Seperti yang telah dikemukkan bahwa objek penelitian ini adalah terjemahan
Nashiruddin Al-Albani dari kitab aslinya Shahîh Al-Bukhârî. Oleh karena itu,
pada bab ini, Penulis akan mengupas sekilas tentang wawasan hadis terutama
yang erat kaitan dengan buku terjemahan ini. Namun, perlu kembali ditekankan
bahwa yang menjadi pusat penelitian Penulis bukan pada kritik hadisnya,
suatu bidang keilmuan dengan bidang keilmuan lain, yang dalam hal ini adalah
bidang penerjemahan dan bidang keilmuan hadis. Dengan demikian, tentu dalam
pembahasan ini tidak selengkap dalam penelitian yang fokusnya pada kritik hadis
itu sendiri. Penulis sekadar menyajikan sebagian pengantar ilmu hadis, seperti
definisi hadis, fungsi hadis, kriteria hadis sahih, ditambah pembahasan pengenalan
kehidupan kaum muslimin mulai dari masa Nabi Saw., para sahabat, tabiin, tabiit
tabiin sampai sekarang merupakan kebenaran yang diterima oleh umat Islam yang
tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Oleh karena itu, sebelum Penulis
ciii
menerangkan lebih jauh apa hakikat dari hadis itu sendiri, Penulis akan
menguraikan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh bebdrapa tokoh dan
ahli hadis.
Kata hadis berasal dari bahasa Arab; al-hadîs; jamaknya al-ahâdis, al-
hidsân, dan al-hudsân.50 Secara etimologis, kata hadis memilikh banyak arti, di
antaranya: (1) al-jadîd (yang baru), (2) al-khabar (berita). Sementara itu, secara
Menurut Ibn al-Subkiy (w. 771/ 1370), hadis atau as-sunnah adalah segala sabda
dan perbuatan Nabi Muhammad Saw. Dalam hal ini, Ibnu As-Subki tidak
memasukkan taqrîr Nabi sebagai bagian dari rumusan definisi hadis. Alasannya,
taqrîr telah tercakup dalam af'âl. Oleh karena itu, apabila kata taqrîr dinyatakan
Hadis menurut istilah syariat ialah segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi Saw. dalam bentuk ucapan, perbuatan, dan penetapan.52 Adapun menurut
bahasa hadis adalah sesuatu yang baru.53 Sementara itu, menurut istilah ulama
ushul fikih, hadis adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Saw. selain dari
Al-Quran, baik perbuatan, perkataan, taqrîr yang baik untuk menjadi dalil bagi
hukum syar'i.54
) secara harfiah berarti perkataan atau pیA||B)اHadis (bahasa Arab:
Nabi Muhammad Saw.. Namun, seringkali kata ini mengalami perluasan makna
50
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 26.
51
tidak terhindar dari sesuatu yang tidak didefinisikan
52
Yazid bin Abdul Qadir, Kedudukan As-Sunah dalam Syariat Islam (Bogor: Pustaka At-
Taqwa, 2005), h. 10.
53
Ibid.,
54
Ibid.,
civ
sehingga disinonimkan dengan sunah sehingga bisa berarti segala perkataan
yang dijadikan ketetapan hukum dalam agama. Selain itu, hadis sebagai sumber
hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber
segala sesuatu yang sudah tetap dari Nabi Saw. yang hukumnya tidak fardhu dan
Hadis atau Sunah yang dibawakan oleh ahli hadis antara lain:56
Hadis qauli (hadis dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi Saw.
Hadis fi'li (hadis yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan Nabi Saw.
yang diberitakan oleh para sahabat, seperti tentang wudu, salat, haji dan lain-lain.
Hadis taqrîri ialah segala perbuatan sahabat yang diketahui oleh Nabi Saw. dan
para ahli hadis. Sementara itu, menurut ulama hadis, pengertian hadis dan Sunah
itu sama, yaitu yang terdiri dari empat hal: perkataan, perbuatan, ketetapan dan
sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. Berikutnya, menurut ulama hukum Islam, antara
sunnah dan hadis Nabi Saw. itu berbeda. Sunah hanya meliputi tiga aspek, yaitu
perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Saw., sedangkan sifat-sifat Nabi itu
55
http://kebunhikmah.com/article-detail.php?artid=201
56
Yazid bin Abdul Qadir, Kedudukan as-Sunah dalam Syariat Islam (Bogor: Pustaka At-
Taqwa, 2005), h. 11-12.
cv
masuknya ke dalam hadis. Dalam hal ini, Imam Asy-Syafi’i berpendapat bahwa
hadis dan Sunah berbeda. Setiap sunah adalah hadis dan tidak semua hadis adalah
Mengenai kedudukan dan fungsi Sunah, ada tiga fungsi sunah atau hadis
dalam ajaran Islam. Pertama, sebagai penjelas terhadap Al-Quran. Contoh, kalau
ada orang yang hanya mempelajari Al-Quran dan tidak mau mempelajari sunah
maka dari mana ia mengetahui bahwa salat zuhur itu empat rakaat. Ternyata tidak
ada keterangan dalam Al-Quran mengenai salat zuhur empat rakaat, tawaf tujuh
kali dan seterusnya. Kedua, hadis adalah sebagai pendukung terhadap ketetapan
Ketiga, hadis sebagai sumber hukum Islam. Hadis adalah sumber hukum
kedua setelah Al-Quran. Banyak hadis menjelaskan sesuatu yang tidak disebut
binatang yang disebut dhabb. Dulu, banyak yang menerjemahkan dhabb dengan
biawak, padahal ternyata jauh berbeda dengan biawak karena di Indonesia jarang
ada. Penetapan halalnya binatang dhabb ini adalah berdasarkan hadis Nabi Saw.
Selain itu, masih banyak lagi fungsi hadis yang lain di antaranya sebagai
berikut.
Contoh, perintah salat, puasa, haji, dan zakat. Lalu, ditegaskan kembali oleh hadis
berikut :
cvi
"Islam itu didirikan atas lima pondasi. Pertama, bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan salat,
menunaikan zakat, mengerjakan haji, dan puasa pada bulan Ramadhan." (HR Al-
mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri maka kesaksian
orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah. Sesungguhnya dia
Selain itu, beberapa ahli hadis ada yang menyebutkan mengenai lima
cara pelaksanaan salat, kaidah jual beli, menunaikan zakat dan haji.
3. Menjadi keterangan tasyrî’ yaitu menentukan suatu hukum yang tidak ada
dalam Al-Quran, seperti dalam hal memakan hewan yang ditangkap oleh
pemburu.
cvii
Alquran itu mestilah sekurang-kurangnya bertaraf mutawatir, masyhûr
ataupun mustafîdh.
5. Menerangkan ayat yang telah dinasakh dan ayat mana yang telah
dimansukh.
sebagai sumber hukum kedua setelah Alquran. Fungsinya adalah sebagai penjelas
dan penguat hukum yang ditetapkan dalam Al-Quran. Selain itu, juga sebagai
sumber hukum yang berdiri sendiri yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran.
Sebagai hukum kedua setelah Al-Quran posisi hadis sangat vital dalam
menentukan suatu hukum. Oleh karena itu, hadis harus berkedudukan sahih, yang
artinya sehat tanpa cacat. Di sini Penulis akan menguraikan beberapa definisi
hadis sahih.
diriwayatkan dengan sanad yang bersambung, mulai dari perawi sampai kepada
Rasulullah Saw.. Sanad itu sendiri artinya silsilah keguruan. Contoh, Imam Al-
Bukhari menulis kitab Al-Jâmi’ Ash-Sahîh yang kemudian dikenal dengan S hah îh
Al-Bukhârî. Al-Bukhari itu sendiri merupakan nama suatu tempat yang sekarang
Selain itu, Imam Al-Bukhari berguru kepada para rawi yang sanad-nya
sampai kepada Rasulullah Saw. Oleh karena itu, antara Al-Bukhari dengan
gurunya, guru Al-Bukhari dengan gurunya, dan seterusnya harus bersambung, dan
cviii
bertemu. Kalau ada keterputusan maka hadisnya menjadi lemah. Contohnya, hadis
yang terputus sanadnya adalah hadis mengenai kedatangan Nabi ketika hijrah lalu
disambut dengan thala’al badru ‘alaina. Hadis ini tidak bisa digunakan sebagai
Contoh lain, kita sering mendengar hadis bahwa mencintai dunia itu
pangkal segala kejahatan. Memang dari segi substansi benar, tetapi dari segi
silsilah sanad hadis ini mengalami keterputusan. Hadis ini diriwayatkan oleh
yang kemudian disebut rawi, masing-masing harus adil dan dhabit. Adil syaratnya
lima. (1) muslim (2) berakal (3) baligh (4) tidak suka bermaksiat (5) menjaga
martabat atau muru'ah. Yang terakhir ini artinya adalah menjaga diri dari hal-hal
yang dapat merusak martabat meskipun tidak berdosa secara syara’. Hal itu
berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang lain. Kalau ada periwayat hadis
yang melakukan hal-hal yang merusak martabat mereka maka hadisnya tidak bisa
dikatakan sahih.
kita terima dari koran-koran dan televisi itu diuji dengan laboratorium ilmu hadis
maka tidak ada berita yang sahih, berita sejarah pun tidak ada yang sahih.
adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin
cix
Bardizbeh Al-Ju'fiy Al-Bukhari. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Bukhari.
Pemilik Al-Jâmi’ Ash-Sahîh ini lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13
Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang
masih beragama Zoroaster. Akan tetapi, Mughirah telah memeluk Islam di bawah
dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, dia juga tidak dapat melihat
Imam Bukhari adalah ahli hadis yang termasyhur di antara para ahli hadis
sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan, dalam kitab-kitab fikih dan
hadis, hadis-hadisnya memiliki derajat yang tinggi. Sebagian ulama menyebut Al-
Mukmin dalam Ilmu Hadis). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia
merujuk kepadanya.
Selian itu, tempat lahirnya kini termasuk wilayah Rusia, yang pada saat
itu memang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam sesudah
Madinah, Damaskus, dan Baghdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan filosof-
filosof besar seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan, ulama-ulama besar seperti
Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah jatuh di bawah kekuasaan Uni Sovyet
cx
dalam bukunya Islam in the Sivyet Union (New York, 1967), pemeluk Islam
masih berjumlah 30 Milliun. Jadi, daerah itu merupakan daerah yang pemeluk
Islam-nya nomor lima terbesar di dunia setelah Indonesia, Pakistan, India dan
Cina.
berhasil menjadi pakar hadis peringkat teratas di zamannya dan menjadi panutan
ahli-ahli hadis yang lahir sesudahnya. Oleh karena itu, belasan karya ilmiah yang
ditulisnya lalu diwariskan, salah satunya adalah Al-Jâmi' Ash -Shah îh yang kita
kenal dengan Sha hîh Al-Bukh ârî. Kitab Al-Jâmi' Ash -Shah îh oleh pengarangnya
sendiri disebut:
b@@_ وﺱ1 وﺱb(1F t اO1 ﺹt*ر رﺱ*ل ا3 أC3 "$Dj0) اA@20) اr(B$) اY3?R)ا
b3?وأی
Penamaan tersebut maksudnya adalah kitab yang memuat hadis-hadis
sahih yang mencakup berbagai bidang dan masalah. Selain itu, rangkaian
yang dibagi lagi menjadi beberapa pasal yang |*ء#*)|?ب اD'آkitab', seperti
. Selain |*ء#*) ﺏ|?ب اﺱ|>?غ ا, dan *ء#*); اf+ ﺏ?بdisebutnya 'bab', seperti
itu, kitab tersebut terdiri dari 97 bab (kitab) dan 3450 pasal (bab).57
menghimpin hadis-h`dis sahih. Selain itu, isinya memuat 9.082 buah hadis
57
Majalah Al-Insan N0. 2 Vol. 1 2005. h. 25.
cxi
termasuk yang mukarrar (hadis yang terulang penyebutannya). Jumah ini
merupakan hasil penyaringan Imam Al-Bukhari kurang lebih dari 600.000 hadis
fikih. Al-Bukhari selain dikenal sebagai seorang ulama hadis, juga dikenal sebagai
seorang ulama fikih, bahkan ada beberapa pakar yang menggolongkannya sebagai
mujtahid mutlak. Hal ini karena dalam banyak hal, pendapatnya sering berbeda
dengan pendapat jumhur ulama serta tidak terikat dengan mazhab mana pun pada
zamannya. Oleh karena itu, hal inilah yang menyebabkan Al-Bukhari sering
mencantumkan satu hadis yang sama pada beberapa bab. Hal ini karena hadis
hadis berikut ini dalam beberapa bab dengan judul yang berlainan. Hadis tersebut
_|) C|3|"ج وi1) C|" وأﺹ$>1) }~ أb%L+ وجTD(1+ _ ا)>?ءة5@3 ?عnD اﺱC3adalah
.?ءG وb) b%L+ *م$)? ﺏb(1`+ YnD2ی
|?ح5@)|?ب اDآdan *م$)?ب اDآHadis di atas terdapat dalam dua bab, yakni
serta terdapat dalam tiga pasal yang masing-masing judulnya sebagai berikut:
58
Ibid.
cxii
Selain itu, upaya Al-Bukhari dalam menghimpun hadis tidak hanya
didasarkan pada rasa tanggung jawab kepentingan umat, tetapi atas dasar
Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak semua hadis sahih lengkap dalam
kitabnya. Jadi, masih banyak hadis sahih lainnya yang tidak dimasukkan oleh Al-
r||? ﺹ3 S إY3?|R)|?ب اD آO|+ |17|? أد3Bukahri. Dalam hal ini ia menyatakan
sebelum penyusunya meninggal. Hal ini didasarkan pada data yang menyebutkan
Yahya bin Ma'in (w 233 H), Ali bin Al-Madani (w 235 H), dan Ahmad bin
Hanbal (w 241 H). Selain itu , 'Ajjaj Al-Khatib menyatakan bahwa Al-Jâmi' Ash-
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’in). selain itu, kitab ini
ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Lalu, ketika usia 22 tahun, Imam Al-
Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan
Selain itu, dia pernah berkata, "Saya menulis buku At-Târikh di atas makam Nabi
cxiii
Karya Imam Al-Bukhari lainnya antara lain kitab Al-Jâmi’ Ash--Sahîh ,
paling monumental adalah kitab Al-Jâmi’ Ash-Sahîh yang lebih dikenal dengan
mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir. Mereka menjelaskan bahwa aku akan
Mimpi inilah antara lain yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jâmi’ Ash-
-Sahîh
diriwayatkannya.
diriwayatkan satu orang dengan lainnya, menyaring, dan memilih mana yang
menurutnya paling sahih, sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring
cxiv
bagi hadis-hadis tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya, "Aku menyusun
kitab Al-Jâmi’ ini yang dipilih dari 600.000 hadis selama 16 tahun."
Abu Zahrah, Abu Hatim At-Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim
bin Al-Hajjaj (pengarang kitab Sahîh Muslim). Dalam kaitan ini, Hmam Muslim
Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan
penduduk Naisabur yang memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan
kepadanya." Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau
tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az-Zihli (guru
Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya."
Isinya, meminta Al-Bukhari agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi
ia jatuh sakit selama beberapa hari. Dan, akhirnxa meninggal pada tanggal 31
Agustus 870 M (256 H) malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari.
Lalu, ia dimakamkan selepas salat zuhur pada hari raya Idul Fitri.
59
Khartand adalah sebuah desa kecil yang terletak dua farsakh (sekitar 10 km) sebelum
Samarkand
cxv
Sebelum meninggal, ia berpesan jika meninggal nanti, jenazahnya
dikafani dengan tiga helai kain tanpa baju dalam dan tidak memakai serban. Pesan
Nama lengkapnya adalah Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Al-
Albani. Lahir pada tahun 1333 H di kota Ashqodar, ibukota Albania masa lampau.
Ia dibesarkan di tengah keluarga yang tak mampu, namun sangat kaya ilmu.
Ketika Raja Ahmad Zagho naik tahta di Albania dan mengubah sistem
dalam rangka menyelamatkan agamanya dan karena takut terkena fitnah. Dari
mulai mempelajari bahasa Arab. Lalu, ia masuk sekolah yang dikelola oleh
60
Informasi ini diperoleh dari http://www.republika.co.id/ yang diakses pada tanggal 3 April
2008
cxvi
Selanjutnya, ia meneruskan belajarnya langsung kepada para syaikh. Ia
keterampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul. Keterampilan ini
kemudian menjadi salah satu mata pencahariannya. Pada umur 20 tahun, Al-
ada dalam majalah Al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Syaikh
Sementara itu, kegiatan pertama di bidang ini ialah menyalin sebuah kitab
karya Al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadis-hadis yang terdapat pada Ihya`
berikutnya, ia tidak punya uang untuk membeli buku-buku. Oleh karena itu, ia
perpustakaan.61
61
Ibid.
cxvii
Adh-Dhahiriyah, sehingga setiap harinya mencapai 12 jam dengan tidak pernah
istirahat untuk menelaah kitab-kitab hadis, kecuali jika waktu salat tiba. Untuk
Selain itu, ia penah dua kali masuk terali. Kali pertama selama satu bulan
dan kali kedua selama enam bulan. Itu tidak lain karena gigihnya berdakwah
Kerajaan Yordania.
Akan tetapi, situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan dirinya untuk
untuk bertugas sebagai anggota Majelis Tinggi Jam`iyah Islamiyah. Di negeri itu
cxviii
Hadis merupakan salah satu rujukan sumber hukum Islam di samping kitab suci
Al-Quran. Di dalam hadis Nabi Muhammad Saw. itulah terkandung jawaban dan
solusi masalah yang dihadapi oleh umat di berbagai bidang kehidupan. Oleh
karena itu, berbicara ilmu hadis, umat Islam tidak akan melupakan jasa Al-Albani.
Oleh karena itu, karya-karyanya sangat banyak. Ada yang sudah dicetak,
ada yang masih berupa manuskrip dan ada pula yang mafqûd (hilang). Jumlahnya
At-Tawasul wa Anwa`uhu
bahkan ada orang yang mengatakan bahwa pemikirannya telah merusak hadis-
hadis karya Al-Bukhari dan Muslim. Sementara itu, Penulis akan menguraikan
beberapa pemikiran Al-Albani dari berbagai sumber, hal ini dimaksudkan agar
cxix
pembelajaran hadis-hadis tidak dicampuri oleh hal-hal yang akan merusak
akan datang dalam asal ustl Sunah. Generasi yang akan datang akan banyak yang
berpegang pada hadis-hadis sahih yang di-takhrîj, serta menolak hadis-hadis lain
yang ada dalam kitab-kitab sahih. Selain itu, dia mengatakan, "Tidak perlu lagi
merujuk kepada Shahîh Al-Bukhârî, Shahîh Muslim, Sunan At-Tirmizi, Abi Daud,
Ikutlah aku dalam hal ini adalah Al-A'immah As-Sâbiqûn yang mengarang
Ibnu Hibban dan lain-lain. Begitu juga yang menulis Adh-Dha'ifah dan Al-
Dzahab Al-Muhallaq).64
Melakukan salat tarawih lebih dari sebelas rakaat itu sama saja dengan
seperti di atas, tidak diuraikan dengan alasan yang jelas, sehingga sebagian orang
menganggap Al-Albani sesat. Hal ini karena dia telah melecehkan hadis-hadis,
13 http://groups.yahoo.com/group/syiar-islam/message/10176
63
Ibid.
64
Ali Mustafa Yaqub, Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006),
h. 125.
cxx
Demikianlah sekilas pembahasan hadis. Namun, meski pembahasan ini
hadis ini bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk mengkajinya lebih jauh.
Hadis merupakan teks yang terinspirasi oleh wahyu dan disabdakan oleh
Rasulullah. Karena itu, teks hadis tidak dapat disamakan dengan teks-teks lain
tingkat kerumitan tersendiri. Hal ini disebabkan oleh kosakata hadis yang sarat
dengan kandungan makna dan banyak ungkapan metaforis atau kiasan, sehingga
disyaratkan memiliki wawasan yang memadai tentang ilmu hadis. Di samping itu,
pada saat menerjemhkan hadis, penerjemah tidak cukup hanya sekadar membuka
kamus, tetapi juga harus merujuk kitab-kitab syarah (penjelasan hadis). Ini
bertujuan untuk memastikan kandungan makna dan maksud hadis yang lebih
dapat dihindari.
Di samping itu, dalam hadis dikenal dengan istilah sanad dan matan.
Sanad adalah rangkaian para periwayat, sementara matan adalah redaksi hadis itu
sendiri. Dalam penerjemahan matan ini, seorang penerjemah juga harus memiliki
cxxi
Kesulitan lain yang dihadapi seorang penerjemah ketika menerjemahkan
, ?|@) "|ذآ, `?|@) ^|?ل, ?|%">7أ, ?@ﺙA|ﺡhadis adalah mencari padanan yang tepat untuk istilah
memiliki cara-cara periwayatan yang berbeda, misalnya dengan cara as-simâ' min
diriwayatkan dengan cara as-simâ'i, al-qirâ'ah, atau dengan cara lainnya. Oleh
karena itu, terjemahan hadis tidak dapat dipakai untuk meneliti cara periwayatan
sebuah hadis. Akan tetapi, seperti yang telah disepakati bahwa setiap hadis itu
secara leksikal, tetap hasil terjemahannya itu tidak dapat dijadikan bahan untuk
65
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h.
26.
cxxii
atau dialog antarkomunikan yang ada dalam kandungan suatu hadis akan hidup
cxxiii
BAB V
5.1. Pengantar
Sebuah buku dapat dikatakan baik dan bermutu apabila memenuhi semua segi.
Selain dari segi isi atau materi, penyajian dan grafis juga menjadi hal yang
penting. Aspek isi dan penyajian sebuah buku bagaikan dua sisi mata uang: kedua
sisinya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Isi
yang bagus tanpa didukung oleh penyajian yang baik akan menghasilkan buku
yang tidak baik. Sebaliknya, penyajian yang bagus tanpa didukung isi yang baik
Aspek isi atau materi menyangkut materi yang disajikan dalam buku,
bahasa yang dipakai dalam buku: ejaan dan tata bahasa. Aspek grafika meliputi
penampilan atau fisik sebuah buku: jenis kertas, jenis huruf, bidang cetak, dan
islustrasi. Oleh karena itu, ketiga unsur tersebut saling mendukung dan saling
terjemahan berdasarkan ketiga segi di atas secara objektif. Dalam hal ini buku
Namun, untuk lebih memudahkan Penulis, kritik ini akan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal akan difokuskan
66
Tim Grasindo, Buku Pintar Penerbitan Buku (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 7.
67
Ibid.
cxxiv
pada masalah penyajian dan grafis, sedangkan kritik internal akan difokuskan
pada hasil terjemahan itu sendiri. Dalam hal ini, Penulis mangategerikan segi isi
atau materi sebagai aspek insternal buku, sementara segi penyajian dan grafis
Sejauh pengamatan penulis, sampai saat ini kitab Mukhtasar Shahîh Al-Bukhârî
telah terjemahkan oleh dua penerbit: Mizan dan Gema Insani Press (GIP). Namun,
di antara hasil terjemahan kedua penerbit tersebut, ternyata hasil terjemahan GIP
diterima pembaca. Contohnya, '(07 ; آO+ آ" ا)@?سX یt اA>F آ?ن
diterjemahkan menjadi Abdullah pada setiap hari Kamis memberikan
berstuktur Arab. Hal ini seperti pada contoh Demi Zat yang diriku berada
dari ىA(ﺏ O2i% ىX) وا. (hal. 448 hadis no. 698)
3. Penerjemahan istilah-istilah serapan yang kurang tepat. Bahkan tidak
cxxv
sedikit mengakibatkan konsep yang berbeda. Contohnya, terjemahan ?بDآ
}(B)ا menjadi Kitab Haid. Dalam bahasa Indonesia, kata serapan kitab
berarti 'buku', sementara kata kitab itu sendiri dalam teks hadis di atas
merupakan terjemahan dari /#"وi0)آ?ة اT)ا (hal 448, hadis no. 698).
5. Penggunaan frasa yang kaku dan tidak wajar dalam bahasa Indonesia.
dari cuplikan hadis t رﺱ*ل اO)? إU%دوV*ا ی%?@?^? آF O%*`@3 *) tوا
?U`@3 O1F _UD1?ﺕa) (hal. 449, hadis no 699).
8. Penerjemahan nama diri yang bermasalah. Contohnya, C0 ا)"ﺡA>F ?ی? أﺏ
diterjemahkan 'Wahai ayah Abdurrahman' (hal. 116, hadis 156). Padahal,
biasanya, kata * أﺏdalam bahasa Arab lenjadi bagian dari nama seseorang.
cxxvi
9. Penerjemahan subjudul yang terkadang sulit dipahami. Contohnya,
10. Sistematika buku yang tampak berbeda dengan buku pada umumnya.
3. Halaman Prancis
8. Isi Buku
Untuk lebih jelasnya, sepuluh bagian buku di atas akan Penulis uraikan
• Nama penulis ditulis dengan font geometr 231 HU BT dan dicetak warna
pink
cxxvii
• Judul Arab ditulis dengan khat naskh dan tsulust dan dicetak warna kuning
• Judul terjemahan ditulis dengan font France capital dan dicetak warna
• Tebal Jilid 3 mm
• Ukuran buku x cm
Halaman kulit dalam pada buku ini dibuat dari kertas HVS tebal yang merangkap
pada lembaran cover atau jilid. Selain itu, halaman ini merupakan lembaran
Halaman ini berisi tulisan basmalah dicetak dengan khat berwarna ungu, judul
buku bahasa Arab dengan khat raihani, dan judul terjemahan dicetak dengan font
france.
Halaman ini berisi judul asli buku dalam bahasa Arab, judul terjemahan, nama
Berdasarkan standar penerbitan buku, halaman ini memuat tiga bagian pokok: (1)
deskripsi buku; (2) hak cipta/hak terjemahan dan larangan untuk memperbanyak;
(3) nama penerbit. Selain itu, dalam lembaran ini pula dicantuman nomor produk,
cxxviii
atau memuat hal-hal di atas. Dalam hal ini, penulis akan melihat lembar hak cipta
menyebutkan dua bagian di atas, yaitu bagian deskripsi buku dan nama penerbit.
Satu bagian lagi, yaitu bagian hak cipta/hak terjemahan dan larangan
Nasional. Pada bagian deskripsi buku dan penerbit disebutkan, judul asli buku
terjemahan, penulis, penerbit buku asli, alih bahasa, penyunting, perwajahan isi,
penata letak, ilustrasi, penerbit, alamat lengkap penerbit, cetakan, dan tahun terbit.
Akan tetapi, di sini tampak bahwa identitas buku asli kurang lengkap. Biasanya
selain nama penerbit buku asli, kota penerbit dan tahun terbit juga disebutkan.
Lembaran ini diberi judul Isi Buku. Halaman ini memuat nama-nama kitab (yang
dmaksud kitab di sini adalah bab), nomor bab (yang dimaksud bab di sini adalah
subbab), dan nomor halaman tempat kitab dan bab tersebut berada. Ketiganya
dituliskan pada tiga kolom yang berurutan. Sementara itu, font yang digunakan
adalah baramond dengan ukuran 12 dan dicetak pada kertas HVS 70 gram yang
cxxix
5.3.8. Isi Buku
Tubuh utama buku terjemahan Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî ini terdiri dari dua
bagian: pendahuluan dan kitab-kitab (bab-bab) isi utama. Sementara itu, setting
Setting naskah
• Teks bahasa sumber (yang dalam hal ini adalah hadis) dicantumkan;
• Teks bahasa sumber ditulis dengan baramond dengan ukuran 18 dan spasi
1;
• Teks bahasa sasaran ditulis dengan font baramond, dengan ukuran 12 dan
spasi 1;
• Setiap judul hadis dan matan (redaksi) hadis diberikan nomor urut;
(miring);
• Jenis kertas yang dipakai HVS berukuran 15,8 cm x 23,8 cm dan berat 70
cxxx
• Margin yang halaman isi: top 1,5 cm; bottom 1,8 cm; left 1,7 cm; right 1,4
cm.
Halaman ini berisi informasi buku rujukan terbitan penerbit GIP. Halaman ini
merupakan halaman kedua dari belakang. Sementara itu, yang halaman yang
paling akhir dari buku terjemahan Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî ini adalah
halaman kosong.
kecuali nama sahabat yang langsung meriwayatkan hadis dari Nabi Saw.
cxxxi
Di samping itu, Penulis memberikan penjelasan yang terkait dengan status
hadis.
Dari hasil analisis di atas dapat dikatakan bahwa dari sisi eksternalnya,
buku terjemahan Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî ini cukup baik. Akan tetapi,
lembaran hak cipta buku tersebut tidak disebutkan bahwa hak cipta atau hak
Selain itu, perbedaannya dengan buku lain terletak pada penomoran halaman.
Biasanya, halaman persiapan diberi angka romawi i, ii, iii, dan seterusnya,
Shahîh Al-Bukhârî secara internal. Artinya, kritik terhadap isi buku tersebut.
kritik, Penulis juga akan memberikan penilaian secara objektif dan matematis
dengan menggunakan model penilaian Moch. Syarif Hidayatullah. Jadi, hasil dari
kritik ini selain mengetehui kekurangan dan kelebihan buku terjemahan ini, baik
secara matematis.
ini secara keseluruhan, maka kritik ini hanya dilakukan pada bab tertentu saja,
cxxxii
yaitu Bab Zakat. Sementara itu, yang menjadi salah satu dasar pertimbangan
Penulis mengambil bab ini di antaranya, dalam Bab Zakat ini sering dijumpai
kata زآ?ة،قA$|| ﺕ،||?قi%إ yang kesemuanya dapat mewakili istilah zakat itu
sendiri. Oleh karena itu, ketika seorang penerjemah tidak berhati-hati dalam
memahami konteks kalimat bahasa sumber, maka dia bisa keliru dalam memilih
kata. Mungkin saja kata قA$|ﺕ yang seharusnya diterjemahkan berzakat, jutru
diterjemahkan bersedekah, atau berbuat baik. Atas dasar itu, bab yang satu ini
Adapun prosedur penilaiannya, seperti yang telah dijelaskan pada Bab III
Kerangka Teori, yaitu Penulis mengambil lima lembar pertama Bab Zakat ini.
Data yang lima lembar itu mula-mula akan dikritisi secara detail yang dilakukan
Caranya, setiap lembar akan diberi skor nilai 100, setelah itu tahap
berikutnya adalah mengurangi skor 100 tersebut dengan skor nilai kesalahan yang
terdapat kalimat atau kata yang tidak diterjemahkan dikurangi 10, jika
diksi atau kesalahan kecil hanya dikurangi 1. Nilai setiap halaman akan
dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah halaman. Hasilnya adalah nilai rata-
Halaman Kesatu
(1) آة( و ل:ا ا2=ا اة و2 )وأ+ل ا2 آَة و9:ب ا2ُ
ُﺏَب و
?آ ﺡی@ اBC D +? اEن رG" 2? أﺏH ﺡ+? اE س رJاﺏ
فGآة وا وا:ﻡﻥ ﺏة واK و"
یD + ا
cxxxiii
Bab 1: Diwajibknnya Zakat Dan Firman Allah, "Dirikanlah shalat dan tunaikanah
zakat." (al-Baqarah: 110)
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Aku diberi tahu oleh Abu Sufyan r.a., lalu ia menyebutkan
hadits Nabi. Ia mengatakan, 'Nabi menyuruh kita supaya mendirikan shalat, menunaikan
zakat, silaturahmi (menghubungi keluarga), dan afaf' menahan diri dari perbuatan
buruk.'"
Terjemahan hadis di atas tampak harfiah dan tidak komunikatif. Tidak hanya itu
ungkapan yang tidak biasa muncul dalam bahasa Indonesia, membuat terjemahan
tersebut semakin kaku. Hal itu dapat dilihat mulai dari kalimat pertama sampai
kalimat terakhir.
Sebenarnya dalam Indonesia itu sendiri kata tersebut berasal dari bahasa Arab.
Namun, kata itu telah mengalami pergeseran makna. Dalam bahasa Arab, kata
bab dipergunakan untuk menyebut suatu hal atau masalah. Sementara itu, dalam
bahasa Indonesia biasanya dipergunakan untuk suatu bagian buku. Meski kata bab
ini juga dalam KBBI ada yang bermakna 'masalah' atau 'hal', tetapi makna yang
paling sering dipakai adalah makna yang merujuk pada makna pertama, yaitu
merujuk pada bagian isi buku. Hal ini tak berbeda dengan kata kitab dalam bahasa
Dan Firman Allah, "Dirikanlah shalat dan tunaikanah zakat.". Menurut tradisi
tulis menulis dalam bahasa Arab, judul suatu tulisan selalu dibuat dari jumlah
ismiyah bukan dari jumlah fi'liyah. Demikuan pula dalam bahasa Indonesia. Judul
biasanya diawali dengan kata nomina, jarang dengan verba. Berikutnya, kalimat
cxxxiv
... ة6$|)|*ا ا0(^ وأO)?|` ﺕb|)*^ وapabila merujuk kepada pendapat Az-Zain bin
Munir yang dikutip oleh Ibnu Hajar, merupakan mubtada' yang khabar-nya
dilesapkan, yaitu ?|U*ﺏG*) ;|()ه|* د. Karenanya, terjemahan judul di atas akan
berzakat atas dasar firman Allah …Munculnya terjemahan atas dasar firman
?U*ﺏG*). 68
Abbas r.a. berkata, "Aku diberi tahu oleh Abu Sufyan r.a., lalu ia menyebutkan
yang tidak biasa dalam bahasa Indonesia. Hal itu dapat dilihat pada verba yang
disusun berurutan yang seakan kejadian verba tersebut berurutan pula. Petikan
langsung "Aku diberi tahu oleh Abu Sufyan, kemudian gabungan dengan klausa ia
menyebutkan hadits Nabi dengan konjungsi lalu merupakan struktur yang tidak
petikan tidak langsung dalam satu kalimat tidak biasa. Setelah itu, disusul dengan
berurutan. Partama, Ibnu Abbas menyebutkan bahwa dirinya diberi tahu sebuah
hadis oleh Abu Sufyan, kemudian yang kedua Abu Sufyan menyebutkan hadis.
68
Informasi ini diperoleh dari http://www.al-islam.com, yang diakses pad tanggal 13
April 2008
cxxxv
Kemudian apabila mengacu kepada disiplin ilmu hadis, proses menerima
itu, tidak lain jika terdapat istilah ^|?ل،"|>7 أ،Y0| ﺱ،ّثA|ﺡ merupakan proses
penerimaan hadis itu sendiri dari seorang guru oleh seorang murid.69 Dengan
untuk disiplin ilmu hadis ini, akan lebih jelas jika diterjemahkan meriwayatkan.
tetapi, dari segi diksi, frasa mendirikan shalat dan menunaikan zakat belum
kolokatif dan masih berupa terjemahan literal. Frasa mendirikan shalat merupakan
terjemahan dari ة6$)ا /3?^إ Padahal, kata iqamah menurut Muhammad bin Jarir
bermakna ada' (menunaikan).70 Dengan demikian, kolokasi yang tepat dari kata
kerabat.71 Terjemahan di atas sudah jelas berbeda dengan maksud silaturahmi itu
sendiri.
sebagai berikut:
69
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h.
59.
70
Muhammad bin Jarir, Jami Al-Bayan fi Ta'wil Al-Quran (T.tp.: Muassasah Ar-Risalah,
2000), jilid II, h. 505.
71
Ibid.
cxxxvi
Kolom Penilaian
(2) _1 و ﺱb(1F t اO1 ﺹg>@) اO"اﺏ(? أﺕF أن أb@F t اg# ه"ی"ة رg أﺏCF
b|"ك ﺏd| ﺕS وt اA>` ^?ل ) ﺕ. /@R) ا17 دbD10F ; إذا0F O1F g@)?ل دa+
. ( ?نf3*م ر$ وﺕ/#"وi0)آ?ة اT)دي اV وﺕ/*ﺏD50)ة ا6$)(_ اa[(? وﺕ
b|(1F t اO1 ﺹg>@) ^?ل اg)? و01+ . اX هO1F A أزیS ]A( ﺏg2i% يX)^?ل وا
اX هO)" إh@(1+ /@R) أه; اC3 ;G رO)" إh@ ﺱ"] أن یC3 ) _1و ﺱ
ِAbu Hurairah r.a. mengatakannya bahwa seorang dusun datang kepada Nabi saw.
lalu berkata, tunjukkan kepadaku amal yang apabila aku amalkan, maka saya
masuk surga." Beliau menjawab, kamu menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu pun, mendirikan shalat fardhu, menunaikan zakat yang diwajibkan, dan
berpuasa pada btlan Ramadhan." Ia berkata, "Demi Zat yang diriku berada dalam
genggaman-Nya (kekuasaan-Nya), saya tidak menambah atas ini." Ketika orang itu
berpaling, Nabi sav. bersabda, barang siap yang ingin melihat seseorang dari penghuni
surga, maka lihatlah orang ini.
hadis itu disebut periwayatan. Oleh karena itu, apabila ada kata ثA|ﺡ ، ^|?ل،Y0|ﺱ
terdapat Abu r.a. mengatakan. Sebaiknya, kata mengatakan akan lebih sesuai
cxxxvii
dipergunakan. Sebab, kata dusun yang artinya 'kampung' bukan sebagai sebutan
kata yang merujuk orang, seperti pelajar, guru, rektor, petani, dan sebagainya.
amalkan, maka saya masuk surga." Sebenarnya, kalimat tersebut statusnya belum
jelas apakah kalimat tanya atau kalimat imperatife. Jika kalimat imperatif karena
diawali dengan kata tunjukkan, seharusnya di akhiri dengan tanda seru (!). apabila
kalimat tanya, maka munculkan pula kata tanya misalnya dengan kata apa dan
diberi tanda tanya (?). Sementara itu, tanda baca yang dipergunakan dalam
kalimat tersebut adalah tanda titik (.). Kata amalkan dapat diberi varian, misalnya,
Rasulullah itu memiliki konotasi perintah dan terkesan tidak sopan. Sebaiknya,
kata tersebut diganti dengan kata lain yang memiliki konotasi yang halus dan
Indonesia, istilah zakat itu dipergunakan untuk konsep zakat yang wajib. Karena
itu, tidak dikenal zakat sunat. Dengan demikian, frasa zakat yang diwajibkan
cxxxviii
kekuasaan. Apabila diperhatikan, terjemahan "Demi Zat …tersebut masih belum
terbebaskan dari strutktur bahasa sumbernya. Akan lebih terasa wajar apabila
tidak biasa. Ungkapan sumpah yang yang kerap dipakai adalah "Demi Allah!"
Berikutnya, kalimat saya tidak menambah atas ini, dianggap belum jelas. Pertama
Sekalipun terdapat frasa atas ini, tetapi ketentuan dalam struktur kalimat bahasa
Indonesia antara verba transitif dengan objek tidak boleh diselingi kata tugas,
yang dalam hal ini kata atas. Berikutnya rujukan kata ini oleh penerjemah tidak
"Barangsiapa yang ingin melihat seseorang dari penghuni surga surga, maka
lihatlah orang ini." Di sini ditemukan penggunakan diksi dan frasa yang tidak
efetif yang tidak tepat. Kata berpaling seharusnya ganti dengan kata yang lebih
jelas, dan frasa seseorang dari penghuni surga dibuat mdnjadi frasa yang lebih
efektif dan wajar dalam bahasa Indonesia. Kata berpaling diganti dengan kata
pergi, dan frasa seseorang dari penghuni surga diefektifkan menjadi seorang
penghuni surga.
cxxxix
Kolom Penilaian
Dengan demikian skor nilai lembaran pertama adalah 100 – (-15 – 27) = 61
Halaman Kedua
(3) وb(1F t اO1 ﺹt رﺱ*ل اg+*? ﺕ0) : ^?لb@F t اg# ه"ی"ة رg أﺏCF
"|0F |?لa+ ا)`|"بC|3 "|i آC|3 "|i وآb|@F t اg|#" ر5_ وآ?ن أﺏ* ﺏ1ﺱ
وb|(1F t اO1| ﺹt ^|?ل رﺱ|*ل اA|^?ﺕ|; ا)@|?س ؟ وa ﺕu( آb@F t اg#ر
_$|F A|a+ ?|U)?^ C0+ t اS إb) إS *)*اa یOD"ت أن أ^?ﺕ; ا)@?س ﺡ3_ ) أ1ﺱ
|"ق+ C|3 C1^|?ﺕ8 t|?ل واa+ . ( t اO1F b?ﺏ2 وﺡbaB ﺏS إb2i% وb)?3 g@3
*ا%?||@?^||? آF g%*||`@3 *|) t||?ل وا0) اl||آ||?ة ﺡT)ن اL|+ آ||?ةT)ة وا6$||) اC(|ﺏ
^||?ل. ?|U`@3 O||1F _UD1|?ﺕa) _1|| و ﺱb|(1F t اO1|| ﺹt رﺱ|*ل اO||)|? إU%دوVی
g#" ر5 ﺏgر أﺏA ﺹt ["ح اA^ أنS? ه* إ3 t*ا+ b@F t اg#" ر0F
lB) اb% أ+"`+ b@F tا
Abu Hurairah berkata, ketika Rasulullah wafat, dan yang menjadi Khalifah sepeninggal
beliau adalah Abu Bakar, maka kafirlah orang-orang yang kafir dari kalangan bangsa
Arab. Umar berkata kepada Abu Bakar, 'Bagaimana engkau akan memerangi orang-
orang, sedangk`n Rasulullah telah bersabda, 'Aku diperintahkan untuk memerangi
manusia sehingga mereka mengucapkan, 'Tiada tuhan melainkan Allah.' Barangsiapa
yang telah mengtcapkannya, maka ia telah memelihara daripadaku harta dan jiwanya
cxl
kecuali dengan haknya, dan hisabnya atas Allah ta'ala? Abu Bakar berkata, 'Demi Allah,
saya akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dengan zakat, karena zakat
itu hak harta. Demi Allah, seandainya mereka menghalangi saya dari anak kambing
(dalam satu riwayat seikat tali) yang dulu mereka tunaikan kepada Rarulullah, niscaya
saya perangi karena pencegahannya itu.' Umar berkata, 'Demi Allah, hal itu tidak lain
karena (aku melihat bahwa 2/125) Allah telah membuka hati Abu Bakar untuk
(memeranginya), maka saya tahu bahwa hal itu betul.'"
Seperti yang telah disebutkan bahwa ketika ada seorang perawi hadis
antaranya untuk menjaga kekhasan hasil terjemahan hadis. Demikian pula klausa
orang-orang yang kafir dari kalangan Arab. Kalimat itu merupakan terjemahan
dari ا)`|"ب C|3 "|i آC|3 "|iآ. Terjemahan kalimat tersebut sulit dipahami. Pesan
yang tertangkap dalam kalimat itu, orang kafir menjadi kafir. Sementara itu, kata
kafirah menunjukkan bahwa orang yang kafir itu sebelumnya tidak kafir. Akan
bagaimana.... Pada praktiknya, Umar itu menanyakan sesuatu kepada Abu Bakar.
Karenanya, kata berkata sebaiknya diganti dengan kata yang lebih tepat dan
memerangi orang,orang masih dianggap belum jelas, apakah orang Islam atau
orang kafir.
cxli
Pada terjemahan berikutnya ditemukan kalimat Barangsiapa yang telah
kecuali dengan haknya, dan hisabnya atas Allah ta'ala? Dalam kalimat tersebut
dari anak kambing sulit dipahami dan tidak biasa muncul dalam bahasa
Indonesia.
Kolom Penilaian
Kalimat tidak 0
diterjemahkan
Kalimat terjemahan salah - ... maka ia memelihara daripadaku harta dan -5
pesan jiwanya kecuali dengan haknya
seandainya mereka menghalangi saya dari anak -5
kambing
- Menunaikan Zakat Firman Allah… -5
cxlii
- kafirlah orang-orang kafir -5
Halaman Ketiga
(6) L وMG واNهBون ا:O یJیB ) واO)?` ﺕb)*^آ?ة وT) اY%?3 _ﺏ?ب إﺙ
رP? ﻥPC
SP Pم ی2P ی.
Pاب أBPه
ﺏQPC + اRP" ?C Sﻥ2Gی
O*PPGﻥU
:PP آPPا ﻡBPPره
ه2PPSV
وSﺏ2PP
وSهPP
PPSى ﺏ2PPOC
PPS
( ون:O
ا ﻡ آ2 وBC
) _1| و ﺱb|(1F t اO1 ﺹg>@) ^?ل ا: *لa یb@F t اg# ه"ی"ة رg أﺏCF
]Vn? ﺕUa? ﺡU(+ e` إذا ه* )_ ی%?? آ3 "(7 O1F ?U> ﺹ?ﺡO1F ;ﺏI اgﺕoﺕ
?Ua? ﺡU(+ e` إذا )_ ﺕ%?? آ3 "(7 O1F ?U> ﺹ?ﺡO1F _@c) اgﺕo? وﺕU+?i7oﺏ
. ( |?ء0) اO|1F J1B? أن ﺕUa ﺡC3? و^?ل وU%"وa ﺏbBn@? وﺕU+6#o] ﺏVnﺕ
?*ل یa(+ ? ی`?رU) bD>^ رO1F ?U10B?ة یd ﺏ/3?(a)آ_ ی*م اA أﺡgﺕo یS^?ل ) و
b|) bD>^ رO1F b10B ﺏ>`(" یgﺕo یS وc1 ﺏA^ ?([ <) <13 أS ^*لo+ A0B3
c1 ﺏA^ ?([ t اC3 <) <13 أS ^*لo+ A0B3 ?*ل یa(+ ر~?ء
Bab 3: Dosa Orang Yang Menolak Untuk Membayar Zakat Firman Allah, "Orang-
orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah,
maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam. Lalu, dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, 'Inilah
harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu.'"
Abu Hurairah berkata, "Nabi bersabda, 'Unta itu akan datang kepada pemiliknya
dengan keadaan sebaik-baiknya. Tetapi, ternyata pemiliknya tidak memberikan haknya.
Maka, unta itu menginjaknya dengan telapak kakinya. Kambing itu akan datang kepada
pemiliknya dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Tetapi, ternyata pemiliknya tidak
memberikan haknya. Maka, kambing itu menginjaknya dengan telapaj kakinya dan
cxliii
menanduk dengan tanduknya. Di antara hkanya ialah diperas susunya di tempat air untuk
diminum orang-orang miskin.
Salah seorang di antaramu akan mdmbawa kambing di atas tengkuknya (pada
hari kiamat) dan kambing itu bersuara. Orang itu berkata, 'Hai Muhammad mad.' Lalu,
aku menjawab, 'Aku tidak kuasa menolongmu dari (azab) Allah barang sedikit pun, aku
telah menyapaikan. Tidaklah seseorang datang membawa unta itu bersuara. Orang itu
berkata, 'Hai Muhammad.' Aku menjawab, 'Aku tidak kuasa menolongmu dari (azab)
Allah sedikit pun, dan aku telah menyampaikannya.'"
Judul hadis di atas diterjemahkan Dosa Orang Yang Menolak Untuk Membayar
Zakat Firman Allah. Apabila diperhatikan, frasa membayar zakat firman Allah
Kolom Penilaian
Jumlah Skor - 22
cxliv
Halaman Keempat
(7) _1 و ﺱb(1F t اO1 ﺹt ^?ل رﺱ*ل ا: ^?لb@F t اg# ه"ی"ة رg أﺏCF
b) ? أ^"عF?R[ /3?(a) ی*م اb) ;:3 bدي زآ?ﺕV_ ی1+ S?3 tﺕ?] اw C3 )
<)?3 ?%*ل أa ﺙ_ یb(^A[ g@` یb(3TU1 ﺏX7o ﺙ_ ی/3?(a) ی*م اb^*n?ن یD>(زﺏ
*ن5 ی:/ روایg+ ( )و/ ا{ی. { ن2 یJیB اJ* یL } 6ك ﺙ_ ﺕT@? آ%أ
?% أ:*لa ویb>1n(+ ،b> ﺹ?ﺡC3 "i? أ^"ع یF?R[ /3?(a)آ_ ی*م اA أﺡT@آ
و^?ل رﺱ*ل.]?+ ?U0a1(+ ]A یe2> یOD ﺡb>1nال یT یC) t وا: ^?ل.كT@آ
ی*مb(1F e12? ﺕUa ﺡe`? رب ا)@`_ )_ ی3 إذا:_1 وﺱb(1F t اO1 ﺹtا
.?U+?i7o ﺏbUG وe>j ﺕ،/3?(a)ا
Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa yang diberi harta oleh
Allah, namun tidak mengaluarkan zakatnya, maka harta itu akan dijadikan seperti ular
jantan botak (karena banyak racunnya dan sudah lama usianya). Ular itu mempunyai dua
taring yang mengalungi lehernya pada hari kiamat. Kemudin ular itu menyengatnya
dengan kedua taringnya. Ia mencengkeram dengan kedua rahangnya dengan berkata,
'Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu.' Kemudian beliau membacakan ayat, 180.
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada
mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu
akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di leher merek di hari
kiamat. Kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Allah
mengetahi apa yang kamu kerjakan.' (Dalam satu jalan periwayatan dengan redaksi yang
berbunyi, 'Harta simpanan seseorang dari kamu itu besok pada hari kiamat akan menjadi
ular jantan yang botak, dan pemiliknya lari menjauhinya, tetapi ular itu mengejarnya
sambil berkata, "Aku adalah harta simpananmu.' Rasulullah bersabda, 'Demi Allah, ular
itu terus mengejarnya. Sehingga, ia membentangkan tangannya, lalu ular itu
mengunyahnya dengan mulutnya.' Sabda beliau selanjutnya, 'Apabila pemilik binatang
ternak itu tidak memberikan haknya (zakatnya), niscaya ternak itu akan dikuasakan
atasnya pada hari kiamat. Lalu, akan menginjak-injak wajahnya dengan telapak kakinya.'"
Dalam terjemahan di atas ada kalimat Dalam satu jalan periwayatan dengan
cxlv
Namun dilihat dari disiplin ilmu hadis, kata satu jalan periwayatan akan lebih
?|0U@F t اg|#|" ر0F C| ﺏt اA|>F Y|3 ?|@G"7 : _ ^|?ل1| أﺱC ﺏA)?7 CF
S و/f||i) واJهX||)ون اT||@5 یCیX||) } واt ^||*ل اg||%">7 أg||"اﺏF||?ل أa+
_|1+ ?|هT@ آC|3 ?|0U@F t اg|#|" ر0F C| ^|?ل اﺏ. { t ﺱ>(; اg+ ?U%*ai@ی
?|U1`G |)T%|? أ01+ آ?ةT)ل اT@ا ^>; أن ﺕX? آ?ن ه0% إb) ;*ی+ ?Uدي زآ?ﺕVی
*ال3) "اUk tا
Dari Khalid bin Aslam, ia berkata, kami pernah keluar bersama Abdullah bin Umar r.a.,
lalu ada seorang desa berkata, 'Beritahukanlah kepadaku tentang fiman Allah,
walladziina yaknizuu
Dalam terjemahan di atas ditemukan frasa seorang desa. Frasa tersebut dianggap
tidak wajar dalam bahasa Indonesia. Sebab, kata seorang biasanya dipakai untuk
menjadi pewatas kata yang merujuk pada orang, seperti seorang dekan dan
seorang mahasiswi. Karena itu, frasa tersebut dianggap aneh dan tidak biasa
Kolom Penilaian
cxlvi
- Dari Khalid bin Aslam, ia -3
berkata,.. Khalid bin Aslam
meriwayatkan
- dikuasakan atasnya -2
- Sehingga, …sehingga … -1
- Seorang desa berkata seorang -3
penduduk desa
- Beritahukanlah kepadaku -2
jelaskanlah kepadaku
Jumlah Skor - 20
Halaman kelima
menyimpan emas dan perak tidak menafkahkannya di jalan Allah'.' Ibnu Umar berkata,
dirinya. Ketentuan ini adalh sebelum kewajiban zakat itu diturunkan, maka zakat itu
dijadikan oleh Allah sebgai penbuci bagi seluruh harta yang dimiliki oleh seseorang.
?0(+ '() ) _1 و ﺱb(1F t اO1 ﺹg>@) ^?ل ا: *لa یb@F t اg# رA(` ﺱg أﺏCF
?0(+ '() و/^A' ذود ﺹ07 ? دون0(+ '() و/^A' أواق ﺹ07 (9) دون
( /^A ﺹl' أوﺱ07 دون
Abu Sa'id r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Tidak ada zakat apa yang di bawah
lima uqiyah (20 mitsqal emas/200 dirham perak), tidak ada zakat pada apa (unta) yang di
bawah lima ekor, dan tidak ada zakat pada apa (hasil tanaman) yang di bawah lima
wasaq.'"
?|3 b) 1a+ b@F t اg# ذر رgﺏo? ﺏ%ذا أL+ ةX"رت ﺏ?)"ﺏ3 : ^?لJ وهC ﺏA زیCF
(10) <)T%أ
ونT|@5 یCیX|) } اg|+ /|`?وی3|? و%| أi1D7?+ مod|)?ا ؟ ^|?ل آ@| ﺏX)< هT@3
;| أهg|+ |)T% /|`?وی3 ^|?ل. { t ﺱ|>(; اg+ ?U%*ai@ یS و/fi) واJهX)ا
|?ن0:F O|) إJ|D ذاك وآg|+ b|@( وﺏg@(?ن ﺏ5+ _U(+(@? و+ )T% 1a+ ?بD5)ا
"||:5+ ?UD3A|a+ /||@یA0)م اA|^|?ن أن أ0:F g||) إJ|D5+ g%*5d|| یb|@F t اg|#ر
إنg|) |?لa+ ?ن0:`) آ"ت ذاكX+ <) ^>; ذg%_ )_ ی"وU%o آOD ا)@?س ﺡg1F
g|1F |"وا3ل و)|* أT|@0)ا اX| هg@)T%ي أX)اك اX+ . ?>@ ^"ی5+ (B@[ ﺕ
`k` وأ02) ?(d>ﺡ
cxlvii
Zaid bin Wahab berkata, "Saya berjalan-jalan melalui suatu desa yang bernama
Rabdzah. Tiba-tiba saya bertemu dengan Abu Dzar. Lalu, saya bertannya kepadanya,
apakah yang menxebabkan berdiam di rumah kediamanmu sekarang ini? Ia (Abu Dzar)
menjawab 'Dahulu saya berada di Syam. Pada suatu saat saya berselisih dengan
Mu'awiyah dalam persoalan ayat yang berbunyi alladziina yaknuzuudz-dzahaba wal-
fidhdhata walaa yunfiquunahaa fii sabiilillah' orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah. Mu'awiyah berkata, ayat tersebut
diturunkan untuk Ahli Kitab. Tetapi, saya sendiri berpendapat bahwa ayat itu turun untuk
golongan kita muslimin dan juga untuk Ahli Kitab.
Akhirnya, terjadilah sesuatu yang tidak menggembirakan antara saya dan
Mu'awiyah karena penafsiran yang berbeda tadi. Kemudian Mu'awiyah menulis surat
untuk mengadukan pendapatku.
terdapat dua pronomina -nya, yang pertama merujuk kepada harta, sementara
yang kedua pun merujuk kepada harta. Penggunaan kedua pronomina tersebut
tidak tepat. Sebab, pronomina –nya yang kedua lerujuk pada pronominal –nya
yang pertama. Sementara itu, dalam kaidah bahasa Indonesia, suatu pronomina
merujuk pada pronomina yang lain, tidak dibenarkan. Karena itu, pronominal
cxlviii
pertama harus dimunculkan nomina acuannya, untuk kemudian dapat dirujuk oleh
terjemahan dari kata " ﺏــ3. Sementara itu, arti kata tersebut bukan jalan-jalan
,melainkan melewati. Karena itu, jelas berbeda antara makna berjalan-jalan dan
melewati. Selanjutnya, kalimat jawaban dari Abu Dzar, Dahulu saya berada di
Syam. Untuk rafam lisan penggunaan kata dahulu dianggap kaku meski kata
dahulu merupakan bentuk baku. Karena itu, kata tersebut cukup dengan memakai
bentuk dulu.
hanya berbeda pendapat dalam menafsirkan sebuah ayat. Karena itu, penggunaan
kata yang tidak tepat dapat menghasilkan konotasi yang berbeda pula.
Ahli Kitab.' Tetapi, saya sendiri berpendapat bahwa ayat itu turun untuk
golongan kaum muslimin dan juga untuk Ahli Kitab. Struktur yang dipergunakan
dalam kedua kalimat di atas tidak relevan dengan isi kedua kalimat itu sendiri.
tetapi, tetapi dari sisi pesan, sebagian isi kalimat kedua sama dengan isi kalimat
pertama.
cxlix
Dalam paragraf berikutnya, terdapat kalimat Akhirnya terjadilah sesuatu
yang tidak menggembirakan. Kalimat ini merupakan terjemahan dari g@(?ن ﺏ5+
<) ذg+ /`?وی3 C(وﺏ.
Di sini terlihat sesuatu yang tidak menggembirakan merupakan terjemahan
dari <) ذg+. Sementara itu, dalam teks aslinya, kata <)ذ merujuk pada
terlalu umum untuk mewakili konsep perbedaan pendapat yang hampir berujung
pada perselisihan.
Kolom Penilaian
Jumlah Skor - 35
cl
Dengan demikian skor nilai halaman kelima adalah 100 – 35 = 65
Jadi, nilai rata-rata hasil terjemahan ini adalah
BAB VI
Pada bab terakhir ini, Penulis dapat mengambarkan secara ringkas bahwa
cli
buku Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî terbitan Gema Insani Press sebagai
masalah yang ada, maka penelitian ini Penulis batasi pada masalah terjemahan
hadis-hadis yang ada dalam bab zakat saja. Untuk lebih fokus, Penulis mengambil
data sebanyak lima lembar pertama dari terjemahan hadis yang terdapat dalam bab
tersebut. Sementara itu, teori yang dipergunakan adalah teori kritik dan penilaian
mengurai masalah yang ada dalam objek, yang kemudian memberikan apresiasi,
kritik, dan penilaian secara objektif, menyeluruh, luas, dan mendalam dari sudut
Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî yang diterjemahkan oleh As'ad Yasin dan Elly
Latifa, terbitan Gema Insani Press, belum akurat. Dalam buku tersebut masih
banyak ditemukan konstruksi bahasa yang kaku, tidak jelas, dan tidak wajar
menurut kaidah bahasa Indonesia. Hal ini dapat diperhatikan pada kolom
penilaian yang ada pada BAB IV bagian kritik internal. Berdasarkan penilaian
yang telah dilakukan, nilai lembar pertama sampai lembar kelima masing-masing
61, 74, 78, 80, dan 65. Selanjutnya, jumlah nilai tersebut dibagi jumlah halaman
(lima halaman). Dari situ dapat diperolah nilai rata-rata 71,6. Nilai tersebut sama
dengan nilai B dalam bentuk huruf. Akan tetapi, menurut standard penilaian
clii
Machali, nilai 71,6 masuk pada nilai C. Oleh karena itu, Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. et all. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003
cliii
Antartikasari, Melati. "Kajian Sintak-Semantik Partikel و/Waw/ dalam Al-Quran
tidak diterbitkan
Firdaus, 2000
2006
1995
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir, Kedudukan As-Sunnah dalam Syari'at Islam.
Yogya, 2001
cliv
Mansyur, Moh dan Kustiawan. Pedoman bagi Penerjemah Arab-Indonesia
Risalah, 2000
Fikr, t.t.
Putrayasa, Ida Bagus, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung:
Yogya, 2002
clv
Syihabuddin. Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek). Jakarta:
Humaniora, 2005
Hikmah, 2004
Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
Yazid bin Abdul Qadir. Kedudukan As-Sunah dalam Syariat Islam. Bogor:
library.gunadarma.ac.id
www.depdiknas.go.id
kebunhikmah.com
www.republika.co.id
www.al-islam.com
LAMPIRAN
clvi
SAMPEL KORPUS DATA
clvii
clviii
clix