Disusun Oleh:
dr. Mahmudah
Pendamping:
dr. Ign. Adhi Puji Astowo
LATAR BELAKANG
Imunisasi atau kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari
pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun
aktif. Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Oleh karena itu perlu
Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat
penting. Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan
Program ini merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif, yang berhimunisasil
Immunisation (EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga
mendekati 80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak,
tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah
imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Banyak
anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang
tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap risiko dari beberapa vaksin. Adapula
beberapa vaksin.
BAB II
PERMASALAHAN
Kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 mei 2011 menunjukkan angka cakupan imunisasi di
tahun 2010 adalah campak 89,5%, DTP-3 90,4%, polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3
mencapai 91%. Dari data yang ada, terlihat angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia
sudah cukup tinggi, namun pada beberapa daerah masih ditemukan angka cakupan di bawah
standar nasional .
Kasus cakupan imunisasi di Jawa Tengah juga menunjukkan imunisasi BCG pada
anak balita (umur 12–59 bulan) mencapai 100% pada 17 kabupaten. Cakupan imunisasi
Polio3 100% terdapat di 3 kabupaten. Prevalensi cakupan imunisasi DPT3 100% di kota
Magelang dan cakupan imunisasi Hb3 100% di Perkotaan Magelang. Sedangkan cakupan
Provinsi Jawa Tengah sebesar 63,7%. Persentase cakupan imunisasi lengkap anak balita
tertinggi di kabupaten Wonogiri (86,8%) dan terendah di kabupaten Brebes dan Purworejo
Cakupan imunisasi bayi di kabupaten brebes untuk puskesmas tanjung tahun 2012
untuk imunisasi BCG 100%, polio 100%, DPT1-HB1 96,25%,DPT3-HB3 93,57%, Campak
91,35%. Berdasarkan data profile Puskesmas Tanjung tahun 2013 didapatkan angka
kumulatif cakupan imunisasi di desa Krakahan hingga bulan desember dimana jumalah
bayi lahir ditahun tersebut sebayak bayi laki-laki 41 bayi dan bayi perempuan sebanyak 30
bayi yang mendapatkan imunisasi sebagai berikut untuk imunisasi HB0 < 7hari sebesar
112.7%, BCG 115,5%, polio1 113,2%, DPT-Hb1 132,4%, polio2 138,0%, DPT-hb2 88,7%,
polio3 138,5%, DPT-hb3 88,7%, polio4 93,0%, campak 109,9% . imunisasi lengkap 25,4%
dari jumlah kelahiran tahun tersebut. Untuk kasus imunisasi DPT sendiri mengalami
kemunduran dari setiap jenjangnya terlihat dari cakupan DPT-HB 1-3 hanya sebesar 33,0%.
Dari data tersebut didapatkan bahwa imunisasi DPT lah yang paling sering memiliki
penyuluhan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang manfaat imunisasi DPT bagi
bayi.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. IMUNISASI
Pencegahan penyakit secara primer dapat dilakukan melalui vaksinasi sebagai upaya
untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau
menderita cedera dan cacat. Imunisasi dianjurkan diberikan sesegera mungkin setelah bayi
lahir apabila terjadi prevalensi yang tinggi pada suatu Negara, misalnya Indonesia
Imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan
atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai
pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari
system imun di dalam tubuh. Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua
macam bentuk, yaitu immunoglobulin yang non spesifik atau gamaglobulin dan
immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari
paling berhasil terhadap kesehatan manusia. Nama vaksin diambil dari kata vaksinia, virus
cacar sapi yang digunakan oleh Jenner 200 tahun yang lalu. Vaksinia merupakan upaya
ilmiah pertama untuk mencegah penyakit infeksi cacar (variola) yang dilakukan tanpa
Antigen vaksin harus mampu merangsang terjadinya ekspansi klon sel T dan / atau B
tertentu untuk menghasilkan populasi sel memori. Sel memori ini memungkinkan
pertemuan berikutnya dengan antigen yang sama dan dapat merangsang timbulnya respons
primer.
Respons primer sering terlalu lambat untuk mencegah timbulnya penyakit berat.
Vaksinasi sangat tergantung pada respons imun spesifik, maka keberhasilan vaksinasi
sangat tergantung pada dihasilkannya preparat antigenik patogen yang aman untuk
diberikan, merangsang jenis imunitas yang tepat dan dengan harga yang dapat dijangkau
B. JENIS IMUNISASI
a) BCG
b) DPT/DT
d) Campak / Measles
e) Hepatitis B
mematikan
2) Jenis / Macam Imunisasi Vaksin yang Dianjurkan pada Anak (Wahab dan Julia, 2002):
a) MMR
b) Hepatitis A
A.Waktu Pemberian :
I. Umur / usia > 2 tahun.
Pemberian :
Difetia adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated disease dan
difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudaian akan memproduksi toksin
yang menghambat sintesis protein selular dan menyebabkan destruksi jaringan setempat
Pertusis atau batuk rejan/batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Gejala utama pertusis timbul saat terjadinya
penumpukan lendir dalam saluran nafas akibat kegagalan aliran oleh bulu getar yang
lumpuh yang berakibat terjadinya batuk paroksismal tanpa inspirasi yang diakhiri dengan
bunyi whoop. Pada serangan batuk seperti ini, pasien akan muntah dan sianosis, menjadi
sangat lemas dan kejang. Keadaan ini dapat berlanjut antara 1-10 minggu. Bayi dibawah
Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, gejala klini disebabkan oleh
eksotoksin yang diproduksi bakteri Clostridium tetani. Tetanus selain dapat ditemukan
pada anak-anak, juga dijumpai kasus tetanus neonatal yang bersifat fatal. Komplikasi
tetanus yang sering terjadi antara lain laringospasme, infeksi nosokomial, dan pneumonia
ortostatik. Pada anak besar sering terjadi hiperpireksi yang merupakan tanda tetanus
berat. Perawatan luka, kesehatan gigi, telinga (OMSK) merupakan pencegahan utama
terjadinya tetanus disamping imunisasi terhadap tetanus baik aktif maupun pasif.
VAKSINASI DPT
precipitated toxoid) yang kemudian digabung dengan toksoid tetanus dan vaksin pertusis
Jadwal untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia
2,4,6,15-18 bulan dan usia 5 tahun atau saat masuk sekolah. Dosis ke-4 harus diberikan
sekurang-kurangnya 6bulan setelah dosis ke-3. Kombinasi toksoid difteria dan tetanus
(DT) yang mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki
MANFAAT
Kepada pengantar atau orang tua sebaiknya dijelaskan secara profesional dan
proporsional manfaat vaksinasi DPT yang dilakukan. Perlu dijelaskan bahwa vaksin tidak
melindungi 100%, tetapi dapat memperkecil risiko tertular dan memperingan dampak
1. Reaksi lokal kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi pada separuh
2. Proporsi demam ringan dengan reaksi lokal sama dan 2,2% diantaranya dapat
mengalami hiperpireksia.
3. Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan
4. Dari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam (0,06%) sesudah vaksinasi
5. Kejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensefalopati akut atau reaksi
KONTRAINDIKASI
menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah
imunisasi DPT.
BAB IV
INTERVENSI
Pelaksanaan Kegiatan
penyuluhan
- Tanya Jawab
- Penutupan
Pencegahan penyakit secara primer dapat dilakukan melalui vaksinasi sebagai upaya
untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau
menderita cedera dan cacat. Imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi
adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi
Di desa krakahan sendiri program imunisasi yang sedikit berkendala adalah pemberian
vaksinasi DPT, dikarenakan efeknya yang menyebabkan anak panas dan rewel sehingga
orang tua takut untuk mengantarkan anaknya imunisasi di posyandu. Hal ini sebenarnya
hanya ketakutan orang tua saja mengenai efek samping yang dihasilkan setelah penyuntikan
DPT.
Hal tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi, kejadian ini dapatlah diminimalisir dengan
vaksin tidak melindungi 100%, tetapi dapat memperkecil risiko tertular dan memperingan
setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 6 kali dalam 24 jam. Jika keluhan masih
yang positif, yaitu lebih dapt meningkatkan kesadaran dalam mengikuti program imunisasi
serta tidak ada lagi orang tua yang takut akan efek samping dari imunisasi itu tersendiri..
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. (2003). Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010. Jakarta
4. Khosim, dkk, (2003). Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk
Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. IDAI. Jakarta : Depkes RI.
5. Tumberlaka. Alan, dkk (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia. IDAI. Jakarta : Depkes
RI
6. http://cpretansidjeck-blogspot.com/2012/09/perubahan-suhu-tubuh -bayi-setelah.html
7. http;//naharus.blogspot.com/2008/06/apa-itu-vaksin-combo.html