Anda di halaman 1dari 3

Oksigen hiperbarik relatif aman walaupun ada beberapa resiko yang disebabkan oleh

peningkatan tekanan dan hiperoksia.Efek yang paling sering adalah myopia yang
progresif d Oksigen hiperbarik relatif aman walaupun ada beberapa resiko yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan dan hiperoksia.Efek yang paling sering adalah
myopia yang progresif dan reversible yang disebabkan karena deformasi fisik
lensa.Toksisitas pada CNS berupa kejang mungkin terjadi dan telah dibuktikan oleh
Paul Bert pada tahun 1878. Barotrauma sinus dan middle ear dapat dicegah dengan
ekualisasi tekanan atau menggunakan tympanostomy tubes dan otitis media dapat
dicegah dengan pseudoephedrine. Barotrauma telinga dalam jarang terjadi tetapi ruptur
pada timpani dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen, tinnitus
dan vertigo.Barotrauma paru dan penumothorax jarang terjadi, terutama disebabkan
sebelumnya ada riwayat penyakit paru. Selain itu efek samping psikologis seperti
claustrophobia sering terjadi.
Oksigen hiperbarik relatif aman walaupun ada beberapa resiko yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan dan hiperoksia.Efek yang paling sering adalah myopia yang
progresif dan reversible yang disebabkan karena deformasi fisik lensa.Toksisitas pada
CNS berupa kejang mungkin terjadi dan telah dibuktikan oleh Paul Bert pada tahun
1878. Barotrauma sinus dan middle ear dapat dicegah dengan ekualisasi tekanan atau
menggunakan tympanostomy tubes dan otitis media dapat dicegah dengan
pseudoephedrine. Barotrauma telinga dalam jarang terjadi tetapi ruptur pada timpani
dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen, tinnitus dan
vertigo.Barotrauma paru dan penumothorax jarang terjadi, terutama disebabkan
sebelumnya ada riwayat penyakit paru. Selain itu efek samping psikologis seperti
claustrophobia sering terjadi.
Oksigen hiperbarik relatif aman walaupun ada beberapa resiko yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan dan hiperoksia.Efek yang paling sering adalah myopia yang
progresif dan reversible yang disebabkan karena deformasi fisik lensa.Toksisitas pada
CNS berupa kejang mungkin terjadi dan telah dibuktikan oleh Paul Bert pada tahun
1878. Barotrauma sinus dan middle ear dapat dicegah dengan ekualisasi tekanan atau
menggunakan tympanostomy tubes dan otitis media dapat dicegah dengan
pseudoephedrine. Barotrauma telinga dalam jarang terjadi tetapi ruptur pada timpani
dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen, tinnitus dan
vertigo.Barotrauma paru dan penumothorax jarang terjadi, terutama disebabkan
sebelumnya ada riwayat penyakit paru. Selain itu efek samping psikologis seperti
claustrophobia sering terjadi.
Oksigen hiperbarik relatif aman walaupun ada beberapa resiko yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan dan hiperoksia.Efek yang paling sering adalah myopia yang
progresif dan reversible yang disebabkan karena deformasi fisik lensa.Toksisitas pada
CNS berupa kejang mungkin terjadi dan telah dibuktikan oleh Paul Bert pada tahun
1878. Barotrauma sinus dan middle ear dapat dicegah dengan ekualisasi tekanan atau
menggunakan tympanostomy tubes dan otitis media dapat dicegah dengan
pseudoephedrine. Barotrauma telinga dalam jarang terjadi tetapi ruptur pada timpani
dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen, tinnitus dan
vertigo.Barotrauma paru dan penumothorax jarang terjadi, terutama disebabkan
sebelumnya ada riwayat penyakit paru. Selain itu efek samping psikologis seperti
claustrophobia sering terjadi.
Oksigen hiperbarik relatif aman walaupun ada beberapa resiko yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan dan hiperoksia.Efek yang paling sering adalah myopia yang
progresif dan reversible yang disebabkan karena deformasi fisik lensa.Toksisitas pada
CNS berupa kejang mungkin terjadi dan telah dibuktikan oleh Paul Bert pada tahun
1878. Barotrauma sinus dan middle ear dapat dicegah dengan ekualisasi tekanan atau
menggunakan tympanostomy tubes dan otitis media dapat dicegah dengan
pseudoephedrine. Barotrauma telinga dalam jarang terjadi tetapi ruptur pada timpani
dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen, tinnitus dan
vertigo.Barotrauma paru dan penumothorax jarang terjadi, terutama disebabkan
sebelumnya ada riwayat penyakit paru. Selain itu efek samping psikologis seperti
claustrophobia sering terjadi.
an reversible yang disebabkan karena deformasi fisik lensa.Toksisitas pada CNS
berupa kejang mungkin terjadi dan telah dibuktikan oleh Paul Bert pada tahun 1878.
Barotrauma sinus dan middle ear dapat dicegah dengan ekualisasi tekanan atau
menggunakan tympanostomy tubes dan otitis media dapat dicegah dengan
pseudoephedrine. Barotrauma telinga dalam jarang terjadi tetapi ruptur pada timpani
dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen, tinnitus dan
vertigo.Barotrauma paru dan penumothorax jarang terjadi, terutama disebabkan
sebelumnya ada riwayat penyakit paru. Selain itu efek samping psikologis seperti
claustrophobia sering terjadi.

Anda mungkin juga menyukai