Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH PENGUASAAN KOSAKATA

DAN TENSES TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS

DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS

(Survei pada SMP Swasta di – Jakarta Utara)

Tesis

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Mencapai gelar magister

NAMA : ARIP WICAKSONO

NPM : 20117479011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS PASCA SARJANA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil ulangan akhir semester kedua Kelas VII A, B, dan C SMP Budi

Agung Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Kompetensi Dasar Menulis Tahun

Akademik 2016-2017 adalah rata-rata 73. Adapun KKM adalah 68. Jumlah

peserta ulangan 104 dan siswa yang gagal 23. Mungkin kondisi tersebut sama

atau tidak berbeda jauh di sekolah-sekolah swasta lain. Hal ini membuat peneliti

berkeingan melakukan riset untuk mengetahui lebih akurat tentang faktor-

faktornya.

Menulis (Writing) merupakan keahlian berbahasa yang paling sulit dan

paling kompleks. Dia bersifat produktif. Mungkin dapat dikatakan bahwa

seseorang yang mampu menulis dengan baik berarti ia mampu berbicara

(Speaking) dengan baik, tetapi seorang yang mampu berbicara dengan baik belum

tentu mampu menulis dengan baik. Kegiatan menulis untuk mengekspresikan

pikiran, pendapat, perasaan dan lain-lain secara tertulis.

Menuangkan ide dalam bentuk tulisan membutuhkan waktu yang relatif

lama, bahkan terkadang untuk memulainya tidak mudah. Bisa jadi siswa yang

diminta menulis kehilangan tempo untuk memulai, sehingga menyebabkan

kegagalan. Kegagalan menulis juga berkaitan dengan tata bahasa. Ide yang ada

tidak akan disampaikan dengan baik apabila tidak memenuhi syarat gramatikal.

Demikian halnya dengan kosa kata. Tulisan terbentuk dari kata-kata atau frase
dalam struktur kalimat yang benar. Kata-kata yang berulang atau redundant

misalnya, mengurangi mutu sebuah tulisan.

Kurangnya latihan barangkali mempunyai andil dalam kegagalan menulis.

Karena menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa, dengan banyak

berlatih mungkin akan mengasah untuk semakin terampil.

Membaca dapat memberi sumbangsih dalam menulis. Dengan membaca,

informasi akan diperoleh yang akan memperluas wawasan atau meningkatkan

pengetahuan. Ketika memproduksi bahasa lewat kegiatan menulis, pengetahuan

atau wawasan itu menjadi sangat berperan.

Kurangnya percaya diri membuat seseorang menjadi sulit untuk memulai

sebuah usaha sederhana dalam menulis. Tulisan yang awalnya sudah dimulai

dengan baik segera dihapus hanya karena ragu. Setiap menulis selalu dihapus,

menulis lagi dan dihapus lagi akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.

Seringnya menunda-nunda untuk memulai akan menghasilkan apapun

yang seseorang rencanakan atau gagas menjadi impian belaka. Kebiasaan

menunda-nunda dapat menimbulkan rasa malas dan bahkan tidak jadi menulis.

Kurang fokus merupakan salah satu penyebab dari banyaknya pikiran yang

muncul silih berganti. Fokus merupakan salah satu hal yang dicari penulis agar

dapat berkonsentrasi dengan ide yang telah dibangun sebelumnya. Kurang fokus

juga dapat menyebabkan ide tersebut gagal terbentuk. Sesuatu yang telah ada di

otak menjadi hilang begitu saja karena kurangnya konsentrasi pada tujuan

tersebut.
B. Identifikasi masalah

Merujuk pada hal-hal yang melatari penelitian ini, masalah-masalah

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh penguasaan tatabahasa terhadap kemampuan

menulis Bahasa Inggris siswa SMP swasta di Kecamatan Penjaringan-

Jakarta Utara?

2. Apakah ada pengaruh pemahaman membaca terhadap kemampuan

menulis Bahasa Inggris siswa SMP swasta di Kecamatan Penjaringan-

Jakarta Utara?

3. Apakah ada pengaruh penguasaan kosa kata terhadap kemampuan menulis

Bahasa Inggris siswa SMP swasta di Kecamatan Penjaringan- Jakarta

Utara?

4. Apakah alokasi waktu mempengaruhi hasil menulis?

5. Apakah kondisi kurang fokus menyebabkan kegagalan menulis?

6. Apakah rasa percaya diri memberi andil dalam menulis?

7. Apakah sikap menunda-nunda menyebabkan ketidakberhasilan dalam

menulis?

8. Apakah tingkat keseringan latihan berkontribusi dalam menulis?


C. Pembatasan Masalah

Peneliti memberi batasan agar penelitian ini dapat lebih terarah dan akurat,

yakni:

1. Pengaruh peguasaan tatabahasa terhadap kemampuan menulis Bahasa

Inggris SMP swasta di Kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara.

Tatabahasa dibatasi pada materi tentang tata bahasa pelajaran Bahasa

Inggris kelas viii Kurikulum 2013.

2. Pengaruh pemahaman membaca terhadap kemampuan menulis Bahasa

Inggris siswa SMP swasta di Kecamatan Penjaringan- Jakarta Utara.

Materi membaca dibatasi pada Kompetensi Inti membaca sesuai dengan

Kurikulum 2013 Pelajaran Bahasa Inggris kelas viii.

3. Ketrampilan menulis dibatasi pada materi kompetensi Menulis yang

sesuai dengan materi pelajaran Bahasa Inggris kelas viii Kurikulum 2013.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh penguasaan tatabahasa dan pemahaman

membaca secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis Bahasa

Inggris SMP swasta di Kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara?

2. Apkah terdapat pengaruh penguasaan tata bahasa terhadap kemampuan

menulis siswa SMP swasta di Kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara?

3. Apakah terdapat pengaruh pemahaman membaca terhadap kemampuan

menulis Bahasa Inggris siswa SMP swasta di Kecamatan Penjaringan-

Jakarta Utara?
E. Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah penelitian di atas, peneliti bertujuan

untuk mengetahui:

1. Pengaruh penguasaan tatabahasa dan pemahaman membaca secara

bersama-sama terhadap kemampuan menulis Bahasa Inggris siswa SMP

swasta di Kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara.

2. Pengaruh penguasaan tatabahasa terhadap kemampuan menulis Bahasa

Inggris siswa SMP swasta di kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara.

3. Pengaruh pemahaman membaca terhadap kemampuan menuli Bahasa

Inggris siswa SMP swasta di kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

F. Keguanaan Penelitian

Secara teoritis, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan

sumbangsih pada penelitian ilmiah khususnya di bidang pendidikan.

Secara praktis, Penulis berharap, untuk peneliti sendiri, penelitian ini akan

memberikan pengalaman berharga dalam kegiatan ilmiah yang dapat

meningkatkan motivasi untuk memperluas wawasan keilmuan.

Penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai

rujukan oleh guru Bahasa Inggris SMP khususnya di sekolah-sekolah swasta di

Kecamatan Penjaringan dalam merencanakan program pembelajaran yang

relevan.
G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Bab ini mengkemukakan latar belakang penelitian, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II. Landasan Teori, Kerangka Berpikir dan Hipotesis

Bab ini berisi kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

Bab III. Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan tempat dan waktu penelitian, metodologi penelitian,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, instrumen

penelitian serta teknik analisis data yang akan diteliti.

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan, meliputi

deskripsi data, uji persyaratan analisis data, pengujian hipotesis penelitian, dan

pembahasan hasil penelitian.


Bab V. Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari keseluruhan penulisan dan

penelitian yang telah dilakukan disertai dengan saran-saran yang dapat digunakan

dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas pengajaran.

Pada bagian akhir ini memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran

sebagai acuan dalam penelitian dan penulisan tesis ini.


BAB II.

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS


PENELITIAN

A.Landasan Teori

1. Tata Bahasa

1.a. Pengertian Tata Bahasa (Grammar)

Jeffrey Coghill and Stacy Magendanz, dua orang pendiri Perpustakaan dan
Kampus McNeese State University di Lake Charles, Los Angeles (2003:xvi)
mendefinisikan grammar sebagai berikut:

“The grammar of a language is the set of rules that govern its structure. Grammar
determines how words are arranged to form meaningful units.”

“Grammar sebuah bahasa adalah satu kumpulan aturan yang menata bagian
susunannya. Grammar menentukan bagaimana kata-kata disusun dalam
membentuk unit-unit bahasa yang bermakna.”

Sama halnya dengan definisi diatas, Michael Swan (2005:xix), ahli bahasa
yang lebih cenderung memperhatikan Bahasa Inggris asli Inggris (British English)
mendefinisikan grammar seperti dibawah ini:

“The rules that show how words are combined, arranged or changed to show
certain kinds of meaning.”

“Grammar adalah aturan yang menerangkan bagaimana kata digabungkan,


disusun atau diubah untuk menunjukkan beberapa jenis makna.”

Selain definisi yang umum seperti diatas, ada beberapa pakar bahasa yang
mendefinisikan Grammar dengan gaya yang berbeda seperti Greenbaum dan
Leech. Leech et al (1982:3) mendefinisikan grammar sebaga
“Reference to the mechanism according to which language works when it
is used to communicate with other people. …..Grammar is a mechanism for
putting words together, but we have said little about sound of meaning.”

"Makna Grammar adalah referensi mekanisme menurut fungsi bahasa ketika


digunakan dalam komunikasi dengan orang lain…. Grammar adalah aturan untuk
penggabungan kata, ataupun aturan penggabungan bunyi suatu makna ”

Sementara itu, pakar kenamaan tentang Grammar Greenbaum (1996:25)


mengartikan Grammar seperti di bawah ini:

“In the concrete sense of the word grammar, a grammar is a book of one or more
volumes. We of course also use grammar for the contents of the book. When we
compare grammars for their coverage and accuracy, we are referring to the
contents of the book: a grammar is a book on grammar, just as a history is a book
on history.”
“Menurut makna konkrit kata Grammar, grammar adalah sebuah buku
yang berisi satu volume atau lebih. Kita juga tentu mengartikan grammar sebagai
isi sebuah buku. Ketika kita membandingkan grammar dengan bahasan dan
kebebenarannya, kita tentu mengacu pada isi dari sebuah buku: jadi Grammar
adalah sebuah buku tentang grammar, seperti halnya sejarah adalah sebuah buku
tentang sejarah.”

Merujuk pada kutipan para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa Tata
Bahasa ialah aturan-aturan untuk menciptakan unit-unit bahasa yang mengandung
makna dalam kaitannya dengan penggabungan, penyusunan maupun pengubahan
kata atau bunyi kata.

1.b.Tata Bahasa Bahasa Inggris

English Grammar (Tata Bahasa Inggris) adalah suatu ilmu yang


mempelajari tentang cara menyusun beberapa jenis kata Bahasa Inggris sehingga
menjadi suatu kalimat Bahasa Inggris yang tepat.

English Grammar memiliki tingkatan yaitu basic, intermediate dan


advanced. English Grammer penting digunakan terutama dalam menghadapi
berbagai ujian seperti tes kemampuan Bahasa Inggris atau saat belajar di
sekolah. English Grammar merupakan hal penting dalam sebuah pembelajaran
bahasa dan tidak boleh dilewatkan begitu saja.

Didalam English Grammar ada 3 dasar tatabahasa, yaitu

A. Orthography

B. Etymology

C. Syntax

A. ortography

Orthograpy adalah ilmu yang mempelajari cara penulisan dan pengucapan


huruf huruf Bahasa Inggris dengan benar. Materi yang dibahas di dalam
orthography ini terdiri atas :

1. Letter (huruf)

 Small Letter (huruf kecil) : a b c d e f g h I j k l m n o p q r s t u v w x y z


 Capital Letter (huruf besar) : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V
WX Y Z.

2. Word (kata) merupakan rangkaian dari huruf huruf yang membentuk sebuah
arti. Contoh : love, smart.

3. Syllable (suku kata)

 Monosyllable adalah kata yang terdiri dari satu suku kata saja. Contoh : High,
smart, big, or, tall, clean.
 Dissyllable adalah kata yang terdiri dari dua suku kata. Contoh : cra-zy, hap-py,
li-ke, ve-ry.
 Trisyllable adalah kata yang terdiri dari tiga suku kata. Contoh : im-por-tant, ex-
pen-sive
 Polyssyllable adalah kata yang terdiri dari empat suku kata atau lebih. Contoh : e-
xa-mi-na-tion, a-lo-ca-tion, be-au-ti-ful.

B. etymology

Etymology merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyusunan


huruf huruf Bahasa Inggris yang tepat kedalam sebuah kata Bahasa Inggris.
Dalam Etymology, kata kata Bahasa Inggris dikelompokan menjadi 8 bagian atau
dapat juga disebut “The Eight Parts of Speech” (delapan bagian penyusunan
kalimat). The Eight Parts of Speech itu terdiri atas :

1. Noun (kata benda)


2. Pronoun (kata ganti)
3. Adjective (kata sifat)
4. Verb (kata kerja)
5. Adverb (kata keterangan)
6. Preposition (kata depan)
7. Conjuction (kata sambung)
8. Interjection (kata seru)

Dari kedelapan jenis kata diatas mempunyai fungsi atau kegunaan masing
masing dalam sebuah kalimat. Apabila terjadi kesalahan dalam penempatannya,
maka akan terjadi kesalahan besar dalam penyusunan kalimat Bahasa Inggris.

C. syntax

Syntax merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyusunan kata


kata bahasa Inggris menjadi sebuah kalimat Bahasa Inggris yang tepat dan sesuai
atau dapat juga dikatakan merupakan bagian dari tatabahasa (grammar) yang
mempelajari tentang proses pembentukan sebuah kalimat.

Tatabahasa, khususnya bahasa Inggris mempunyai cakupan yang sangat


luas, namun cakupan yang sangat utama ialah The Eight Parts of Speech dan
Tenses.
A.The Eight Parts of Speech

Dalam Bahasa Inggris terdapat Delapan Bagian Tata Bahasa ” The Eight
Parts of Speech”, yaitu :
1.Noun(katabenda)
2.Verb(katakerja)
3.Adjective(katasifat)
4.Pronoun(kataganti)
5.Adverb(kataketerangan)
6.Preposition(katadepan)
7.Conjunction(katasambung)
8. Interjection (kata seru)

Lebih lanjut diuraikan satu demi satu sebagai berikut:

1. Noun

Noun ( N ) = Kata Benda

Adalah kata yang menunjukkan barang atau benda di dunia ini baik
konkrit maupun abstrak.

Contohnya:

Konkrit:

Table (meja)
Dress (baju)
Book, etc – buku, dsb
Abstrak:

God (Tuhan)
News (berita)
Air, etc (Udara), dsb

Cirinya:

1.Mempunyai nama
( rose – mawar, tiger – macan, etc )

2.Biasanya didahului article The, An dan A.


( The girl, an apple, a book )

2. VerbVerb ( V ) = Kata Kerja

Adalah kata yang menunjukkan aktifitas baik yang dilakukan secara


lahiriyah (bisa diamati) maupun secara batiniyah (tidak bisa diamati).

Contohnya:

Aktifitas lahiriyah :

Study (belajar)
Eat (makan)
Drink ( minum), dsb.

Aktifitas batiniyah :

Want (ingin)
Think (berfikir)
Love (mencintai), dsb.

Cirinya:

Verb mempunyai perubahan bentuk kata,


To eat, eat, ate, eaten, eating.
To love, love, loved ,loved, loving.
Hal ini tergantung tenses yamg menyertainya.

3.Adjective
Adjective (Adj) = Kata Sifat

Adalah kata yang memberi sifat atau keterangan tentang kata benda atau
Noun.

Contohnya:

Hot (panas)
Fresh (segar)
Green (hijau)
Beautiful (cantik)
Clever (pandai)
Big (besar)

Cirinya:

a.Letaknya di depan kata benda.


( MD, menerangkan diterangkan )

Hot coffee (kopi panas)


Fresh fruit (buah segar)
Big book ( buku besar)

Maka hot, fresh dan big adalah adjective.

Karena:

Hot (panas) menerangkan kopi


Fresh (segar) menerangkan buah
Big – besar menerangkan buku

b.Letaknya setelah TOBE


Jenis to be = is, are, am, etc
The girl is beautiful.
Gadis itu cantik

The boy is clever.


Anak itu pandai.

The tree is green


Pohon itu hijau.

Maka beautiful, clever dan green adalah adjective.

Karena:

Beautiful (cantik) menerangkan gadis.


Clever pandaimenerangkan anak
Green (hijau) menerangkan pohon

4. Adverb (Adv) = Kata Keterangan

Adalah kata yang menerangkan kata kerja.

Contohnya:

I walk slowly.
Saya berjalan perlahan.
Slowly – perlahan = adverb.

You study hard in Cambridge.


Kamu belajar giat di Cambridge.
Hard (giat )= adverb.
In Cambridge – di Cambridge = adverb.

They sing gaily on the stage today.


Mereka bernyanyi dengan riangnya, di atas panggung, hari ini.
Gayly (riangnya) = adverb.
On the stage di atas panggung = adverb.
Today – hari ini = adverb.
Adverb itu bermacam-macam, ada yang menyatakan :

1.Cara atau manner : slowly, hard, gayly, etc.


2.Tempat atau place : In Cambridge, on the stage, etc.
3.Waktu atau time : Today, tomorrow, etc.

Dan masih banyak adverb yang lain.

Cirinya :

Adverb akan selalu menunjang makna dari kata kerja sehingga posisinya
dekat dengan verb.

5.Pronoun (Pro) = Kata Ganti

Adalah kata yang sering menggantikan kata benda. Tapi tidak selamanya
kata benda diganti kedudukannya.

Contohnya :

Arti Subjek Objek Posessive/Kepunyaan

Saya I Me My
Kamu You You Your
Kami We Us Our
Mereka They Them Their
Dia pria He Him His
Dia wanita She Her Her
Dia benda/binatang It It Its

Cirinya :

1. Kalau sebagai subjek letaknya di awal kalimat.

I work hard.(Saya bekerja keras).


Saya adalah subjek atau pelaku.
2. Kalau sebagai subjek letaknya di akhir kalimat.Biasanya setelah to, at, for,
from, with, etc.

Give the book to me


Berikan buku itu padaku.

3. Kalau sebagai kepunyaan, maka letaknya di depan benda dan selalu di depan
benda yang dipunyai.

My book (buku saya)


Your pen (pulpen kamu)
Our house (rumah kami)

7.Preposition

Preposition ( Prep ) = Kata Depan

Adalah kata yang menunjukkan arah dan posisi, biasanya letaknya di


depan kata benda.

Contohnya :

In (di)
Beside (di samping)
Over (di atas)
Under (di bawah)
At (pada)

In (di) = preposition

I live in Jakarta. (Saya tinggal di Jakarta)

On ( tepat pada) = preposition

You must come on time.

.(Kamu harus dating tepat padawaktunya).


Beside (disamping)
-May I sit beside you ?
(Bolehkah saya duduk disamping anda?
Beside ( di samping) = preposition

Cirinya : Biasanya katanya pendek-pendek : at, on, in, etc.

7.Conjunction ( Kata Sambung)

Adalah kata yang menghubungkan satu kata dengan kata yang lainnya,
kalimat dengan kalimat yang lainnya, atau satu kelompok kalimat dengan
kelompok kalimat yang lainnya.

Contohnya :

And (dan)
Or (atau)
But (tapi)
Because (karena)
If (jika)
Though ( walaupun)

I buy a book and a pen.


(Saya membeli sebuah buku DAN pulpen.)

I come to your house or you come to my house.


(Saya datang ke rumahmu ATAU kamu datang kerumahku).

Cirinya :

Untuk menentukan kata sambung bisa dilihat dari posisinya di antara kata
atau di antara kalimat.

8.Interjection ( INT ) = Kata Seru

Adalah kata yang digunakan untuk ungkapan tertentu dengan nada dan
tanda seru.
Contohnya :

Hi ! – hai !
Hello ! – hallo !
Bravo ! – hidup !
Hurrah ! – horee !
Yell ! – yel !

2. The Tenses

Tenses berkaitan dengan kalimat (sentence). Setiap kalimat dalam bahasa


Inggris memiliki satu bentuk waktu. Ada 16 (enam belas ) tenses dalam bahasa
Inggris.

1.Simple Present Tense

Subject ( I, You, We, They ) = ( + ): Subject + V-1

( – ): Subject + do not + V-1

( ? ): Do + Subject + V,

Subject ( He, She, It ) = ( + ): Subject + V-1s/es

( – ): Subject + does not + V-1

( ? ): Does + Subject + V-1

Contoh Kalimat :

( + ) Dodi reads a book

( – ) I don’t read a book

( – ) Does he read a book?


2.Simple Past Tense

Menyatakan peristiwa di masa lampau.

Rumus :

( + ): Subject + V-2

( – ): Subject + did not + V-1

( ? ): Did + Subject + V-1

Contoh Kalimat :

( + ) Dodi went to beach yesterday.

( – ) I didn’t read a book

( – ) Did he read a book?

3.Simple Future Tense

Menyatakan peristiwa yang akan dilakukan masa sekarang.

Rumus :

( + ): Subject + Will + V-1

( – ): Subject + Will not + V-1

( ? ): Will+ Subject + V-1

Note :

Menggunakan “Going to”:

(+): S + be (am/is/are ) + going to + V-1

( – ): S + be (am/is/are) not + going to + V-1

( ? ): be ( am/is/are ) + S + going to + V-1


Contoh Kalimat :

( + ) Dodi will return the book tomorrow

( – ) I will not buy a book

( – ) will you buy a book?

4.Present Continuous Tense

Menyatakan peristiwa atau tindakan yang sedang berlangsung sekarang


atau saat pembicaraan berlangsung.

Rumus:

( + ): S + tobe (am, is are) + Verb I-ing

( – ): S + to be not + Verb I-ing

(?): To be + S + Verb I-ing

Contoh Kalimat :

( + ): She is cooking

( – ): She is not cooking

( ? ): Is she cooking

5. Present Perfect Tense

Present perfect tense adalah bentuk kata kerja yang meyatakan suatu aksi
(action) yang dimulah di masa lalu, dan telah selesai pada waktu tertentu sebelum
detik ini (sekarang).

Rumus Present Perfect Tense

Present perfect tense dibentuk dari Subject ditambah auxiliary verb seperti
“have” (untuk I, You, They, We) dan “has” (untuk She, He, It) dan ditambah
dengan bentuk kata kerja ke-3 atau “Past Participle” (Baik Irregular verb maupun
regular verb). Dan Selebihnya dapat ditambah Objek kalimat dan Adverb (Kata
keterangan).

Contoh-contoh Kalimat Present Perfect Tense:

-They have walked to the cinema.

(Mereka telah berjalan ke bioskop)

-She has not (hasn’t) wanted me coming here.

(Ia perempuan tidak ingin saya dating kesini)

-The students have studied physic well.

(Murid-murid itu telah belajar pelajaran Fisika dengan sungguh-sungguh)

-The teacher has not come yet.

(Guru itu belum datang)

-You have come to the school .

(Kamu telah datang ke sekolah)

-Nobody has done well.

(Tak seorangpun telah melakukan dengan benar)

-I have gotten much money.

6.Present Perfect Continuous Tense

Menyatakan tindakan atau peristiwa yang telah selesai dikerjakan pada masa lalu
atau baru dimulai pada masa lalu dan masih berlangsung hingga saat ini.
Rumus:

( + ): S + has/have + been + V1-ing

( – ): S + has/have not + been + V1-ing

( ? ): Has/Have + S + been + V1-ing

Contoh Kalimat :

( + ): She has been eating

( – ): She has not been eating

( ? ): Has she been eating

7. Past Perfect Tense

Menyatakan peristiwa atau tindakan yang berlangsang di masa lampau dan


telah selesai pada waktu sebelum peristiwa lainnya terjadi.

Rumus:

( + ): S + had + V-3

( – ): S + had not + V-3

( ? ): had + S + V-3

Contoh Kalimat :

( + ): The taxi had left

( – ): The taxi had not left

( ? ): Had the taxi left?


8. Past Continuous Tense

Menyatakan peristiwa tau tindakan yang terjedai pada waktu tertentu di


masa lalu

Rumus:

( + ): S + was/were + Verb-ing

( – ): S + was/were not + Verb-ing

( ? ): was/were + S + Verb-ing

Contoh Kalimat :

( + ) I was studying last nite

( – ) They were not studying last nite

( ? ) was she studying last night.

9. Past Perfet Continous Tense

Menyatakan suata peristiwa atau tindakan dengan lama waktu tertentu


yang telah selasai pada waktu tertentau pada masa lampau

Rumus:

( + ): S+ had + been +Verb-ing

( – ): S + had not + been + Verb-ing

( ? ): Had + S + been + Verb-ing

Contoh :

( + ): They had been studying

( – ): They had not been studying

( ? ): Had they been studying?


10. Future Perfect Tense

Menyatakan peristiwa atau tindakan yang akan sudah selesai pada suatu
waktu pada masa mendatang.

Rumus:

( + ): S + will + have + V-3

( – ):S + will not + have + V-3

( ? ): Will + S + have + V-3

Contoh Kalimat:

( + ): They will have studied

( – ): They will not have studied

( ? ): Will they be studied?

11. Future Continous Tense

Menyatakan peristiwa atau tindakan yang akan sedang terjadi pada suatu
waktu tertentu pada masa mendatang

Rumus:

( + ): S + will be + Verb-ing

( – ): S + will not be + Verb-ing

( ? ): Will + S + be + Verb-ing

Contoh Kalimat :

( + ): She will be studying

( – ): She will not be studying


( ? ): Will she be playing

12. Simple Past Future Tense

Menyatakan peristiwa atau tindakan yang akan dilakukan yang terjadi di


masa lalu

Rumus:

Menggunakan would:

( + ): S + would + V-1

( – ): S + would not + V-1

( ? ): would + S + V-1

Menggunakan going:

( + ): S + was/were + going to + V-1

( – ): S + was/were not + going to + V-1

( ? ): Was/were + S + going to + V-1

Contoh Kalimat :

( + ): They would attend the seminar.

( – ): They were not going attend the seminar.

( ? ): Would they attend the seminar?

13. Past Future Continous Tense

Menyatakan peristiwa atau yang akan sedang dilakukan atau akan sedang
terjadi pada masa akan datang ketika berada di masa lalu.
Rumus :

( + ): S + would/should + be + Verb-ing

( – ): S + would/should not + be + Verb-ing

( ? ): Would/should + S + be + Verb-ing?

Contoh Kalimat:

( + ): They would be studying

( – ): They would not be studying

( ? ): Would he be studying?

14. Past Future Perfect Tense

Menyatakan peristiwa atau tindakan yang akan telah dilakukan pada masa
lampau

Rumus:

( + ): S + would/should + have + V-3

( – ): S + would/should + not + have + V-3

( ? ): Would/should + S + have + V-3

Contoh Kalimat:

( + ): Dian would have eaten

( – ): Dian would not have gone

( ? ): Would she have gone?

15. Future Perfect Continuous Tense


Menyatakan peristiwa atau tindakan yang telah berlagsung sekian lama
pada waktu tertenatu pada masa yang akan datang.

Rumus:

( + ): S + will + have + been + Verb-ing

( – ): S + will not + have + been + Verb-ing

( ? ): Will + S + have + been + Verb-ing

Contoh Kalimat:

( + ): Doni will have been eating

( – ): Doni will not have been eating

( ? ): Will they have been eating?

16. Past Future Perfect Continuous Tense

Menyatakan peristiwa atau tindakan yang akan sudah berlangsung dalam


waktu lama pada durasi waktu tertentu di masa lalu.

Rumus:

( + ): S + would/should + have + been + V-ing

( – ): S + would/should + not + have + been + V-ing

( ? ): Would/should + S + have + been + V-ing

Contoh Kalimat:

( + ): Dian would have been sleeping

( – ): Dian would not have been sleeping

( ? ): Would she have been sleeping?


Bahasa Inggris sangat berbeda dengan bahasa Indonesia dalam hal tenses,
yakni bahwa struktur kalimat bahasa Indonesia tidak dipengaruhi oleh tenses.

2. Kosa Kata

2.1.Pengertian Kosa Kata

Menurut Soedjito (2009: 24) kosakata atau perbendaharaan kata diartikan


sebagai:
1. Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa
2. Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis
3. Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan
4. Daftar kata yang disusun seperti kamus serta penjelasan secara singkat
dan praktis.

Sementara itu, Dowdowski (1982: 1454)) menyatakan bahwa:

1.Kosakata merupakan keseluruhan kata yang terdapat dalam suatu bahasa

2.Kosakata adalah keseluruhan kata yang tersedia baik Kosakata aktif yang
digunakan oleh pembaca dan penulis maupun Kosakata fasif yang digunakan oleh
pembaca dan pendengar.

Adiwinarta dalam Husen (1994: 7) berpendapat bahwa:

“Kosakata 1). Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, 2). Kata yang
dikuasai oleh seseorang atau kata-kata yang dipakai oleh segolongan orang dalam
lingkungan yang sama, 3). Daftar sejumlah kata dan frase dari suatu bahasa yang
disusun secara alfabetis disertai batasan dan keterangan”.

Sedangkan menurut Swahnell (1986: 633): Kosakata atau penggunaan kata


dalam bahasa, buku, karangan atau cabang ilmu pengetahuan dan penyusunan
kata dalam bahasa.

Selain itu, Rahayu (1999: 6) menyatakan bahwa “kosakata adalah


keseluruhan kata atau perbendaharaan kata atau istilah yang mengacu pada
konsep-konsep tertentu yang dimiliki oleh seseorang atau suatu bahasa dalam
suatu lingkungan.

Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan,diatas dapat disimpulkan


bahwa Kosakata merupakan suatu aspek bahasa yang dimiliki seseorang yang
mengacu pada konsep tertentu, memiliki aturan serta kaidah-kaidah tertentu. Dan
digunakan untuk memberi dan menerima informasi.

2.2. Jenis-jenis kosakata

Menurut Hurlock (1978: 187) ada dua jenis kosakata yakni kosakata
umum dan kosakata khusus. Kosakata umum terdiri atas kata yang dapat
digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda. Kosakata khusus terdiri atas kata
arti spesifik yang hanya digunakan pada situasi tertentu.

Selanjutnya Hurlock (1978: 188) mengemukakan jenis-jenis kosakata,


yaitu:
1. Kosakata umum
Kosakata umum terdiri dari kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata
keterangan.
a. Kata benda. Kata yang pertama digunakan oleh anak adalah kata benda,
umumnya yang bersuku kata satu yang diambil dari bunyi celoteh yang
disenangi.
b. Kata kerja. Setelah anak mempelajari kata benda yang cukup untuk
menyebutkan nama dan benda disekitarnya, mereka mulai mempelajari kata-kata
baru khususnya yang melukiskan tindakan seperti ”beri”, ”ambil” atau ”pegang”.
c. Kata Sifat. Kata sifat muncul dalam kosakata anak yang berumur 1,5 tahun.
Pada mulanya kata sifat yang paling umum digunakan adalah ”baik”, ”buruk”,
”bagus”, ”nakal”, ”panas” dan ”dingin”. Pada prinsipnya kata-kata tersebut
digunakan pada orang, makanan dan minuman.

d. Kata keterangan. Kata keterangan digunakan pada umur yang sama untuk
kata sifat. Kata keterangan yang muncul paling awal dalam kosakata anak,
umumnya adalah ”disini” dan ”dimana”.

2. Kosakata Khusus
Kosakata khusus terdiri dari Kosakata warna, Kosakata jumlah, Kosakata
waktu, Kosakata uang, Kosakata ucapan populer, dan Kosakata sumpah.
a. Kosakata warna. Sebagian besar anak mengetahui nama warna dasar pada
usia 4 tahun. Seberapa mereka akan mempelajari nama warna lainnya
bergantung pada kesempatan belajar dan minat mereka tentang warna.
b. Kosakata jumlah. Dalam skala inteligensi Stanford-Binet, anak yang berusia 5
tahun diharapkan dapat menghitung tiga objek dan diharapkan dapat menghitung
3 objek dan pada usia 6 tahun diharapkan cukup baik memahami kata ”tiga”,
”sembilan”, ”lima” untuk menghitung biji.
c. Kosakata waktu. Biasanya anak yang berusia 6 atau 7 tahun mengetahui arti
pagi, siang, musim panas dan musim hujan.
d. Kosakata uang. Anak yang berumur 4 atau 5 tahun mulai menamai mata uang
logam sesuai dengan ukuran dan warnanya.
e. Kosakata ucapan populer. Kebanyakan anak yang berusia 4 sampai 8 tahun
khusunya anak lelaki menggunakan ucapan populer untuk mengungkapkan emosi
dan kebersamaan dengan kelompok sebaya.
f. Kosakata sumpah. Sumpah, terutama oleh anak digunakan mulai pada usia
sekolah untuk menyatakan bahwa ia sudah besar, menyadari perasan rendah
dirinya, menegaskan kejantanannya dan menarik perhatian.

2.3. Penguasaan kosakata

Penguasaan kosakata sangat penting dalam berbahasa, semakin kaya


kosakata yang dimiliki oleh seseorang semakin besar pula keterampilan seseorang
dalam berbahasa (Tarigan, 1989). Fahrudin dan Jamaris (2005) mengemukakan
bahwa kemampuan penguasaan kosakata dibagi kedalam dua kelompok yaitu:
penguasaan kosakata reseptif dan produktif.
1. Penguasaan reseptif adalah proses mamahami apa-apa yang dituturkan oleh
orang lain, reseptif diartikan sebagai penguasaan pasif.
2. Penguasaan produktif adalah proses mengkomunikasikan ide, pikiran,
perasaan melalui bentuk kebahasaan.
Penguasaan kosakata dalam aktivitas dan kehidupan sehari-hari mempunyai
peranan yang sangat besar, karena buah pikiran seseorang hanya dapat dimengerti
dengan jelas oleh orang lain jika diungkapkan dengan menggunakan kosakata.
Selanjutnya Pustejovsky dalam Fahrudin dan Jamaris (2005: 12) mengemukakan
bahwa kapasitas bahasa seseorang merupakan refleksi dari kemampuannya untuk
menggolongkan dan menunjukkan makna kata tertentu.

3.Membaca Pemahaman

1.1.Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh


pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1986:7).

Membaca adalah suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam
Tarigan, 1986:7).
Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis
dengan menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y.
Slamet, 2008:67).

Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama


beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir
Burhan dalam St.Y. Slamet, 2008:67).
Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa Kegiatan
membaca pemahaman merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas
pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca
diawali dari aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang
normal, alat peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung,
maka nalar dan institusi yang bekerja, berupa proses pemahaman dan
penghayatan. Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan
kecepatan juga pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan
referen kehidupan yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat
ditarik simpulan bahwa kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan
baik yang tersurat maupun tersirat dalam bahan bacaan.

3.2. Proses Membaca

Menurut beberapa ahli ada beberapa model pemahaman proses membaca,


di antaranya model bottom-up, top-down, dan model interaktif. Model botton-up
menganggap bahwa pemahaman proses membaca sebagai proses decoding yaitu
menerjemahkan simbol-simbol tulis menjadi simbol-simbol bunyi. Pendapat itu
menurut Harjasujana (1986: 34) sama dengan pendapat Flesch (1955) yang
mengatakan bahwa membaca berarti mencari makna yang ada dalam kombinasi
huruf-huruf tertentu.

Begitu juga menurut pendapat Fries (dalam Harjasujana, 1986: 34) bahwa
membaca sebagai kegiatan yang mengembangkan kebiasaan-kebiasaan merespon
pada seperangkat pola yang terdiri atas lambang-lambang grafis.

Pendapat-pendapat di atas ternyata ditentang oleh Goodman (dalam Cox,


1998: 270) yang menyatakan bahwa membaca sebagai proses interaksi yang
menyangkut sebuah transaksi antara teks dan pembaca. Pembaca yang sudah
lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian
menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam
bacaan, membaca seperti itu disebut model top-down.
Kedua pendapat yang menyatakan model bottom-up dan model top-down
akhirnya dipersatukan oleh Rumelhart dengan nama model interaktif. Rumelhart
(dalam Harris dan Sipay, 1980: 8) menyatukan dua pendapat itu dengan alasan
bahwa proses belajar membaca permulaan bergantung pada informasi grafis dan
pengetahuan yang berada dalam skemata. Membaca merupakan suatu proses
menyusun makna melalui interaksi dinamis di antara pengetahuan pembaca yang
telah ada dan informasi itu telah dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi
pembaca.
Burns, dkk. (1996: 6) menyatakan bahwa aktifitas membaca terdiri atas
dua bagian, yaitu proses membaca dan produk membaca. Dalam proses membaca
ada sembilan aspek yang jika berpadu dan berinteraksi secara harmonis akan
menghasilkan komunikasi yang baik antara pembaca dan penulis. Komunikasi
antara pembaca dan penulis itu berasal dari pengkonstruksian makna yang
dituangkan dalam teks dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Lebih
lanjut Burns, dkk. (1996:8) mengemukakan sembilan proses membaca tersebut
yaitu: (1) mengamati simbol-simbol tulisan, (2) menginterprestasikan apa yang
diamati, (3) mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata-kata yang tertulis, (4)
menghubungkan kata-kata (dan maknanya) dengan pengalaman dan pengetahuan
yang telah dipunyai, (5) membuat referensi dan evaluasi materi yang dibaca, (6)
mengingat apa yang dipelajari sebelumnya dan memasukkan gagasan-gagasan dan
fakta-fakta baru, (7) membangun asosiasi, (8) menyikapi secara personal
kegiatan/tugas membaca sesuai dengan interesnya, (9) mengumpulkan serta
menata semua tanggapan indera untuk memahami materi yang dibaca.

3.3.Periode Membaca

1.Prabaca
Menurut Burns, dkk. (1996: 224) siswa akan terdorong memahami
keseluruhan materi jika para guru membiasakan kegiatan membaca dengan
aktivitas prabaca, saatbaca, dan pascabaca. Tahap-tahap membaca itu tidak sama
prosedurnya. Tahap prabaca berbeda dengan tahap saat-baca dan pascabaca sebab
tahap-tahap itu memerlukan teknik pembelajaran yang berbeda pula.
Aktivitas pada tahap prabaca sangat berguna bagi mahasiswa untuk
membangkitkan pengetahuan sebelumnya. Aktivitas tersebut menurut Burns, dkk.
(1996:224) bisa berupa membuat prediksi tentang isi bacaan, dan menyusun
pertanyaan tujuan. Adapun Moore (1991: 22) menyarankan kepada siswa agar
pada prabaca, siswa menganalisis judul bab, subjudul, gambar, pendahuluan yang
dilanjutkan dengan menyusun pertanyaan. Leo (1994: 5) mempertegas pendapat
Moore bahwa sebelum kegiatan membaca, siswa mensurvei judul bab supaya bisa
mengembangkan membaca secara efektif ,dan bisa mengatur waktunya secara
fleksibel.

2.Saat baca
Aktivitas pada tahap saat-baca merupakan kegiatan setelah prabaca.
Kegiatan ini dilakukan siswa untuk memperoleh pengatahuan baru dari kegiatan
membaca teks bacaan. Dalam membaca tersebut, siswa akan berusaha secara
maksimal memahami teks bacaan dengan berbagai strategi. Burns, dkk.
(1996:229-236) mengemukakan beberapa strategi dan aktivitas yang dapat
digunakan pada saat-baca untuk meningkatkan pemahaman tersebut. Strategi dan
aktivitas yang dimaksud meliputi strategi matakognitif, prosedur cloes dan
pertanyaan penuntun. Sedangkan Leo (1994: 8) lebih menekankan pada kegiatan
membaca dengan cara menandai bagian-bagian yang dianggap penting dan atau
membuat ikhtisar bacaan tersebut.

3.Sesudah baca

Aktivitas pada tahap pascabaca, menurut Burns, dkk. (1996:237) digunakan


untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam
skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih
tinggi. Strategi yang bisa digunakan dalam pascabaca dapat berupa pembelajaran
pengayaan, pertanyaan, representasi visual, teater pembaca, penceritaan kembali
dan aplikasi
4. Wacana

Menurut Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa


terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki
gramatikal. (1983:179 dalam Sumarlam, 2009:5).

Henry Guntur Tarigan (1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah


satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki
kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas,
berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.

Sementara James Deese dalam karyanya Thought into Speech: the


Psychology of a Language (1984:72, sebagaimana dikutip ulang oleh Sumarlam,
2009:6) menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling
berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi
penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi
wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau
pembaca harus muncul dari cara pengutaraan, yaitu pengutaraan wacana itu.

Fatimah Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa wacana adalah


rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang
masih kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat
atau wacana.

Hasan Alwi, dkk (2000:41) menjelaskan pengertian wacana sebagai


rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat
disebut wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya, rentetan kalimat
membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna yang serasi.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai batasan wacana di


atas pengertian wacana adalah satuan bahasa lisan maupun tulis yang memiliki
keterkaitan atau keruntutan antar bagian (kohesi), keterpaduan (koheren), dan
bermakna (meaningful), digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial.

Berdasarkan pegertian tersebut, persyaratan terbentuknya wacana adalah


penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran
(meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa
rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu,
prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).

Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu


mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan
padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga
menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan.
B. KERANGKA BERPIKIR

Sesuai dengan judul penelitia ini, yakni Pengaruh Penguasaan Tata bahasa
dan Pemahaman Membaca terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Siswa
SMP Swasta di Kecamatan Penjaringan _ Jakarta Utara, maka variable-variabel
adalah sebagai berikut:

Variabel bebas satu (X1) adalah Penguasaan Tatabahasa.

Variabel bebas dua (X2) adalah Pemahaman Membaca.

Variabel terikat (Y) adalah Kemampuan Menulis Bahasa Inggris.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi variable terikat (Y) yang tidak


diteliti (Epsilon)

Hubungan antar variable dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.Varibel Penguasaan Tata Bahasa (X1) dan Variable Pemahaman Membaca (X2)
bersama-sama berpengaruh terhadap Variable Kemampuan Menulis Bahasa
Inggris(Y).

2.Variabel Penguasaan Tata Bahasa (X1) berpengaruh terhadap Variabel


Kemampuan Menulis Bahasa Inggris (Y).

3.Variabel Pemahaman Membaca (X2) berpengaruh terhadap Variabel


Kemampuan Menulis Bahasa Inggris (Y).
C. HIPOTESIS

Berdasarkan deskripsi teoristik dan kerangka berpikir yang sudah


dikemukan, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh signifikan penguasaan tatabahasa dan pemahaman


membaca terhadap pemahaman membaca wacana bahasa Inggris siswa SMP
swasta di Kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara.

2. Terdapat pengaruh signifikan penguasaan tatabahasa terhadap kemampuan


menulis bahasa Inggris siswa SMP swasta di Kecamatan Penjaringan-Jakarta
Utara.

3. Terdapat pengaruh signifikan pemahaman membaca kata terhadap kemampuan


menulis bahasa Inggris siswa SMP swasta di Kecamatan Penjaringan – Jakarta
Utara.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktn Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama, subjek peneltian


yaitu SMP Budi Agung di Kecamatan Penjaringan – Jakarta Utara, SMP Metodist
di Kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara dan SMP Pusaka Abadi di Kecamatan
Jakarta Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan selama dua bulan, yaitu mulai bulan


November sampai dengan Desember 2017. Bulan November mulai bimbingan
tesis oleh pembimbmg materi dan pembimbing teknik dilanjutkan penyebaran
instrumen variabel pada sekolah penelitian yaitu SMP Budi Agung Jakarta dan
SMP Methodist di Kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara. Pelaksanaann penelitian
disesuaikan dengan kalender pendidikan dan program pengajaran sekolah yang
bersangkutan yaitu pada semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.
Rencana Pelaksanaan Penelittian

November Desember
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4

Bimbingan
1 x x
Proposal

Persetujuan
2 x
instrumen

3 Ijin penelitian x

Uji Coba
4 x
Insttrumen

Laporan Hasil
5 Uji Coba x
Instrumen

Penyebaran
6 x
Instrumen

Pengumppulan
7 x
Instrumen

8 Analisis Data x

Penyelesaian
9 x
Tesis

Persiapan
10
Sidang

11 Sidang Tesis
B. Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir serta pengajuan


hipotesis seperti yang termuat dalam bab II (dua), maka suatu penelitian
diperlukan metode/jenis penelitian untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang


menggunakan statistik untuk analisis data dan banyak menggunakan logika
hipotetika verifikatif. Pendekatan dimulai dengan berpikir deduktif untuk
menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian di lapangan untuk
memperoleh data empiris.

Ciri utama metode deskriptif kuantitatif adalah memberikan gambaran dan


tafsiran terhadap gejala-gejala yang terjadi saat ini dengan menggunakan angka-
angka dari studi kasus yang sangat diteliti. Arikunto (2001:10) juga
mengemukakan bahwa, “Apabila dilihat dari saat terjadinya, ada variabel masa
lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Penelitian yang dilakukan
dengan menjelaskan/menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang
terjadi), adalah penelitian deskriptif (to desrible = menggambarkan,
membeberkan).”

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian lapangan secara studi


kasus dengan menggunakan deskriptif , yang memecahkan studi kasus mengenai
pengaruh penguasaan tatabahasa (variabel X1) dan pemahaman membaca
(variabel X2) terhadap kemampuan menulis bahasa Inggris (Y) dimana X1 dan
X2 merupakan variabel bebas pertama dan kedua serta
Y variabel terikat. Dengan demikian proses penelitian dapat digambarkan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:54), populasi adalah “wilayah generalisasi yang


terdiri atas beberapa contoh subjek/objek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan.”

Menurut Arikunto (1997:108) populasi adalah keseluruhan subjek


penelitian. Sementara Margono (2003:108) mengatakan populasi adalah seluruh
data yang menjadi perhatian di dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang sudah
ditentukan.

Pendapat lain dipaparkan Hadani Nawawi (1983:141) populasi adalah


keseluruhan objek penelitian yang terdiri atas manusia, benda-benda, tumbuhan-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang bersekolah di
SMP swasta Kecamatan Penjaringan-Jakarta Utara tahun ajar 2016-2017. Jumlah
SMP swasta di Kecamatan Penjaringan –Jakarta Utara ada 22 (dua puluh dua)
sekoalah, yakni:

1.SMP Al-Mutaqin
2. SMPBudhidaya
3. SMPBudiAgung
4. SMPChandraKusuma
5. SMPDarmaSatria
6. SMPDharmaSuci
7. SMPDiakonia
8. SMPGenesareth
9. SMPHarapanZaman
10. SMP IPEKA Pluit
11.SMPK Penabur
12. SMPK .Yusuf
13. SMP Methodist
14. SMP Nazaret
15. SMP Permai
16. SMP PermataIndah
17. SMP PluitRaya
18. SMP PusakaAbadi
19. SMP SaintNicolas
20. SMP Stella Maris

21. SMP Tarakanita2


22. SMP Wijaya Kesuma

2. Sampel Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini,


pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random
sampling. Suharsimi Arikunto (1997:120) mengemukakan bahwa unuk sekadar
ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Menurut Surakhmad (1994:100), apabila ukuran populasi sebanyak kurang


atau sama dengan 100 (seratus), pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50%
dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 100,
ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi (2003:73), yang mengatakan bahwa
tidak ada aturan yang jelas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk
penelitian, tetapi cara ini menunjukkan adanya sampling acak sederhana dan
proporsional.
Dari pernyataan di atas, sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII SMP Budi Agung ( 120 siswa) , siswa kelas VIII SMP Methodist Jakarta
Utara (155 siswa), dan siswa kelas VIII SMP Pusaka Abadi (238) siswa.

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data diperlukan metode agar data yang didapat atau
diperoleh relevan atau ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.
Arikunto (2006:32) menyatakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara-
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data dalam
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, dan metode pengumpulan
datanya adalah sebagai berikut:

Data akan didapat dari penelitian di lapangan dengan melakukan


penelitian langsung pada kelas VII yang menjadi obyek penelitian.

Metode yang dilakukan adalah dengan menyanjikan tes


bermaterikan tatabahasa (grammar), khususnya tentang The Parts of Speech dan
The Tenses. Selanjutnya menyajikan test bermaterikan wacana sederhana.
Terakhir menyajikan tes menulis.

Adapun bobot skor adalah 1 (satu) untuk satu item soal yang dijawab
dengan benar pada bagian tatabahasa dan membaca pemahaman serta 5 maksimal
untuk bagian menulis.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dinyatakan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Sumber Data Penelitian

Variabel Sumber Data

X1 Penguasaan Tatabahasa Siswa

X2 Pemahaman Membaca Siswa

Y Kemampuan Menulis Siswa

b. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dinyatakan


dalam tabel berikut:

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik
Variabel
Pengumpulan Data

X1 Penguasaan Tatabahasa Tes

X2 Pemahaman Membaca tes

Y Kemampuan Menulis Tes

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, yaitu varibel bebas
atau independen dan variabel terikat atau dependen. Yang termasuk dalam
variabel independen (variabel yang menyebabkan terjadi suatu atau variabel yang
mempengaruhi) yaitu:
1. Penguasaan Tatabahasa siswa sebagai variabel bebas pertama (X1),

2. PemahamanMembaca siswa sebagai variabel bebas kedua (X2),

3. Kemampuan Menulis siswa, sebagai variabel terikat (Y).

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, pengukuran kompetensi penguasaan tatabahasa


membaca siswa dilakukan dengan menyajikan tes kemampuan tata bahasa atau
grammar bahasa Inggris. Bentuk butir-butir soal disusun dalam pertanyaan yang
akan dijawab oleh responden dengan pilihan jawaban (pilihan berganda).
Demikian halnya dengan instrumen untuk mengukur pemahaman membaca siswa-
dengan menjawab butir soal pilihan berganda berdasarkan wacana. Untuk
memperoleh data tentang kemampuan menulis siswa, mereka akan melakukan
kegiatan menulis (writing composition).

Adapun topik-topik tes sesuai dengan kurikulum Bahasa Inggris untuk


SMP kelas VIII semester ganji 2017/2018.

Selanjutnya instrumen yang disusun tersebut terlebih dahulu diujicobakan


untuk dihitung validitas dan reliabilitannya. Validitas instrumen ini merupakan
validitas content atau validitas isi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menjamin kualitas instrumen tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dijelaskan secara rinci masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian
ini.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas terhadap data yang masih mentah dilakukan untuk
mengecek konsistensi alat ukur dan validitas dari masing-masing kuesioner.
Untuk memperoleh hasil perhitungan yang akurat, proses perhitungan
menggunakan komputer sebagai berikut.

a.Uji Validitas

Pengujian validitas tes dilakukan dengan teknik korelasi “product


moment” (dengan bantuan computer Program SPSS). .

b. Uji Reliabilitas

Untuk menguji relibilitas teknik yang akan digunakan adalah Realibilitas


Alpha Cronbach (dengan bantuan computer Program SPSS).

H. Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis Penguasaan Tata Bahasa dan Pemahaman Membaca


digunakan model analisis kuantitatif yakni analisis regresi.

Korelasi dalam Sugiyono (2001:246) merupakan suatu alat yang juga


digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel.
Menurui Sugiyono korelasi linier adalah korelasi yang variabel bebasnya (varibel
X) berpangkat paling tinggi satu. Korelasi linier dapat dibedakan menjadi dua
yaitu korelasi sederhan dan korelasi berganda.

1. Analisis Korelasi Ganda

Alat analisis korelasi ganda digunakan untuk melihat sifat pengaruh


variabel terikat yaitu KemampuanMenulis Siswa (Y) terhadap variabel bebas
secara bersama-sama, yaitu Penguasaan Tatabahasa (X1) dan Pemahaman
Membaca Siswa (X2). Sifat pengaruh antar variabel penelitian dapat dilihat dari
tanda koefisien regresi berganda apakah tandanya positif atau negatif. Adapun
besar-kecilnya nilai koefisien korelasi berganda dari masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat yang diperoleh dari hasil analisis data penelitian.

Alat analisis korelasi berganda yang digunakan dalam penelitian


menggunakan formula dari Sugiyono (2001:248) sebagai berikut:

Y = c + b1X1 + b2X2

Penjelasan:

Y = Kemampuan Menulis

c = Konstanta

b1 = Koefisien korelasi berganda Penguasaan Tata Bahasa

b2 = Koefisien korelasi Penguasaan Kosa Kata

X1 = Penguasaan Tata Bahasa

X2 = Pemahaman Membaca

I. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji apakah secara statistik perubahan bebas yang dipilih


berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah terikat dapat dilakukan uji statistik t
dan uji statistik F. Uji ststistik t dapat digunakan untuk menguji koefisien korelasi
masing-masing peubah, ketika secara terpisah peubah ke1 berpengaruh nyata
terhadap peubah terikat.

Uji statistik F digunakan untuk menguji koefisien korelasi secara serentak,


apakah peubah-peubah bebas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi dari
peubah tidak bebas pengujian hipotesis atau masing-masing koefisien korelasi
dilakukan dengan uji t dengan hipotesis:
H0 : B1 = 0

H1 : B1 = 0

Kriteria Uji:

T hitung < -t/2, df atau t hitung > t/2, df : H0 ditolak

t hitung < -t/2, df atau t hitung > t/2, df : H0 ditolak

t hitung < -t/2, df atau t hitung > t/2, df : H0 diterima

Jika hipotesis nol ditolak, berarti yang diuji berpengaruh terhadap variabel
terikat. Sebaliknya jika hipotesis nol diterima, maka variabel bebas yang diuji
tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Mekanisme yang digunakan untuk
menguji koefisien korelasi serentak adalah:

Ho : Bl = B2

H1 : B1= B2

Statistik uji yang digunakan dalam uji F adalah:

KriteriaUji:

F hitung > F tabel : ditolak ho

F hitung < F tabel : diterima h1

Jika hipotesis nol ditolak berarti minimal ada satu variabel bebas yang
diteliti berpengaruh terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika hipotesis nol
diterima, berarti secara bersama-sama variabel bebas yang diteliti tidak bisa
menjelaskan variabel peubah terikat.

Anda mungkin juga menyukai