Anda di halaman 1dari 10

Studi Parameter Penghalang Lempung (Clay Barrier) Sebagai Penghambat

Sebaran Zat Organik dan Timbal (Pb) dalam Air Lindi (Leacheate)
Wahyu Indra1) R.M. Rustamadji2) Kiki Prio Utomo1)
1)
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Pontianak
2)
Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email : wahyuindra.2010@yahoo.com

ABSTRAK
Pemrosesan sampah di Tempat Pembuangan Akhir menghasilkan air lindi (leacheate) yang
merupakan hasil buangan yang perlu penanganan yang serius. Melihat kondisi tanah di TPA Batu
Layang yang sebagian besar berjenis gambut yang menyebabkan mudahnya penyebaran polutan
dari air lindi sehingga dibutuhkan lapisan kedap. Perlu dilakukannya upaya untuk mengatasi
sebaran air lindi tersebut. Satu diantaranya adalah dengan pemasangan penghalang lempung
(clay barrier), sebagai lapisan kedap penahan kontaminasi polutan agar tidak mencemari air tanah
dan tanah berdasarkan sifat konduktivitas hidrolik. Nilai konduktivitas hidrolik (k) penghalang
lempung (clay barrier) yang optimal sebagai lapisan yang mampu menahan sebaran polutan
dalam air lindi (leacheate) di suatu TPA diperoleh dengan melakukan uji permeabilitas. Dari uji
permeabilitas nilai k tanah asli TPA Batu Layang 1,87 x 10 -3 m/det. Dari hasil pengukuran nilai k
dari kelima sampel tanah modifikasi untuk lapisan clay barrier, sampel campuran tanah + 2
lapisan bentonite memiliki nilai k paling kecil yaitu 1,81 x 10 -10 m/s. nilai tersebut disebabkan sifat
bentonit yang mengembang yang dapat mengabsorbsi air dengan kapasitas yang besar, yang
masuk dalam syarat maksimum untuk lapisan kedap dasar TPA yaitu 1 x 10 -8 m/detik.
Kata Kunci : TPA Batu Layang, leacheate, lapisan kedap, clay barrier, konduktivitas hidrolik.

ABSTRACT
The processing of waste in the landfill generates leachate which is a waste product that needs
serious treatment. With the condition of the soil in the landfill Batu Layang is mostly peat
manifold causes easy spread of pollutants from the leachate so it needs impermeable layer. That
necessary to resolve the leachate water distribution. One of them is the installation of clay barrier,
as an impermeable barrier layer contamination of pollutants in order not to contaminate
groundwater and soil by hydraulic conductivity properties. Value hydraulic conductivity (K) clay
barrier is optimal as a layer capable of resisting the spread of pollutants in the leachate in a
landfill were obtained by permeability testing. K value of permeability testing of native soil from
TPA Batu Layang is 1.87 x 10-3 m / s. From the permeability testing results K value of the five soil
samples modification to clay barrier layer, a mixture of soil samples + 2 layers of bentonite has the
smallest K value is 1.81 x 10- 10 m / s. The value caused by the nature of bentonite that expands to
absorb the water with a large capacity, which is included in the maximum requirement for basic
landfill impermeable layer is 1 x 10-8 m /s.
Keywords: TPA Batu Layang, leacheate, impermeable layer, clay barrier, hydraulic conductivity.

1. PENDAHULUAN
Pada dasarnya pengelolaan persampahan tidak luput dari proses pengolahan
akhir yang dilakukan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Pada Proses ini menghasilkan air
lindi (leacheate) yang merupakan hasil buangan yang perlu penanganan yang serius.
Terbentuknya air lindi merupakan hasil dari proses infiltrasi air hujan, air tanah, air
limpasan atau air banjir yang menuju dan melalui lokasi pembuangan sampah. Air lindi
(leacheate) menghasilkan pencemaran baik terhadap tanah maupun air di lingkungan
sekitar TPA. (Sutrisno, 2002).
TPA Batu Layang yang berada di Kota Pontianak terletak di daerah sebagian
besarberupa lahan gambut yang memiliki kandungan bahan organik tanah cukup
tinggi.Lahan gambut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi (Agus dan Subiksa,
2008). TPA Batu Layang mulai beroperasi tahun 1996 dengan luas sebesar 13 Ha.
Pembebasan lahan dimulai pada tahun 1994-1995 untuk luas lahan sebesar 5,4 Ha.

1
Peluasan lahan berlanjut sampai sebesar 26,6 Ha luas lahan. Saat ini hanya 11 Ha yang
sudah dipergunakan dan sebagian dipergunakan untuk buffer zone. Pada tahun 1997 TPA
Batu Layang menerapkan sistem open dumping, kemudian pada tahun 1998-1999 hingga
sekarang ini mulai menerapkan sistem lahan urug kendali atau Controlled Landfill
Management System. TPA Batu Layang melayani penanganan sampah sebanyak 840 m 3.
Jumlah tersebut sebenarnya baru melayani 60 % dari total sampah di Kota Pontianak.
(Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak, 2013).
TPA Batu Layang saat ini masih belum memiliki saluran di setiap sisi TPA, tetapi
untuk sisi sebelah barat sudah memiliki saluran namun saluran itu tidak berfungsi lagi
karena telah tersumbat oleh sampah dan pada saat hujan terjadi limpasan air limbah
dari lokasi pemrosesan akhir sampah (TPA) ke aliran parit atau sungai disekitar
pemukiman warga.

Gambar 1. Peta TPA Batu Layang Kota Pontianak

Pemilihan penghalang lempung (clay barrier) sebagai teknik penghalang sebaran


kontaminan didasari fungsi tanah liat yang dikompaksi sebagai media absorbsi yang
dipadukan dengan kemampuan adsorben oleh mineral lempung. Ketersediaan mineral
lempung di Kalimantan Barat cukup banyak (Zulfikar, 2007). Melihat kondisi tanah di TPA
Batu Layang yang sebagian besar berporus khususnya menjadikan lokasi ini cocok untuk
penelitian disebabkan tingginya muka air tanah serta topografi yang relatif datar yang
menyebabkan mudahnya penyebaran polutan sehingga dibutuhkan lapisan kedap.
Kemudian dilihat dari aspek efektifitas teknologi ini sebagai lapisan kedap
untuk menahan polutan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
mengenai Baku Mutu Air, parameter zat organik dan logam berat merupakan yang dapat
mencemari tanah sehingga diperlukan tindakan penanganan agar limbah tersebut aman
dibuang di lingkungan padat penduduk.
Perlu dilakukannya upaya untuk mengatasi sebaran air lindi tersebut. Satu
diantaranya adalah dengan pemasangan penghalang lempung (clay barrier), yang
dikembangkan dalam rekayasa geoteknik sebagai lapisan kedap penahan kontaminasi
polutan agar tidak mencemari air tanah dan tanah berdasarkan sifat konduktivitas
hidrolik. Maksud dalam penelitian ini adalah menentukan Nilai konduktivitas hidrolik (K)
penghalang lempung (clay barrier) yang optimal sebagai suatu lapisan kedap yang

2
mampu menahan sebaran polutan dalam air lindi (leacheate) di suatu TPA. Tujuan yang
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan penghalang lempung (clay
barrier) untuk menahan sebaran polutan dalam air lindi (leacheate) serta mengetahui
konduktivitas hidrolik (k) penghalang lempung (clay barrier) yang optimal sebagai lapisan
yang mampu menahan sebaran polutan dalam air lindi (leacheate) di suatu TPA.

2. METODOLOGI PENELITIAN
 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2015 – Februari 2016. Lokasi
penelitian dilakukan di dua tempat yaitu :
1. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Batu Layang yang termasuk wilayah administratif dari
Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Sebagai lokasi
pengambilan sampel Studi Penghalang Lempung (clay barrier) Sebagai Penghambat
Kontaminasi Sebaran BOD dan Timbal (Pb) dalam Kandungan Air Lindi (leacheate).
2. Laboratorium Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat, untuk menguji
kualitas air tanah (BOD dan Timbal (Pb)).
3. Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, untuk
menguji permeabilitas dan menghitung nilai konduktivitas hidrolik (k) penghalang
lempung (clay barrier).

 JENIS DATA
a) Data Primer

Data hasil pengukuran lapangan yaitu sampel kualitas air lindi (leacheate) yang
akan diambil sebanyak 4 titik yaitu pada saluran penampung lindi, kolam lindi TPA,
sumur pantau TPA dan pada parit Sungai Selamat dengan parameter BOD dan Timbal
(Pb). Sampel tanah diambil di Lokasi TPA Batu Layang dengan dari uji permeabilitas tanah
dan konduktivitas hidrolik di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura .

b) Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta (peta
administrasi Kota Pontianak, peta administrasi Kecamatan Pontianak Utara, dan peta
lokasi penelitian)
 PENGUMPULAN DATA
1. Pengambilan sampel Tanah Menggunakan Hand Boring
2. Pengambilan Sampel Air Lindi Menggunakan Metode Grab Sampling

 ANALISIS DATA
Hasil analisis pengujian laboratorium disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Hal ini dlakukan untuk memudahkan dalam menganalisis keterkaitan antara variabel satu
dan yang lainnya. Tabel dan grafik yang dihasilkan berupa :
 Hasil Pemeriksaaan Uji Kualitas Air lindi di 4 titik pengambilan sampel
 Hasil pemeriksaaan sifat fisik tanah TPA Batu Layang
 Hasil Pemeriksaaan sifat fisik tanah liat tanpa mineral lempung
 Hubungan volume air dan waktu resapan dengan tanah liat tanpa mineral lempung
 Hubungan volume air dan waktu resapan dengan tanah liat yang dilapisi satu lapisan
mineral lempung (kaolinit)

3
 Hubungan volume air dan waktu resapan dengan tanah liat yang dilapisi dua lapisan
mineral lempung (kaolinit)
 Hubungan volume air dan waktu resapan dengan tanah liat yang dilapisi dua lapisan
mineral lempung (bentonit)
 Hubungan volume air dan waktu resapan dengan tanah liat yang dilapisi dua lapisan
mineral lempung (bentonit)
 Hubungan debit air dan nilai k dengan tanah liat tanpa mineral lempung
 Hubungan debit air dan nilai k dengan tanah liat yang dilapisi satu lapisan mineral
lempung (kaolinit)
 Hubungan debit air dan nilai k dengan tanah liat yang dilapisi dua lapisan mineral
lempung (kaolinit)
 Hubungan debit air dan nilai k dengan tanah liat yang dilapisi dua lapisan mineral
lempung ( bentonit)
 Hubungan debit air dan nilai k dengan tanah liat yang dilapisi dua lapisan mineral
lempung (bentonit)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


 HASIL ANALISIS KUALITAS TANAH
Dari hasil analisis sampel tanah tidak terganggu (undisturbed sample) tanah di
lokasi penelitian yang berada di sel baru TPA Batu Layang memiliki koefisien
permeabilitas yang cukup besar dikarenakan jenis tanah di lokasi tersebut berjenis
gambut (organik).
Tabel 1 Hasil Analisis Tanah TPA Batu Layang

No. Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Pemeriksaan

1 Kadar Air % 312

2 Berat Volume gr/cm3 1,106

3 Berat Jenis (GS) 1,438

4 Koefisien Permeabilitas m/detik 1,87 x 10-3


Sumber : Hasil Analisis, 2016

Sampel tanah terganggu adalah sampel tanah yang diambil dari Peniraman
Kabupaten Mempawah. Hal ini mempertimbangkan kondisi tanah peniraman yang
memiliki kandungan liat (clay) tinggi. Tanah Peniraman juga digunakan sebagai tanah
urugan untuk penutup landfill di TPA Batu Layang. Berikut adalah hasil analisis sifat fisik
tanah Peniraman :

Tabel 2 Hasil Analisis Tanah Peniraman

4
No. Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Pemeriksaan
1 Kadar Air % 30,36
2 Berat Volume gr/cm3 0,02
3 Berat Jenis 1,85
4 Koefisien Permeabilitas m/detik 1.652x 10-6
Sumber : Hasil Analisis, 2016

 HASIL ANALISIS AIR LINDI TPA BATU LAYANG

1. Pemeriksaan Parameter BOD (Biochemical


(Biochemical Oxygen Demand)
Demand)
Untuk pemeriksaan Parameter BOD sampel air lindi TPA Batu Layang dilakukan
di Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pemeriksaaan
Sampel air lindi di TPA Batu layang diambil 4 sampel dari 4 titik sampel yaitu :

Tabel 3 Hasil Uji Kadar BOD dari 4 Titik Sampel di TPA Batu Layang

No. Kode Sampel Nilai BOD (Mg/l) Baku Mutu

1 A1 338 50
2 A2 235 50
3 A3 440 50
4 A4 515 50
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Dari hasil pemeriksaan laboratorium, parameter BOD di keempat titik sampel


melebihi baku mutu yang ditetapkan. Hal ini disebabkan tingginya kadar organik dalam
air lindi sehingga diperlukan pengolahan lebih lanjut terhadap air lir lindi.

2. Pemeriksaan Parameter Pb
Untuk pemeriksaan parameter timbal (Pb) sampel air lindi TPA Batu Layang
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Pemeriksaaan Sampel air lindi di TPA Batu layang diambil 4 sampel dari 4 titik sampel
yaitu :

Tabel 4 Hasil Uji Kadar Pb dari 4 Titik Sampel di TPA Batu Layang

No. Kode Sampel Nilai Pb Baku Mutu


(Mg/l)
1 A1 0,059 0,02
2 A2 0,013 0,02
3 A3 0.037 0,02
4 A4 0.052 0,02
Sumber : Hasil Analisis, 2016

5
Dari hasil analisis laboratorium, sampel air lindi dari TPA batu layang pada titik 1, titik 3
dan titik 4 melewati baku mutu untuk parameter Pb. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengolahan lebih lanjut untuk dampak dari logam Pb agar tidak menyebar ke air tanah
dan lingkungan sekitar.

 Hasil Pengukuran Koefisien Permeabilitas Tanah lapisan Clay Barrier


a. Consolidation Cell dengan metode Falling Head

Pemeriksaan nilai koefisien permeabilitas dari contoh sampel tanah dapat menggunakan
rowe consolidation cells dibawah kondisi tegangan efektif yang diketahui dan dibawah
pengaruh tekanan balik (back pressure). Arah aliran dari air dapat berupa vertikal atau
horizontal. Metode test menggunakan Rowe Cell mirip dengan prinsip untuk tes
permeabilitas menggunakan triaxial, dan cocok digunakan untuk tanah yang memiliki
permeabilitas rendah. Berikut adalah tahapan-tahapan test permeabilitas menggunakan
Rowe Cell secara vertikal berdasarkan peraturan BS 1377 : Part 6 : 1990 : 4.8.3& K.H.
Head

Gambar 1 Sketsa Pengujian Permeabilitas Menggunakan Rowe Cell

Setelah pengujian dengan metode ROWE maka didapat nilai K dari kelima sampel tanah
modifikasi untuk lapisan clay barrier.
barrier. Nilai K dari masing – masing sampel dapat dilihat
pada tabel 5 berikut ini :

6
Tabel 5 Lapisan Tanah Untuk Lapisan Clay Barrier

Sumber : Hasil Analisis, 2016

7
Gambar 2. Perbandingan Volume Air Terhadap Waktu

Grafik 3. Perbandingan Volume Air Terhadap Waktu

Berdasarkan grafik sebelumnya dapat dilihat bahwa tanah padatan yang diberi
lapisan kaolinit memerlukan waktu untuk mencapai besaran nilai kejenuhan (γsat)
sebelum akhirnya menjadi stabil. Resapan air yang terjadi pada tanah tersebut terlihat
dalam pada waktu 60 menit pertama. Pada pembacaan berikutnya setelah menit ke-150
jumlah air yang diresap oleh tanah urugan padatan yang ditambahkan 2 lapis kaolinit
menjadi kecil dan stabil karena semua pori – pori tanah yang padat sudah terisi air dan
menjadikannya sulit utuk menyerap air lebih banyak. Nilai k rata – rata pada tanah

8
peniraman yang tidak dicampur adalah sebesar 2,04 x 10 -10 m/detik atau 2,04 x 10-8
cm/detik.

Pada tanah padatan yang diberi 1 lapisan bentonit, resapan air terlihat besar pada
waktu 30 menit pertama. Hal ini dikarenakan sifat bentonit yang nemiliki daya serap
yang baik dan besar tetapi tidak merusak pori tanah padat. Bentonit mengikat urugan
tanah padatan sehingga menghambat aliran air yang melewatinya. Bentonit yang
mengalami kontak dengan air akan mengembang , dimana lapisan bentonit yang
awalnya 2 cm menjadi 3,3 cm sehingga membuktikan bahwa bentonit menyerap air. Nilai
K rata – rata pada tanah peniraman yang dilapisi 1 lapisan bentonit adalah sebesar 2,46 x
10-10 m/detik atau 2,46 x 10-8 cm/detik.

Pada tanah padatan yang diberi 2 lapisan bentonit, resapan air terlihat stabil pada
waktu 30 menit pertama. Hal ini dikarenakan sifat bentonit yang nemiliki daya serap
yang baik dan besar tetapi tidak merusak pori tanah pada tanah. Bentonit mengikat
urugan tanah padatan sehingga menghambat aliran air yang melewatinya. Bentonit yang
mengalami kontak dengan air akan mengembang hal ini terlihat pada menit ke-120
dimana terjadi peningkatan volume resapan disebabkan lapisan bentonit yang
mengembang dan menyerap lebih banyak air. Bentonit yang awalnya 2 cm menjadi 3,3
cm sehingga membuktikan bahwa bentonit menyerap air. Pada menit ke-210 terjadi
penurunan debit yang menunjukkan lapisan bentonit membantu penyerapan air dan
menahannya sehingga aliran air tetap konsiten. Nilai k rata – rata pada tanah peniraman
yang dilapisi 2 lapisan bentonit adalah sebesar 1,81 x 10 -10 m/detik atau 1,81 x 10-8
cm/detik.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian sifat fisik tanah TPA Batulayang dapat
disimpulkan :
1. Tanah TPA Batu Layang berjenis organik (gambut) dengan kadar air yang cukup
tinggi yaitu 312 % dengan nilai konduktivitas hidrolik sebesar 1,85 x 10 -4 m/detik
sehingga perlu dilakukannya pengelolaan untuk menangani air lindi agar tidak
menyebar ke aliran air tanah. Hasil Laboratorium menunjukkan bahwa uji
kualitas air lindi TPA Batulayang melebihi baku mutu yang ditetapkan.
2. Tanah Modifikasi untuk lapisan clay barrier merupakan tanah liat yang berasal
dari peniraman yang memiliki nilai k sebesar 2,87 x 10 -10 m/detik dengan 4
variasi sampel yang terdiri atas tanah liat yang ditambahkan 1 lapisan kaolinit,
tanah liat yang ditambahkan 2 lapisan kaolinit, tanah liat yang ditambahkan 1
lapisan bentonit, tanah liat yang ditambahkan 1 lapisan bentonit, dengan nilai k
tertinggi pada sampel tanah liat yang ditambahkan 2 lapisan bentonit yaitu
sebesar 1,81 x 10-10 m/detik hal ini masuk dalam syarat maksimum untuk lapisan
kedap dasar TPA yaitu 1x 10-9 m/detik.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua bapak
Ir. Mochtar dan ibu Heryanti atas doa, moril dan materil. Penulis juga mengucapkan
kepada bapak Dr.rer.nat. Ir. R.M. Rustamadji, MT dan bapak H. Kiki Prio Utomo ST, M.Sc
selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini. Tidak lupa saya ucapkan banyak terima
kasih kepada Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Untan serta kawan-kawan

9
dari Fakultas Teknik Untan Angkatan 2010 yang telah membantu penulis dalam
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. 2013. Laporan Monitoring Limbah
TPA Batu Layang Kota Pontianak Tahun 2013. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Pontianak , Pontianak.
Sutrisno. 2002. Sistem Pengelolaan Limbah Padat Domestik dan Industri. PT Rineka
Cipta , Jakarta.
Zulfikar, dkk.2007. Eksplorasi Umum Endapan Ballclay Di Kabupaten Bengkayang ,
Provinsi Kalimantan Barat. Pusat Sumbar Daya Geologi, Jakarta.
Rowe, RK , 1995. Clay Barriers System for Waste Disposal. Faculty Engineering of
London University , England.

10

Anda mungkin juga menyukai