Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana

KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI (KIE) PENTINGNYA IMUNISASI DPT BAGI


BAYI DI POSYANDU PEDUKUHAN DESA KRAKAHAN

Disusun Oleh:
dr. Mahmudah

Pendamping:
dr. Ign. Adhi Puji Astowo

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN BREBES
2014
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN F. 3
KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI (KIE) PENTINGNYA IMUNISASI DPT BAGI
BAYI DI POSYANDU PEDUKUHAN DESA KRAKAHAN

Brebes, April 2014

Peserta Program Internsip Dokter Pendamping Program Internsip Dokter


Indonesia Indonesia

dr. Mahmudah dr. Ign. Adhi Pujo Astowo


NIP: 19720229 200212 1 002
BAB I

LATAR BELAKANG

Imunisasi atau kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari

pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun

aktif. Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Oleh karena itu perlu

dilakukannya imunisasi sebagai upaya pencegahan terhadap serangan penyakit yang

berpengaruh terhadap status gizi anak.

Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat

penting. Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan

usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular.

Program ini merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif, yang berhimunisasil

meningkatkan angka harapan hidup. Sejak penetapan the Expanded Program on

Immunisation (EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga

mendekati 80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak,

tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah

setiap tahunnya. Vaksinsasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai

imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Banyak

anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang

tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap risiko dari beberapa vaksin. Adapula

media yang masih mempertanyakan manfaat imunisasi serta membesar-besarkan risiko

beberapa vaksin.
BAB II

PERMASALAHAN

Data mutakhir dari Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, dan Kesehatan

Matra, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen

Kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 mei 2011 menunjukkan angka cakupan imunisasi di

tahun 2010 adalah campak 89,5%, DTP-3 90,4%, polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3

mencapai 91%. Dari data yang ada, terlihat angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia

sudah cukup tinggi, namun pada beberapa daerah masih ditemukan angka cakupan di bawah

standar nasional .

Kasus cakupan imunisasi di Jawa Tengah juga menunjukkan imunisasi BCG pada

anak balita (umur 12–59 bulan) mencapai 100% pada 17 kabupaten. Cakupan imunisasi

Polio3 100% terdapat di 3 kabupaten. Prevalensi cakupan imunisasi DPT3 100% di kota

Magelang dan cakupan imunisasi Hb3 100% di Perkotaan Magelang. Sedangkan cakupan

imunisasi campak 100% terdapat di 6 kabupaten. Persentase cakupan imunisasi lengkap di

Provinsi Jawa Tengah sebesar 63,7%. Persentase cakupan imunisasi lengkap anak balita

tertinggi di kabupaten Wonogiri (86,8%) dan terendah di kabupaten Brebes dan Purworejo

masing-masing (40,6%) (Riskesdas, 2009).

Cakupan imunisasi bayi di kabupaten brebes untuk puskesmas tanjung tahun 2012

untuk imunisasi BCG 100%, polio 100%, DPT1-HB1 96,25%,DPT3-HB3 93,57%, Campak

91,35%. Berdasarkan data profile Puskesmas Tanjung tahun 2013 didapatkan angka

kumulatif cakupan imunisasi di desa Krakahan hingga bulan desember dimana jumalah

bayi lahir ditahun tersebut sebayak bayi laki-laki 41 bayi dan bayi perempuan sebanyak 30
bayi yang mendapatkan imunisasi sebagai berikut untuk imunisasi HB0 < 7hari sebesar

112.7%, BCG 115,5%, polio1 113,2%, DPT-Hb1 132,4%, polio2 138,0%, DPT-hb2 88,7%,

polio3 138,5%, DPT-hb3 88,7%, polio4 93,0%, campak 109,9% . imunisasi lengkap 25,4%

dari jumlah kelahiran tahun tersebut. Untuk kasus imunisasi DPT sendiri mengalami

kemunduran dari setiap jenjangnya terlihat dari cakupan DPT-HB 1-3 hanya sebesar 33,0%.

Dari data tersebut didapatkan bahwa imunisasi DPT lah yang paling sering memiliki

kendala dalam pemberiannya. Untuk meningkatkan cakupan tersebut perlu dilakukan

penyuluhan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang manfaat imunisasi DPT bagi

bayi.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. IMUNISASI
Pencegahan penyakit secara primer dapat dilakukan melalui vaksinasi sebagai upaya

untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau

menderita cedera dan cacat. Imunisasi dianjurkan diberikan sesegera mungkin setelah bayi

lahir apabila terjadi prevalensi yang tinggi pada suatu Negara, misalnya Indonesia

prevalensi TBC tinggi sehingga dapat segera diberikan imunisasi BCG.

Imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan

atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai

pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari

system imun di dalam tubuh. Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua

macam bentuk, yaitu immunoglobulin yang non spesifik atau gamaglobulin dan

immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari

penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.

Imunisasi merupakan aplikasi prinsip-prinsip imunobiologi yang paling terkenal dan

paling berhasil terhadap kesehatan manusia. Nama vaksin diambil dari kata vaksinia, virus

cacar sapi yang digunakan oleh Jenner 200 tahun yang lalu. Vaksinia merupakan upaya

ilmiah pertama untuk mencegah penyakit infeksi cacar (variola) yang dilakukan tanpa

pengetahuan sama sekali mengenai virus dan imunobiologi .

Antigen vaksin harus mampu merangsang terjadinya ekspansi klon sel T dan / atau B

tertentu untuk menghasilkan populasi sel memori. Sel memori ini memungkinkan
pertemuan berikutnya dengan antigen yang sama dan dapat merangsang timbulnya respons

primer.

Respons primer sering terlalu lambat untuk mencegah timbulnya penyakit berat.

Vaksinasi sangat tergantung pada respons imun spesifik, maka keberhasilan vaksinasi

sangat tergantung pada dihasilkannya preparat antigenik patogen yang aman untuk

diberikan, merangsang jenis imunitas yang tepat dan dengan harga yang dapat dijangkau

oleh populasi yang menjadi tujuan vaksinasi

B. JENIS IMUNISASI

1) Jenis / Macam Imunisasi Dasar pada Anak (Ranuh, 2003):

a) BCG

(1) Penyakit : TBC / Tuberkolosis

(2) Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin

(3) Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan

b) DPT/DT

(1) Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan),Pertusis (batuk rejan)

dan Tetanus (kaku rahang).

(2) Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus.

(3) Kandungan : Pertusis Toxin (PT), Filamentous hemagglutinin (FHA),

Pertactine 69-kDa OMP, aglutinogen, adenylcyclase, tracheal cytotoxin

(4) Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare


c) Polio

(1) Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuhlayuh) yang

menyababkan nyeri otot, lumpuh danvkematian.

(2) Penyebab : virus polio picornaviridae P1, P2, dan P3.

(3) Kandungan : kanamisin, virus tipe 1, CCID50, eritromisin

d) Campak / Measles

(1) Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek

(2) Penyebab : virus campak (paramyxovirus).

(3) Kandungan : TCID50

e) Hepatitis B

(1) Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati

mematikan

(2) Penyebab : virus KHS

(3) Kandungan : HBIg, HbsAg (+)

2) Jenis / Macam Imunisasi Vaksin yang Dianjurkan pada Anak (Wahab dan Julia, 2002):

a) MMR

Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman.Waktu Pemberian :

I. Umur / usia 1 tahun 3 bulan

II. Umur / usia 4-6 tahun

b) Hepatitis A

Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati). Penyebab : Virus hepatitis

A.Waktu Pemberian :
I. Umur / usia > 2 tahun.

II. 6 – 18 bulan setelah dosis pertama.

c) Typhoid & parathypoid

Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid. Penyebab : Bakteri Salmonela thypi. Waktu

Pemberian : I. Tergantung situasi dan kondisi

d) Varisella (Cacar Air)

Perlindungan Penyakit : Cacar Air. Penyebab : Virus varicella-zoster. Waktu

Pemberian :

I. Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2

kali dengan selang waktu 4 s/d 8 minggu.

C. DIFTERIA, TETANUS, PERTUSIS (DPT)

Difetia adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated disease dan

disebabkan oleh kuman Corynebacterium dipheriae. Seorang anak dapat terinfeksi

difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudaian akan memproduksi toksin

yang menghambat sintesis protein selular dan menyebabkan destruksi jaringan setempat

dan terjadilah suatu selaput/membaran yang dapat menyumbat jalan nafas.

Pertusis atau batuk rejan/batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut yang

disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Gejala utama pertusis timbul saat terjadinya

penumpukan lendir dalam saluran nafas akibat kegagalan aliran oleh bulu getar yang

lumpuh yang berakibat terjadinya batuk paroksismal tanpa inspirasi yang diakhiri dengan

bunyi whoop. Pada serangan batuk seperti ini, pasien akan muntah dan sianosis, menjadi
sangat lemas dan kejang. Keadaan ini dapat berlanjut antara 1-10 minggu. Bayi dibawah

6bulan dapat menderita batuk namun tanpa disertai suara whoop.

Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, gejala klini disebabkan oleh

eksotoksin yang diproduksi bakteri Clostridium tetani. Tetanus selain dapat ditemukan

pada anak-anak, juga dijumpai kasus tetanus neonatal yang bersifat fatal. Komplikasi

tetanus yang sering terjadi antara lain laringospasme, infeksi nosokomial, dan pneumonia

ortostatik. Pada anak besar sering terjadi hiperpireksi yang merupakan tanda tetanus

berat. Perawatan luka, kesehatan gigi, telinga (OMSK) merupakan pencegahan utama

terjadinya tetanus disamping imunisasi terhadap tetanus baik aktif maupun pasif.

VAKSINASI DPT

Untuk imunisasi primer terhadap difteria digunakan toksoid difteria (alum-

precipitated toxoid) yang kemudian digabung dengan toksoid tetanus dan vaksin pertusis

dalam bentuk vaksin DPT.

Jadwal untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia

2,4,6,15-18 bulan dan usia 5 tahun atau saat masuk sekolah. Dosis ke-4 harus diberikan

sekurang-kurangnya 6bulan setelah dosis ke-3. Kombinasi toksoid difteria dan tetanus

(DT) yang mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki

kontraindikasi terhadap pembrian vaksin pertusis.

MANFAAT

Kepada pengantar atau orang tua sebaiknya dijelaskan secara profesional dan

proporsional manfaat vaksinasi DPT yang dilakukan. Perlu dijelaskan bahwa vaksin tidak
melindungi 100%, tetapi dapat memperkecil risiko tertular dan memperingan dampak

bila terjadi infeksi

KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI DPT

1. Reaksi lokal kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi pada separuh

(42,9%) penerima DPT.

2. Proporsi demam ringan dengan reaksi lokal sama dan 2,2% diantaranya dapat

mengalami hiperpireksia.

3. Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan

4. Dari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam (0,06%) sesudah vaksinasi

yang dihubungkan dengan demam yang terjadi

5. Kejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensefalopati akut atau reaksi

anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin pertusis.

KONTRAINDIKASI

1. Riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya

2. Ensefalopati sesudah pemberian vaksin sebelumnya

3. Keadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus. Misalnya sebelum

pemberian vaksin pertusis berikutnya bila pada pemberian pertama dijumapai,

riwayat hiperpireksia, keadaan hipotonik hiporesponsif dalam 48 jam, anak

menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah

imunisasi DPT.
BAB IV

INTERVENSI

Pelaksanaan Kegiatan

Hari/Tanggal : senin, 24 Maret 2014

Waktu : Pukul 09.00 s/d selesai

Tempat : Posandu Pedukuhan desa Krakahan

Kegiatan : - Perkenalan dan penyampaian maksud dan tujuan

penyuluhan

- Penyampaian materi tentang pentingnya imunisasi DPT

- Tanya Jawab

- Penutupan

Peserta Penyuluhan : 20 Orang


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pencegahan penyakit secara primer dapat dilakukan melalui vaksinasi sebagai upaya

untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau

menderita cedera dan cacat. Imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi

adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi

dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan

imunitas (antibody) dari system imun di dalam tubuh.

Di desa krakahan sendiri program imunisasi yang sedikit berkendala adalah pemberian

vaksinasi DPT, dikarenakan efeknya yang menyebabkan anak panas dan rewel sehingga

orang tua takut untuk mengantarkan anaknya imunisasi di posyandu. Hal ini sebenarnya

hanya ketakutan orang tua saja mengenai efek samping yang dihasilkan setelah penyuntikan

DPT.

Hal tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi, kejadian ini dapatlah diminimalisir dengan

pemberian penyuluhan tentang pentingnya imunisasi DPT bagi bayi, dengan

mengedepankan manfaat pemberian imunisasi sendiri dijelaskan secara profesional bahwa

vaksin tidak melindungi 100%, tetapi dapat memperkecil risiko tertular dan memperingan

dampak bila terjadi infeksi.

Untuk mengurangi ketakutan orang tua diberitahukan bahwa 30 menit sebelum

imunisasi DPT dianjurkan memberikan antipiretik parasetamol 15mg/kgbb kepada

bayi/anak utnuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi. Kemudian dilanjutkan

setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 6 kali dalam 24 jam. Jika keluhan masih

berlanjut, diminta segera kembali kepada dokter.


Melalui KIE pentingnya DPT bagi bayi ini, masyarakat merasa mendapatkan dampak

yang positif, yaitu lebih dapt meningkatkan kesadaran dalam mengikuti program imunisasi

serta tidak ada lagi orang tua yang takut akan efek samping dari imunisasi itu tersendiri..
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. (2003). Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010. Jakarta

2. Depkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta

3. Profile Puskesmas Tanjung

4. Khosim, dkk, (2003). Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk
Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. IDAI. Jakarta : Depkes RI.

5. Tumberlaka. Alan, dkk (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia. IDAI. Jakarta : Depkes
RI

6. http://cpretansidjeck-blogspot.com/2012/09/perubahan-suhu-tubuh -bayi-setelah.html

7. http;//naharus.blogspot.com/2008/06/apa-itu-vaksin-combo.html

Anda mungkin juga menyukai