Anda di halaman 1dari 20

Daftar Isi

BAB II .................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
2.1 Konsep Penyakit Jantung ........................................................................ 2
1.2.1 Anatomi Dan Fisiologi Jantung ............................................................... 2
1.2.2 Definisi Penyakit Jantung ........................................................................ 4
1.2.2.1 Gagal Jantung .................................................................................. 5
1.2.2.2 Penyakit Jantung Koroner ................................................................ 6
1.2.2.3 Kardiomiopati .................................................................................. 8
1.2.2.4 Penyakit Jantung Reumatik .............................................................. 9
1.2.2.5 Penyakit Jantung Bawaan ............................................................... 10
1.2.2.6 Infark Miocard ............................................................................... 10
2.2 Kualitas Hidup ............................................................................................ 11
2.2.1 Definisi Kualitas Hidup ........................................................................ 11
2.2.2 Kualitas Hidup pada pasien kateterisasi jantung .................................... 13
2.2.3 Pengukuran Kualitas Hidup .................................................................. 13
2.2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup pada Pasien
Penyakit jantung ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19
BAB II .................................................................................................................... 19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Jantung
1.2.1 Anatomi Dan Fisiologi Jantung

Jantung dibentuk oleh organ-organ muskular, apek, dan basis cordis,

atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Jantung terletak di

rongga dada, dibawah perlindungan tulang iga, di antara paru-paru , dan

sedikit ke sebelah kiri sternum. Menurut Daniel (2005: 54) Jantung terdapat

di rongga badan atau diafragma dalam keadaan terbungkus oleh selaput yang

di namankan pericardium. Perikardium di jantung terdiri dari 2 lapisan yang

melekat pada otot jantung yaitu pericardium visceral dan yang luar

pericardium parietale. Pericardium parietale memiliki persarafan sadar

sehingga pada keadaan terkena radang penderita akan merasakan sakit di

dada. Dan rasa nyeri biasanya bersifat menusuk. Bagian jantung yang

terbaring di bagian diafragma adalah bilik kanan, sedangkan bilik kiri terdapat

di bagian atasnya. Fungsi kardiovaskules adaalah memberikan dan

mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh

yang berfungsi sebagai proses metabolism (Muttaqin, 2009).

Menurut Mutaqqin (2009) Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua

ruang yang berdinding tipis disebut atrium(serambi) dan dua ruangyang

berdidnding tebal adalah ventrikel (bilik). Fungsi kontaktilitas jantung


merupakan sebagai pompa dan merupakan salah satu fungsi terpenting dari

jantung. Jantung jugaberfungsi sebagai system regulasi dalam merespon

seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah meningkatkan suplai darah

agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi, biasanya di alikan pada organ-organ

vital seperti jantung dan otak agar sirkulasi organ dapat terpenuhi.

Komponen yang terpenting dalam system kardiovaskuler yaitu

jantung,darah, dan pembuluh darah. Ketiga komponen tersebut harus

berfungsi sengan baik agar seluruh jaringan dan organ tubuh dapat menerima

suplai oksigen dan nutrisi dengan adekuat. Jika semua komponen

bekerjasama akan berpengaruh terhadap denyutan, tekanan, dan volume

pompa darah untuk menyuplai darah ke seluruh jaringan yang sesuai

kebutuhan yang di butuhkan oleh tubuh. Maka fungsi kontraktilitas otot

jantung sangat besar sebagai pompa merupakan fungs terpenting dari

jantung. Dari kinerja otot jantung tersebut akan memenuh kebutuhan system

kapiler dan mikrosirkulasi, karena komponen darahyang di pompakan alah,

oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, hormone, dan elektrolit ke sel-sel

dan selanjutnya mengangkut karbon dioksida, urea, asam laktat, dan sisa

metabolism keluar dari tubuh.

Sirkulasi sistem kardiovaskular ada dua yaitu sirkulasi sistemik dan

sirkulasi paru. Sisi kiri jantung memompa darah ke sirkulasi sistemik, yang

menjangkau seluruh sel tubuh kecuali sel-sel yang berperan dalam pertukaran
gas di paru. Sirkulasi sistemik dimulai dari ventrikel kiri ke aorta besar, arteri

kecil, arteriole lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar.

Pembuluh balik dari perut vena cava inferior dan bermuara ke serambi kanan

(atrium kanan) setelak mencapai rongga dada bersama dengan pembuluk

balik besar yang membawa darah dari kepala, leher dan anggota gerak atas

atau vena cava superior. Sirkulasi sistemik mempunyai fungsi sebagai pembawa

oksigen ke jaringan yang membutuhkan.

Sisi kanan jantung memompa darah ke sirkulasi paru (pulmonalis),

yang mengalir hanya ke paru untuk mendapatkan oksigen. Sirkulasi paru

mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil, kapiler

lalu masuk ke paru. Setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena

pulmonalis dan akhirnya ke atrium kiri. Pada kapiler terjadi pertukaran O2

dan CO2 dimana pada sirkulasi paru O2 masuk dan CO2 keluar dari kapiler

sedangkan pada sirkulasi sistemik O2 keluar dan CO2 masuk ke dalam

kapiler.

1.2.2 Definisi Penyakit Jantung

Penyakit jantung merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi irama

jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah, aliran darah myocardium, dan

sirkulasi perifer yang mengakibatkan perubahan dalam fungsi jantung (Poter,

2010). Kebanyakan pada otrang dewasa mengalami perubahan pada fungsi

jantungnya, karena diakibatkan oleh klasifikasi jalur konduksi, penebalan


katub jantung karena banyaknya lipid dan fibrosis didalamnya, serta

penurunan jumlah sel pacemaker pada katub (Meiner, 2006). Menurut

Kementrian Kesehatan Republic Indonesia (2014) penyakit jantung terdiri

dari gagal jantung, penyakit jantung koroner, kardiomiopathy, penyakit

jantung reumatik, penyakit jantung bawaan, dan infark miocard.

1.2.2.1 Gagal Jantung

Gagal Jantung atau Heart Failure (HF) adalah suatu kondisi dimana

jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi

kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat (Udjianti,

2010). Sering ditandai dengan sesak nafas dan fatik yang di sebabkan oleh

kelainana struktur dan fungsi jantung. Gagal jantung dapat diakibatkan

Karena terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan

kontraksi miokardium (disfungsi sitolik). Gagal jantung menurut klasifikasi

gejala dan intensitas gejala ada 2, yaitu: gagal jantung akut dan gagal jantung

kronis. Gagal jantung akut akan timbul gejala secara mendadak, biasanya

selama beberapa hari atau beberapa jam. Sedangkan gagal jantung kronis

perkembangan gejala secara beberapa bulan sampai beberapa tahun dan

mengalami keterbatasan hidup sehari-hari (Nurarif, 2015).

Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat,

jika otot jantung melemah maka tidak mampu memompa dengan kuat. Tiga

mekanisme kompensasi berusaha untuk mempertahankan fungsi pompa


jantung normal yaitu peningkatan respons system saraf simpatis, respons

Frank Starling, dan hipertrofi otot jantung. Menurut Senni (2015) gagal

jantung dengan fraksi ejeksi diawetkan adalah sindrom kompleks yang di

tandai dengan tanda-tanda dan gejala normal atau nendekati normal seperti

krepitasi paru-paru, edema paru, pergelangan kaki bengkak, hepatomegali,

sesak saat aktivitas, dan kelelahan.

1.2.2.2 Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat

otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah

koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman

di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat

ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan

jauh (Irmalita, et al., 2015)

Indikator terjadinya Penyakit Jantung Koroner dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation

myocardial infarction), 2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST

(NSTEMI: non ST segment elevation myocardial infarction), 3. Angina Pektoris

tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris). Infark miokard dengan elevasi

segmen ST (STEMI) merupakan indicator kejadian oklusi total pembuluh

darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan revaskularisasi untuk

mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya; secara


medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis,

intervensi koroner perkutan primer. Diagnosis STEMI ditegakkan jika

terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang

persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Inisiasi tatalaksana

revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil peningkatan marka jantung.

NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika terdapat keluhan

angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan

yang bersebelahan (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia,

2015).

Pengertian klinis Angina adalah keadaan iskemia miokard karena

kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung (miokard) yang disebabkan

oleh penyumbatan atau penyempitan arteri koroner, peningkatan beban kerja

jantung, dan menurunya kemampuan darah mengikat oksigen (Udjianti,

2010). Angina pectoris merupakan nyeri dada sementara atau suatu perasaan

tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen.

Angina diklasifikasikan dalam tiga tipe (Kowalak, 2011), yaitu: Stable

(Stable Exertional) angina, Unstable (Crescendo/Pre-infarction) angina, Variant

(Prinzmetal’s) angina, dan Angina Mikrovaskular. Stable angina menggambarkan

nyeri dada yang timbul saat peningkatan aktifitas fisik maupun stress

emosional. Unstable angina berkaitan dengan nyeri dada yang timbul karena

aktivitas dengan derajat yang sulit diramalkan dengan tanda khas yaitu
peningkatan frekuensi serangan dan intensitas nyerinya, menunjukkan

penyakit arteri koronaria makin parah, yang dapat berlanjut menjadi infark

miokard. Variant angina digambarkan sebagai nyeri dada yang biasanya terjadi

selama istirahat atau tidur daripada selama aktivitas. Angina Mikrovaskular

adanya kerusakan cadangan vasodilator menyebabkan nyeri dada yang mirip

angina pada individu yang memiliki arteri koronaria yang normal.

1.2.2.3 Kardiomiopati

Kardiomiopati secara umum dipakai pada semua penyakit yang

berhubungan dengan serabut otot jantung dan gangguan tersebut terjadi

dalam 3 bentuk yaitu: retriksi (jarang dijumpai), hipertropi, dan dilatasi

(Kowalak, 2011). Kardiomiopati restriktif merupakan suatu gangguan pada

fungsi diastolic, dinding ventrikel sangat kaka dan mengalami peningkatan

ventrikel. Ditandai dengan lemas, sasaknafas, payah jantung kanan, dan

hemokromatosis. Kardiomiopati hipertrofik adalah suatu gangguan

hipertrofik ventrikel tanpa penyakit jantung atau sestemik lain yang dapat

meyebabkan hipertrofik dan penebalan ventrikel kiri. Gambaran klinis

meliputi dispnea, anginapektoralis, mudah lelah, palpitasi, dan sinkop.

Kardiomiopati dilatasi merupakan penyakit miokardium yang primer

ditandai dengan adanya dilatasi ruang jantung dan gagal jntung kongestif.

Pompa sistolik berkurang secara progresif, volume akhir diastolic dan sistolik

menurun. Gambaran klinis seperti penurunan curh jantung, penurunan


fungsi jaringan, dan pada kompensasi akhir biasanya ventrikel kanan dengan

manifestasi emboli sistemik dan paru. Kardiomiopati bersifat progresif, oleh

karena menurunnya kemampuan kontraksi dari miokardium maka

menyebabkan kegagalan kontraksi pada ventrikel kiri. Akibatnya akan

mengalami penurunan volume sekuncup. Penurunan Volume sekuncup akan

menyebabkan naiknya tekanan pembuluh darah sitemik dan menahan

resistensi sekuncup (Mustaqqin, 2009). Menurut ruhsyanudin (2006)

kardiomiopati merupakan suatu penyakit yang menyerang otot jantung

(myocardium) dan penyebabnya belum diketahui.

1.2.2.4 Penyakit Jantung Reumatik

Menurut kowalak (2011) penyakit jantung reumatik sering terjadi

pada usia anak-anak, demam reumatik terjadi ketika seorang anak

mengalamiinfeksi oleh kuman Streptococcus beta-haemolyticus grup A pada saluran

napas atas di tenggorokan, dan atau kesalahan dalam mengenali antigen

penjamu ke sel imun. Demam reumatik merupakan suatu penyakit

peradangan multisystem yang terjadi secara mendadak yang menyerang

imunologi. Demam reumatik juga menimbulkan efek sistemik seperti nyeri

sendi dan inflamasi. Serta di ikuti dengan munculnya nodus-nodus kulit, dan

kadang ruam. System saraf dapat terserang sehingga te rjadi perubahan

perilaku, kecangguangan dalam berbicara serta bergerak, dan munculnya

gerakan menyentak atau di sebut juga (korea)(Ruhyanudin, 2006).


1.2.2.5 Penyakit Jantung Bawaan

Menurut Nur Ain (2015) Penyakit jantung bawaan (PJB) disebut juga

defek jantung bawaan, merupakan istilah umum untuk kelainan pada struktur

jantung dan pembuluh darah besar yang muncul sejak lahir yang sering

ditemukan dan merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua jenis

kelainan bawaan. Penyakit jantung bawaan biasanya sering di sebut juga

permasalahan katub jantung. Menurut Muttaqin (2009:189) Penyakit jantung

kongenital atau penyakit jantung bawaan sering di temukan pada anak-anak.

Apabila tidak dioprasi kebanyakan akan meninggal pada waktu bayi. Penyakit

jantung bawaan pernah juga ditemukan pada orang dewasa menunjukkan

bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami

oprasi dini pada usia muda. Hal tersebut yang membedakan antara penyakit

jatung bawaan pada anak dan orang dewasa. Angka kejadian PJB adalah 9-10

per 1000 bayi lahir hidup. Factor predisposisi PJB ada 2 yaitu factor prenatal,

dan factor genetic.

1.2.2.6 Infark Miocard

Infark miokard (Myocardial infarction, MI) adalah keadaan yang

mengancam kehidupan dengan tanda khas terbentuknya jaringan nekrosis

otot yang permanen karena otot jantung kehilangan suplai oksigen. MI terjadi

sebagai akibat dari suatu gangguan mendadak yang timbul karena suplai darah

yang kurang akibat oklusi atau sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan atau
plak yang terjadi di arteri koroner tersebut yang akan menyebabkan

terjadinya gejala penyakit jantung koroner.

2.2 Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan status kesehatan yang banyak digunakan

untuk mengukur kemampuan individu mengenai presepsi dirinya sendiri.

Pengukuran kemampuan tersebut terdiri dari 8 multi-item skala yang terdiri

dari fungsi fisik, peran fungsi, nyeri tubuh, kesehatan umum, vitalitas, fungsi

sosial, fungsi peran emosional, kesehatan mental dan satu item mengenai

transisi kesehatan. Multi-item tersebut dapat digunakan untuk menilai kualitas

hidup pasien dengan berbagai penyakit atau orang pada umumnya (Qing Du,

2017).

Menurut CDC (2014) kualitas hidup merupakan konsep multi-

dimensional yang sangat luas, yang mencangkup mengenai evaluasi subjektif

tentang aspek positif, dan negative. Domain yang paling penting dalam

kualitas hidup yaitu mengenai aspek kesehatan. World Health Organisation

(WHO) (2006) mendefinisikan kualitas hidup sebagai presepsi individu di

kehidupan mereka dalam konteks kebudayaan dan norma kehidupan dan

hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian mereka. Hal ini

dipengaruhi oleh linfkungan fisik, mental, psikologi, kepercayaan pribadi dan

hubungan social mereka dengan lingkungan sekitar. Item tersebut


diperhitungkan ke dalam usia klien, kemampuan seseorang tanpa adanya

ketergantungan, dan kemampuan seseorang beradaptasi dengan masyarakat

social.

Penilaian keberhasilan kateterisasi jantung bukan hanya berdasarkan

berhasilnya di pasang kateterisasi jantung atautindakan fisiologis terpenuhui,

belum tentu pasien dengan kateterisasi jantung memiliki kualitas hidup yang

memuasakan. Oleh karena itu kualitas hidup pada pasien yang terpasang

kateterisasi jantung merupakan indicator keberhasilan penatalaksanaan

kateterisasi jantung (Qing Du, 2017).

Definisi kualitas hidup menurut Buetow dan Coster (2001) dalam

Nicholson, 2007) adalah sebagai sebuah konsep yang disusun untuk menilai

bagaimana pengaruh penyakit bagi pasien. Penyakit yang dialami pasien

tersebut mempengaruhi individu yang sakit secara keseluruhan meliputi

kepribadian, kemampuan adaptasi serta harapan untuk hidup sehat. Beberapa

pasien hanya mampu mengenal dengan pasti pada saat gejala penyakit sudah

sangat berat, sedangkan yang lainnya dapat mengenal gejala dini penyakitnya.

Ignatavisius dan Workman (2010) mengatakan kualitas hidup sepanjang dua

decade terakhir muncul menjadi pembahasan yang meluas terutama mengenai

multidimensionalitas kualitas hidup itu sendiri. Cella (1994) dalam

Ignatavisius dan Workman (2010) mengajukan dua domain untuk mengukur

kualitas hidup yaitu subjektifitas dan multidimensionalitas. Subjektifitas


merujuk pada persepsi klien terhadap tingkatan fungsionalnya, termasuk

didalamnya Activity Daily Living (ADL) dan kegiatan mandiri yang

dilakukannya. Sedangkan multidimensionalitas berhubungan dengan

kesehatan fisik, fungsional, emosional, dan sosial (Ignatavisius dan Workman,

2010).

2.2.2 Kualitas Hidup pada pasien kateterisasi jantung

Health Related Quality of Life (HRQoL) didefinisikan sebagai suatu

subjektifitas yang terdiri dari multi dimensionalitas yang merujuk pada

kondisi kesehatan seseorang dalam keadaan sehat sejahtera, termasuk

didalamnya kapasitas fungsional, status psikologis, fungsi sosial dan persepsi

terhadap kesehatannya. Pasien dengan kondisi penyakit kronis akan

mengharapkan terjadi peningkatan harapan hidup dan memiliki kemampuan

untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang dijalani setiap hari. Pada

pasien Health Related Quality of Life (HRQoL) dikaitkan dengan rendahnya

kualitas hidup akibat kondisi comorbid dan faktor risiko penyakit jantung

(Rutledge dkk, 2010).

2.2.3 Pengukuran Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidup menggunakan skala pengukuran

WHOQOLBREF yang dibuat oleh tim dari World Health Organization (WHO)
yang valid (r=0,89 - 0,95) dan reliable (R= 0,66 – 0,87), dan dapat pula

menggunakan WHOQOL-100. WHOQOL-100 dibagi dalam 6 domain yaitu

kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial,

lingkungan, dan spiritual. WHOQOL-BREF terdiri dari 26 pertanyaan yang

dibagi dalam 4 domain, yaitu:

1. Kesehatan fisik

Item yang dinilai dari domain 1 ini berhubungan dengan kondisi fisik

yang meliputi: rasa nyeri, energy, istirahat tidur, mobilisasi, aktivitas,

pengobatan dan pekerjaan.

2. Kondisi psikologi

Hal-hal yang dinilai dari domain 2 berhubungan dengan kondisi

psikologi, meliputi: perasaan positif, perasaan negatif, self-esteem, cara berfikir,

gambaran diri, spiritual.

3. Hubungan Sosial

Item yang dinilai dari domain 3 adalah hubungan sosial yang meliputi:

hubungan personal, dukungan sosial, dan aktivitas seksual.

4. Kondisi Lingkungan

Hal-hal yang dinilai dari domain 4 yaitu kondisi lingkungan yang

meliputi: keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber keuangan, layanan

kesehatan (kemudahan dan fasilitas), mudahnya mendapatkan informasi,

kesehatan, rekreasi, dan transportasi.


Tabel 2.1 Skala Pengukuran WHOQOL-BREF

Kualitas hidup

Rasa nyeri, energy, istirahat tidur, Fisik


Mobilisasi, aktivitas, pengobatan dan
Pekerjaan.
Perasaan positif, perasaan negatif, Psikologis
selfesteem, cara berfikir, gambaran diri,
spiritual.
Hubungan personal, dukungan sosial, Hubungan sosial
Dan aktivitas seksual.

Keamanan fisik, lingkungan rumah, Lingkungan


Sumber keuangan, layanan kesehatan
(kemudahan dan fasilitas), mudahnya
Mendapatkan informasi, kesehatan,
Rekreasi, dan transportasi.
Sumber: WHOQOL, 1997

2.2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup


pada Pasien Penyakit jantung
1. Umur
Penyakit kardiovaskular dapat dialami oleh orang pada

berbagai tingkat usia yang merupakan masalah kesehatan yang sangat

berpengaruh pada kehidupan dan menuntut asuhan keperawatan.

Penyakit kardiovaskular meningkat dengan tajam pada golongan

umur 45-54 tahun yaitu 174,6 per 100.000 penduduk dan 461,9 per

100.000 penduduk pada umur 55 tahun ke atas. Kaawoan (2012)

dalam penelitiannya menunjukkan status kualitas hidup berhubungan

dengan umur, bahwa semakin bertambahnya umur maka semakin

meningkat pula skor kualitas hidup.


2. Jenis Kelamin

Penyakit kardiovaskular memberikan efek kualitas hidup yang

kurang baik terhadap kualitas hidup. Kaawoan (2012) dalam hasil

penelitiannya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas

hidup pasien hearth failure yang juga merupakan penyakit

kardiovaskuler. Selanjutnya Pradono (2009), memperlihatkan bahwa

jenis kelamin mempengaruhi kualitas hidup, yakni kualitas hidup

kurang pada wanita. Dari penelitian yang dilakukan diberbagai negara

didapatkan kesimpulan yang sama yaitu wanita diakui memiliki resiko

yang lebih besar mengalami depresi dibanding dengan pria, prevalensi

depresi pada wanita sebesar 25% sedangkan pria 12 %, hal ini diduga

karena wanita mendapatkan permasalahan yang komplek dan saling

berhubungan seperti faktor biologis, psikologis yang pada akhirnya

akan memberikan efek yang kurang baik terhadap kualitas hidup.

3. Tingkat pendidikan

Pasien dengan penyakit kardiovaskular akan berefek pada

kualitas hidupnya karena jantung organ terpenting tubuh, kelainan

pada jantung dapat beresiko kematian. Tanpa pendidikan yang

eksplisit mengenai harapan masa depan tentang kuantitas dan kualitas

hidup, pasien dan keluarga inadekuat untuk membuat keputusan

penting tentang arah yang optimal dari pengobatan mereka (Allen,


Gheorghiade, Reid et.al., 2011). Tingkat pendidikan seseorang dapat

mempengaruhi kemampuannya dalam menerima informasi yang

diberikan, penyelesaian masalah, perubahan perilaku, dan gaya hidup.

Pendidikan juga dapat dijadikan tolak ukur kemampuan seseorang

dalam berinteraksi secara efektif (Stuart & Laraia, 2005). Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Regidor dkk (1999) tentang hubungan

antara tingkat pendidikan dengan kualitas hidup pasien dewasa di

Spanyol, menyebutkan bahwa tingkat pendidikan yang semakin tinggi

akan meningkatkan skor kualitas hidup.

4. Status Sosial Ekonomi


Menurut Rychlik dan Rulhoff (2005) dalam Kaawoan (2012),

pasien dengan CHF secara langsung akan berdampak pada aspek

sosial ekonomi, dimana kondisi penyakit menyebabkan pasien

mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari

termasuk didalamnya melaksanakan pekerjaan yang merupakan

sumber penghasilan bagi pasien dan keluarga. Kondisi menderita

penyakit kronis ini menyebabkan keterbatasan fisik dan sosial,

masalah emosional dan kekurangan finansial.

5. Kepatuhan Pengobatan
Tingkat kepatuhan seseorang dalam menjalankan pengobatan

terhadap penyakitnya sendiri mempengaruhi kualitas hidup pasien

penyakit kardiovaskular dan dapat pula mengurangi terjadinya


komplikasi. Pada penelitian Schaefer (2007), pasien dengan penyakit

kardiovaskular di Jerman secara teratur melaporkan International

Normalized Ratio (INR) mereka sendiri dan dapat menentukan

nilai INR tersebut. Kepatuhan pasien penyakit kardiovaskular ini

kemudian hasilnya adalah insiden terjadinya komplikasi seperti

perdarahan dan / atau kejadian thrombembolic menjadi lebih

rendah dan didapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

2.3 Kateterisasi Jantung


2.3.1 Definisi Kateterisasi Jantung

Kateterisasi jantung merupakan suatu tindakan yang

dilakukan oleh dokter untuk membantu mendiagnosis dan mengobati

masalah penyakit jantung koroner (American Medical Association,

2017).
DAFTAR PUSTAKA

BAB II

Center of Disesase Control (CDC). (2014). National Kidney Disease Fact Sheet.
UnitedStates of America : Center of Disesase Control
Du, Q., Salem, Y., Liu, H. (., Zhou, X., Chen, S., Chen, N., et al. (2017). A
home-based exercise program for children with congenital heart
disease following interventional cardiac catheterization: study
protocol for a randomized controlled trial. BioMed Central , 1-9.

Irmalita, juzar, D. A., Andrianto, Setianto, B. Y., Tobing, D. P., Firman, D.,
et al. (2015). Dalam P. D. INDONESIA, PEDOMAN
TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT (hal. 1-88).
Indonesia: Centra Communications.
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Meiner, S dan Lueckenotte, AG. (2006). Gerontologic Nursing (Edisi 3). St


Louis Mosby.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. (P. E. Nurachmach, Penyunt.) jakarta: Salemba
Medika.

Potter, PA dan Perry, AG. (2010). Fundamental of Nursing (Edisi 7). Jakarta:
Salemba Medika.
RI, K. (2014). PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

RI, K. K. (2013). Info DATIN pusat data dan informasi kementrian


kesehatan RI. Situasi Kesehatan Jantung , 1-8.
Ruhyanudin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. UPT. Penerbit Universitas Muhammadiyah
Malang.

Senni, m., Paulus, w. J., Gavazzi, A., Fraser, A. G., Diez, J., Solomon, S. D.,
et al. (2015). European Heart Journal. New strategies for heart failure with
preserved ejection fraction: the importance of targeted therapies for heart failure
phenotypes , 1-19.

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

WHO. (2006). The World Health Organization Quality Of Life(WHOQOL)-


BREF.http://www.who.int/entity/substance_abuse/research_tools/
en/indonesia-whoqol.pdf. Diakses pada 17 oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai