Pada akhir Perang Teluk terjadi peristiwa penggulingan Saddam Hussein oleh pihak
oposisi di Irak. Adanya peristiwa ini disebabkan oleh keputusan Saddam Hussein yang saat itu
menjabat sebagai Presiden Irak, yang mana memerintahkan tentara Irak untuk menyerbu Emirat
Kuwait di bulan Agustus 1990. Keputusannya saat itu ditentang oleh Dewan Keamanan PBB dan
memberikan sanksi ekonomi pada Irak. Berbagai tindakan dilakukan untuk mengusir tentara Irak
dari Kuwait, seperti operasi militer yang dilakukan paada Januari 1991 dan operasi gurun pada
Februari 1991.
Munculnya pengungsi akibat peristiwa yang terjadi di Irak bagian Utara tersebut
mendorong Pemerintah Australia untuk memberikan humanitarian aid kepada mereka. Pada
tanggal 4 Mei 1991, Pemerintah Australia mulai mengirimkan kelompok bantuan ke Irak Utara.
Adapun bantuan tersebut berupa pengiriman tenaga medis untuk terjun langsung membantu para
pengungsi dan melayani mereka selama 24 jam, seperti tenaga dari Dinas Kesehatan, dokter,
perawat, asisten medis serta bidan. Petugas dari apotek pun dikerahkan oleh Pemerintah
Australia untuk menyediakan dan mengontrol peralatan medis serta kebutuhan medis. Semua
tenaga medis ini diharapkan dapat mengatasi segala permasalahan kesehatan para pengungsi,
seperti para pengungsi yang mengalami resistensi antibiotik, busung lapar, bayi dengan kondisi
gizi yang buruk, para pengungsi yang membutuhkan fasilitas rawat inap serta fasilitas operasi
pembedahan. Selain dari perawatan medis, Tim Bantuan yang dikirim oleh Australia juga
mengatasi permasalahan air bersih, sanitasi para pengungsi, dapur serta pemukiman para
pengungsi.
Penulis pun menjelaskan bahwa orang-orang Kurdi senang atas bantuan yang diberikan
oleh Australia. Dari bantuan tersebut berhasil membawa kehidupan mereka kembali normal serta
kondisi kesehatan pulih dengan cepat. Selain itu, masyarakat Kurdi yang memiliki pekerjaan
sebagai petani telah bisa mengolah pertanian serta membuka kembali toko mereka. Anak-anak
Kurdi pun dapat bersekolah lagi.