Pengaruh Pemberian Tepung Gaplek - Urea Yang Dikukus Terhadap Konsumsi Dan Kecernaan Protein Serta Neraca Nitrogen Pada Domba
Pengaruh Pemberian Tepung Gaplek - Urea Yang Dikukus Terhadap Konsumsi Dan Kecernaan Protein Serta Neraca Nitrogen Pada Domba
ABSTRACT
This research was conducted in order to evaluate the effect of cassava meal- steamed urea on crude
protein (CP) intake and digestibility and N retention in vivo for sheep. The substitution of concentrate feed
with cassava meal- steamed urea steamed for treatments were R-1 (0%), R-2 (20%), R-3 (40%) and R-4
(80%). The ration was given in the form of complete feed with an average 12% crude protein and 64% TDN
contents. The research used the Latin square design. Four female local sheep were reared in a metabolic cage.
Feed intake, feces, and urine were collected. CP intake, digestibility and N balance were analyzed for their
variance and if there were significant differences it was then continued with Turkey test. The results indicate
that the CP intake treatment R-2 (44.17 g/day) is significantly different (P<0.05) from R-1 (32.68 g/day) and
R-3 (35.12 g/day), but it does not significantly differ from the R-4 (41.27 g/day). CP digestibility treatment
R-2 (51.63%) is significantly different (P<0.05) from R-1 (34.84%) and R-3 (41.77%), but does not differ
significantly from the R-4 (45.59%). The best N retention was achieved by treatment R-3 (2.95 g/day)
followed by R-2 (2.93 g/day); R-4 (2.73 g/day) and R-1 (2.50 g/day). The research concluded that the
utilization of cassava meal-steamed urea as concentrate components can increase intake and CP digestibly
and has a positive effect on N balance in sheep. The treatment R-2 induces the highest response on the CP
intake and digestibility and also has good N retention.
Key Words: Cassava meal, Urea, Steamed, Crude Protein, N Balance, In Vivo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan tepung gaplek-urea yang diolah dengan metode
pengkukusan terhadap konsumsi dan kecernaan protein kasar (PK) serta retensi N secara in vivo pada domba.
Substitusi pakan konsentrat dengan tepung gaplek-urea yang dikukus masing-masing R-1 (0%), R-2 (20%),
R-3 (40%) dan R-4 (80%). Pakan diberikan dalam bentuk complete feed dengan rata-rata kandungan protein
kasar 12% dan TDN 64%. Penelitian menggunakan rancangan bujur sangkar latin (RBSL). Empat ekor
domba lokal betina dipelihara di dalam kandang metabolis. Konsumsi pakan, feses, dan urine dikoleksi.
Konsumsi protein kasar, kecernaan protein kasar (KcPK) serta neraca N dianalisis variansi apabila terdapat
perbedaan nyata dilanjutkan uji beda nyata jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
protein kasar (PK) ransum R-2 (44,17 g/hari) berbeda nyata (P<0,05) dengan R-1 (32,68 g/hari) dan R-3
(35,12 g/hari) namun tidak berbeda dengan R-4 (41,27 g/hari). Kecernaan PK ransum R-2 (51,63%) berbeda
nyata (P<0,05) dengan R-1 (34,84%) dan R-3 (41,77%) namun tidak berbeda dengan R-4 (45,59%). Retensi
N terbaik dicapai pada perlakuan R–3 (2,95 g/hari) diikuti R–2 (2,93 g/hari); R–4 (2,73 g/hari) dan R–1 (2,50
g/hari). Disimpulkan bahwa pemberian tepung gaplek-urea yang dikukus sebagai komponen pakan konsentrat
dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan PK serta berpengaruh positif terhadap neraca N pada ternak
domba. Ransum R-2 merupakan perlakuan terbaik dengan nilai konsumsi dan kecernaan PK tertinggi serta
retensi N yang baik
Kata Kunci: Gaplek, Urea, Pengukusan, Protein kasar, Retensi Nitrogen, In Vivo
400
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
401
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 1. Komposisi nutrien ransum penelitian Respon terbaik pada rata-rata konsumsi dan
kecernaan protein kasar pada tingkat
Kandungan Perlakuan penggunaan tepung gaplek–urea 9% yang
nutrien
dikukus dalam ransum konsentrat sebesar 20%
ransum
percobaan R–1 R–2 R–3 R–4 (R–2) sebesar 44,17 g/hari dan 51,63%.
(%)* Meningkatnya kecernaan PK diduga juga
karena adanya peningkatan populasi mikroba
Bahan kering
(BK)
89,18 87,31 88,58 88,44 rumen. Bertambahnya proporsi pakan
konsentrat dan karbohidrat yang mudah larut
Bahan organik maka akan semakin baik pertumbuhan bakteri
88,17 88,74 89,49 89,86
(BO)
sehingga jumlah bakteri akan semakin banyak.
Protein kasar Peningkatan kecernaan ini diduga karena
11,74 12,00 11,70 11,97
(PK) adanya proses gelatinisasi. Proses ini
Lemak kasar
4,23 3,81 3,54 3,07
menyebabkan urea terselaputi oleh tepung
(LK) gaplek sehingga ukuran partikel menjadi lebih
Serat kasar besar, tidak mudah terdegradasi dalam rumen
27,38 24,87 22,74 20,21
(SK) dan dapat bertahan lebih lama di dalam rumen.
Abu 11,83 11,26 10,57 10,14 Dengan pengukusan tersebut akan
memperlambat proses pelepasan NH3 dari urea
Total
digestible
di dalam rumen sehingga akan mengurangi
65,68 66,38 67,20 67,83 kelebihan NH3 di dalam rumen. Dengan
nutrient
(TDN) demikian NH3 yang terbentuk tidak terlalu
banyak dan dapat digunakan dengan efisien
* Hasil analisis proksimat di Laboratorium oleh mikrobia rumen untuk sintesa protein
Peternakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian mikrobia. RAHAYU (2004) melaporkan bahwa
Yogyakarta, 2002 pengukusan gaplek dengan berbagai aras urea
dapat memperlambat laju degradasi bahan
Penelitian dilakukan dua tahap yaitu kering dan bahan organik sekitar 2–4 jam
periode adaptasi pakan dan periode koleksi. pertama. Hasil olahan gaplek-urea mempunyai
Periode adaptasi pakan dilakukan selama 15 kualitas lebih baik dengan kandungan protein
hari terhadap ransum perlakuan sampai didapat kasar, KcBK, KcBO in vitro dan in sacco yang
konsumsi pakan yang konstan. Periode koleksi tinggi. Penggunaan urea dalam pengukusan
dilakukan selama 7 hari koleksi data. Data tepung gaplek dapat memproteksi nilai fraksi
konsumsi dan kecernaan protein kasar serta yang mudah larut (a) dan degradasi teori (Dt)
neraca N dianalisis variansi dan apabila serta meningkatkan fraksi tidak larut namun
terdapat perbedaan yang nyata maka potensial terdegradasi, (b) pada bahan kering
dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil dan bahan organik.
(BNT) (STEEL dan TORRIE, 1995).
Neraca nitrogen
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian terhadap neraca nitrogen
Konsumsi dan kecernaan protein kasar menunjukkan bahwa penggunaan tepung
gaplek-urea 9% yang dikukus dalam ransum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrat terhadap konsumsi N; N–feses,
penggunaan tepung gaplek-urea 9% yang kecernaan semu N; N–urine dan retensi N tidak
dikukus dalam ransum konsentrat dapat menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05).
meningkatkan konsumsi dan kecernaan protein Rata-rata neraca N dari perlakuan R–1; R–2;
kasar. Konsumsi dan kecernaan protein kasar R–3 dan R–4 ditunjukkan pada Tabel 3.
perlakuan R–1; R–2; R–3 dan R–4 Data tersebut di atas menunjukkan bahwa
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). pemanfaatan tepung gaplek-urea 9% yang
Ransum R–2 mempunyai tingkat palatabilitas dikukus dalam ransum konsentrat menunjukkan
yang tertinggi diikuti dengan ransum R–4; R–3 nilai retensi N lebih tinggi dibandingkan
dan R–1 (Tabel 2).
402
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 2. Konsumsi dan kecernaan harian protein kasar pada domba yang diberikan konsentrat yang disusun
dari tepung gaplek-urea 9% yang dikukus dengan level yang berbeda
Ransum
Uraian
R–1 R–2 R–3 R–4
Konsumsi protein kasar (g/hari) 32,68 ± 7,91a 44,17 ± 4,24c 35,12 ± 8,93ab 41,27 ± 4,89bc
Kecernaan protein kasar (%) 34,84 ± 4,74a 51,63 ± 3,93c 41,77 ± 8,91ab 45,59 ± 3,77bc
a,b,c
superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNT 5%
Tabel 3. Neraca nitrogen domba yang diberikan konsentrat yang disusun dari tepung gaplek-urea 9% yang
dikukus dengan level yang berbeda
Ransum
Uraian
R–1 R–2 R–3 R–4
Konsumsi–N (g/hari) 7,71 8,51 7,90 7,24
N–feses (g/hari) 4,96 5,25 4,72 4,23
Kecernaan semu–N (g/hari) 2,75 3,26 3,18 3,01
N–urine (g/hari) 0,25 0,32 0,23 0,28
Retensi–N (g/hari) 2,50 2,93 2,95 2,73
dengan ransum kontrol (R–1). Retensi N baik ditinjau dari nilai neraca-nitrogen. Tingkat
terbaik dicapai pada perlakuan R–3 (2,95 penggunaan tepung gaplek-urea 9% yang
g/hari) diikuti R–2 (2,93 g/hari); R–4 (2,73 dikukus sebesar 20% (R–2) dalam konsentrat
g/hari) dan R–1 (2,50 g/hari). Hal ini berkaitan merupakan yang terbaik dibandingkan dengan
erat dengan tingkat konsumsi dan kecernaan ransum kontrol (R–1); R–3 dan R–4.
protein kasar yang semakin meningkat (Tabel
2). Ketersediaan dan efisiensi penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
nitrogen suatu ransum oleh ternak dapat
diketahui dari selisih antara jumlah nitrogen BONDI, A.A. 1987. Animal Nutrition. John Wiley
yang dikonsumsi dan yang dikeluarkan oleh and Sons Publ. New York.
tubuh baik melalui feses maupun urine. Protein
kasar tersusun dari unsur nitrogen maka KAMAL, M. 1994. Nutrisi Ternak Dasar. Universitas
peningkatan konsumsi protein kasar dapat Gadjah Mada, Yogyakarta.
diartikan sebagai peningkatan konsumsi MATHIUS, I-W, I.B. GAGA dan I-K. SUTAMA. 2002.
nitrogen sehingga semakin meningkat pula Kebutuhan Kambing PE Jantan Muda akan
retensi nitrogen (MATHIUS et al., 2002). BONDI Energi dan Protein Kasar: Konsumsi,
(1987) menyatakan bahwa ternak mempunyai Kecernaan, Ketersediaan dan Pemanfaatan
kapasitas maksimal untuk menyimpan protein Nitrogen. JITV 7(2): 99−109.
tubuhnya tergantung pada umur bobot hidup ORSKOV, E.R. 1992. Protein Nutrition in Ruminants.
dan kondisi fisiologis, disamping keseimbangan 2nd ed. Academic Press Limited, London.
suplai energi dan protein.
PARAKKASI, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan
Tenak Ruminansia. Universitas Indonesia
KESIMPULAN Press, Jakarta.
PRIHARTINI, I. 1997. Pengaruh Penggunaan Bungkil
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Biji Kapuk (Ceiba petandra) Terhadap
pemanfaatan tepung gaplek-urea 9% yang Konsumsi dan Kecernaan Ransum pada Sapi
dikukus dapat meningkatkan secara nyata Peranakan Ongole yang Sedang Tumbuh.
konsumsi dan kecernaan protein kasar pada Thesis. Program Pascasarjana. Universitas
Brawijaya. Malang.
domba dan mempnyai nilai efisiensi yang lebih
403
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
RAHAYU, N. 2004. Pengaruh Aras Urea pada TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO,
Pengukusan Tepung Gaplek terhadap S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSUKOJO.
Degradasi Bahan Kering dan Bahan Organik 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan
Secara In Sacco. Skripsi. Fak. Pertanian Univ. ke-5. Gadjah Mada University Press,
Wangsa Manggala. Yogyakarta. Yogyakarta.
STRAALEN, W.M. and S. TAMMINGA. 1990. Protein VAN SOEST, P.J. 1994. Nutritional Ecology of the
degradation of ruminant diet. In: Feedstuff Ruminants. 2nd Edition. Comstocct Publised
Evaluation. WISEMAN, J. and D.J.A. COLE Associated. A Devition of Cornell University
(Eds.). Butterworths. London. Press, Ithaca.
STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1995. Prinsip dan
Prosedur Statistik Suatu Pendekatan
Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
404