Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

UNSUR SENYAWA ANORGANIK

METODE EKSTRAKSI UNSUR

oleh :

Stella Jovita
01211540000039

Dosen Pengampu :
Drs. Djoko Hartanto, M.Si

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2017
PIROMETALURGI
Pirometalurgi adalah proses metalurgi yang melibatkan peleburan dan
pembakaran. Melibatkan pemanasan pada pembakaran pada suhu di atas 1500˚C untuk
mengubah bahan sisa menjadi bentuk yang dapat disuling. Contoh unsure yang
diekstraksi oleh pirometalurgi termasuk oksida dari unsure yang kurang reaksitf adalah
Fe, Cu, Zn, Cr, Sn, dan Mn. Langkah – langkah proses pirometalurgy adalah sebagai
berikut:
1. Calcination, dekomposisi panas pada bijih dengan eliminasi pada produk yang
mudah menguap (volatile).
2. Refining, perlakuan pada produk logam mentah untuk meningkatkan kemurnian.
3. Roasting, perlakuan metalurgi yang melibatkan reaksi gas-padat pada suhu yang
tinggi.
4. Smelting, proses peleburan yang memisahakn produk dari reaksi kimia menjadi
dua atau tiga bagian.
HIDROMETALURGI
Hidrometalurgi adalah ekstraksi logam dari bijihnya dengan menggunakan
larutan aqueos dari garam dan mendapatkan logam dari logam tersebut menggunakan
reagen kimia yang berbeda. Proses dalam hidrometalurgi yakni :1. Ore Dressing,
penghilangan zat yang tidak dibutuhkan dari roe. Beberapa metode yang digunakan
sebagai berikut :
a. Hand picking: jika tedapat pengotor dalam jumlah yang banyak, dapat
dihilangkan dengan hand picking. Metode ini memerlukan waktu sangat lama.
b. Gravity or levigation separation: ketika partikel bijih lebih berat dari partikel
gangue, bijihnya akan mengalir ke air dan pengotor dibersihkan, untuk
mengumpulkan bijih menjadi satu, papan kayu miring dengan garis kayu yang
disebut riffles digunakan pada proses yang dikenal dengan meja Wilfley.
c. Magnetic separation: digunakan pada bijih hematik, dimana bijih serbuk
dijatuhkan pada sabuk kulit atau kuningan. Ketika bijih melintasi roller
magnetik, bijih tersebut akan menempel pada sabuk karena gaya tarik dan
jatuh berdekatan karena gaya tarik dari roller magnetik.
d. Froth floation process: proses ini digunakan untuk memusatkan bijih sulfide,
bijih akan basah oleh minyak sedangkan partikel gangue basah oleh air.
Serbuk bijih dicampur dengan air dan sedikit minyak, dan campuran
digerakan dengan melewati tekanan udara. Frothnya menghasilkan kenaikan
pada permukaan dan membawa partikel bijih bersamaan dengan kenaikan
tersebut, sedangkan partikel gangue tertinggal.
2. Mining (Penambangan), adalah proses mengambil bijih dari tambang, ketika bijihnya
tedapat pada permukaan bumi dan dapat digali langsung. Penambangan tersebut termasuk
open-pit mining. Ketika bijih diambil dari kedalaman yang jauh, penambangan termasuk
dalam deep mining. 3. Crushing (Penghancuran), bijih yang terekstraksi sering terjadi
pada gumpalan besar. Bijih tersebut esensial untuk dipecah pada potongan yang lebih
kecil. Gumpalan tersebut dihancurkan menjadi potongan kecil dengan memartil atau
dengan bantuan jaw crusher. 4. Grinding (Penggerindaan), bijih yang hancur digerinda
menjadi serbuk halus dengan penggilasan. 5. Leaching (Pelarutan), langkah awal yang
penting dalam proses hidrometalurgi. Menggunakan larutan aqueous yang mengandung
lixiviant yang menyebabkan sentuhan dengan bahan yang mengandung logam berharga.
Larutan lixiviant dapat berupa asam atau basa. Tipe dan konstrasi dari larutan diatur agar
memberikan beberapa derajat selektifitas logam atau logam yang terekoveri.pada proses
pelarutan, petensial oksidasi, suhu, dan pH larutan adalah parameter penting yang sering
diatur untuk mengoptimalkan logam yang diinginkan dalam fasa aqueous.
ELEKTROMETALURGI
Elektromelatulurgi adalah proses memperoleh logam dengan proses elektrolisis.
Elektrolytic winning sangat penting untuk logam yang sangat reaktif seperti aluminium
dan magnesium, yang diproduksi melalui elektrolisis garam. Proses elektrometalurgi
dibagi menjadi empat, antara lain:
1. Electroplating, deposisi layer pada satu logam ke logam lainnya.
2. Electroforming, manufaktur dari bagian logam yang melalui electroplating
(biasanya tipis).
3. Electrowinning, ektraksi logam dari bijih.
4. Electrorefining, pemurnian logam. Metal powder production dengan
elektrodeposisi dimasukan dalam kategori ini, terkadang termasuk dalam
electrowinning tergantung pada aplikasinya.

PEMEKATAN BIJIH SECARA FISIKA


Pemekatan bijih secara fisika dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sesuai.
Pemekatan secara fisika meliputi proses:
1. Pengapungan buih (frothfloating)
Pengapungan buih (froth floating) adalah proses pemisahan bijih dari pengotor
dengan cara mengapungkan bijih ke permukaan melalui pengikatan oleh buih. Alat yang
digunakan disebut alat flotasi buih. Cara kerja flotasi buih adalah dengan memasukkan
serbuk bijih ke dalam wadah besar berisi agen pembusa (seperti sabun atau deterjen),
selanjutnya campuran tersebut dialiri udara untuk menghasilkan busa. Butiran bijih yang
halus akan terbawa oleh gelembung udara ke permukaan, sedang zat pengotor akan
tertinggal dalam wadah. Proses ini banyak digunakan untuk pemekatan bijih Cu, Pb, Zn,
Ag, Au, dan Ni. Kebanyakan bijih mengandung ion logam memiliki permukaan yang
bersifat hidrofil, sehingga partikel tersebut mudah diikat oleh air. Agar bijih dapat secara
efektif diikat oleh buih , maka ditambahkan zat kolektor (collector). Prinsip kerja zat
kolektor adalah sama seperti prinsip kerja deterjen dalam proses pencucian pakaian.
Dengan penambahan zat kolektor ini, mineral yang terikat oleh molekul air akan terlepas
dan berubah menjadi molekul hidrofob. Dengan demikian, ujung molekul dari kolektor
yang bersifat hidrofob akan terikat pada molekul hidrofob dari gelembung, sehingga bijih
dapat diapungkan.
2. Pemisahan gaya berat (gravity separation)
Pemisahan gaya berat(gravity separation), adalah proses pemisahan mineral
yangdidasarkan atas perbedaan massa jenis antara partikel bijih dan partikel pengotor.
Teknik pengejaannya adalah dengan cara menghamburkan butiran mineral pada bidang
miring yang dihembusi uap air, sehingga partikel mineral yang lebih berat akan terkumpul
pada bagian bawah tempat penampungan. Metode ini sering dipakai pada pemisahan
kasiterit (SnO2 ) dari pengotor (gangue), pemisahan emas atau perak dari pasir.
3. Pemisahan magnetik (magnetic separation)
Pemisahan magnetik didasarkan pada sifat kemagnetan (ferromaganetik) dari bijih.
Teknik pengerjaannya adalah dengan cara mengalirkan serbuk bijih secara vertikal
terhadap medan magnet yang bergerak secara horisontal. Dengan demikian pengotor-
pengotor yang bersifat diamagnetik akan terpisah dari mineral yang bersifat
ferromagnetik. Metode ini sering dilakukan untuk memisahkan magnetit (Fe3O4) dari
pengotornya, rutil (TiO2) dari apatit CaF2. 3Ca3(PO4)2, dan wolframit (FeWO4) dari
kasiterit (SnO2).
4. Proses reduksi
Untuk mendapatkan logam, senyawa dari hasil pemekatan dikonversi melalui proses
reduksi. Oleh sebab itu senyawa hasil pemekatan haruslah senyawa yang mudah
direduksi. Sehingga sebelum dilakukan proses reduksi, senyawa yang sulit direduksi
umumnya diubah menjadi senyawa oksida melalui reaksi kimia( proses pemanasan,
pemanggangan, pembakaran dan pelarutan dengan asam).
Ekstraksi logam membutuhkan sejumlah energi dalam prosesnnya. Besarnya energi
yang diperlukan sangat penting untuk membuat suatu keputusan bagaimana suatu logam
paling baik diproduksi dari bijihnya. Potensial elektrode standar yang telah dikemukakan
memberikan panduan yang sangat baik dalam melakukan ekstraksi logam dari
senyawanya. Akan tetapi banyak logam-logam untuk kepentingan industri diekstraksi
melalui reduksi oksida-oksidanya. Dalam hal ini reduksi oksida dengan
menggunakanelektroda C (karbon) memegang peranan penting, sebab elektroda karbon
bersifat inert dan tidak meleleh pada suhu tinggi. Makin tinggi suhu dari suatu proses
industri, makin mahal proses tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu pengetahuan tentang
pengaruh suhu pada suatu reaksi perlu diperhatikan. Proses reduksi yang berlangsung
pada suhu tinggi memiliki kondisi optimum. Kondisi optimum pada proses reduksi dapat
dikontrol melalui besarnya perubahan energi bebas Gibbs (∆G). Energi Gibbs merupakan
besaran dalam proses termodinamika yang menunjukkan spontan atau tidaknya. suatu
reaksi. Energi Gibbs diungkapkan dengan persamaan:
∆G = ∆H - T∆S
∆G = energi Gibbs (kJ) ∆H = entalpi sistem (kJ) ∆S = entropi (J. Mol-1 . K-1 ) T = suhu
(K) Rumusan dari energi Gibbs tersebut menggambarkan bahwa besarnya energi Gibbs
dipengaruhi oleh temperatur. Agar reaksi berjalan spontan, maka harga ∆G harus kurang
dari nol atau bertanda negatif. Untuk memperoleh harga ∆G yang kurang dari nol yang
dapat dilakukan adalah memperkecil harga ∆H, serta memperbesar ∆S dan temperatur.
Hubungan antara temperatur dengan energi Gibbs dapatjuga dinyatakan dalam
suatu diagram. Diagram yang menggambarkan hubungan kedua besaran tersebut adalah
diagram Ellingham. Diagram Ellingham diplot berdasarkan ∆G versus T, yang mengikuti
persamaan garis lurus. Dalam diagram ini memuat harga ∆G oksida logam dalam
berbagai variasi temperatur. Tampilan diagram Ellingham dapat dilihat pada gambar
berikut :

Diagram Ellingham menggambarkan reaksi logam menjadi oksidanya. Posisi


garis dari suatu reaksi pada diagram Ellingham menunjukan kestabilan oksida sebagai
fungsi dari temperatur. Reaksi yang berada pada bagian atas diagram adalah logam yang
bersifat lebih mulia (contohnya perak), dan oksida dari logam ini bersifat tidak stabil dan
mudah tereduksi. Semakin kebawah posisi garis reaksi maka logam bersifat semakin
reaktif dan oksida menjadi semakin stabil (sulit tereduksi). Berdasarkan diagram
Ellingham suatu logam dapat digunakan untuk mereduksi oksida jika garis oksida yang
akan direduksi terletak diatas garis logam yang digunakan sebagai reduktor. Sebagai
contoh garis reaksi 2Mg + O2 -> 2MgO terletak dibawah garis reaksi Ti + O2 -> TiO2,
maka magnesium dapat digunakan untuk mereduksi titanium oksida menjadi logam
titanium (Mutaqqin, 2014). Karbon merupakan bahan yang paling sering digunakan
sebagai reduktor untuk mereduksi suatu oksida unsur menjadi unsurnya. Pada diagram
Ellingham garis reaksi 2C + O2 -> 2CO mempunyai gradien yang negatif, sehingga data
yang didapat dari perpotongan garis ini dengan garis pembentukan suatu oksida unsur
dapat dijadikan acuan untuk mereduksi oksidaunsur tersebut. Contohnya Zn tidak dapat
direduksi oleh C jika dilangsungkan pada temperatur 1000K sebab pada temperatur ini
garis dari reaksi 2Zn + O2 -> 2ZnO berada di bawah garis reaksi2C + O2 -> 2CO, tetapi
dapat berlangsung jika temperaturnya dinaikkan menjadi 1500K sebab pada temperatur
ini garis reaksi dari 2C + O2 -> 2CO berada di atas garis reaksi 2Zn + O2 -> 2ZnO.

5. Penggantian unsur yang kurang reaktif dengan unsur yang lebih reaktif
Reaksi perpindahan adalah reaksi kimia dimana unsur yang lebih reaktif menggantikan
unsur yang kurang reaktif dari senyawanya. Baik logam maupun non logam ikut berperan
dalam reaksi perpindahan. Contoh: Reaksi paku besi dengan larutan tembaga sulfat.
Mg(s) + CuSO4(aq) → MgSO4(aq) + Cu(s)
Jika strip logam magnesium ditempatkan dalam larutan tembaga sulfat, warna biru
tembaga sulfat hilang dan logam magnesium berubah menjadi coklat saat tembaga yang
dipindahkan tertimbun di atasnya. Dalam rangkaian reaktivitas, posisi magnesium berada
di atas tembaga. Jadi lebih reaktif dari pada tembaga dan akan menggantikan tembaga
dari larutan tembaga sulfat.

Anda mungkin juga menyukai