Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“SINDROM NEFROTIK”

OLEH KELOMPOK 04 :

1. I Putu Wema Pradi Utama KP.08.15.078


2. Hadi Susanto KP.08.15.080
3. Dewa Ayu Eka Purnama Dewi Nidha KP.08.15.081
4. Ni Luh Made Ria Hermawati KP.08.15.082

KELAS :

TINGKAT 2B

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IX/UDAYANA

DENPASAR

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kami, sehingga penulis bisa
menyelesaikan Makalah Sindrom Nefrotik.

Di dalam makalah ini terdapat muatan tentang makalah konsep sindrom


nefrotik. Makalah ini juga dapat dipelajari oleh setiap mahasiswa yang ingin
mempelajari lebih lanjut.

Secara khusus makalah ini disusun berdasarkan diskusi kelompok yang


telah dibagi secara baik. Beberapa materi makalah sindrom nefrotik yang
dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Dalam proses penyusunan makalah ini penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendorong dan membantu terwujudnya makalah ini. Saran dan
koreksi untuk peningkatan mutu laporan ini sangat penulis harapkan.

Denpasar, April 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
Konsep Dasar Penyakit
2.1 Definisi Sindrom Nefrotik ....................................................................3
2.2 Epidemiologi .........................................................................................3
2.3 Penyebab ...............................................................................................4
2.4 Patofisiologi ..........................................................................................4
2.5 Gejala Klinis .........................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang.....................................................5
2.7 Diagnosis...............................................................................................6
2.8 Therapy/ Tindakan Penanganan ............................................................7
2.9 Komplikasi ............................................................................................7
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ...............................................................................................8
2. Diagnosis .................................................................................................10
3. Intervensi .................................................................................................11
4. Implementasi ...........................................................................................13
5. Evaluasi ...................................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................14
3.2 Saran .....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal adalah organ terpenting dalam tubuh manusia yang digunakan sebagai pengatur
keseimbangan tubuh dan organ pembuang zat- zat yang tidak berguna serta bersifat
toksis. Fungsi ginjal yang paling terpenting adalah mempertahankan homeostatis bio
kimiawi yang normal dalam tubuh. Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit
ginjal yang sering dijumpai pada anak, ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia,
edema, dan hyperkolesterolemia (RSUP Sanglah, 2012).
Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7
kasus baru per 100.000 anak per tahun,dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per
100.000 anak.Di negara berkembang insidensinya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6
per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun.Perbandingan anak laki-
laki dan perempuan 2:1 (Arif, 2014). Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah,
Denpasar, hasil selama periode 6 tahun (2001-2007), terdapat 68 anak dengan sindrom
nefrotik. Usia berkisar dari 6 bulan sampai dengan 11 tahun (rerata 5,1),laki-laki 50
(73,5%), perempuan 18 (26,5%) dengan rasio 2,7:1. Sebagian besar pasien datang
dengan keluhan utama bengkak 62 (91%), demam 2 (3%), kejang 2 (3%), dan syok 2
(3%). Kadar albumin rata-rata 1,02 ± 0,67, kolesterol 485,3±162,39, 14,7% dengan
hematuria. Peningkatan kreatinin 16 (23,5%), respons terhadap terapi 58 (85,2%) sensitif
steroid, 10 (14,8%) resisten steroid (RSUP Sanglah, 2012).
Penyebab sindroma nefrotik sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Sindrom
nefrotik bisa terjadi akibat berbagai glomerulopati atau penyakit menahun yang luas.
Umumnya pada Sindrom Nefrotik fungsi ginjal normal kecuali pada sebagian kasus yang
berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir. Sindrom nefrotik berkembang menjadi
gagal ginjal total apabila tidak dilakukan perawatan dan usaha penyembuhan yang baik
dari tenaga kesehatan. Data studi dan epidemiologis tentang Sindrom Nefrotik di
Indonesia belum ada, namun di luar negeri yaitu Amerika Serikat, Sindrom Nefrotik
merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah kesehatan
yang utama dengan jumlah penderita mencapai 225 orang pertahun (11,86 %), dari 2150
orang orang yang berobat kerumah sakit (www.compas.com).

1
Sindrom nefrotik sangat berbahaya bila sampai anak terkena dengan penyakitnya,
dikarenakan bila dilakukan pencangkokan ginjal kemungkinan untuk berhasil yang
kurang, sindrom nefrotik juga menjadi masalah utama pada anak- anak yang tingkat
penyakitnya yang serius, oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai
penatalaksanaan serta pencegahan sindrom nefrotik guna menurunkan angka kematian
penderita sindrom nefrotik , khususnya pada anak.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan anak dengan sindrom nefrotik.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah :
1. Menguraikan / menjelaskan konsep penyakit sindrom nefrotik; pengertian,
epidemiologi, penyebab, patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, , pemeriksaan
diagnostik/ penunjang, diagnosis, therapy/ tindakan penanganan, komplikasi.
2. Menyusun / menjelaskan konsep asuhan keperawatan anak; pengkajian,
diagnosa, intervensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Dasar Penyakit


2.1 Definisi Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminnemia dan hiperkolesterolemia dan kadang- kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penuruna fungsi ginjal (Ngastiyah, 2005).
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema.Sifat khusus penyakit ini
adalah sering kambuh, sering gagalnya pengobatan dan timbul penyulit, baik akibat
penyakitnya sendiri maupun oleh karena akibat pengobatannya. Penyulit yang sering
terjadi pada sindrom nefrotik adalah infeksi, trombosis, gagal ginjal akut, malnutrisi,
gangguan pertumbuhan, hiperlipidemia, anemia (Betz, et al., 2009).
2.2 Epidemiologi
Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-
7 kasus baru per 100.000 anak per tahun,dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per
100.000 anak.Di negara berkembang insidensinya lebih tinggi. Di Indonesia
dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14
tahun.Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1 (Arif, 2014). Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar, hasil selama periode 6 tahun (2001-
2007), terdapat 68 anak dengan sindrom nefrotik. Usia berkisar dari 6 bulan sampai
dengan 11 tahun (rerata 5,1),laki-laki 50 (73,5%), perempuan 18 (26,5%) dengan
rasio 2,7:1. Sebagian besar pasien datang dengan keluhan utama bengkak 62 (91%),
demam 2 (3%), kejang 2 (3%), dan syok 2 (3%). Kadar albumin rata-rata 1,02 ±
0,67, kolesterol 485,3±162,39, 14,7% dengan hematuria. Peningkatan kreatinin 16
(23,5%), respons terhadap terapi 58 (85,2%) sensitif steroid, 10 (14,8%) resisten
steroid (RSUP Sanglah, 2012).

3
2.3 Penyebab
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir- akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu reaksi antigen- anti bodi
(Ngastiyah, 2005) meliputi :
1. Sindrom nefrotik bawaan, diturunkan sebagai regresif autosomal atau karena
reaksi maternofetal. Gejala: edema pada neonatus.
2. Sindrom nefrotik sekunder, disebabkan oleh : malaria kuartana atau parasit
lainnya, penyakit kolagen seperti lupus eritematus desiminata, purpura, dan
anafilatoid, glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronik, trombosis
vena renalis, bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa, amiloidosis, penyakit sel sabit,
hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.
3. Sindrom nefrotik idiopatik, tidak diketahui sebabnya/ disebut sindrom
primer.
4. Glomerulosklerosis fokal segmental, pada kelainan ini yang paling mencolok
skerosis glomerulus, sering disertai atrofi tubulus, prognosis buruk.

2.4 Patofisiologi
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Hilangnya
protein dari rongga vaskular menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan
peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan
vaskular menstimulasi sistem renin-angiotensin yang mengakibatkan
disekresikannya hormon antidiuretik dan aldosteron. Reabsorpsi tubular terhadap
natrium (Na+) dan air mengalami peningkatan dan akhirnya menambah volume
intravaskular yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan kehilangan urine dari dari
koagulasi protein. Kehilangan imunoglobin pada urin dapat mengarah pada
peningkatan kerentanan terhadap infeksi (Cecily Lynn Betz, 2009).

4
2.5 Gambaran Klinis
Sindrom nefrotik pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses
penyakit. Cecily Lynn Betz (2009) ada beberapa tanda dan gejala yang paling sering
berkaitan dengan sindrom nefrotik adalah :
1. Penurunan haluaran urine dengan urine berwarna gelap, berbusa.
2. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genital, dan
ekstremitas).
3. Distensi abdomen karena edema dan edema usus yang mengakibatkan
kesulitan bernapas, neri abdomen, anoreksia, dan diare.

Gambaran klinis sindrom nefrotik menurut Axton (2013) meliputi :


1. Edema Periobital
2. Edeme Generalisata
3. Asites
4. Urine Berwarna Gelap Dan Berbusa
5. Kenaikan Berat Badan
6. Iritabilitas
7. Nyeri Abdomen
8. Penurunan Nafsu Makan
9. Mual
10. Muntah
11. Diare
12. Hipertensi
13. Takikardi

2.6 Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


1. Uji urine
a) Urinalisis
- Proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2g/m2/hari).
- Bentuk hialin dan granular.
- Hematuria.
b) Uji distick urine, hasil postitif untuk protein dan darah.
c) Berat jenis urine, meningkat palsu karena proteinuria.
d) Osmolalitas urine, meningkat.

5
2. Uji darah
a) Kadar albumin serum, menurun (kurang dari 2g/dl).
b) Kadar kolesterol serum, meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000
mg/dl).
c) Kadar trigliserid serum, meningkat.
d) Kadar hemoglobin dan hemtokrit, meningkat (hemokonsentrasi).
e) Hitung trombosit, meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/µl).
f) Kadar elektrolit serum, bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan.
3. Uji diagnostik
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin) mengindikaswi status glomerular,
jenis sindrom nnefrotik, respons terhadap penatalaksanaan medis, dan
perjalanan penyakit. Evaluasi mikroskopik menunjukan tampuilan membran
basalis yang abnormal (Cecily Lynn Betz, 2009).

2.7 Diagnosis
Diagnosis SN ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang seringkali ditandai dengan
edema yang timbul pertamakali pada daerah sekitar mata dan ekstremitas bagian
bawah. Selanjutnya edema semakin meluas yang ditandai dengan asites efusi pleura,
dan edema pada daerah genital. Seringkali dijumpai dengan gejala anokreksia, nyeri
perut dan diare. Pada kasus lain dapat disertai hipertensi maupun hematuria gross.2,3
Hasil pemeriksaan urin menunjukkan proteinuria 3+ atau 4+ atau protein dalam urin
>40 mg/m2/jam; pada 20% kasus dapat dijumpai hematuria mikroskopik. Kadar
albumin serum umum berkurang dari 2,5 g/ dL dan terjadi peningkatan kolesterol
dengan kadar C3 maupun C4 normal (RSUP Sanglah, 2012).
Berikut diagnosis keperawatan :
a. Kekurangan volume cairan : intravaskuler dan Kelebihan volume cairan :
ekstravaskuler.
Berhubungan dengan kehilangan protein dalam urine sekunder akibat
peningkatan permeabilitas glomerulus, peningkatan reabsorbsi air dari tubulus
ginjal sekunder akibat peningkatan sekresi aldosteron.

6
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan : malnutrisi sekunder akibat kehilangan protein dan
penurunan nafsu makan, absorpsi usus buruk sekunder akibat edema pada
mukosa usus.

2.8 Therapy/ Tindakan Penanganan


Penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik mencakup :
1. Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk menginduksi remisi.
Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan diatasi
dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena).
3. Pengurangan edema
- Terapi diuretik(diuretik hendaknya digunakan secara cermat untuk mencegah
terjadinya penurunan volume intravaskular, pembentukan trombus, dan atau
ketidakseimbangan elektrolit).
- Pembagtasan natrium (mengurangi edema)
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
5. Pengobatan nyeri (untuk mengtasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan
edema dan terapi invasif).
6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain).
7. Terapi imunisupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk anak
yang gagal berespons terhadap steroid.

2.9 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang sering terjadi pada sindrom nefrotik Cecily Lynn
Betz (2009)
1. Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik).
2. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosis vena).
3. Gangguan pernapasan (yang berhubungan dengan retensi cairan dan distensi
abdomen).
4. Kerusakan kulit (dari edema berat, penyembuhan buruk).
5. Infeksi (khususnya selulitis, peritonitis, pneumonia, dan septikemia).
6. Efek samping terapi steroid yang tidak diinginkan.
7. Gagal tumbuh dan keletihan otot (jangka panjang)

7
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian:

1. Kaji data diri pasien.


2. Kaji tanda tanda dan gejalakelebihan volume cairan.
a. Edema local (periorbital, fasil, genetalia eksternal abdominal).
b. Asites dengan ketegangan dan mengilatnya kulit diatas abdomem (kaji llingkar
Abdomen).
c. Penambahan berat badan.
d. Penurunan haluaran urine.
e. Urine gelap, berbusa.
f. Anasarka (edema berat, merata).
g. Kongesti paru, peningkatan usaha bernafas, efusi pleura, edema paru.
3. Kaji adanya tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit..
a. Kaji tanda-tanda hypokalemia.
 Kardiovaskuler : aritmia, pendataran gelombang T , penurunan segmen
ST, pelebaran QRS, peningkatan interval PR, irama gallop, peningkatan
atau penurunan denyut jantung, hipotensi.
 System saraf pusat (SSP) dan muskuluskeletal : apati, mengntuk,
kelemahan otot, keram otot, hiporefleksia..
b. Kaji tanda-tanda hiponatremia akibat penggunaan deuretik.
 SSP : apati, kelemahan, pusing, letargi, ensefalopi, kejang.
 Kardiovaskuler : hipotensi.
 Gastrointestinal (GI) : mual, keram abdomen.
c. Kaji tanda-tanda hypernatremia akibat hemokonsentrasi.
 SSP : disorientasi, kedutan otot, letargi, iritabilitas.
 GI : sangat haus, membran kering, mual, dan muntah.
 Lain-lain : kulit kering dan kemeraahan, peningkatan suhu, oliguria.
4. Kaji adanya kehilangan protein dan status nutrisi.
a. Pantau protein serum dan ekresi protein urine.
b. Kaji nafsu makan dam asupan nutrisi.
c. Kaji tanda-tanda memnjangnya hipoalbuminemia : garis-garis putih (muehrcke)
parallel pada lunuha.
d. Kaji adanya pucat.

8
e. Kaji iritabilitas non spesifik, kelemahan, keletihan.
5. Kaji efek samping dari pemberian obat
a. Steroid (gambaran cushing, hiperglikemia, infeksi, hipertensi, obesitas,
perdarahan GI, retardasi pertumbuhan, demineralisasi tulang, katarak)
b. Agens pengalkilasi (leukopenia, disfungsi bonat, strelilitas)
c. Deuretik (penurunan volume intrafaskuler, pembentukan thrombus,
ketidaksimbangan elektrolit)
6. Kaji tanda-tanda penurunan fumgsi kardiovaskuler (hipotensi, hipertensi, syok, gagal
jantung kongestif, disritmia jantung, deficit volume cairan)
a. Tekanan darah ( hipotensi, hipertensi)
b. Denyut dan irama jantung (takikardia, aritmia)
c. Perfusi distal (nadi,pengisian kembali kapiler, suhu, warna)
d. Hipertrofi ventrikel kiri (aritmia, peningkatan ukuran jantung, penuruunan curah
jantung)
7. Kaji tanda-tanda ketidakefektifan pola pernafasan dan infeksi paru
a. Frekuensi dan pola pernafasan (takipnea, pola tidak teratur)
b. Penggunaan otot-otot tambahan (retraksi, pengangkat bahu) dan pengembahan
cuping hidung
c. Pelunya duduk tegak atau peninggian kepala tempat tidur
d. Bunyi nafas abnormal (bising, rochi, penurunan bunyi nafas pada lobus bawah)
e. Radiografi dada abnormal
f. Sianosis, penurunan saturasi oksigen
g. Asidosis respiratorik
8. Kaji tanda-tanda infeksi
a. Demam
b. Peningkatan hitung sel darah putih
c. Hasil kultur positif (skresi paru, urine, darah, atau cairan tubuh yang lain)
d. Tanda-tanda selulitis : pembengkakan local, kemerahan, nyeri tekan
e. Tanda-tanda pneumonia
f. Tanda-tanda peritonitis : merah, nyeri tekan abdomen
g. Septicemia/syok septik
9. Tanda-tanda kerusakan kulit dari edem berat

9
10. Kaji tingkat kenyamanan dan kemampuan anak untuk menoleransi aktivitas. Atasi
kekhawatiran dan ketakutan anak dan keluarga yang berkaitan dengan penyakit dan
perubahan citra tubuh
11. Kaji respon koping anak dan keluarga terhadap penyakit
a. Kaji fuungsi keluarga yang berkaitan dengan iritabilitas anak dan peruubahan
alam perasaan
b. Kaji koping yang berkaitan dengan perubahan citra tubuh dari edema berat da
pucat
c. Kaji respon anak dan keluarga terhadap terabaring dan pembatasan aktivitas

B. Diagnosa keperawatan utama

 Kekurangan volume cairan : intravaskuler dan kelebihan volume cairan :


ekstravaskuler

 Definisi : gangguan jumlah volume cairan yang bersirkulasi disertai penurunan


volume cairan intravaskuler dan kelebihan cairan interstisial

Kemungkinan berhubungan dengan

 Kehilangan protein dalam urine sekunder akibat peningkatan permeabilitas


glumerolus
 Pningkatan reabsorpsi air dan natrium dari tubulus ginjal sekunder akibat peningkatan
sekresi aldosterone

10
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi Rasional
keperawatan
1 Kekuranga dan Volume cairan intraseluler Kaji dan catat Memberikan
kelebihaan dan ekstravaskular yang setiap 4 jam informasi
volume cairan adekuat ditandai dengan  Frekuensi tentang status
. huluaran urine adekuat pernapasan cairan pasien.
(sebutkan rentang spesifik:  Lingkar Jika pasien
1-2 ml/kg/jam) abdomen mengalami
. urine berwarna kuning  Pemeriksaan ketidak
ppucat dan bersih strip (strip tes) seimbangan
. kembali ke berat badan untuk cairan, tekanan
yang biasa mengetahui darah, frekuensi
. tekanan darah dalam adanya protein jantung,
rentang yang dapat diterima dalam urine frekuensi
sebutkan rentang spesifik  Berat jenis urine pernapasan ,
. frekuensi jantung dan  Nilai lingkar abdomen
frekuensi pernapasan dalam laboratorium, dan nilai
rentang yang dapat diterima sesuai indikasi. laboratorium
(sebutkan rentang spesifik Laporkan setiap akan berubah
msing-masing) abnormalitas
. Tidak ada kepada dokter
1. Edema  Tanda/gejala
2. Asites ketidkseimbanga
3. Hipoproteinemia n cairan (seperti
4. Hoperlipidemia yang terdapat
5. Proteinuria dalam Kenaikan berat
6. Diare pengkajian ) badan secara
7. Mual tiba-tiba dapat
8. Muntah berat mengindikasikan
Timbang
9. Iritabilitas badan anak setip kelebihan cairan
10. Nyeri abdomen hari dengan ekstravaskular
. berat jenis urine dari timbangan yang dan dapat
1,008-1,020 sama pada waktu menyebabkan
. tidak ada tanda dan gejala yang sama setiap penurunan curah

11
ketidak seimbangan cairan hari. Catat hasilnya jantung
(seperti yang terdapat dan bandingkan
dalam pengkajian dengan berat
badan sebelumnya Meningkatkan
kenyamanan
Pegang area yang
mengalami edema
dengan hati-hati.
Anak laki laki
perlu
menggunakan
pendukung
skrotum jika Seteroid secara
edema skrotum tidak langsung
terjadi membantu
mengurangi
Berikan steroid kehilangan
sesuai jadwal . kaji protein dalam
dan catat urine.
keefektifanya dan
setiap efek
samping (misalnya Antasid
gangguan GI, sakit diberikan untuk
kepala). membantu
mencegah
Jika diindikasikan komplikasi
berikan antasik perdarahan GI
sesuai jadwal. Kaji akibat terapi
dan catat streroid
keefektifannya dan
setiap efek
samping ( Deuretik
misalnya diberikan untuk

12
konstipasi, diare, mengurangi
kram perut). kelebihan cairan
intravaskuler
Berikan diuretic melalui
sesuai jadwal ( peningkatan
pastikan bahwa haluaran urine,
dosis disesuaikan yang akan
untuk mencegah mengurangi
toksisitas karena beban kerja
bersihan ginjal jantung.
tidak adekuat).
Kaji dan catat
keefektifannya dan
setiap efek
samping (misalnya
hypokalemia,
dehidrasi)

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan.tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri atau
independen dan kolaborasi.

E. Evaluasi Keperawatan
 Diagnosa 1 : volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh, tidak ada diare, mual dan
muntah.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penyajian data dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Definisi Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminnemia
dan hiperkolesterolemia dan kadang- kadang terdapat hematuria, hipertensi dan
penuruna fungsi ginjal.
2. Epidemiologi
Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7
kasus baru per 100.000 anak per tahun,dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per
100.000 anak.Di negara berkembang insidensinya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan
6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun.Perbandingan anak
laki-laki dan perempuan 2:1 (Arif, 2014). Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah,
Denpasar, hasil selama periode 6 tahun (2001-2007), terdapat 68 anak dengan sindrom
nefrotik. Usia berkisar dari 6 bulan sampai dengan 11 tahun (rerata 5,1),laki-laki 50
(73,5%), perempuan 18 (26,5%) dengan rasio 2,7:1.
3. Penyebab
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir- akhir ini dianggap
sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu reaksi antigen- anti bodi (Ngastiyah, 2005)
yaitu: sindrom nefrotik bawaan, diturunkan sebagai regresif autosomal atau karena
reaksi maternofetal, sindrom nefrotik sekunder, disebabkan oleh : malaria kuartana atau
parasit lainnya, penyakit kolagen seperti lupus eritematus desiminata, purpura, dan
anafilatoid, sindrom nefrotik idiopatik, tidak diketahui sebabnya/ disebut sindrom
primer, glomerulosklerosis fokal segmental, pada kelainan ini yang paling mencolok
skerosis glomerulus, sering disertai atrofi tubulus, prognosis buruk.
4. Patofisiologi
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus.
Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Hilangnya protein dari
rongga vaskular menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan
tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan vaskular

14
menstimulasi sistem renin-angiotensin yang mengakibatkan disekresikannya hormon
antidiuretik dan aldosteron.
5. Gejala Klinis
Sindrom nefrotik pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses penyakit.
Cecily Lynn Betz (2009) beberapa gejala yang paling sering dialami yaitu : penurunan
haluaran urine dengan urine berwarna gelap, berbusa. Retensi cairan dengan edema
berat (edema fasial, abdomen, area genital, dan ekstremitas). Distensi abdomen karena
edema dan edema usus yang mengakibatkan kesulitan bernapas, neri abdomen,
anoreksia, dan diare.
6. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang/ diagnostik yang dilakukan untuk pemeriksaan
sindrom nefrotik yaitu: pemeriksaan urine yang meliputi: uji urinalisis, uji distick, berat
jenis urine, osmolalitas urine. Kedua uji darah yang meliputi : kadar albumin serum,
kadar kolesterol serum, kadar trigliserid serum, kadar hemoglobin dan hemotokrit,
hitung trombosit, kadar elektrolit serum, dan yang terakhir uji diagnostik untuk
mengindikasi status glomerular.
7. Diagnosis
Kekurangan volume cairan : intravaskuler dan Kelebihan volume cairan :
ekstravaskuler. Berhubungan dengan kehilangan protein dalam urine sekunder akibat
peningkatan permeabilitas glomerulus, peningkatan reabsorbsi air dari tubulus ginjal
sekunder akibat peningkatan sekresi aldosteron.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh. Berhubungan dengan :
malnutrisi sekunder akibat kehilangan protein dan penurunan nafsu makan, absorpsi
usus buruk sekunder akibat edema pada mukosa usus.
8. Therapy/ Tindakan Penanganan
Penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik mencakup : Pemberian kortikosteroid
(prednison atau prednisolon, kekambuhan diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi
untuk beberapa hari, penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena),
pengurangan edema, mempertahankan keseimbangan elektrolit, pengobatan nyeri),
pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain), terapi imunisupresif
(siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin).

15
9. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang sering terjadi pada sindrom nefrotik Cecily Lynn Betz
(2009): penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik, kemampuan koagulasi yang
berlebihan (trombosis vena), gangguan pernapasan (yang berhubungan dengan retensi
cairan dan distensi abdomen), kerusakan kulit (dari edema berat, penyembuhan buruk),
infeksi (khususnya selulitis, peritonitis, pneumonia, dan septikemia), efek samping terapi
steroid yang tidak diinginkan, gagal tumbuh dan keletihan otot (jangka panjang).

3.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara jenis kelamin
penderita sindrom nefrotik, usia awitan sindrom nefrotik,lama menderita sindrom nefrotik
dan jenis sindrom nefrotik terhadap kejadian penyakit ginjal kronik dengan menggunakan
metode analitik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Apriliyani, Siburian.2013. Karya Ilmiah Ners : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Anak
Kesehatan Masyarakat Pada Pasien Sindrom Nefrotik Di Lantai 3 Selatan Rsup
Fatmawati. Diakses pada tanggal 10 April 2017

Arif,Y,Prabowo.2014. Medical Faculty of UniversitasLampung : Nephrotic Syndrome In


Children

Axton, Sharon.2013. rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC

Cecyly, Lynn, Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Nilawati.2014. Profil Sindrom Nekrotik pada Ruang Perawatan Anak RSUP Sanglah
Denpasar.

17

Anda mungkin juga menyukai