Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

PERBEDAAN PROSES INFEKSI BERBAGAI AGEN INFEKSIUS

Disusun Oleh:

NAMA / NIM : Dwiti Hikmah Sari (16.IK.466)

Rahmat Maulida (16.IK.490)

SEMESTER/ KELAS : II / PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius

NAMA / NIM :Dwiti Hikmah Sari (16.IK.466)

Rahmat Maulida (16.IK.490)

Banjarmasin, 29 Maret 2017

Menyetujui

Pembimbing Laporan Pendahuluan (LP)

Intan Sari Dewi,S.Kep.,Ns


KONSEP DASAR KETERAMPILAN

PERBEDAAN PROSES INFEKSI BERBAGAI AGEN INFEKSIUS

A. Definisi
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi didalam tubuh
yang menyebabkan sakit (Potter & Perry,2005). Dalam kamus keperawatan
disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam
jaringan tubuh,khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat
metabolisme kompetitif,toksin,replikasi intraseluler atau reaksi antigen-
antibodi,sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan
infeksi atau penyakit. Penyakit timbul jika pathogen berkembang biak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal.Jika penyakit bisa ditularkan dari
satu orang ke orang lain,penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius).
Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga
beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.

B. Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi silang pada agen infeksius
2. Mengetahui siklus kehidupan agen infeksius
3. Mengetahui proses terjadinya infeksi
4. Mengetahui rasional tindakan dalam melakukan penanganan terhadap infeksi

C. Agen Infeksius
1. Proses Infeksi
Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:
a. Periode/Masa Inkubasi
Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan munculnya gejala
pertama.Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari.
b. Tahap Prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam
ringan,keletihan)sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini,
mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu
menyebarkan penyakit ke orang lain.
c. Tahap Sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis
infeksi.Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps
dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar
parotid dan saliva.
d. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
2. Tanda – Tanda Infeksi
Tanda-tanda infeksi menurut Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran,
2003 antara lain :
a. Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran
arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih
banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan
cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau
kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
b. Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.
Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah
yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami
radang lebih banyak daripada ke daerah normal.
c. Dolor
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang
ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya
dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang
meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
d. Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial.
e. Functio laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland,
2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan
tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi
jaringan yang meradang.
3. Tipe Infeksi
a. Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang
menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak
tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika
mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian
bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan
patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Infeksi Lokal : spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana
mikroorganisme tinggal.
c. Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang
lain dan menimbulkan kerusakan
d. Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
e. Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi
sistemik
f. Infeksi akut : yang muncul dalam waktu singkat
g. Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama
(dalam hitungan bulan sampai tahun)
4. Penyebaran Infeksi
a. Saluran pernafasan
Contoh: influenza, pneumonia, campak, TBC, dan cacar air.
b. Saluran pencernaan
Contoh : demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, & kolera.
c. Kulit
Beberapa m.o memasuki tubuh melalui daerah terbuka pada kulit seperti
perlukaan pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat.
d. Rute parenteral
Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat membuat rute
infeksi parenteral.
e.Rongga mulut
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni m.o. salah satu penyakit
yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi m.o adalah karies gigi.
5. Mekanisme Infeksi
Kuman ( bakteri, virus, protozoa maupun jamur) mempunyai mekanisme dalam
menyerang sel inangnya,kuman tersebut bisa menginfeksi melalui 4 tahap yaitu:
a. Adhesi(menempel)
b. Kolonisasi (berbiak)
c. Penetrasi (masuk ke tubuh)
d. Invasi (menyebar ke seluruh tubuh sambil berbiak)

6. Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor
yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara
penularan, portal of entry dan host atau penjamu yang rentan.

Agen Infeksi

Host/Jamu Resevoir

Portal de Portal de
Entry Exit

Cara
Penularan

(Fatimah Nabiel,2015)
a. Agen Infeksi
Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah
microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit),
kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta
kerentanan dari host/penjamu. Mikroorganisme yang termasuk dalam
agen infeksi antara lain virus,bakteri,jamur dan protozoa.
1. Virus
 Struktur Virus

Struktur tubuh virus secara sederhana adalah sebagai berikut:


1. Ukuran <200 mikrometer
2. Bagian dalam tubuhnya terdiri dari asam nukleat dan enzim
3. Penutup tubuh yang terdiri dari kapsid dan amplop
 Siklus Hidup Virus

 Mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel pejamu


Contoh pada penyakit CampakPenyakit campak adalah suatu
infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan
demam, batuk, konjungtivitis dan ruam kulit denga ngatal
gatal.Penyakit ini disebab kan oleh virus campak
golongan Paramixovirus. Penularan infeksi karena menghirup
percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi
ini dalam waktu 2-4 hari sebelum terjadinya ruam kulit dan 4 hari
setelah terjadinya ruam kulit ada. Wabah campak terutama terjadi
pada anak pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah
menderita campakn, maka seumur hidupnya biasanya akan kebal
terhadap penyakitini. Penularanterjadimelaluipercikan ludah dari
hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne
disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala
muncul. Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada
anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi
dengan gondongan dan campak Jerman, disuntikkan pada otot paha
atau lengan atas. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk
istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar
kekebalan tubuh meningkat.
2. Bakteri
 Struktur Bakteri
Struktur Bagian Luar ;
1. Inti dan nucleus
2. Struktur Sitoplasma
3. Membran sitoplasma
4. Dinding sel
5. Kapsul
6. Flagel
7. Pili=fimbriae

Struktur sel bakteri bagian dalam:

1. Kromosom dan plasmid


2. Membran intraselular
3. Ribosom
4. Vakuola gas
5. Endospora
 Siklus Hidup Bakteri

 Mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel pejamu


Contohnya penyakit Gonore
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam
uretra, servic,retktum tenggorokan, dan bagian putih
mata (konjungtiva). Biasanya membentuk koloni di daerah
mukosa, orofaring, dan anogenital. Gonore bisa menyebar melalui
aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.
Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan
menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul
dan gangguan reproduksi. Pada pria, gejala awal gonore biasanya
timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal dari
rasa tidak enak pada uretra dan beberapa jam kemudian diikuti oleh
nyeri ketika berkemih serta keluarnya nanah dari penis. Sedangkan
pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari
setelah terinfeksi. Gejala-gejala yang ditimbulkan seperti desakan
untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari
vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim,
saluran telur, indung telur, dan rektum serta menyebabkan nyeri
pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Cara yang paling pasti untuk mencegah penyebaran penyakit
menular seksual adalah dengan tidak melakukan hubungan seks,
berhubungan seks secara monogami, pastikan pasangan tidak
terinfeksi, penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penularan
penyakit, pastikan toilet yang digunakan higienis, hindari penggunaan
toilet duduk di tempat umum.Selain itu, penderita juga harus bisa
membiasakan hidup sehat (Mandal,dkk. 2008)
3. Jamur ( Fungi )
 Struktur jamur

 Siklus Hidup jamur


 Mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel pejamu
Contohnya pada Penyakit Tinea kaptitis (kurap kulit kepala)
Infeksi microsporum, terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya
akan sembuh pada saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika
infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak diobati akan
menetap sampai dewasa.Klinis infeksi dimulai pada kulit kepala ,
selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding keratin
folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut.
Rambut menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang
pendek. Pada bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk
kemerahan, edema, bersisik dan membentuk vesikel, pada kasus
yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan dan mengarah
pada mikosis sistemik.Pencegahannya Jaga kebersihan badan dan
lingkungan.Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh dari anjing
atau kucing.Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk
bersama. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi.
Pengobatannya pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut
dengan tangan, sering keramas dan mengunakan krim anti jamur
mikonizol (Mandal,dkk. 2008)
4. Parasit (protozoa)
 Struktur Parasit (protozoa)

Struktur Protozoa terdiri :


1. Membran sel
2. Sitoplasma
3. Vakuola makanan
4. Vakuola kontraktil(berdenyut)
5. Inti sel
6. Ukuran tubuh antara 2μm-2.000μm, mudah dilihat di bawah
mikroskop.
 Siklus Hidup Parasit (protozoa)

 Mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel pejamu


Contohnya penyakit Cacing Kremi (Enterobius vermicularis).
Manusia adalah satu-satunya induk untuk parasit yang dikenal
sebagai Cacing Kremi (Enterobius vermicularis). Jenis cacing ini
paling sering ditemui karena proses penyebarannya yang sangat
mudah. Anak-anak mudah terinfeksi parasit ini sampai berulang
kali di sekolah atau saat bermain dengan menggaruk sekitar anus
mereka dan memasukkan tangan mereka ke dalam mulut. Cacing
Kremi memiliki bentuk tubuh memanjang, berwarna putih dan
memiliki panjang sekitar 1cm. Mereka hidup di dalam usus besar
manusia. Cacing Kremi betina meletakkan telur-telurnya diluar, di
dekat lubang anus. Setelah itu, telur-telur tersebut akan
menginfeksi selama sekitar 20 hari. Ketika sudah berada di usus,
akan membutuhkan 5 dan 8 minggu hingga berkembang menjadi
cacing kremi dewasa. Gejala yang paling sering ditemui adalah
gatal di sekitar anus, terutama di malam hari. Pada wanita,
peradangan juga sering terjadi di daerah alat kelamin. Tidak
seperti parasit lainnya, cacing kremi hanya menginfeksi manusia.
Telur-telurnya diletakkan diantara lipatan anus. Seseorang dapat
terinfeksi kembali apabila tangan yang tidak sengaja menggaruk
anus masuk ke dalam mulut hingga menyebabkan telur-telur
cacing kremi masuk ke dalam tubuh. Perpindahan dari satu
individu ke individu yang lain pun bisa terjadi saat memegang
baju, seprai, handuk, dan barang-barang lainnya yang sudah
terkontaminasi oleh cacing kremi (seperti tirai, karpet) karena
tubuh mereka sangat stabil. Telur dalam jumlah kecil dapat
ditiupkan oleh angin kemudian terhirup dan masuk ke dalam
tubuh. Penggunaan Enema sangat berguna untuk menghilangkan
parasit ini dari usus besar (Mandal,dkk. 2008)

b. Reservoir (Sumber Mikroorganisme)


Resevoir adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat
hidup baik berkembang biak atau tidak,yang bisa berperan sebagai
reservoir adalah manusia,binatang,makanan,air,serangga,dan
benda lain. Kebanyakan resevoir adalah tubuh manusia,misalnya
kulit,mukosa,cairan maupun drainase. Adanya mikroorganisme
patogen dalam tubuh tidak selau menyebabkan penyakit pada
hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat
mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain sakit
(carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar
jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik
tersebut yaitu oksigen,air,suhu,pH,dan pencahayaan.
c. Portal of Exit ( Jalan Keluar )
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan
jalan keluar(portal of exit) untuk masuk ke dalam host dan
meyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi,mikroorganisme
harus keluar terlebih dahulu dari reservornya. Jika reservoarnya
manusia,kuman dapat keluar melalui saluran
pernapasan,pencernaan,perkemihan,genitilia,kulit dan membran
mukosa yang rusak serta darah.
d. Cara Penularan
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan
berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui
oral,fekal atau darahnya ,kontak tidak langsung melalui jarum atau
balutan bekas luka penderita,peralatan terkontaminasi,makanan
yang diolah tidak tepat melalui vektor nyamuk atau lalat.
e. Portal Masuk
Sebelum seseorang terinfeksi mikroorgnisme harus masuk dalam
tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya
kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat
menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh
melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-
faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk kedalam tubuh.
f. Daya Tahan Hospes ( Manusia )
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap
agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan
tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara
konstan kotak dengan mikroorganisme dalm jumlah yang
besar,infeksi tidak akan terjadi sampai individu retan terhadap
kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu
usia,keturunan,stres (fisik dan emosional) ,status nutrisi,terapi
medis,pemberian obat dan penyakit penyerta.
D. Persiapan Alat dan Bahan
1. Identifikasi Virus
Alat yang digunakan :
1. Cawan petri
2. Cotton buds steril
3. Korek api
4. Pembakar bunsen
5. Wrapper
6. Pipet ukur 1ml
7. Filler
8. Botol steril
9. Drugalsky dan Inkubator
Bahan yang digunakan :
Nutrien agar alkohol sampel. Misalnya yang berasal dari 0,1 ml limbah cair
kotoran sapi,kotoran kambing,kotoran,ayam,kotoran kelinci,kotoran bebek dan air
kloset.
2. Identikasi Bakteri
a. Pewarnaan Gram
Alat yang digunakan :
1) Bak Pewarna
2) Jarum Ose
3) Kaca Objek
4) Kertas Serap
5) Mikroskop Majemuk
6) Minyak Celup
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Biakan hasil isolasi
(Bakteri E.coli dan Bakteri Eureus).
b. Uji Katalase
Alat yang digunakan
1). Jarum Ose
2). Kaca Objek bersih
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Biakan hasil isolasi
dan hidrodgen peroksida (H2O2).
3.Identikasi Jamur
Alat yang digunakan :
a. Cawan Petri Steril
b. Cover Glass Steril
c. Jarum Ose
d. Kaca Objek
e. Spatula
Bahan yang digunakan :
a. Alumunium Foil
b. Alkohol
c. Ampicilyn
d. Aquadest Steril
e. Lactophenol Blue
f. Media PDA steril
g. Kapas
h. Karet Gelang
i. Kertas Tissue Steril
j. Spiritus
k. Wrapping.
4.Identifikasi Parasit
alat-alat yang digunakan
a. kaca pembesar
b. kaca preparat
c. kaca penutup
d. pipet tetes
e. mikroskop
f. pinset
g. gunting
h. penggaris
i. bak preparat
j. timbangan
bahan-bahan yang digunakan :
a. ikan karper
b. aquades

E. Pertahanan terhadap infeksi


Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang
tinggal didalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa pathogen. Setiap
system organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora
normal, system pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan non spesifik yang
melindungi terhadap mikroorganisme.
i. Flora normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan
dan didalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia
secara normal mengekskresi setiap hari triliyunan mikroba melalui usus. Flora
normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi biasanya justru turut berperan
dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme
penyebab penyakit untuk mendapatkan makanan. Flora normal juga
mengekskresi substansi antibakteri dalam usus. Flora normal kulit menggunakan
tindakan protektif dengan menghambat multiplikasi organisme yang menempel
dikulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan keseimbangan yang
sensitive dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang
mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin beresiko
mendapatkan penyakit infeksi.
ii. Pertahanan system tubuh
Sejumlah system organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme.
Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki
oleh mikroorganisme. Organisme pathogen dengan mudah menempel pada
permukaan kulit, di inhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan.
Setiap system organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis
disesuaikan dengan struktur dan fungsinya.
iii. Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan,
produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini
menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan
memulai cara-cara perbaikan jaringan tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak,
kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang
terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala
demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar
limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau
mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:
a.Respon seluler dan vaskuler
b.Pembentukan eksudat inflamasi
c.Perbaikan jaringan
Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru
mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur
dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya.
F. Respon Imun
Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit.
Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang
tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis
tubuh. Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau
limfe dan memulai imunitas seluler atau humural.
1. Imunitas selular
Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan
peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran
permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor
permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini
mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk
sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan
dengan antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi
makrofag untuk menyerang antigen.
2. Imunitas humoral
Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa
imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B
memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B
mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas,
sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi
antigen.
3. Antibodi
Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E,
G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan
IgG menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar
melakukan imunisasi.
4. Komplemen
Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen
diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan
terjadi serangkaian proses katalitik.
5. Interferon
Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu kemampuan
virus dalam bermultiplikasi.
G. Prinsip Tindakan
a. Aseptic
Tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan
infeksi. Tujuannya mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik
pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat
dengan aman digunakan.
b. Antiseptic
Upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
c. Dekontaminasi
Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum
pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan
dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat
tindakan dilakukan.
d. Pencucian
Tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing
seperti debu dan kotoran
e. Sterilisasi
Tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasite dan
virus) termasuk bakteri endospore dari benda mati
f. Desinfeksi
Tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan
merebus atau menggunakan larutan kimia. Tindakan ini dapat menghilangkan
semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospore
DAFTAR PUSTAKA

1. Fatimah Nabiel.(2015). Keterampilan Dasar Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar. Halaman 111 – 116
2. Khansa Mujahidah. (2012). Keterampilan Dasar Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Halaman 152 - 153
3. Koes Irianto. (2007). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung :CV.
Yrama Widya
4. Mandal,dkk. (2008). Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series

Anda mungkin juga menyukai