Disusun Oleh:
Menyetujui
A. Definisi
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi didalam tubuh
yang menyebabkan sakit (Potter & Perry,2005). Dalam kamus keperawatan
disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam
jaringan tubuh,khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat
metabolisme kompetitif,toksin,replikasi intraseluler atau reaksi antigen-
antibodi,sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan
infeksi atau penyakit. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal.Jika penyakit bisa ditularkan dari
satu orang ke orang lain,penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius).
Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga
beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
B. Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi silang pada agen infeksius
2. Mengetahui siklus kehidupan agen infeksius
3. Mengetahui proses terjadinya infeksi
4. Mengetahui rasional tindakan dalam melakukan penanganan terhadap infeksi
C. Agen Infeksius
1. Proses Infeksi
Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode/Masa Inkubasi
Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan munculnya gejala
pertama.Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari.
b. Tahap Prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam
ringan,keletihan)sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini,
mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu
menyebarkan penyakit ke orang lain.
c. Tahap Sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis
infeksi.Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps
dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar
parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
2. Tanda – Tanda Infeksi
Tanda-tanda infeksi menurut Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran,
2003 antara lain :
a. Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran
arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih
banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan
cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau
kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
b. Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.
Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah
yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami
radang lebih banyak daripada ke daerah normal.
c. Dolor
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang
ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya
dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang
meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
d. Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial.
e. Functio laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland,
2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan
tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi
jaringan yang meradang.
3. Tipe Infeksi
a. Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang
menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak
tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika
mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian
bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan
patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Infeksi Lokal : spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana
mikroorganisme tinggal.
c. Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang
lain dan menimbulkan kerusakan
d. Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
e. Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi
sistemik
f. Infeksi akut : yang muncul dalam waktu singkat
g. Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama
(dalam hitungan bulan sampai tahun)
4. Penyebaran Infeksi
a. Saluran pernafasan
Contoh: influenza, pneumonia, campak, TBC, dan cacar air.
b. Saluran pencernaan
Contoh : demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, & kolera.
c. Kulit
Beberapa m.o memasuki tubuh melalui daerah terbuka pada kulit seperti
perlukaan pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat.
d. Rute parenteral
Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat membuat rute
infeksi parenteral.
e.Rongga mulut
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni m.o. salah satu penyakit
yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi m.o adalah karies gigi.
5. Mekanisme Infeksi
Kuman ( bakteri, virus, protozoa maupun jamur) mempunyai mekanisme dalam
menyerang sel inangnya,kuman tersebut bisa menginfeksi melalui 4 tahap yaitu:
a. Adhesi(menempel)
b. Kolonisasi (berbiak)
c. Penetrasi (masuk ke tubuh)
d. Invasi (menyebar ke seluruh tubuh sambil berbiak)
6. Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor
yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara
penularan, portal of entry dan host atau penjamu yang rentan.
Agen Infeksi
Host/Jamu Resevoir
Portal de Portal de
Entry Exit
Cara
Penularan
(Fatimah Nabiel,2015)
a. Agen Infeksi
Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah
microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit),
kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta
kerentanan dari host/penjamu. Mikroorganisme yang termasuk dalam
agen infeksi antara lain virus,bakteri,jamur dan protozoa.
1. Virus
Struktur Virus