Anda di halaman 1dari 19

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Referat

Penyusun:
Maria Puspa Kartika 130112160678
Muhammad Kemal Akbar 130112160649
Yee Li Yue 130112163532
Syahri Hidayah Damanik 130112160514
Bunga Vanadia 130112160522

Pembimbing :
Agung Dinasti Permana,dr.,SP.T.H.T.K.L(K).,M.Kes.,FICS

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL


Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
Bandung
2018

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 2


BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1. Definisi dan Latar Belakang ..................................................... 3
2.2. Epidemiologi ............................................................................ 4
2.2.1. Frekuensi ...................................................................... 4
2.2.2. Ras ................................................................................ 4
2.2.3. Jenis Kelamin ............................................................... 5
2.2.4. Usia ............................................................................... 5
2.3. Etiologi ..................................................................................... 5
2.4. Patofisiologi ............................................................................. 6
2.5. Jenis .......................................................................................... 7
2.6. Diagnosis .................................................................................. 7
2.6.1. Anamnesis .................................................................... 7
2.6.2. Pemeriksaan Fisik ........................................................ 8
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang ................................................ 8
2.7. Penatalaksanaan ....................................................................... 9
2.7.1. Medikamentosa ............................................................ 9
2.7.2. Pembedahan ................................................................. 10
2.8. Komplikasi ............................................................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14


LAMPIRAN ...................................................................................................... 15

1
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga


tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Penyakit ini terbagi
menjadi otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing
golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, sehingga secara rinci penyakit ini
terbagi menjadi otitis media supuratif akut (OMA), otitis media supuratif kronis
(OMSK), otitis media serosa akut, dan otitis media serosa kronis. Selain itu,
terdapat juga otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika, dan otitis media
adhesiva.1 Pada makalah ini, akan dibahas tentang otitis media supuratif kronik.

Bagan 1 : Pembagian otitis media 1


Otitits Media
Supuratif Akut (OMA)
Otitis Media
Supuratif

Otitis Media Supuratif


Kronis (OMSK)

Otitis Media

Otitis Media Serosa


Akut (barotrauma)
Otitis Media Non
Supuratif

Otitis Media Serosa


Kronis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang


Otitis media supuratif kronis (OMSK), dahulu disebut otitis media
perforata (OMP) atau dalam bahasa awam disebut sebagai congek, ialah infeksi
kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
dari telinga tengah, baik terus-menerus atau hilang timbul. Penyakit ini muncul
sebagai kelanjutan dari OMA yang rekuren, namun dapat pula muncul sebagai
kelanjutan dari penyakit lain dan trauma. OMA dengan perforasi membran
timpani akan menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila
proses infeksi kurang dari 2 bulan, maka disebut OMS subakut. Perbedaan OMSK
dengan otitis media serosa kronis adalah bahwa pada otitis media serosa kronis
tidak disertai adanya perforasi membran timpani.1,2,5
Penyakit ini sudah dikenal sejak jaman dahulu di berbagai belahan dunia.
Orang Mesir kuno mengenal OMSK sebagai penyakit telinga dan mengobatinya
dengan lemak bebek, boraks, dan susu sapi. Sementara ahli pengobatan tradisional
India mengobati penyakit ini melalui pendekatan medis dan perilaku. Mereka
menganggap bahwa mengkonsumsi mentega, bersikap diam, dan mencegah
kelelahan, dapat mengobati OMSK. Hippocrates memahami bahwa OMSK dapat
bersifat rekuren dan menempatkan pasien pada terapi medis dan perilaku yang
berbeda tergantung dari supurasi yang terjadi. Dia akan meresepkan air hangat, air
susu ibu, dan minuman anggur manis, serta menyarankan kepada pasiennya untuk
menghindari sinar matahari, angin kencang, dan ruangan berasap. Untuk kasus
rekuren, Hippocrates akan menambahkan serbuk topikal berisi timbal oksida dan
timbal karbonat.5
McKenzie dan Brothwell (1967) menyatakan tentang dokumentasi OMSK
pada jaman prasejarah dan penemuan kolesteatoma pada tulang tengkorak di
Norfolk, Inggris, yang diduga berasal dari periode Anglo-Saxon. Perubahan

3
radiologi pada mastoid akibat infeksi ditemukan pada 417 tulang temporal dari
pemakaman orang Indian Dakota Selatan (Gregg, 1965) dan pada 15 tulang
temporal orang Iran jaman prasejarah (Rathbun, 1977).3

2.2. Epidemiologi
Insidensi OMSK tampaknya tergantung pada ras dan faktor sosioekonomi.
OMSK lebih sering ditemukan pada orang Eskimo, Indian Amerika (Fairbanks,
1981), Alaska (Tschopp, 1977), anak-anak Aborigin Australia (McCafferty, 1977),
dan kulit hitam Afrika Selatan (Meyrick, 1951).3

2.2.1. Frekuensi
Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari satu juta pemasangan saluran
ventilasi pada membran timpani sebagai penatalaksanaan terhadap otitis media
dan otitis media serosa, dan dilaporkan bahwa pada 1 – 3 % yang mendapatkan
pemasangan saluran ventilasi tersebut, akan mengalami OMSK. Selain itu,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa insidensi OMSK mencapai 39 kasus per
100.000 anak-anak dan remaja berusia 15 tahun ke bawah. Di Inggris, 0,9 %
anak-anak dan 0,5 % orang dewasa menderita OMSK. Sementara di Israel, hanya
0,039 % anak-anak yang terkena penyakit ini.5
Beberapa penelitian yang berupaya menunjukkan hubungan antara
frekuensi penyakit dengan pendidikan orang tua, perokok pasif, pola menyusui,
status sosioekonomi, dan jumlah infeksi saluran pernafasan atas dalam setahun,
tidak memberikan hasil yang memuaskan.5
2.2.2. Ras
Beberapa populasi ras tertentu memiliki risiko lebih tinggi untuk
menderita OMSK. Orang Indian Amerika dan Eskimo menunjukkan
kecenderungan peningkatan risiko untuk terkena infeksi ini. Sekira 8 % orang
Indian Amerika dan hingga 12 % orang Eskimo menderita OMSK. Anatomi dan
fisiologi tuba Eustachius memiliki peran penting pada peningkatan risiko ini.
Tuba Eustachius pada kedua populasi tersebut lebih lebar dan lebih terbuka
dibandingkan dengan populasi lainnya, sehingga mereka lebih berisiko untuk
mengalami refluks bakteri melalui nasal yang biasa terjadi pada OMA yang dapat

4
berkembang lebih lanjut menjadi OMSK. Selain kedua populasi tersebut, populasi
lainnya yang memiliki peningkatan risiko terkena OMSK adalah anak-anak dari
Guam, Hong Kong, Afrika Selatan, dan Kepulauan Solomon.5
2.2.3. Jenis Kelamin
Prevalensi OMSK tampaknya terbagi rata antara pria dan wanita, sehingga
diduga penyakit ini tidak memiliki kecenderungan untuk diderita oleh jenis
kelamin tertentu.5
2.2.4. Usia
Prevalensi yang tepat dari OMSK terhadap berbagai kelompok usia belum
diketahui secara pasti. Namun beberapa penelitian menunjukan insidensi tahunan
OMSK mencapai 39 kasus per 100.000 anak-anak dan remaja berusia 15 tahun ke
bawah.5

2.3. Etiologi
Mekanisme infeksi saluran telinga tengah terjadi akibat translokasi bakteri
dari saluran telinga luar melalui perforasi memban timpani kemudian masuk ke
telinga tengah. Beberapa ahli menduga bahwa organisme patogen masuk melalui
refluks tuba Eustachius, namun data-data yang mendukung teori ini kurang
memuaskan. Sebagian besar bakteri patogen yang masuk adalah bakteri yang
terdapat pada saluran telinga luar.5
Pasien dengan anomali kraniofasial merupakan populasi khusus yang
berisiko untuk menderita OMSK. Celah palatum, sindrom Down, sindrom Cri du
Chat, atresia khoana, celah bibir, dan mikrosefal adalah berbagai kelainan yang
dapat meningkatkan risiko OMSK. Hal ini diduga karena adanya perubahan
anatomi dan fungsi tuba Eustachius pada berbagai kelainan tersebut.5
Jenis bakteri penyebab OMSK berbeda dengan jenis bakteri penyebab
OMA. Organisme yang biasa ditemukan pada OMSK meliputi Pseudomonas
aeruginosa, spesies Proteus, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae,
difteroid, dan infeki anaerobik campuran. Bakteri anaerob dan jamur dapat pula
berkembang bersama dengan bakteri aerob secara simbiotik.2,5

5
Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab tersering yang ditemukan
pada OMSK. Berbagai ahli selama beberapa dekade terakhir menemukan bakteri
ini pada 48 – 98 % pasien dengan OMSK. Stafilokokus aureus merupakan
organisme tersering kedua; data menunjukkan bahwa bakteri ini ditemukan pada
15 – 30 % pasien dengan OMSK. OMSK juga disebabkan oleh berbagai jenis
bakteri gram negatif. Bakteri spesies Klebsiella (10 – 21 %) dan Proteus (10 – 15
%) sedikit lebih sering ditemukan pada OMSK dibandingkan dengan bakteri gram
negatif lainnya.5
Selain faktor bakteri, status sosioekonomi yang rendah, kepadatan
penduduk yang tinggi, gizi buruk, dan penyakit infeksi (seperti campak), turut
berperan dalam perkembangan OMSK. OMSK dapat pula merupakan hasil dari
predisposisi genetik, terutama berkaitan dengan disfungsi tuba Eustachius.
Disfungsi ini dapat dilihat pada berbagai populasi, seperti pada orang Eskimo dan
Indian Amerika, dan juga pada orang dengan celah palatum. Hipertrofi adenoid
dan sinustis kronis juga berperan pada perkembangan OMSK.3

2.4. Patofisiologi
OMSK timbul sebagai kelanjutan dari infeksi akut yang berulang.
Patofisiologi OMSK diawali dengan iritasi dan inflamasi subsekuen pada mukosa
telinga tengah. Respon inflamasi menyebabkan edema mukosa. Proses
peradangan yang berlangsung pada akhirnya menyebabkan ulserasi mukosa dan
kerusakan epitel. Upaya tubuh untuk menanggulangi infeksi atau peradangan
menghasilkan jaringan granulasi yang dapat berkembang menjadi polip dalam
rongga telinga tengah. Siklus inflamasi, ulserasi, infeksi, dan pembentukan
jaringan granulasi dapat terus berlanjut, sehingga menyebabkan kerusakan tulang
di sekitarnya dan akhirnya menyebabkan berbagai komplikasi dari OMSK.5
Walaupun belum terbukti, kepentingan hubungan antara bakteri anaerob
dengan bakteri aerob pada OMSK diduga meningkatkan virulensi infeksi ketika
kedua jenis bakteri tersebut berkembang di telinga tengah. Dengan memahami
mikrobiologi penyakit ini, ahli kesehatan dapat mengembangkan suatu rencana
penatalaksanaan dengan efikasi terbaik dan morbiditas terendah.2,5

6
2.5. Jenis
OMSK dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna (tipe
mukosa = tipe aman) dan OMSK tipe ”maligna” (tipe tulang = tipe bahaya).
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar, dikenal juga OMSK aktif dan OMSK
tenang. OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya
terlihat basah atau kering.1
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja,
dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral (lihat Gambar
2.1). Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.1
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai
dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau
OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di
atik, terkadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya timbul pada OMSK tipe maligna.1

Gambar 2.1 Tipe-tipe perforasi pada membran timpani secara skematis

Gambar 2.2 Perforasi membran timpani pars tensa / sentralis 4

7
Gambar 2.3 Kolesteatoma pars flasida4

Gambar 2.4 Perforasi membran timpani dengan secret nanah

2.6. Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Apabila diperlukan, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan.
2.6.1. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis OMSK melalui anamenis, maka pemeriksa
perlu menanyakan / mengetahui hal-hal sebagai berikut:1,5
1. Sekret keluar dari telinga tengah, baik terus-menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
2. Gangguan pendengaran pada telinga yang terkena.
3. Riwayat OMA rekuren, perforasi karena trauma, atau pemasangan saluran
ventilasi.
4. Adanya demam, vertigo, atau nyeri dapat menunjukkan adanya komplikasi
intratemporal atau intrakranial.

8
5. Riwayat OMSK persisten harus dicurigai sebagai adanya kolesteatoma.
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, akan ditemukan hal-hal sebagai berikut:1,5
1. Kanalis akustikus eksterna dapat terlihat edema dan biasanya tampak
keras.
2. Sekret dapat berupa encer atau kental, bening atau berupa nanah.
3. Perforasi membran timpani.
4. Adanya jaringan granulasi yang terlihat pada kanalis media atau rongga
telinga tengah.
5. Mukosa telinga tengah yang terlihat melalui perforasi membran timpani,
dapat terlihat edema atau polipoid, pucat atau edema.
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
- Penatalaksanaan OMSK dapat dilakukan tanpa pemeriksaan
laboratorium.
- Sebelum terapi sistemik dilakukan, pemeriksaan kultur harus
dilakukan untuk mengetahui sensitifitas.
 Pencitraan
- CT Scan
1. Jika OMSK tidak responsif terhadap terapi medikamentosa,
maka CT scan terhadap tulang temporal dapat memberikan
penjelasan. Alasan yang mungkin terjadi pada kegagalan
terapi termasuk kolesteatoma atau adanya benda asing.
2. CT scan perlu dilakukan apabila pemeriksa curiga adanya
proses neoplastik pada telinga tengah atau untuk
mengantisipasi komplikasi intratemporal atau intrakranial.
3. CT scan dapat menunjukkan adanya erosi tulang akibat
kolesteatoma, erosi osikular, keterlibatan apeks petrosus,
mastoiditis koalesen, erosi saluran Fallopi, dan abses
subperiosteal.

9
- MRI
1. Lakukan pemeriksaan MRI pada tulang temporal dan otak jika
diduga adanya komplikasi intratemporal atau intrakranial.
2. MRI pun dapat menunjukkan adanya peradangan dura,
trombosis sinus sigmoid, labirintitis, serta abses bakteri,
ekstradural, dan intrakranial.
 Lain-lain
- Audiogram sebaiknya juga dilakukan. Pada pasien dengan OMSK,
pasien diduga akan menderita tuli konduktif. Namun jika pasien
menderita tuli campuran, maka hal ini menunjukkan penyakit
tersebut berada dalam keadaan lebih ekstensif, sehingga pemeriksa
harus sadar terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.

2.7. Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-
ulang. Sekret yang keluar tidak cepat mengering atau selalu kambuh lagi. Keadaan
ini antara lain disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu:1
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologis yang ireversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higienis yang kurang.

2.7.1. Medikamentosa
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga berupa larutan H2O2 3 % selama 3 – 5 hari. Setelah sekret
berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa
semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang

10
bersifat ototoksik. Oleh sebab itu, Djaafar (2004) menganjurkan agar obat tetes
telinga tidak diberikan terus-menerus lebih dari 1 atau 2 minggu, atau pada
OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan
ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes hasil
resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten
terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1
2.7.2. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada OMSK adalah sebagai berikut:3
 Perforasi yang bertahan lebih dari 6 minggu.
 Otore yang berlangsung lebih dari 6 minggu setelah menggunakan antibiotik.
 Pembentukan kolesteatoma.
 Bukti radiografi adanya mastoiditis kronis.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
kolesteatoma, sarana yang tersedia, serta pengalaman operator. Beberapa jenis
pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:1
2.7.2.1 Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy).
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini,
dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologis. Tujuannya
ialah agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini,
fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2.7.2.2 Mastoidektomi radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas, Pada operasi ini, rongga mastoid dan
kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologis. Dinding batas
antara lubang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu
ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan
patologis dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran
tidak diperbaiki.

11
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang
seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol agar
tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat
menghambat pendidikan atau karir pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada
rongga operasi serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga
operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar
lubang telinga menjadi lebar.
2.7.2.3 Mastoidektomi radikal dengan modifikasi. (Operasi Bondy).
Opeasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah
atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinding posterior lubang telinga direndahkan. Tujuan
operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologis dari rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
2.7.2.4 Miringoplasti.
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan,
dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya
dilakukan pada membrana timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah
berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan
perforasi yang menetap. Opearasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna
yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh
perforasi membran timpani.
2.7.2.5 Timpanoplasti.
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan
yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan
dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini, dilakukan rekonstruksi membran timpani dan
rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang
pendengaran yang dilakukan, maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II,
III, IV, dan V. Sebelum rekonstruksi dikerjakan, dilakukan terlebih dahulu

12
eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi untuk
membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang operasi ini terpaksa
dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 – 12 bulan.
2.7.2.6 Pendekatan kombinasi timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty).
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang
dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna
dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini ialah untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa
melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding
posterior lubang telinga).
Pembersihan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum
timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approach), yaitu melalui
lubang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi
posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati
oleh para ahli, karena sering terjadi kolesteatoma kambuh kembali.

2.8. Komplikasi
Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi
untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan
dapat menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe maligna, tetapi OMSK tipe benigna pun dapat meyebabkan suatu
komplikasi, bila terinfeksi kuman yang virulen. Dengan tersedianya antibiotika
mutahir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang, Pemberian obat-obat itu sering
menyebabkan gejala clan tanda klinis komplikasi OMSK menjadi kabur. Hal tersebut
menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit yang berhubungan dengan
komplikasi ini.
2.8.1 Penyebaran penyakit
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga
tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di
sekitarnya. Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti

13
mukosa saluran napas, mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih ada
sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini
runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periostium akan
menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak
berbahaya. Tetapi bila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal, maka akan
menyebabkan paresis n.fasialis atau labirinitis. Bila ke arah kranial, akan
menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses
otak.
Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan
granulasi akan terbentuk. Pada otitis media supuratif akut atau suatu eksaserbasi akut
penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Sedangkan pada
kasus, yang kronis, penyebaran melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya ialah
melalui jalan yang sudah ada, misalnya melalui fenestra rotundum, meatus akustikus
internus, duktus perilimfatik dan duktus endolimfatik.
Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran
suatu infeksi telinga tengah ke intrakranial.

2.8.2 Diagnosis komplikasi yang mengancam


Pengenalan yang baik terhadap perkembangan suatu penyakit telinga
merupakan prasyarat untuk mengetahui timbulnya komplikasi. Bila dengan
pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala klinik dengan tidak
berhentinya otorea dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan

14
berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan maka harus diwaspadai
kemungkinan terjadinya komplikasi, Pada stadium akut, naiknya suhu tubuh, nyeri
kepala atau adanya tanda toksisitas seperti malaise, perasaan mengantuk (Brows'
ess), somnolen atau gelisah yang menetap dapat merupakan tanda bahaya.
Timbulnya nyeri kepala di daerah parietal atau oksipital dan adanya keluhan mual,
muntah yang proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selama terapi
diberikan merupakan tanda komplikasi intrakranial.
Pada OMSK, tanda-tanda penyebaran penyakit dapat terjadi setelah sekret
berhenti keluar hal ini menandakan adanya sekret purulen yang terbendung.
Pemeriksaan radiologik dapat membantu memperlihatkan kemungkinan
rusaknya dinding mastoid, tetapi untuk yang lebih akurat diperlukan pemeriksaan
CT Scan. Terdapatnya erosi tulang merupakan tanda nyata komplikasi dan
memerlukan tindakan operasi segera. CT scan berfaedah untuk menentukan letak
anatomi lesi. Walaupun mahal, pemeriksaan ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sehingga terapi dapat diberikan lebih cepat dan efektif.

2.8.3 Klasifikasi komplikasi otitis media supuratif kronis


Beberapa penulis mengemukakan klasifikasi komplikasi otitis media yang
berlainan, tetapi dasarnya tetap sama.
Adams dkk(1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut :
A. Komplikasi di telinga tengah
1. Perforasi membran timpani persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasialis
B. Komplikasi di telinga dalam
1. Fistula labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf (sensorineural)
C. Komplikasi di ekstradural :
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis

Paparella clan Shumrick (1980) membaginya dalam


A. Komplikasi otologik
1. Mastoiditis koalesen
2. Petrositis
3. Paresis fasialis
4. Labirinitis
B. Komplikasi intrakranial
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis

15
3. Abses subdural
4. Meningitis
5. Abses otak
6. Hidrosefalus otitis
Shambough (1980) membaginya atas komplikasi meningeal clan non-
meningeal
A. Komplikasi meningeal
1. Abses ekstradural clan abses perisinus
2. Meningitis
3. Tromboflebitis sinus lateral
4. Hidrosefalus otitis
5. Otore likuor serebrospinal
B. Komplikasi non-meningeal:
1. Abses otak
2. Labirinitis
3. Petrositis
4. Paresis n.fasialis Komplikasi di telinga tengah

16
BAB III
PENUTUP

Dengan memperhatikan pembahasan pada bab sebelumnya, kita menjadi


sadar bahwa OMSK merupakan salah satu penyakit pada telinga yang dapat
menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada berbagai organ lain apabila tidak
ditangani sejak dini secara tepat. Oleh karena itu, setelah memperhatikan
pembahasan pada makalah ini, kita diharapkan mampu untuk mengenali penyakit
tersebut agar dapat melakukan pencegahan serta melakukan penatalaksaan sedini
dan seoptimal mungkin.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar, Z.A. 2004. Kelainan Telinga Tengah. Dalam E.A. Soepardi dan N.
Iskandar, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga – Hidung – Tenggorok -
Kepala – Leher. Edisi V Cetakan IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Jackler, R.K.; Kaplan, M.J. 2002. Ear, Nose, & Throat. Dalam L.M. Tierney,
Jr., S.J. McPhee, dan M.A. Papadakis; Current Medical Diagnosis &
Treatment 2002. San Fransisco: Lange Medical Books / McGraw-Hill.
3. Jain, A.; Knight, J.R. 2003. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis,
Surgical Treatment. www.emedicine.com: situs internet.
4. Jones, M.; Wilson, L. 2004. Otitis Media. www.emedicine.com: situs internet.
5. Parry, D.; Roland, P.S. 2005. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis,
Medical Treatment. www.emedicine.com: situs internet.

18

Anda mungkin juga menyukai