Sifat Tawadhu
Sifat Tawadhu
Di tengah perjalanan malamnya, Abu Yazid al-Bisthami bertemu dengan seekor anjing.
*Dengan sigap, diangkatlah gamisnya, dengan maksud agar tidak terkena najisnya*.
"Wahai Yazid, tubuhku ini kering, tidak akan menimbulkan najis kepadamu.
*Jika pun terkena najisku, engkau tinggal membasuhnya 7x, dengan air dan tanah*. Maka
najisku akan hilang, namun jika engkau angkat gamismu, karena berbaju manusia, merasa lebih
mulia dan menganggap aku hina, *maka najis di dalam hatimu, tidak akan mampu terhapus,
walaupu kaubersihkan dengan air dari 7 samudera"*.
Diajaknya anjing tersebut bersahabat dan mengikuti perjalanannya, *tetapi anjing itu menolak*.
Aku juga tidak tahu mengapa mereka menganggap aku hina, *padahal aku telah berserah diri
kepada Penciptaku atas wujud ini*.
Lihatlah...
Tidak ada yang aku bawa, bahkan sepotong tulang sebagai bekalku saja tidak.
Sementara engkau masih membawa bekal sekantong gandum".
Tidak terasa air mata Abu Yazid menetes, dan ia berkata dalam hati:
*"Ya Rabb, untuk berjalan dng seekor anjing ciptaan-Mu saja aku merasa tidak pantas*
Bagaimana aku bisa pantas berjalan dengan-Mu?
*Masyā Allāh...*
▪Jangan pernah *MERASA LEBIH MULIA* daripada seluruh ciptaan Allah.
▪ Jangan pula merasa lebih baik, lebih terhomat daripada orang lain, *karena Allah melihat
kalbumu bukan penampilan fisik dan lahirmu*.
▪ Kebaikan hati tidak perlu diungkapkan, *Allah Maha Mengetahui ketulusan dan keikhlasan
kita*.
▪ Tawadu di dalam iman dan akhlak. Bening hati dengan *dzikrullah & qiyamul lail*.
*Semoga Allah SWT menjadikan kalbu kita bening dan bersih dari segala kotoran*, penyakit
lahir dan batin sehingga tidak mau setitik pun menilai, mencela dan membuli orang lain, siapa
pun dia...