Anda di halaman 1dari 16

1.

Dalam upaya peningkatan kehidupan ekonomi, individu, dan anggota


masyarakat tidak hanya tergantung pada peranan pasar melalui sektor swasta.
Peran pemerintah dan mekanisme pasar (interaksi permintaan dan penawaran
pasar) merupakan hal yang bersifat komplementer (bukan substitusi) dengan
pelaku ekonomi lainnya.
A. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, pemerintah memiliki tiga fungsi
penting dalam perekonomian, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan
fungsi stabilisasi.
1. Fungsi alokasi
Fungsi alokasi yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan
jasa publik, seperti pembangunan jalan raya, jembatan, penyediaan
fasilitas penerangan, dan telepon umum.
Tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh sektor
swasta. Barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar
ini disebut barang publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan
melalui transaksi antara penjual dan pembeli. Barang swasta adalah
barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar, yaitu melalui
transaksi antara penjual dan pembeli. Adanya barang yang tidak dapat
disediakan melalui sistem pasar ini disebabkan karena adanya
kegagalan sistem pasar. Sistem pasar tidak dapat menyediakan barang
atau jasa tertentu oleh karena manfaat dari adanya barang tersebut
tidak hanya dirasakan secara pribadi akan tetapi dinikmati oleh orang
lain.
Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pasar gagal menyediakan
barang dan jasa yang tidak mempunyai sifat pengecualian, yaitu
pengecualian oleh orang yang memiliki suatu barang tehadap orang
lain dalam menikmati barang tersebut. Jalan raya adalah salah satu
contoh barang publik yang tidak dapat diterapkan prinsip
pengecualian secara teknis maupun secara ekonomis. Secara teknis

1
setiap orang membutuhkan jalan sehingga kalau pun ada seseorang
pemakai jalan maka tidak mungkin orang lain dilarang untuk
menikmati atau memanfaatkan jalan tersebut. Jadi barang publik
murni merupakan barang yang baik secara teknis maupun secara
ekonomis tidak dapat diterapkan prinsip pengeculian atas barang
tersebut. Jadi dalam fungsi alokasi ini, peran pemerintah adalah untuk
mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan
secara efisien. Berkaitan dengan peran ini, maka yang perlu
diperhatikan adalah berapa besar harus menyediakan barang-barang
publik seperti jalan dan berapa dana yang harus dialokasikan untuk
membangun sebuah jalan.

2. Fungsi distribusi
Fungsi distribusi yaitu fungsi pemerintah dalam pemerataan atau
distribusi pendapatan masyarakat.
Adapun distribusi dapat dikatakan sebagai penyaluran atau pembagian
pengiriman kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat.
Pembagian barang keperluan sehari-hari terutama dalam masa darurat
oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk dan sebagainya.
Distribusi pendapatan dan kekayaan yang ditimbulkan oleh sistem
pasar mungkin dianggap oleh masyarakat sebagai tidak adil. Masalah
keadilan dalam distribusi pendapatan dikatakan sebagai suatu masalah
yang rumit dalam teori ekonomi. Ada sebagian ahli ekonomi yang
berpendapat bahwa masalah efisiensi ekonomi harus dipisahkan dari
masalah keadilan. Perubahan ekonomi dikatakan efisien apabila
perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu golongan dalam
masyarakat dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak memperburuk
keadaan golongan yang lain. Secara sederhana, fungsi distribusi ini
merupakan fungsi menyeimbangkan, menyesuaikan pembagian
pendapatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Dilakukan
melalui dukungan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat yang
berpenghasilan rendah.

2
3. Fungsi stabilisasi
Fungsi stabilisasi yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan
kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, serta pertahanan dan
keamanan.
Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada swasta akan
berpengaruh terhadap keadaan yang akan menimbulkan
penggangguran dan inflasi. Inflasi dan deflasi merupakan hal yang
dapat mengganggu stabilitas ekonomi. Pemerintah berperan untuk
menciptakan keadaan yang aman dan nyaman dalam kehidupan
bernegara demi terciptanya kondisi masyarakat yang sejahtera.
Diantara ketiga fungsi ekonomi pemerintah, fungsi stabilisasi ini
merupakan yang paling kecil kewenangan dan dukungannya terhadap
peran pemerintah daerah dan bahkan hampir tak mendapatkan bagian
untuk berperan dalam fungsi stabilisasi. Hal ini dilandasi oleh
pemikiran bahwa fungsi stabilisasi berbeda antar satu daerah dengan
daerah lain dalam suatu negara. Pemerintah lebih berperan sebagai
stabilitator untuk menjaga agar perekonomian berjalan normal yaitu
dengan cara menjaga agar permasalahan yang terjadi pada satu sektor
perekonomian tidak merembet ke sektor lain. Selain itu peran
pemerintah untuk menjaga agar perekonomian terhindar dari inflasi
dan kepastian hukum terjaga. Tanpa adanya campur tangan
pemerintah perekonomian akan tidak terkendali sehingga nantinya
akan menimbulkan penganguran tenaga kerja yang akan mengganggu
stabilitas ekonomi. Dilakukan melalui pemberian berbagai jenis
subsidi, baik subsidi harga barang-barang kebutuhan pokok, maupun
subsidi langsung ke obyek sasaran roduktif, seperti pendanaan
pembangunan infrastruktur atau belanja barang dan jasa.

3
B. Pelaksanaan ketiga fungsi ekonomi tersebut secara sinergis berperan besar
bagi perbaikan dan penguatan fundamental perekonomian, seperti
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menjaga stabilitas
ekonomi khususnya stabilitas harga, menciptakan dan memperluas
lapangan kerja produktif untuk menurunkan tingkat pengangguran, serta
memperbaiki distribusi pendapatan dalam mengurangi tingkat kemiskinan.
Ada beberapa alasan perlunya peran dan fungsi pemerintah dalam
perekonomian, antara lain sebagai berikut:
Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan hukum yang
dibuat pemerintah. Hukum memberikan landasan bagi penerapan aturan
main, termasuk pemberian hukuman bagi pelaku ekonomi yang
melanggarnya. Hukum hanya dapat ditegakkan dengan undang-undang
yang dibuat pemerintah. Dengan kata lain, peranan pemerintah menjadi
lebih penting karena mekanisme pasar saja tidak bisa menyelesaikan
semua persoalan ekonomi, untuk menjamin efisiensi, pemerataan dan
stabilitas ekonomi.
Pembangunan ekonomi di banyak negara umumnya terjadi akibat campur
tangan pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Campur
tangan pemerintah sangat diperlukan dalam perekonomian untuk
mengurangi dampak kegagalan pasar (market failure), seperti kekakuan
harga monopoli dan dampak negatif kegiatan usaha swasta seperti
pencemaran lingkungan.
Seperti telah disebutkan di atas, salah satu fungsi negara atau pemerintah
yang terpenting dalam kehidupan ekonomi, terutama berkaitan dengan
penyediaan barang-barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, dikenal
dengan nama kebutuhan publik. Kebutuhan publik meliputi dua macam
barang, yaitu barang dan jasa publik dan barang dan jasa privat.
Barang dan jasa publik adalah barang dan jasa yang penggunaannya dapat
dinikmati bersama-sama dengan orang lain, contohnya jalan raya, fasilitas
kesehatan, pendidikan, transportasi, telekomunikasi, air minum, dan
penerangan. Dengan per¬timbangan skala usaha dan efisiensi negara

4
melakukan kegiatan ekonomi secara langsung sehingga masyarakat lebih
cepat dan lebih murah dalam menikmati barang-barang dan jasa tersebut.
Barang dan jasa privat adalah barang dan jasa yang produksi dan
penggunaannya dapat dipisahkan dari penggunaan orang lain. Contohnya,
pembelian minuman, makanan, pakaian akan menyebabkan hak
kepemilikan dan penggunaan barang berpindah kepada orang yang
membelinya. Barang tersebut umumnya diupayakan sendiri oleh setiap
orang.
Selain itu, peran penting negara lainnya secara langsung dan tidak
langsung di dalam kehidupan ekonomi adalah untuk menghindari dampak
eksternalitas, khususnya dampak bagi lingkungan alam dan sosial. Pada
umumnya, mekanisme pasar (sektor swasta) tidak dapat mengatasi
dampak eksternalitas seperti pencemaran lingkungan, yang timbul karena
persaingan antar lembaga ekonomi. Misalnya, sebuah pabrik kecap berada
dalam pasar persaingan sempurna. Menurut standar industri yang sehat,
pabrik tersebut seharusnya, membangun fasilitas pembuangan limbah,
tetapi mereka membuangnya ke sungai. Jika pemerintah tidak mengambil
tindakan tegas, antara lain dengan memaksa pabrik tersebut membangun
fasilitas pembuangan pabrik, akan semakin banyak penduduk yang
menderita akibat polusi limbah pabrik tersebut.

C. Pendekatan Penganggaran dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu:


a. Pendekatan Penggaran Terpadu
Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan
seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L
untuk menghasilkan dokumen RKA-KL dengan klasifikasi anggaran
menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
Integrasi atau memadukan proses perencanaan dan penganggaran
dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana
untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya
operasional.

5
Penganggaran terpadu adalah penyusunan rencanakeuangan tahunan
yang dilakukan secara terintregasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yangdidasarkan pada prinsip
pencapaian efisiensi alokasi dana. (PP58/2005 dan Permendagri
13/2006)Dalam hal ini, perencanaan belanja rutin dan belanja
modaldilakukan secara terpadu dalam rangka mewujudkan prestasi
kerjakementrian/lembaga (K/N) yang dapat memuaskan masyarakat.
Ada 5 komponen pokok pendekatan anggaran terpadu dalam Rencana
Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga (RKA-KL),
diantaranya :
1) Satuan kerja (Satker)
Penetapan Satker sebagai kuasa penguasa penggunaanggaran
(KPA) untuk melaksanakan semua kegiatan yangditetapkan
menteri/pimpinan lembaga.
2) Kegiatan
Setiap Satker minimal mempunyai satu kegiatan dalamrangka
mewujudkan sebagian sasaran program dari unitorganisasi.
3) Keluaran
Kegiatan yang dilakukan Satker mempunyai keluaran yang jelas
dan tidak tumpang tindih dengan keluaran darikegiatan lain.
4) Jenis belanja
Jenis belanja yang ditetapkan dengan criteria yang samauntuk
semua kegiatan.
5) Dokumen anggaran
Satu dokumen perencanaan, satu dokumen penganggaran,dan satu
dokumen pelaksanaan anggaran untuk semua jenis satker dan
kegiatan
Secara tegas unified budget baru dilaksanakan di Indonesia sejak
tahun 2005, dengan ditiadakannya pengeluaran rutin danpengeluaran
pembangunan dari struktur dan format APBN.

6
b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
PBK merupakan penyusunan anggaran yang dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan
hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan
keluaran tersebut. Penyusunan anggaran tersebut mengacu kepada
indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja.
Penganggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai pengalokasian
dana untuk mencapai tujuan secara terprogram atau untuk mencapai
suatu indikator pengkuran kerja, efisiensi, dan produktifitas. Tujuan
utama Penganggaran Berbasis Kinerja adalah akuntabilitas. Kinerja
dan data yang terdapat dalam PBK mendorong pejabat publik untuk
bertanggungjawab terhadap kuliatas layananan, efisiensi, biaya dan
efektifitas program yang dijalankan.
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium TermExpenditure
Framework) adalah pendekatanpenganggaran berdasarkan kebijakan,
dengan pengambilankeputusan yang menimbulkan implikasi anggaran
dalam jangkawaktu lebih dari satu tahun anggaran.Untuk mendukukng
pencapaian hasil yang dimaksudkan, dalampendekatan penganggaran
Kerangka Pengeluaran JangkaMenengah (Medium Term Expenditure
Framework/MTEF), dibutuhkan kondisi lingkungan dengan
karakteristik sebagai berikut:
1. Mengkaitkan Kebijakan, Perencanaan, Penganggaran
danPelaksanaan.
2. Mengendalikan pengambilan keputusan dengan :
 Penentuan prioritas program dalam kendala
keterbatasananggaran.
 Kegiatan disusun mengacu kepada sasaran program.
 Biaya sesuai dengan kegiatan yang diharapkan.
 Informasi atas hasil evaluasi dan monitoring.

7
3. Memberikan media berkompetisi dengan bagi kebijakan, program
dan kegiatan yang diambil.
4. Meningkatkan kapasitas dan kesediaan untuk melakukan
penyesuaian prioritas program dan kegiatan sesuai alokasi
sumbedaya yang disetujui legislatif Secara umum penyusunan
KPJM yang komprehensif memerlukan suatu tahapan proses
penyusunan perencanaan jangkamenengah meliputi :
 Penyusunan proyeksi/rencana kerangka (asumsi)
ekonomimakro untuk jangka menengah.
 Penyusunan proyeksi/rencana kerangka/ target-target
fiskal(seperti tax ratio, defisit dan rasio utang pemerintah)
jangkamenengah.
 Rencana kerangka anggaran (penerimaan, pengeluaran dan
pembiayaan) jangka menengah (Medium Term
BudgetFramework), yang menghasilkan pagu total belanja
pemerintah(resource envelope)
 Pendistribusian total pagu belanja jangka mengengah
kemasing-masing kementrian/lembaga (line ministries
ceiings),indikasi pagu kementrian/lembaga dalam jangka
menengahtersebut merupakan perkiraan batas tertinggai
anggaran belanja untuk kementrian/lembaga dalam jangka
menengah.
 Penjabaran pengeluaran jangka menengah (line
minitriesceilings) masing-masing kementrian/lembaga ke
masing-masing program dan kegiatan berdasarkan indikasi
pagu jangka menengah yang telah ditetapkan.

c. Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)


KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan,
dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi
anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran.

8
Suatu metode pendekatan anggaran terhadap pengambilan suatu
kebijakan dalam prespektif lebih dari satu tahun anggaran dengan
mempertimbangkan implikasi biaya dari kebijakan bersangkutan
dengan tahun anggaran sebelumnya. KPJM merupakan proyeksi
pengeluaraan selama beberapa tahun kedepan, proyeksi pengeluaran
mencerminkan dampak kebijakan yang dilaksanakan pada tahun
berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya.
Anggaran Berbasis Kinerja ( Performance Based Budget )
Penganggaran berbasis kinerja mengutamakan upaya pencapaian
output (keluaran) dan outcome (hasil) atas alokasibelanja (input) yang
ditetapkan. Dengan tujuan untuk memperolehmanfaat sebesar-
besarnya dari penggunaan sumber daya yangterbatas. Oleh karena itu,
perlu adanya indikator kinerja danpengukuran kinerja untuk tingkat
satuan kerja (Satker) dankementrian/lembaga.Lima komponen pokok
pendekatan anggaran kinerja dalamRencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah sebagai berikut :
1. Satuan kerja
Satuan kerja sebagai penanggung jawab
pencapaianKeluaran/Output kegiatan/sub kegiatan.
2. Kegiatan
Rangkaian tindakan yang dilaksanakan Satuan Kerja
sesuaidengan tugas pokoknya untuk menghasilkan keluaran
yangditentukan.
3. Keluaran
Satuan kerja mempunyai keluaran yang jelas dan terukur sebagai
akibat dari pelaksanaan kegiatan.
4. Standar biaya
Perhitungan anggaran didasarkan pada standar biaya (bersifat
umum dan khusus).
5. Jenis belanja Pembebanan anggaran pada jenis belanja yang
sesuai.Pada dasarnya penganggaran berbasis kinerja merubah
fokuspengukuran besarnya jumlah alokasi sumber daya bergeser
menjadihasil yang dicapai dari penggunaan sumber daya .

9
Landasan Konseptual Anggaran Berbasis Kinerja :
1. Alokasi anggaran berorientasi pada kinerja ( output andoutcome
oriented);
2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjagaprinsip
akuntabilitas (let the manager manages);
3. Alokasi anggaran program/kegiatan didasarkan padatugas-fungsi
unit kerja yang dilekatkan pada stuktur organisasi (Money
function)
Dalam menetapkan target kinerja, perlu dilakukan metode SMART,
yaitu :
 Specific – jelas, tepat dan akurat
 Measured -dapat dikuantifikasikan
 Achievable- praktis & realistis
 Revelant – bagi konsumen (masyarakat)
 Timed – batas atau tenggang waktu
Untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja sebuah programatau
kegiatan maka perlu dilakukan evaluasi kinerja denganmengacu pada
indikator kinerja yang telah ditetapkan.

2. Menurut Taliziduhu Ndraha, Miftah Thoha, Peter M. Blau, David Osborne,


JW Schoorl) Patologi birokrasi adalah penyakit, perilaku negatif, atau
penyimpangan yang dilakukan pejabat atau lembaga birokrasi dalam rangka
melayani publik, melaksanakan tugas, dan menjalankan program
pembangunan.
Patologi Birokrasi (Bureaupathology) adalah himpunan dari perilaku-perilaku
yang kadang-kadang disibukkan oleh para birokrat. Fitur dari patologi
birokrasi digambarkan oleh Victor A Thompson seperti “sikap menyisih
berlebihan, pemasangan taat pada aturan atau rutinitas-rutinitas dan prosedur-
prosedur, perlawanan terhadap perubahan, dan desakan picik atas hak-hak
dari otoritas dan status.

10
Persoalan patologi atau penyakit birokrasi bersumber dari rekruitmen dan
penempatan birokrat yang tidak berdasarkan merit system (berdasarkan
jenjang karir). Selain itu keterlibatan birokrasi dalam politik dianggap sebagai
hal yang harus diwaspadai karena birokrasi bukanlah institusi atau lembaga
yang bisa mewakilkan kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Secara
makro atau nasional persoalan birokrasi di Indonesia lebih di dominasi karena
kurangnya pemisahan atau segresi yang jelas antara kepentingan politik dan
administrasi. Masih seriong dijumpai birokrat terlibat secara aktif dalam
kegiatan politik dan juga adanya politisi yang selalu mendominasi proses –
proses birokrasi sehinggga kebijakan yang diambil dalam birokrasi
merupakan kebijakan politik dari orang – orang yang memiliki kepentingan
tertentu. Reformasi birokrasi di Indonesia masih bergulir namun sampai saat
ini belum ada regulasi (peraturan) yang menjamin depolitisasi birokrasi
secara subtansial. Persoalan tersebut seperti mengurai benang kusut karena ke
depan bila model birokrasi yang seperti it uterus dijalankan akan dapat
memunculkan konflik tertutama menimbulkan praktik kolusi dan nepotisme
dalam rekruitmen, penempatan, promosi dan mutasi birokrasi masih sering
terjadi. Praktik – praktik yang seperti ini pada kenyataannya sudah menjadi
rahasia umum yang pada akhirnya praktik – praktik korupsi dan pengamanan
sumber –sumber ekonomi termasuk keuangan Negara dari kelompok yang
sedang berkuasa dengan menjalin korporasi menjadi sebuah system yang
penuh dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sebagai contoh : Peranan atasan langsung dalam penilaian kinerja menjadi
sangat penting sehingga wajar apabila para pejabat birokrasi cenderung
memperlakukan atasannya secara berlebihan. Mereka cenderung menunjukkan
perilaku yang tidak baik, yaitu meberikan laporan yang baik dan
menyenangkan atasan dengan menciptakan distorsi informasi. Akibatnya, para
pejabat atasan seringkali menjadi kurang memahami realitas masalah yang
dihadapi oleh masyarakat.

11
3. Pengukuran kinerja adalah proses mencatat, mengukur pencapaian
pelaksanaan kegiatan dan anggaran dalam arah pencapaian misi melalui hasil-
hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses pelayanan
publik.
Dalam mengukur kinerja, diperlukan indikator kinerja. Indikator kinerja
pemerintah daerah memiliki karakteristik yang relatif lebih rumit jika
dibandingkan dengan indikator kinerja organisasi privat karena indikator
kinerja pada pemerintah daerah indikator kinerja non finansial secara lebih
dominan dibandingkan indikator finansial.
Pengukuran kinerja merupakan instrumen di dalam manajemen pencapaian
kinerja. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan
balik sehingga upaya perbaikan secara terus menerus akan mencapai
keberhasilan di masa mendatang. Dengan informasi pencapaian indikator
kinerja, pemerintah daerah diharapkan dapat mengetahui prestasinya secara
obyektif dalam periode tertentu. Kegiatan dan program pemerintah daerah
seharusnya dapat diukur dan dievaluasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk :
1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk
pencapaian kinerja
2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati
3. Memonitor dan megevaluasi pelaksanaa kinerja dan membandingkan
dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja
yang telah disepakati
4. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi
5. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
6. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah
7. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif
8. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan
9. Mengungkap permasalahan yang terjadi
Kegiatan dan program pemerintah daerah seharusnya dapat diukur dan dievaluasi.

12
Sebagai contoh : untuk memastikan pemahaman para pelaksanaan dan
ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja pastilah perlu melakukan
pengukuran kinerja. Karena dengan pengukuran kinerja kita dapat
memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati, memonitor dan
megevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkan dengan skema kerja
serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja yang telah disepakati,
menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi, mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan
sudah terpenuhi, membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah,
memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif,
menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan, dan mengungkap
permasalahan yang terjadi.

4. Penerapan pemerintahan yang baik


Lembaga Administrasi Negara (2000) memberikan pengertian Good
governance yaitu penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan
bertanggung jawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergian
interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan
masyarakat
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 prinsip-prinsip
kepemerintahan yang baik terdiri dari:
a. Profesionalitas, meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara
pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat
dengan biaya yang terjangkau.
b. Akuntabilitas, meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan
dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
c. Transparansi, menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah
dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
d. Pelayanan prima, penyelenggaraan pelayanan publik yang mencakup
prosedur yang baik, kejelasan tarif, kepastian waktu, kemudahan akses,
kelengkapan sarana dan prasarana serta pelayanan yang ramah dan
disiplin.

13
e. Demokrasi dan Partisipasi, mendorong setiap warga untuk
mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung
f. Efisiensi dan Efektifitas, menjamin terselenggaranya pelayanan kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara
optimal dan bertanggung jawab.
g. Supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat,
mewujudkan adanya penegakkan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa Penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
pada dasarnya menuntut keterlibatan seluruh komponen pemangku
kepentingan, baik di lingkungan birokrasi maupun di lingkungan masyarakat.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, adalah pemerintah yang dekat
dengan masyarakat dan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Esensi kepemerintahan yang baik (good governance)
dicirikan dengan terselenggaranya pelayanan publik yang baik, hal ini sejalan
dengan esensi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang ditujukan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah mengatur dan mengurus
masyarakat setempat, dan meningkatkan pelayanan publik.
Ditinjau dari sisi Efisiensi dan Efektifitas pelayanan masyarakat, sebagai
contoh ketidak efisiensi dan efektifitasnya sebuah pelayanan antara lain
organisasi birokrasi gemuk dan kewenangan antar lembaga yang tumpang
tindih; sistem, metode, dan prosedur kerja belum tertib; pegawai negeri sipil
belum profesional, belum netral dan sejahtera; praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme masih mengakar; koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi program
belum terarah; serta disiplin dan etos kerja aparatur negara masih rendah.
Fenomena pelayanan publik oleh birokrasi pemerintahan sarat dengan
permasalahan, misalnya prosedur pelayanan yang bertele-tele, ketidakpastian
waktu dan harga yang menyebabkan pelayanan menjadi sulit dijangkau secara

14
wajar oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadi ketidakpercayaan kepada
pemberi pelayanan dalam hal ini birokrasi sehingga masyarakat mencari jalan
alternatif untuk mendapatkan pelayanan melalui cara tertentu yaitu dengan
memberikan biaya tambahan. Dalam pemberian pelayanan publik, disamping
permasalahan diatas, juga tentang cara pelayanan yang diterima oleh
masyarakat yang sering melecehkan martabatnya sebagai warga Negara.
Masyarakat ditempatkan sebagai klien yang membutuhkan bantuan pejabat
birokrasi, sehingga harus tunduk pada ketentuan birokrasi dan kemauan dari
para pejabatnya. Hal ini terjadi karna budaya yang berkembang dalam
birokrasi selama ini bukan budaya pelayanan, tetapi lebih mengarah kepada
budaya kekuasaan.
Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas
penyelenggaraan pelayanan publik yang berkesinambungan demi
mewujudkan pelayanan publik yang prima sebab pelayanan publik
merupakan fungsi utama pemerintah yang wajib diberikan sebaik-baiknya
oleh pejabat publik.
Pemerintah perlu menyusun Standar Pelayanan bagi setiap instansi
pemerintahan yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Deregulasi dan Debirokratisasi mutlak harus terus menerus dilakukan baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, serta perlu dilakukan evaluasi
secara berkala agar pelayanan publik senantiasa memuaskan masyarakat. Ada
lima cara perbaikan di sektor pelayanan publik yang patut dipertimbangkan:
Mempercepat terbentuknya UU Pelayanan Publik, Pembentukan pelayanan
publik satu atap (one stop services), Transparansi biaya pengurusan pelayanan
publik, Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP), dan reformasi
pegawai yang berkecimpung di pelayanan publik.
Terselenggaranya pelayanan publik yang baik, memberikan indikasi
membaiknya kinerja manajemen pemerintahan, disisi lain menunjukan
adanya perubahan pola pikir yang berpengaruh terhadap perubahan yang
lebih baik terhadap sikap mental dan perilaku aparat pemerintahan yang
berorientasi pada pelayanan publik.

15
Tidak kalah pentingnya, pelayanan publik yang baik akan berpengaruh untuk
menurunkan atau mempersempit terjadinya KKN dan pungli yang dewasa ini
telah merebak di semua lini ranah pelayanan publik, serta dapat
menghilangkan diskriminasi dalam pemberian pelayanan. Dalam kontek
pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat, perbaikan atau
peningkatan pelayanan publik yang dilakukan pada jalur yang benar,
memiliki nilai strategis dan bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan
investasi dan mendorong kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh
masyarakat luas (masyarakat dan swasta).

16

Anda mungkin juga menyukai